Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 3, September 2015 ISSN 2442-9775 HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA Rasman Sastra Wijaya Universitas Muhammadiyah Buton Abstrak Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Subyek penelitian berjumlah 48 siswa dengan metode pengumpulan datanya menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara Kemandirian dengan Aktivitas belajar siswa. Kata Kunci: Aktivitas Siswa; Belajar; Kemandirian 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling PENDAHULUAN Kemajuan tekhnologi serta perubahan perubahan lain yang terjadi di sekolah, menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa, karena jika siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi, maka siswa akan menjadi kurang percaya diri jika harus berkompetisi dengan teman teman sekelasnya. Sebagai seorang siswa diharapkan menjadi siswa yang berkualitas dengan memiliki prestasi di berbagai bidang. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas siswa antara lain fasilitas sekolah, kurikulum, kualitas guru yang mengajar dan yang tidak kalah penting adalah keterlibatan orang tua dalam menunjang proses belajar. Pada proses belajar mengajar di kelas, terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang saling mempengaruhi satu sama lain. Umumnya keadaan yang ditampilkan dalam situasi kelas maupun situasi di sekolah akan dipersepsikan tertentu dalam diri siswa, misalnya adanya situasi keadaan siswa baik di luar dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya lebih-lebih di dalam lingkungan sekolah dan di dalam kelas yang semua siswanya aktif, cara mengajar guru, dan adanya persaingan prestasi antar siswa. Sekolah merupakan tempat dimana siswa siswa berusaha untuk saling mengungguli satu sama lain. Kemandirian adalah kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia untuk ditampilkan di dalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh individu. Pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian atau dalam hal ini termasuk kemandirian pada suatu hal atau keadaan dimana dapat berdiri sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kemandirian seseorang dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Soeharto (1980) kemandirian adalah menumbuhkan kemampuan yang dimiliki, meningkatkan 40
peranan yang lebih besar dalam segala bidang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam peningkatan kegiatan. Bagi siswa menumbuhkan kemandirian dapat dilakukan oleh orangtua di rumah misalnya untuk anak yang sudah remaja diajak untuk senantiasa merawat dan mengurus dirinya sendiri serta dapat menjaga kebersihan lingkungannya, membantu pekerjaan orangtua di rumah seperti membantu memasak, membersihkan tempat tidur, kamar, menyapu atau merawat tanaman di halaman rumah. Selain itu guru juga mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkan kemandirian anak didiknya karena selain di rumah anak juga hidup di sekolah. Sebagai seorang guru harus selalu mengajarkan kepada anak didiknya untuk dapat hidup mandiri misalnya mengerjakan tugas atau pekerjaan yang diberikan secara baik, mengajak anak untuk bekerja bakti membersihkan kelas dan selalu menjaga kebersihan kelas. Bahkan kemandirian bagi anak dapat juga ditumbuhkan melalui mata pelajaran pendidikan keterampilan di sekolah. Kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, baik itu bermain ataupun dalam mengerjakan tugas yang dimaksud dengan kemandirian. Sehingga siswa tidak tergantung lagi pada orang lain tetapi mempunyai rasa percaya diri dan lebih mengerti akan kemampuan yang dimiliki. Para siswa bersaing untuk meraih prestasi yang terbaik, misalnya mendapatkan peringkat pertama di kelas atau pun peringkat pertama paralel. Adanya kompetisi sebagai suatu kebutuhan bagi individu maka dibutuhkan motif untuk menggerakkan individu bertingkah laku yang mempunyai tujuan tertentu yaitu tujuan untuk memenangkan persaingan demi peningkatan prestasi. Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Rousseau dalam Sardiman (2007) memberikan penjelasan bahwa dalam hal aktivitas belajar, segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Selama proses belajar siswa dituntut aktivitas siswa untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Suasana belajar yang aman, nyaman, dan kondusif akan mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar adalah proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru dan siswa yang lebih cenderung pasif. Siswa yang pasif dalam pembelajaran akan membuat kemampuan berpikirnya tidak dapat berkembang, juga kegiatan yang membatasi bahkan tidak memberikan ruang untuk siswa aktif sehingga dalam pembelajaran akan membuat siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dari tanggal 19 April sampai bulan Mei 2011 ditemukan beberapa masalah pada mata pelajaran matematika dan PKn dari sekian siswa (±10 siswa) tidak seorangpun siswa yang mengerjakan tugas sendiri dan bahkan tidak memberikan tanggapan meskipun guru telah memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas sendiri. Juga informasi hasil wawancara dengan guru matematika, guru bimbingan konseling dan sesama teman mahasiswa, dari sekian banyak siswa tersebut, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengontrol dirinya, acuh terhadap pakaian seragam, sering terlambat ke sekolah dan adanya siswasiswa yang selalu mengharapkan bantuan dari temannya dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumahnya dengan terlihat jelas bahwa kemandirian belajar siswa masih sangat rendah dan kurang dengan memandang rendah serta malasnya dalam menilai manfaat pelajaran saat di kelas. 41
