PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

III. METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

METODE EKSPERIMEN Tujuan

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

Jurnal Einstein 4 (3) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

*

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Oleh: I Nengah Simpen. Promotor: Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sutarpa Sutama, M.S Ko Promotor: 1. Prof. Ir. I Wayan Redana, M.Sc, Ph.D

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA LEMBAN TONGOA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PEMETAAN AKUIFER AIRTANAH DI WILAYAH KAMPUS UNSRAT MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

Cristi * ), Kerista Sebayang * ), Mester Sitepu ** ) Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, MEDAN

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA PENELITIAN. Bab ini akan menjelaskan bebarapa tahapan yang dilakukan untuk

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

PENENTUAN KEDALAMAN AKUIFER BEBAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER

IDENTIFIKASI KEDALAMAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN STUDI GEOLOGI DAN GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH DUSUN SILUK II, IMOGIRI

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

BAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 02 (2015), Hal ISSN :

Modul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

Transkripsi:

Identifikasi Jenis Akuifer di Kawasan Jungkat Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Dipole Dipole Yoga Purnama a, Muh. Ishak Jumarang a*, Muliadi b a Program Studi Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam a Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. H. Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : ishakjumarang@physics.untan.ac.id Abstrak Lapisan akuifer merupakan suatu lapisan tanah yang mampu menampung dan mengalirkan air dengan baik. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lapisan akuifer adalah metode Geolistrik Resistivitas. Penelitian ini mengidentifikasi jenis akuifer menggunakan metode Gelistrik Resistivitas konfigurasl Dipole Dipole. Lokasi penelitian berada pada koordinat 0 3'44"LU s.d 0 3'50"LU dan 109 11'58"BT s.d 109 12'2"BT. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Res2Dinv untuk memetakan lapisan dua dimensi di bawah permukaan pada lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan pada empat lintasan. Jarak antar elektroda untuk Lintasan 1 dan 2 adalah 10 m dengan panjang lintasan 150 m dan untuk Lintasan 3 dan 4 memiliki jarak antar elektroda 7 m dengan panjang lintasan 105 m. Hasil pengolahan data menunjukkan akuifer berada pada kedalaman 10 m s.d 23 m dengan nilai resistivitas antara 0 Ωm s.d 50 Ωm. Dengan memperhatikan hasil pengolahan data dan faktor geologi di sekitar lokasi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa akuifer yang terdapat di lokasi penelitian merupakan akuifer alluvial yang termasuk kedalam jenis akuifer bebas. Lapisan yang menyusun akuifer diduga berasal dari endapan sedimen yang terbawa oleh arus sungai dan terkumpul dalam jangka waktu yang lama. Kata Kunci : Geolistrik, Dipole Dipole, Akuifer 1. Pendahuluan Secara geografis letak lokasi penelitian berada pada koordinat 0 3'44"LU s.d 0 3'50"LU dan 109 11'58"BT s.d 109 12'2"BT. Letak lokasi penelitian yang berdekatan dengan muara sungai kapuas kecil menyebabkan air sungai di sekitar lokasi penelitian menjadi payau karena terkontaminasi air laut. Kondisi tersebut menyebabkan Air sungai kurang baik untuk di gunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penelitian menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketergantungan terhadap air hujan menyebabkan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penelitian kesulitan untuk mendapatkan air yang layak digunakan untuk kebutuhaan sehari-hari pada saat musim kemarau tiba. Air tanah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan air pada saat musim kemarau, karena air tanah murah dan mudah didapatkan. Air tanah merupakan semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang terbentuk di dalam retakan-retakan batuan. Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah [1]. Pada saat mengeksplorasi air tanah tidak selalu mendapatkan air yang melimpah, hal tersebut dapat terjadi karena titik dan kedalaman pengeboran tanah yang tidak tepat di lapisan akuifer. Lapisan akuifer merupakan lapisan tanah yang mengandung air, dimana air ini bergerak di dalam tanah karena adanya ruang antar butir-butir tanah [2]. Sehingga untuk mengeksplorasi air tanah dengan efektif maka perlu diketahui terlebih dahulu keberadaan akuifer di bawah permukaan tanah. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian ini agar dapat memberikan informasi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penelitian mengenai jenis dan keberadaan akuifer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Geolistrik Resistivitas. Metode ini dilakukan dengan cara mengukur tegangan dan arus yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi [3]. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkirakan jenis dan keberadaan akuifer di lokasi penelitian. 101

