Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

Oleh. Anin Nur Sholihah 1) dan Etik Sulistyorini 2) ABSTRAK. Kata kunci: Sikap, Minat, Kanker Serviks, Inpeksi Visual Asam Asetat, Wanita

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

No. Responden: B. Data Khusus Responden

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. serviks. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya seperti terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK WANITA TERHADAP KESADARAN INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKULO KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PEGAWAI WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DETEKSI DINI (PAP SMEAR) DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI POLI OBGYN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN DI DESA GUNUNG SARI DAN DESA SINDANG SARI KECAMATAN CIANJUR.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

ANALISIS FAKTOR PEMERIKSAAN IVA DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KELURAHAN CANDIREJO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di

Fitriani Nur Damayanti 1), Lia Mulyanti 2), Novita Nining Anggraini 3)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PEMERIKSAAN PAPSMEAR PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI KOTA BANDAR LAMPUNG Nyimas Aziza*, Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit kanker serviks sangat tinggi, apalagi untuk seorang wanita yang aktivitas seksualnya sangat tinggi seperti PSK. PSK ini berisiko tinggi tertularnya penyakit hubungan seksual yang dapat merangsang servik mengalami perubahan dan mengundang kanker dan dapat memicu timbulnya kanker servik. Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan oleh seorang aktivis hak-hak Anak, Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000 perempuan meninggal karena penyakit tersebut. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi 200.000 kasus kanker leher rahim. Kanker leher rahim mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6 %) di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan papsmear pada pekerja seks komersial di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan suatu strategi untuk mengatur latar belakang penelitian agar memperoleh data yang sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Desain penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja seks komersial yaitu berjumlah 91 orang yang berada di Daerah Pemandangan wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Bandar Lampung tahun 2016. sampel kasus yang digunakan adalah semua pekerja seks komersial yang berada di Daerah Pemandangan dibawah wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Bandar Lampung. Dari hasil analisis univariat diperoleh keterangan bahwa sebanyak 28,6 % (26 orang) pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung memiliki pengetahuan yang kurang, sebanyak 74,7% (68 orang) pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung bersikap unfavorable/tidak setuju akan pemeriksaan papsmear.. Dari hasil analisis bivariat Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap pemeriksaan papsmear dengan p- value = 0,014 dan OR=3,56, Ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pemeriksaan papsmear dengan p-value = 0,002 dan OR=0,19. Kata kunci: Papsmear, Pengetahuan, Sikap LATAR BELAKANG Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan oleh seorang aktivis Hak-hak Anak, Mohammad Farid, pada tahun 1998, diperkirakan ada 40.000-70.000 anak-anak yang dilacurkan atau 30% dari jumlah PSK di Indonesia. Menurut Departemen Kesehatan RI, sebanyak 129.000 perempuan Indonesia merupakan pekerja seks komersial dibawah umur 18 tahun. Sementara data Badan Pusat Statistik menyebutkan 34,2 % perempuan Indonesia kawin muda dibawah 18 tahun. Perempuan diperdagangkan sebagai pekerja seks komersial (Depkes RI, 2004). Kanker termasuk salah satu penyebab utama kematian di dunia. Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh virus yaitu Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher rahim. Angka kasus kanker leher rahim lebih tinggi di negaranegara berkembang, hampir 70% kasus kanker leher rahim berada di negara berkembang, yaitu di Afrika 16%, Eropa 12% dan Asia 54%. Di Asia Tenggara, kanker membunuh lebih dari 1,1 juta orang setiap tahun bahkan WHO memperkirakan pada tahun 2030, kanker akan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000 perempuan meninggal karena penyakit tersebut. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi 200.000 kasus kanker leher rahim. Kanker leher rahim mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6 %) di Indonesia. Sedikitnya [6]

