BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan. Diperlukan penataan kembali sistem pendidikan secara menyeluruh

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, banyak

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

Penerapan Pendekatan Resource Based Learning Pada Materi Energi Dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Cendanapura

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah suatu lembaga formal yang merupakan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa rakfa-fakta, konsep-konsep atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar adalah mata pelajaran IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam ). Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, banyak

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN Pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan salah satu program pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (Depdiknas 2006). Selama penulis menjadi guru menunjukkan keadaan perbedaan siswa dahulu dengan sekarang dalam proses belajar, padahal kalau kita melihat sarana dan prasarana, media pembelajaran sudah tersedia lengkap sangat menunjang pembelajaran, gurupun harus berfikir mencari metode atau model pembelajaran yang pas untuk usia mereka yang memiliki keingintahuan yang tinggi, tapi cepat juga bosan, jenuh, dan malas untuk mempelajari sesuatu. Siswa sering kali merasa kesulitan dalam memahami konsep nantinya akan berdampak tidak tercapainya hasil belajar secara optimal. Jika kita perhatikan ada banyak faktor yang menyebabkan tidak tuntasnya proses belajar, khususnya pada pelajaran IPA materi Energi Panas dan Sifatnya antara lain : 1. Kurang aktifnya siswa mengikuti pelajaran, karena siswa kurang tertarik pada cara penyajian materi yang banyak berpusat pada guru yang menggunakan metode ceramah. 2. Kurangnya kesempatan berinteraksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dalam pembelajaran guru banyak memberikan penjelasan. 3. Kurangnya motivasi siswa dalam menyampaikan gagasan, karena guru kurang memberi penguatan kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya.

2 4. Informasi yang disampaikan guru saat pembelajaran terlalu cepat sehingga siswa kurang bisa memaknai dan memahami. 5. Kurangnya waktu yang diberikan kepada siswa untuk berinteraksi dengan media / sumber belajar / alat peraga. Pembelajaran IPA seperti ini dianggap kurang mengeksplorasi wawasan, sikap, tidak menarik, membuat siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep karena kurangnya keterlibatan siswa secara aktif mencobakan atau meneliti suatu rancangan percobaan dan menarik kesimpulan dan apa yang telah dicobakan tersebut. Hal ini terlihat dari hasil ulangan tengah semester 2 pada pelajaran IPA di kelas IV MI Futuuhiyah yang berjumlah 20 siswa hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari KKM. Adapun nilai KKM di Sekolah MI Futuuhiyah adalah 70 Jika di prosentasekan siswa yang mendapat nilai diatas KKM ada 30 %, sedangkan 70% siswa lainnya mendapatkan nilai dibawah KKM, dengan rata-rata nilai 53,23. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu upaya yang harus dilakukan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Tujuan pokoknya adalah meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Hal ini berkaitan dengan berbagai temuan penelitian yang menyebutkan bahwa fakta-fakta, prinsip, dan konsep IPA seringkali berumur pendek, karena dominasi peran guru sebagai satu-satunya komunikator. Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran IPA di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah bagi dirinya sendiri. Dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam proses pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing mengarahkan siswa belajar dengan mengembangkan minds-on activities (keterampilan intelektual) dan hands-on activities (keterampilan manual), learning by doing (belajar sambil berbuat).

3 Berdasarkan uraian di atas agar prestasi belajar siswa dapat meningkat maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Futuuhiyah pada Mata Pelajaran IPA tentang Materi Energi Panas dan Sifatnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Perencanaan pembelajaran IPA tentang materi Energi Panas dan sifatnya dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing pada siswa kelas IV MI Futuuhiyah? 2. Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang materi Energi Panas dan sifatnya dapat meningkatkan prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV MI Futuuhiyah? 3. Bagaimana Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI Futuuhiyah pada pembelajaran IPA tentang materi Energi Panas dan sifatnya melalui Penerapan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan ini adalah: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang Materi Energi Panas dan Sifatnya dengan menerapan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV MI Futuuhiyah 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang Materi Energi Panas dan Sifatnya dengan menerapan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV MI Futuuhiyah