2. Metodologi 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Jungkat, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Lokasi penelitian berada pada koordinat 0 3'44"LU s.d 0 3'50"LU dan 109 11'58"BT s.d 109 12'2"BT. Pengambilan data primer dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 19 Desember 2016. Pengambilan data dilakukan pada 4 lintasan. Dengan panjang lintasan 150 m untuk Lintasan 1 dan 2 dan 105 meter untuk Lintasan 3 dan 4. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 2.2 Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data observasi yang didapatkan dari pengukuran langsung di lapangan. Data observasi yang didapatkan di lapangan berupa data arus dan tegangan semu bawah permukaan pada setiap lintasan yang diukur. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data variasi resistivitas material bumi (batuan dan mineral) dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Telford, dkk, pada tahun 1990 dan Djoko Santoso pada tahun 2002. Data sekunder digunakan sebagai data verifikasi dalam prosen intepretasi data (untuk membantu dalam pendugaan material yang terkandung di bawah permukaan tanah yang diteliti), seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Variasi Resistivitas Material Bumi (Batuan dan Mineral) Material Nilai Resistivitas (Ω.m) Air Laut 0,2 Air Dalam Akuifer 10-30 allivual Air Sumber 50-100 Air Tanah 0,5-300 Pasir dan Kerikil 1000-1000 Pasir dan Kerikil dalam 20-500 Air Tawar Pasir dan kerikil dalam 0,5-5 air laut Lempung 1-100 Pasir 1-1000 Batu Pasir berlempung 50-300 Tuv Vuklanik 20-100 Skis Berlempung atau 100-300 lapuk Garam Baru 30-1 10 15 [5], [6]. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian [4] 102

2.3 Prosedur Penelitian 2.3.1 Pengukuran di Lapangan Pengukuran di lapangan yaitu pengambilan data observasi berupa data arus dan tegangan semu. Langkah pengambilan data dijelaskan sebagai berikut: a. Koordinat lintasan yang digunakan dicatat dengan menggunakan GPS. b. Panjang lintasan diukur dengan menggunakan meteran. c. Sebanyak 16 buah elektroda ditancapkan sepanjang lintasan dengan jarak antar elektroda sepanjang 10 meter untuk Lintasan 1 dan 2, kemudian untuk Lintasan 3 dan 4 memiliki jarak antar elektroda 7 meter. d. Lintasan pengukuran dibuat sesuai Gambar 2. Gambar 2. Lintasan Pengambilan Data e. Elektroda yang telah ditancapkn kemudian dihubungkan dengan alat Resistivity-meter yang telah dirangkai dan dihubungkan dengan Accu sebagai sumber daya listrik. f. Arus diinjeksikan dari alat Resistivity-meter melalui dua buah elektroda arus secara berurutan sesuai dengan Stacking Chart yang telah ditentukan. g. Beda potensial yang terjadi akibat injeksi arus kemudian diukur dengan dua buah elektroda potensial. h. Nilai arus dan beda potensial dicatat pada waktu yang bersamaan setelah arus diinjeksikan kedalam tanah. i. Pengukuran seperti pada poin 5 s.d 7 diulangi sesuai dengan jumlah datum pada Stacking Chart yang telah ditentukan. 2.3.2 Pengolahan Data Geolistrik 2D Dari proses pengambilan data di lapangan dihasilkan dua buah data yaitu data arus semu dan data tegangan semu dari material di bawah permukaan pada lintasan penelitian. Dari data tersebut dapat dihitung nilai resistivitas semu dengan menggunakan persamaan berikut [7] : ρ a= (1) = πrn ( + 1)( + 2) (2) = (2 + )(1 + ) (3) Data nilai resistivitas semu tersebut kemudian diinversi dengan menggunakan software Res2Dinv agar dapat menggambarkan sebuah penampang resistivitas 2-D yang mendekati keadaan yang sebenarnya di lapangan. Langkah pengolahan data dijelaskan sebagai berikut: a. Perhitungan data menggunakan software Excel meliputi : 1. Pemindahan data arus dan beda potensial semu dari tiap datum untuk setiap lintasan. 2. Menghitung faktor geometri dengan menggunakan persamaan 2. 3. Menghitung nilai resistivitas semu dari data yang diperoleh di lapangan dengan menggunakan persamaan 3. 4. Hasil perhitungan data dari program excel, dirapikan sesuai dengan urutan lapisan (n=1,2,3, ), dimulai dari lapisan 1. b. Hasil perhitungan data yang sudah rapi dipindahkan ke notepad dengan format TXT. c. Hasil perhitungan data pada notepad kemudian diinversi menggunakan software Res2Dinv. Software Res2Dinv adalah program komputer yang dapat menghasilkan model resistivitas 2-D dari data observasi hasil perhitungan. d. Data hasil inversi tersebut kemudian diolah kembali menggunakan software Surfer untuk menyamakan derajat warna pada gambar agar dapat memudahkan proses interpretasi gambar. 3. Hasil Interpretasi Data Data yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan kemudian diolah dengan menggunakan software Res2Dinv dan menghasilkan gambar dua dimensi dari setiap lintasan. Untuk mempermudah dalam pembacaan hasil inversi tersebut, maka derajat warna pada setiap lintasannya disamakan dengan menggunakan software Surfer, seperti pada Gambar 4 s.d 7. Gambar 4 s.d 7 menjelaskan distribusi resistivitas setelah dilakukan inversi yang menunjukkan nilai resistivitas yang mendekati keadaan sebenarnya. Berdasarkan Gambar 4 s.d 7, dapat dijelaskan bahwa pada Lintasan 1 s.d 4 terdiri dari beberapa lapisan yang memiliki nilai resistivitas yang berbeda. Diasumsikan demikian karena terdapat perbedaan nilai resistivitas pada kedalaman tertentu yang ditunjukan dengan warna yang berbeda. 103