231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut. Suatu penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi Alison Bish menemukan bahwa diantara para wanita yang menyadari tes pap smerar menyelamatkan jiwa tetapi para wanita tersebut masih enggan untuk melakukan pemeriksaan (Evennett, Karen. 2003 : 11). Beberapa wanita yang khawatir mengenai kejadian kanker serviks dengan sukarela mau mengikuti pemeriksaan pap smear. (Evennett, Karen, 2003 : 8). Hasil Riskesdas,2007, kanker payudara dan leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia. Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan data patologik atau 16 % berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker ginekologik di RSCM adalah kanker serviks dan 62% diantaranya dengan stadium lanjut (stadium II-III ) dan merupakan penyebab kematian kanker ginekologik yaitu 66% (FKUI, 2000 : 97). Sedangkan Insiden kanker servik di Jakarta juga menempati urutan tertinggi dari semua jenis kanker. Dari berbagai laporan rumah sakit di tahun 2004 ditemukan 165 penderita kanker servik, naik menjadi 170 pada tahun 2005 (Laporan Dinkes dan PKTP Kota). Penderita baru kanker serviks di Bandar Lampung cenderung meningkat setiap tahun, pada tahun 2008 ditemukan 8 kasus baru, tahun 2009 ditemukan 11 kasus baru dan tahun 2010 sampai dengan bulan maret ditemukan 3 kasus baru (Rekapitulasi Laporan Harian PKBI, 2010). Bagian Ginekologi Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek menemukan peningkatan kejadian kanker serviks sebanyak 3,97% dari 1.156 pasien gynecology tahun 2009, menjadi 4,61% dari 1.214 pasien gynecology pada tahun 2011. Gambaran yang paling akhir yang ada untuk kanker servik memperlihatkan bahwa sebanyak 4467 kasus. Sekitar 1800 kasus berakhir fatal. Dari keseluruhannya 85% dari wanita yang menderita kanker servik tidak pernah melakukan pap smear (Evennett, Karen, 2003). Studi pendahuluan yang dilakukan pada April 2016 terhadap 10 orang pekerja seks komersial didapatkan bahwa 6 orang (60%) pekerja seks komersial tidak mengetahui tentang pemeriksaan papsmear serta manfaatnya, dan 4 orang (40%) pekerja seks komersial sudah mengetahui tentang pemeriksaan papsmear, namun hanya 2 orang (20%) pekerja seks komersial yang telah melakukan pemeriksaan papsmear padahal sudah diberikan binaan dari petugas kesehatan setempat. METODE Metode penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menggambarkan tentang sesuatu keadaan secara objektif, dan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan yang lainnya dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan papsmear pada pekerja seks komersial di Daerah Pemandangan Bandar Lampung. Populasi pada penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja seks komersial yaitu berjumlah 91 orang yang berada di Daerah Pemandangan wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Bandar Lampung tahun 2016. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua pekerja seks komersial yang berada di Daerah Pemandangan dibawah wilayah kerja Puskesmas Sukaraja Bandar Lampung. Analisis ini digunakan pada penelitian ini analisis univariat dan analisis bivariat yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variable independen (analisis univariat) dan untuk menganalisa hubungan dua variabel dependen dan [7]