4 3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Materi Energi Panas dan Sifatnya dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing di kelas IV MI Futuuhiyah D. Manfaat Hasil Penelitian a. Bagi siswa 1. Penelitian ini melatih siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam proses pembelajaran baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru, dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa b. Bagi Guru pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan dapat menumbuhkan kreatifitas siswa. 1. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengajarkan dan menambah pengetahuan dan wawasan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran IPA Siswa Kelas IV MI Futuuhiyah Cipanas pada materi Energi Panas dan sifatnya dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing. 2. Memberikan pengetahuan baru bagi guru, sebagai ajang peningkatan profesional guru sebagai seorang pendidik yang akan selalu mencari solusi terbaik demi terwujudnya kemajuan dibidang pendidikan. Menumbuhkan kreatifitas dalam mengupayakan pembelajaran yang lebih efektif. c. Bagi Sekolah 1. Lembaga yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pelajaran IPA.

5 2. Sebagai masukkan dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Madrasah Ibtidaiyyah. 3. Dan memberikan masukan yang positif bagi sekolah sehingga masyarakat dapat meningkatkan kepercayaannya pada kualitas pendidikan sekarang dan yang akan datang terhadap Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah. d. Bagi Peneliti 1. Dapat memberikan sumbangsih kepada dunia pendidikan pada umumnya dan MI Futuuhiyah pada khususnya dalam rangka meningkatkan suasana pembelajaran IPA yang disenangi oleh siswa. 2. Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada pelajaran IPA Siswa Kelas IV MI Futuuhiyah Cipanas pada materi energi panas dan sifatnya, dengan menerapkan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing. E. Definisi Operasional Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara konkret/operasional dalam mengukur keberhasilan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing Pembelajaran dengan model Cooperative learning tipe Snowball Throwing, menggunakan lima penerapan pembelajaran antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui, Belajar kelompok (Cooperative Learning), membangun konsep (constructivism), menemukan sendiri (inquiry), menyelidiki (investigation), bertanya (questioning). Dari bertanya siswa dapat menggali informasi, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,tetapi

6 hasil dari mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Didalam metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut Depdiknas, 2001 : 5 ). 2. Pembelajaran IPA Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pembelajaran IPA secara bermakna adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. 3. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.

7 Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau instruksional. Hasil belajar pada penelitian ini dapat dilihat pada skor hasil evaluasi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe Snowball Throwing pada materi energi panas dan sifatnya dengan standar ketuntasan yang telah ditentukan. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Adapun hasil belajar yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Dalam aspek kognitif proses siswa diharapkan dapat menemutunjukkan sifat energi panas, yaitu proses perpindahan panas melalui proses konduksi, kanveksi dan radiasi. Hal ini diharapkan terukur dan teramati melalui instrument Lembar Kerja Siswa ( LKS).

8 2. Dalam aspek kognitif produk siswa diharapkan dapat menuliskan, menjelaskan dan mendeskripsikan tentang sumber energi panas yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Hal ini diharapkan dapat terukur dan teramati melalui tes tertulis bentuk uraian terbatas. 3. Dalam aspek afektif siswa diharapkan dapat menampilkan sikap tanggung jawab, teliti, rasa ingin tahu, berani bertanya dan dapat bekerjasama pada saat menemutunjukan sumber energi panas yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Hal ini diharapkan terukur dan teramati melaui instrument lembar observasi sikap siswa. 4. Dalam aspek Psikomotorik diharapkan siswa dapat mendemonstrasikan sifat energi panas yaitu proses perpindahan panas melalui proses konduksi, konveksi dan radiasi. Hal ini dapat terukur dan teramati melalui instrument lembar observasi unjuk kinerja siswa. Sehingga hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

9

10