Gambar 3. Peta geologi Lembar Singkawang, Kalimantan [8] Gambar 4. Penampang resistivitas bawah permukaan pada Lintasan 1 104

Gambar 5. Penampang resistivitas bawah permukaan pada Lintasan 2 Gambar 6. Penampang resistivitas bawah permukaan pada Lintasan 3 Gambar 7. Penampang resistivitas bawah permukaan pada Lintasan 4 3.1 Hasil Pengukuran di Lapangan 3.1.1 Lintasan 1 Titik awal Lintasan 1 terletak pada koordinat 0 3'48,46" LU dan 109 12'1,24" BT dengan titik akhir 0 3'44,60" LU dan 109 11'58,25" BT. Penampang resistivitas di bawah permukaan tanah pada Lintasan 1 dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai resistivitas akuifer pada Lintasan 1 Gambar 4. Dari hasil pengolahan data pada Lintasan 1 terlihat bahwa lapisan akuifer berada pada kedalaman 12,68 m s.d 32 m dengan Lintasan 1. Sedangkan warna merah s.d hijau muda pada Gambar 4 diduga merupakan pembatas antara lapisan permukaan tanah yang lebih kering dan lapisan akuifer yang basah. 3.1.2 Lintasan 2 Lintasan 2 sejajar dengan Lintasan 1 dan berjarak 30 meter dari Lintasan 1. Titik awal Lintasan 2 terletak pada koordinat 0 3'47,89" LU dan 109 12'2,03" BT, dengan titik akhir 0 3'44,01" LU dan 109 11'59,09" BT. Penampang resistivitas di bawah permukaan tanah pada Lintasan 2 dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Lintasan 2 nilai resistivitas akuifer 105