independen yang keduanya dan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap dengan variabel dependen pap smear yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi- Square (Analisis Bivariat). HASIL Analisis univariat Distribusi responden berdasrakan umur dan pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur f % 17-25 tahun 17 18,6 26-35 tahun 68 74,7 36-45 tahun 6 6,6 Total 91 100 Dapat diketahui bahwa pekerja seks komersial yang menjadi responden mayoritas berumur antara 26-35 tahun, yaitu sebanyak 74,7 % (68 orang). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan f % SD 9 9,9 SMP 23 25,3 SMA 59 64,8 Total 91 100 Dapat diketahui bahwa pendidikan responden mayoritas adalah SMA, yaitu sebanyak 64,8% (59 orang). Adapun distribusi responden berdasarkan pemeriksaan pap smear, pengetahuan dan sikap tentang pap smear dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3: Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pap smear Papsmear f % Melakukan Papsmear 58 63,7% Tidak Papsmear 33 36,3% Total 91 100 % Tabel 3 diketahui bahwa responden yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 36,3% (33 orang) Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasrakan Pengetahuan Pengetahuan f % Baik 65 71,4 Kurang 26 28,6 Total 91 100 Tabel 4 diketahui bahwa sebanyak 28,6 % (26 orang) responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemeriksaan pap smear. Tabel 5: Distribusi Frekuensi Sikap Sikap f % Favorable (positif) 23 25,3 Unfavorable (negatif) 68 74,7 Total 91 100 Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 74,7% (68 orang) responden bersikap unfavorable/ tidak setuju ada pemeriksaan pap smear Analisa Bivariat Tabel 6: Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Pemeriksaan Pap smear Pemeriksaan Total Papsmear p- Pengetahuan Periksa Tidak value OR n % f % f % Baik 47 72,3 18 27,7 65 100 Kurang 11 42,3 15 57,7 26 100 0,014 3,56 Jumlah 58 63,7 33 36,3 91 100 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan [8]

papsmear pada pekerja seks komersial diperoleh bahwa ada sebanyak 47 dari 65 (72,3%) pekerja seks komersial yang memiliki pengetahuan baik melakukan pemeriksaan pap smear. Sedangkan diantara pekerja seks komersial yang berpengetahuan kurang ada 11 dari 26 (42,3 %) yang melakukan pemeriksaan papsmear. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,014 dengan derajat kepercayaan 95%, karena p-value <0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan proporsi kejadian pemeriksaan pap smear antara pekerja seks komersial yang berpengetahuan baik dengan pekerja seks komersial yang berpengetahuan kurang (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemeriksaan papsmear). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,56, artinya pekerja seks komersial yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 3,5 kali tidak melakukan papsmear dibandingkan pekerja seks komersial yang berpengetahuan baik. Tabel 7: Analisis Hubungan Sikap Dengan Pemeriksaan Pap smear Pemeriksaan Papsmear Total p- Sikap Periksa Tidak value OR n % n % n % Favorable 8 34,8 15 65,2 23 100 (positif) Unfavorable 0,002 0,19 50 73,5 18 26,5 68 100 (negatif) Total 58 63,7 33 36,3 91 100 Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pemeriksaan papsmear pada pekerja seks komersial diperoleh bahwa ada sebanyak 8 dari 23 (34,8%) pekerja seks komersial yang memiliki sikap favorable (positif) melakukan pemeriksaan papsmear. Sedangkan diantara pekerja seks komersial yang bersikap unfavorable (negatif) ada 50 dari 68 (73,5%) yang melakukan pemeriksaan papsmear. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,002 dengan derajat kepercayaan 95%, karena p-value <0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan proporsi kejadian pemeriksaan papsmear antara pekerja seks komersial yang bersikap favorable (positif) dengan pekerja seks komersial yang bersikap unfavorable (negatif), (ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemeriksaan pap smear). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,19, artinya pekerja seks komersial yang bersikap unfavorable (negatif) mempunyai peluang 0,1 kali tidak melakukan papsmear dibandingkan pekerja seks komersial yang bersikap favorable (positif). PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan oleh Yayuk Agustin Hapsari (2003) pada bulan Mei sampai Juli 2003, didapatkan hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang tidak melakukan papsmear adalah sebanyak 34% dengan mayoritas pendidikan SMA, dengan tingkat usia 40-50 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Yayuk dan peneliti lakukan sejalan, dapat dikarenakanoleh karena tingkat pendidikan dan tingkat usia responden yang sama yaitu rata-rata adalah SMA dengan usia rata-rata responden adalah dewasa menengah sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatannya agar mampu berpikir dan bertindak secara logis mengenai pentingnya pemeriksaan papsmear. Dalam penelitian ini masih terdapat responden yang tidak melakukan pemeriksaan papsmear. Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya perilaku kesehatan seorang individu. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), secara garis besar perilaku kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, pendidikan, persepsi, ketersediaan fasilitas, pendapatan keluarga, sikap dan perilaku petugas kesehatan, serta media promosi. Padahal papsmear test merupakan suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Untuk itu disarankan agar tenaga kesehatan bersikap [9]