Rumusan penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini mengetahui hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk menguji hubungan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai dengan 23 November 2011. Subyek penelitian ini yaitu 48 siswa SMA Negeri 6 Kendari pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Metode pengumpulan datanya menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang kemandirian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kondisi kemandirian siswa tergolong kategori cukup. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil klasifikasi data kemandirian (X) yang dikategorikan dalam 3 kategori yaitu k urang, cukup dan baik. Dari ketiga kategori tersebut maka diperoleh jumlah siswa yang mandiri kategori kurang adalah sebesar 35,42%, siswa yang mandiri dalam kategori cukup sebesar 47,92% dan siswa yang mandiri dengan kategori baik sebesar 16,67%. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi kemandirian baik dalam belajar maupun dalam beraktivitas di luar belajar, siswa termasuk membentuk kemandirian yang kondisi cukup, walaupun ada sebagian juga yaitu sebanyak 16,67% membentuk kemandirianya dalam belajar dan beraktivitas baik, akan tetapi jika dibandingkan persentase secara keseluruhan dimana siswa yang mandiri dalam belajar cukup sebesar 47,92%, siswa yang melakukan mandiri dalam belajar baik sebesar 16,67%, dan siswa yang melakukan mandiri dalam belajar kurang sebesar 35,42% maka dari keseluruhan persentase kondisi kemandirian masih dalam kategori cukup, hal ini dikarenakan pada tingkat jumlah persentase terbesar yaitu pada kategori cukup sebesar 47,92%. Dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Kemandirian Siswa Kategori Hasil Kurang 35,42% Cukup 47,92% Baik 16,67% Lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 1. 42
Gambar 1. Hasil Kemandirian Siswa Kemandirian adalah kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik manusia untuk ditampilkan di dalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh individu. Dari beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian atau dalam hal ini termasuk kemandirian pada siswa belajar siswa adalah suatu hal atau keadaan dimana siswa belajar, siswa dapat berdiri sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kemandirian yang dimaksud adalah kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, baik itu bermain ataupun dalam mengerjakan tugas sehingga belajar siswa tidak tergantung lagi pada orang lain tetapi mempunyai rasa percaya diri dan lebih mengerti akan kemampuan yang dimiliki. Proses kemandirian dalam beraktivitas pada pekerjaan ini merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena dalam suatu pekerjaan didalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan, aktivitas pekerjaan dapat digunakan sebagai aktivitas dasar atau persiapan bagi siswa untuk dapat menguasai suatu keterampilan tertentu yang berguna sebagai bekal di kehidupannya yang akan datang. Berbagai macam bentuk aktivitas perlu diberikan kepada siswa karena berguna sebagai bekal di kehidupannya yang akan datang agar siswa dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, serta diharapkan siswa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kartawijaya & Kuswanto (2004) kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri dapat dibentuk ketika siswa masih kecil, misal dalam membentuk kebiasan tidur ataupun makan, yaitu apa dan bagaimana yang harus dilakukan siswa sebelum dan sesudah kegiatan tersebut dilakukan. Sedangkan rasa percaya diri terbentuk ketika siswa diberikan kepercayaaan untuk melakukan sesuatu hal yang mampu ia kerjakan sendiri, tanpa harus memberi peraturan yang ketat. Namun diperlukan pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari orangtua. Selain itu, disiplin juga berpengaruh sekali dalam membentuk siswa menjadi mandiri, karena dengan disiplin yang diterapkan oleh orangtua, secara tidak langsung siswa menjadi disiplin, namun disiplin tersebut harus konsisten dan konsekuen serta tetap dalam bimbingan dan pengawasan orangtua. Sesuai dengan hasil penelitian data aktivitas belajar siswa diperoleh hasil bahwa aktivitas belajar siswa tergolong sedang. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil klasifikasi data aktivitas belajar siswa (Y) yang dikategorikan dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dari ketiga kategori tersebut maka diperoleh jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah yaitu sebesar 10,42%, siswa yang memiliki aktivitas belajar yang sedang sebesar 52,08% dan siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi sebesar 37,5%. 43
Dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Aktivitas Belajar Kategori Hasil Rendah 10,42% Sedang 52,08% Tinggi 37,50% Lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 2 berikut : Gambar 2. Hasil Aktivitas Belajar Hasil penelitian tentang hubungan kemandirian dengan aktivitas belajar siswa yaitu dimana diperoleh koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y adalah nilai r hitung = 0, 914 Bila hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel = 0,284 pada taraf α = 0,05 dan N = 45, maka r hitung = 0,914 > r tabel = 0,284. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa korelasi antara kemandirian (X) dengan aktivitas belajar siswa (Y) adalah signifikan. Selanjutnya untuk memperkuat hasil analisis koefisien korelasi maka digunakan uji t. Dan berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh nilai t hitung = 7,186. Table t dengan dk = n 2 = 43, dan taraf signifikasi α 0,05 maka diperoleh nilai t tabel = 1,684. Dan ternyata nilai t hitung lebih besar dari t tabel (7,186> 1,684). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan aktivitas belajar siswa. Dimana besarnya nilai konstribusi kemandirian (X) terhadap aktivitas belajar siswa (Y) adalah (r 2 ) = 0, 83421 = 83,42%. Dari hasil pengujian korelasi di atas maka dapat dikatakan bahwa kemandirian sangat berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Ini sesuai dengan besarnya kontribusi (r -2 ) kemandirian terhadap aktivitas belajar siswa adalah sebesar 83,42%, sedangkan sebesar 16,58% ditentukan oleh faktor lain. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban guru dan orang tua yang mengharapkan anaknya bisa mandiri dan berhasil dalam belajar agar bisa mendukung dan menciptakan lingkungan yang mandiri baik di sekolah maupun di luar sekolah, karena kemandirian dalam belajar dan beraktivitas merupakan hal utama yang harus di terapkan baik dalam lingkungan terkecil dalam kehidupan, tempat seseorang diperlakukan dan dibesarkan serta memperoleh jati diri dari pendidikan awal. 44
Sebagaimana Steinberg dalam Aspin (2007) : 1) cara siswa dalam memikirkan sesuatu menjadi semakin abstrak, 2) keyakinan-keyakinan siswa semakin bertambah menakar pada prinsipprinsip umum yang memiliki beberapa basis idiologis, 3) keyakinan-keyakianan siswa semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri dan bukan hanya suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau figur pemegang kekuasaan lainnya, Kemandirian pada masa siswa awal berusaha untuk berdiri sendiri dan mempunyai tanggung jawab dalam masyarakat, merupakan hak dan kewajiban siswa menginjak dewasa karena sangat mempengaruhi perkembangan pribadinya. Pengalaman sosial awal yang diperoleh siswa dalam keluarga, sangat berkaitan dengan cara mendidik siswa yang digunakan orang tua. Dalam hal ini siswa yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis, memungkinkan siswa tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengaktualisasikan potensinya, siswa menjadi percaya diri, dan memiliki kemandirian yang tinggi. Sebaliknya siswa yang dididik dengan cara otoriter cenderung menjadi pendiam dan keingintahuan serta kreativitas siswa terhambat oleh tekanan orangtua. Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya merupakan hal yang penting dalam memperkuat motivasi siswa. Dari pernyataan penelitian ini tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mandiri mampu beraktivitas sesuai dengan keadaan dirinya untuk bertahan dengan kesulitan yang dihadapi dan dapat menerima kegagalan dengan pikiran yang rasional. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri individu yang memiliki kemandirian baik yaitu mampu menghadapi kegagalan dengan sikap yang rasional dengan berupaya mengatasinya secara lebih baik tanpa menyebabkan depresi (Yusuf, 2004). SIMPULAN Kemandirian siswa berada pada kategori cukup dengan frekuensi persentase sebesar 47,92%. Aktivitas belajar siswa berada pada kategori sedang dengan frekuensi persentase sebesar 52,08%. Ada korelasi yang signifikan antara Kemandirian dengan Aktivitas belajar siswa. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SMA Negeri 6 Kendari saya ucapkan banyak terimakasih atas bantuannya DAFTAR PUSTAKA Aspin, 2007. Hubungan Gaya pengasuhan orangtua Authoritharian dengan Kemandirian Emosional Remaja. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran. Kartawijaya, Anne & Kay Kuswanto. 2004. Artikel Tentang Mendidik Anak Untuk Mandiri. http://www.geoogle.com.e-psikologi. Diunduh pada Oktober 2011 Santrock, John.W, 2011. Masa perkembangan Anak. Jakarta Salemba Humanika Sardiman, A.M. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Soeharto, Irawan. 1980. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangnan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. 45