Gambar 5. Dari hasil pengolahan data pada Lintasan 2 terlihat bahwa lapisan akuifer berada di kedalaman 12,68 m s.d 32 m dengan Lintasan 2. Warna merah s.d hijau muda pada Gambar 5 diduga merupakan pembatas antara lapisan permukaan tanah yang lebih kering dan lapisan akuifer yang basah. 3.1.3 Lintasan 3 Titik awal Lintasan 3 terletak pada koordinat 0 3'47,54" LU dan 109 11'59,00" BT, dengan titik akhir 0 3'45,62" LU dan 109 12'1,82"BT. Penampang resistivitas di bawah permukaan pada Lintasan 3 dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai resistivitas akuifer pada Lintasan 3 Gambar 6. Dari hasil pengolahan data pada Lintasan 3 terlihat bahwa lapisan akuifer berada pada kedalaman 12,68 m s.d 32 m dengan Lintasan 3. Sedangkan warna merah s.d hijau muda pada Gambar 6 diduga merupakan pembatas antara lapisan permukaan tanah yang lebih kering dan lapisan akuifer yang basah. 3.1.4 Lintasan 4 Lintasan 4 sejajar dengan Lintasan 3 dan berjarak 30 meter dari Lintasan 3. Titik awal lintasan 4 terletak pada koordinat 0 3'46,80" LU dan 109 11'58,53"BT, dengan titik akhir 0 3'44,88" LU dan 109 12'1,34"BT. Penampang resistivitas di bawah permukaan pada Lintasan 4 dapat dilihat pada Gambar 7. Pada Lintasan 4 nilai resistivitas akuifer Gambar 7. Dari hasil pengolahan data pada Lintasan 4 terlihat bahwa lapisan akuifer berada di kedalaman 12,68 m s.d 32 m dengan Lintasan 4. Warna merah s.d hijau muda pada Gambar 7 diduga merupakan pembatas antara lapisan permukaan tanah yang lebih kering dan lapisan akuifer yang basah. 3.2 Jenis Akuifer Pada Lokasi Penelitian Berdasarkan Tabel 1 air memiliki nilai resistivitas terkecil dan suatu material akan lebih kecil nilai resistivitasnya apabila mengandung air. Dapat diasumsikan semakin kecil nilai resistivitasnya maka semakin banyak pula kandungan air pada lapisan tersebut begitu pula sebaliknya. Pada hasil pengolahan data di setiap lintasn, rentang nilai resisitivitas terkecil berada pada kisaran 0 Ωm s.d 50 Ωm. Nilai tersebut merupakan nilai terkecil pada Lintasan 1 s.d 4 dan berada pada kedalaman 10 m s.d 23 m di setiap lintasan. Pada Tabel 1, material penyusun akuifer tersebut diduga terdiri dari lempung, pasir dan kerikil dalam air tawar, dan air dalam akuifer alluvial. Lapisan tersebut diduga berasal dari endapan sedimen yang terbawa oleh arus sungai dan terkumpul dalam jangka waktu yang lama. Asumsi tersebut diperkuat dengan dengan peta geologi (Gambar 3) yang menunjukkan bahwa lokasi penelitian termasuk kedalam daerah endapan litoral, hal tersebut ditunjukkan dengan warna Hijau (Qc) pada peta. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan yaitu jenis akuifer yang terdapat pada Lintasan 1 s.d 4 merupakan jenis akuifer alluvial. Pada Lintasan 1 s.d 4 akuifer dapat ditemukan pada kedalaman 10 m s.d 20 m di bawah permukaan tanah, dengan nilai resistivitas 0 Ωm s.d 50 Ωm. Berdasarkan nilai resistivitas tersebut, lapisan penyusun akuifer pada Lintasan 1 s.d 4 diduga merupakan campuran dari lempung, pasir dan kerikil dalam air tawar, dan air dalam akuifer alluvial. Lapisan tersebut diduga berasal dari endapan sedimen yang terbawa oleh arus sungai dan terkumpul dalam jangka waktu yang lama. 5. Saran Saran dari penelitian ini yaitu perlunya penelitian mengunakan metode yang berbeda untuk memastikan ketepatan dari penelitian ini. Daftar Pustaka [1] Hamzah, M.S., Hidrologi Pantai Dan Kebutuhan Air Masyarakat Pesisir, Fisika "FUSI", 9(1), 68-76, 2011. [2] Herlambang, A., Kualitas Air Tanah Dangakal di Kabupaten Bekasi, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 1996. [3] Hendrajaya, L. dan Idam, A., Geolistrik Tahanan Jenis, Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1990. [4] Google Earth, Desa Jungkat, Http://www.earthgoogle.com, (accessed 28 Mei 2017). [5] Telford, W. M.; Geldard, L. P.; Sherrif, R. E.; and Keys, D. A., Applied Geophysics, (ed(2).), Cambridge University Press, Newyork, London, Melbourne, 1990. [6] Santoso, D., Pengantar Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2002. 106

[7] Santoso, A., Buku Panduan Praktikum Geolistrik, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran", Yogyakarta, 2015. [8] Suwarna, N. dan Langpord, R., Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 1993. 107