proaktif untuk meningkatan kesadaran seorang wanita pekerja seks komersial akan pentingnya pemeriksaan papsmear dengan cara memberikan penyuluhan langsung kepada pekerja seks komersial yang belum memeriksakan papsmear, sehingga dengan kesadaran yang tinggi inilah seorang pekerja seks komersial sukarela untuk melakukan pemeriksaan papsmear secara rutin setiap bulannya. Pengetahuan Berdasarkan hasil perhitungan dilihat bahwa pengetahuan akan pemeriksaan papsmear pada pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung tahun 2016 yang termasuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 28,6% (26 orang). Penelitian yang dilakukan oleh Yulita Rikasari (2012) mengenai pengetahuan papsmear pekerja seks komersial di Lokalisasi Sukosari Semarang didapatkan hasil bahwa pengetahuan responden tentang Pap Smear yang kurang adalah 37.3% (19 orang) dan didapatkan hasil yang membuktikan hipotesis bahwa terdapat hubungan pemeriksaan papsmear dengan pengetahuan pekerja seks komersial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa tingkat pengetahuan responden sudah cukup baik karena hampir sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik akan pemeriksaan papsmear. Hal ini dapat terjadi karena upaya aktif dari tenaga kesehatan dan pihak-pihak terkait dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pendidikan para pekerja seks komersial ini sendiri dengan mengadakan penyuluhan dan pembinaan langsung dan media promosi yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Green dalam Notoatmodjo (2005) bahwa perilaku kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan, sikap dan perilaku petugas kesehatan, serta media promosi. Pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang individu. Pendidikan seseorang individu biasanya diikuti dengan pengetahuan individu mengenai kesehatan diri dan tindakan apa yang akan diambil dari hasil pengetahuannya itu sendiri. Dari hasil penelitian ini menurut pendapat peneliti bahwa pengetahuan, pendidikan, sikap dan perilaku petugas kesehatan, dan media promosi merupakan faktor-faktor yang sangat berperan penting akan pemeriksaan papsmear ini, sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pekerja seks komersial sudah cukup baik. Namun, dalam penelitian ini masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pemeriksaan papsmear. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang baik antara tenaga kesehatan dengan lokalisasi setempat untuk melakukan penyuluhan dan pendidikan reproduksi secara langsung kepada pekerja seks khususnya yang belum melakukan pemeriksaan papsmear tentang pentingnya pemeriksaan papsmear pada pekerja seks komersial, yang memiliki resiko sangat tinggi terkena kanker leher rahim dan penyakit reproduksi lainnya Sikap Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung Tahun 2016, dari 91 orang responden yang dijadikan sampel, didapatkan hasil 74,7% (68 orang) pekerja seks komersial yang memiliki sikap unfavorable (negatif) atau tidak setuju terhadap pemeriksaan papsmear. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suni Harti (2010) dengan jumlah populasi sebanyak 70 orang, dari hasil penelitian diketahui lebih dari separuh responden (62,9%) mempunyai sikap yang negatif terhadap papsmear. Penelitian lainnya yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Jayanti Anim Vinar (2009) mengenai praktik pemeriksaan papsmear di Wilayah RW X Kelurahan Manyaran, Semarang dari sampel 70 responden, mayoritas responden memiliki praktik kurang 64,29% dan praktik baik 35,71%. [10]

Penelitian yang dilakukan di Padang dan Semarang sejalan dengan penelitian ini dikarenakan yaitu hampir separuh lebih reponden memiliki sikap negatif (unfavorable) terhadap pemeriksaan papsmear. Hal ini dapat terjadi karena pada penelitian yang peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwa kebanyakan pekerja seks komersial ini melakukan pemeriksaan papsmear karena paksaan dari petugas kesehatan setempat untuk melakukan pemeriksaan papsmear, terutama pada pekerja seks komersial pendatang yang kebanyakan belum mendapat penjelasan apa-apa, namun sudah diwajibkan untuk melakukan papsmear, serta banyak alasan lain yang mendorong wanita untuk bersikap tidak setuju akan pemeriksaan papsmear seperti tarif pemeriksaan papsmear yang dirasa cukup tinggi yaitu sekitar 80 ribu rupiah sedangkan penghasilan yang dimiliki pekerja seks masih rendah, serta rasa takut seorang pekerja seks jika pemeriksaan papsmear itu akan terasa sakit, serta faktor-faktor psikologi dan psikososial lainnya Hal ini sejalan dengan Newcom, seorang ahli psikologi yang menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap adalah respon tertutup seorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan (setuju-tidak setuju). Respon seorang wanita terhadap pentingnya pemeriksaan papsmear yang diberikan lingkungan dapat dipengaruhi oleh faktor pendapat dan emosi pekerja seks komersial itu. Seorang wanita yang sudah mendapat pengetahuan dan pembinaan mengenai papsmear, bahkan sudah melakukan papsmear tapi masih bersikap unfavorable (tidak setuju) dengan papsmear itu dapat dikarenakan paksaan dari tenaga kesehatan yang datang ke lokalisasi setempat dan mewajibkan untuk melakukan pemeriksaan papsmear tanpa tahu manfaat dari pemeriksaan papsmear itu sendiri, serta biaya yang dikenakan untuk setiap pemeriksaan papsmear dirasa cukup berat dibandingkan penghasilan yang didapat. Oleh karena itu diperlukan sikap yang proaktif dari tenaga kesehaan ini untuk meningkatkan kesadaran dan meningkatkan pengetahuan pekerja seks komersial ini sendiri tentang pentingnya pemeriksaan papsmear sehingga pekerja seks komersial akan sukarela memeriksakan dirinya karena sadar pentingnya pemeriksaan papsmear ini untuk kesehatan reproduksinya. Serta melakukan konsultasi kesehatan reproduksi yang mendalam, pendekatan secara emosional dan psikologis, dan memberikan informasi sejelas-jelasnya mengenai pemeriksaan papsmear, agar tidak menimbulkan ketakutan tersendiri bagi pekerja seks komersial yang ingin melakukan pemeriksaan papsmear. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemeriksaan Papsmear Dari hasil analisa bivariat didapatkan hasil bahwa pekerja seks komersial yang tidak melakukan pemeriksaan papsmear dan memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 57,7% (15 orang). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square (x 2 ) didapatkan p-value =0,014,sehingga Ho di tolak, yang berarti secara statistik ada hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan papsmear pada pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung Tahun 2016. Hal ini sejalan dengan Green dalam Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh terhadap pola pikir suatu individu dan tingkah laku individu itu sendiri, karena dengan pengetahuan seseorang akan berpikir baik dan buruknya sesuatu hal untuk dirinya dan dapat menentukan langkah yang akan dilakukannya dari hasil berpikir itu sendiri. Tinggi atau rendahnya pengetahuan akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan mengambil keputusan. (Notoatmodjo, 2010) [11]

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jayanti Anim Vinar (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu mengenai papsmear dengan praktik pemeriksaan papsmear (OR=0,47) dan p- value=0,004 (p<0,05) yang berarti semakin besar pengetahuan pekerja seks komersial maka semakin besar seorang pekerja seks komersial melalukan pemeriksaan papsmear. Berdasarkan hasil penelitian di atas ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan papsmear. Sehingga peneliti berpendapat bahwa perlu adanya peningkatan pengetahuan agar pekerja seks yang belum melakukan pemeriksaan papsmear akan melakukan pemeriksaan papsmear, karena dengan pengetahuan yang baik maka wanita akan mengetahui bahwa pemeriksaan papsmear adalah salah satu cara untuk mendeteksi, mencegah ataupun menanggulangi terjadinya kanker serviks atau kanker leher rahim. Tenaga kesehatan setempat juga dapat bekerja sama dengan pihak lokalisasi setempat dalam mengimbau pekerja seks komersial ini untuk wajib melakukan pemeriksaan papsmear dengan memberikan kartu kuning yang berguna sebagai tanda seorang pekerja seks telah melakukan pemeriksaan papsmear, dan memberikan penyuluhan-penyuluhan serta pembinaan kepada pekerja seks untuk memeriksakan kesehatan organ reproduksi secara rutin setiap bulan. Hubungan Sikap Dengan Pemeriksaan Papsmear Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung Tahun 2016 dari 91 siswa yang dijadikan sampel, diketahui bahwa siswa yang unfavorable atau tidak setuju dengan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 26,5% (18 orang), hasil uji statistik dengan chi square diperoleh p-value = 0,002, artinya ada hubungan antara sikap dengan pemeriksaan pap smear pada pekerja seks komersial di Pemandangan Bandar Lampung. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suni Harti (2010) yang didapatkan hasil bahwa ada hubungan signifikan antara sikap dengan pemeriksaan pap smear (OR=2,69) dan p-value 0,003 (p<0,05) yang berarti semakin tinggi sikap seseorang akan pemeriksaan pap smear maka semakin besar ibu akan melakukan pemeriksaan pap smear ini. Salah satu faktor pendukung seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2010) adalah sikap. Sikap adalah respons tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan (setuju-tidak setuju). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pemeriksaan papsmear. Sehingga peneliti berpendapat bahwa perlu adanya peningkatan sikap seorang pekerja seks komersial dengan cara meningkatkan kesadaran pekerja seks komersial itu sendiri dengan penyuluhan, pembinaan, konsultasi mendalam, dan pengajaran agama yang baik kepada pekerja seks komersial ini, sehingga pekerja seks komersial akan dengan sukarela melakukan pemeriksaan papsmear dan tanpa paksaan dari manapun karena mengetahui pemeriksaan ini penting untuk dirinya dan kesehatan reproduksinya. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 63,7 % (58 orang) responden pekerja seks komersial melakukan pemeriksaan papsmear, dan sebanyak 36,3% (33 orang) responden pekerja seks komersial yang tidak melakukan papsmear. Pengetahuan pekerja seks komersial dengan pemeriksaan papsmear dalam kategori baik sebanyak 71,4 % (65 orang) responden, dan kategori kurang yaitu sebanyak 28,6% (26 orang) responden pekerja seks komersial. Sikap terhadap pemeriksaan papsmear yang termasuk [12]

dalam kategori favorable (positif) yaitu sebanyak 25,3% (23 orang) responden pekerja seks komersial, dan kategori unfavorable (negatif) yaitu sebanyak 74,7% (68 orang) responden pekerja seks komersial. Anlisis statistik menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan pap smear (p-value = 0,014 dan OR=3,56) dan ada hubungan antara sikap dengan pemeriksaan pap smear dengan (p-value = 0,002 dan OR=0,19). DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2004. Modul Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Depkes RI. 2008. Laporan Riskesdas 2007. (http://www.scribd.com) Evennett, Karen. 2003. Pap s Smear Apa yang Anda Ketahui?. Jakarta: Arcan. Harti, Suni. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Papsmear Pada Wanita Usia Subur Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr M Djamil Padang, Skripsi Sarjana, Padang (kti-skripsikebidanan.blogspot.com) Jayanti, Amir, Vinar. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Papsmear Dengan Praktik Pemeriksaan Papsmear di Wilayah RW X Kelurahan Mayaran Semarang, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Dipenogoro, Semarang (eprints.undip.ac.id) Notoatmodjo, Soekidjo, Dr. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta Yulita, Rikasari. 2012. Gambaran Pengetahuan Tentang Papsmear Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Sukosari Semarang. Available at ktiakbid.blogspot.com/2012/05/ktigambaran-pengetahuan-wanitapekerja.html [13]