BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Efektivitas Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Belajar, Konseling, SMA Sutomo I Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

PERAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIK PADA SISWA SMP

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks

BAB I PENDAHULUAN. (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor. 27 Tahun 2008, tentang standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia ingin untuk melakukan perubahan yang lebih baik pada aspek

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi merupakan hal terpenting dalam setiap kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. di dunia ini, makin bertambah kompleks masalah-masalah kehidupan manusia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia peserta didik (siswa-siswi) dengan cara mendorong dan menfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi orang lain untuk ikut merasakan atau lebih jauh melakukan apa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB IX DEFINISI, LANDASAN, DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING. bimbingan dan konseling, landasan-landasan bimbingan dan konseling, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sesuai dengan fasenya, mulai sejak lahir hingga meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya tidak akan pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam suatu interaksi sosial, baik dalam hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, bahkan masyarakat. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi (Mulyana, 2007:6). Demikian pula komunikasi mengambil banyak peran di dalam dunia pendidikan. Disetiap proses pembelajaran bagi peserta didik maupun pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau guru, komunikasi sebagai dasar di dalam penyampaian ide dan gagasan. Berbagai bentuk komunikasi yang terjadi serta dengan konteks dan fungsi yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut. Seperti contoh, komunikasi organisasi di antara guru dan staff di dalam aktivitas administrasi sekolah, komunikasi kelompok di antara guru dan siswa di dalam proses belajar dan mengajar, serta komunikasi antarpribadi di antara guru dan siswa, guru BK dan siswa, maupun seorang siswa dengan siswa lainnya yang berada di dalam lingkungan sekolah. Edgar Dalle (1946) menyatakan pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat melakukan peranan dalam berbagai lingkungan secara tetap untuk masa yang akan datang (http:/www.dharmasanjaya. blogdetik.com/2013/03/19/pengertian pendidikan). Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program pengajaran, bimbingan, dan latihan dalam membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moralsprital, intelektual, emosional, maupun sosial. Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Sementara 1

2 orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil, dan berakhlak mulia. Hurlock (1986) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Hal senada juga dikemukakan oleh Havighurst (1961) bahwa sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mecapai tugas perkembangannya (Yusuf, Nurihsan, 2005:2-3). Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11 tahun sampai dengan usia 21 tahun. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga para orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dikarenakan individu remaja sedang berada pada masa transisi yaitu masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang dialami atau dalam keadaan transisi dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk (Syah, 2010:51). Menurut Syamsu dan Juntika (2005) bahwa dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku baik dalam kogntif, afektif, maupun psikomotorik, untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien (Yusuf, Nurihsan, 2005:222). Berbagai metode maupun cara dilakukan guna mencapai perkembangan positif peserta didik seperti pemberian materi mata pelajaran, tugas dan latihan, serta mengadakan tes atau ujian. Namun, semua hal tersebut membuat guru aktif dan sesungguhnya sebagian besar merupakan faktor penentu dalam proses belajar. Hal tersebut sebagian besar ditujukan untuk memaksa siswa

3 belajar. Walaupun demikian, siswa acap dipandang masih lambat, sulit memahami, bahkan kurang tertarik untuk belajar (Sukardi, 1988:21). Pada dasarnya, anak memerlukan motivasi di dalam kegiatan belajarnya. Pentingnya motivasi dalam belajar, karena keberadaannya sangat berarti bagi perbuatan belajar atau seluruh aktivitas dalam belajar (Uno, 2008:23). Wlodkowsi (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah (direction) serta ketahanan (persistene) (Siregar,Nara, 2010:49). Motif merupakan suatu tenaga potensial untuk terjadinya perilaku atau tindakan, sedangkan motivasi merupakan proses pengerahan dan penguatan motif itu untuk diaktualisasikan dalam perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perilaku, maka motif dalam motivasi itu tidak terpisah, sehingga pada gilirannya konsep motivasi telah mencakup motif dan penguatannya. Tidak terkecuali dalam belajar, motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukkan ragam kendali terhadap rangsangan belajar dan menentukkan ketekunan belajar (Uno, 2008:27). Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung, dan kegiatan belajar yang menarik. Namun, harus dipahami bahwa, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Uno, 2008:23). Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang sering sekali dipakai di dalam mendukung proses pengajaran maupun pembelajaran di setiap lembaga pendidikan. Komunikasi interpersonal juga lebih efektif untuk memotivasi peserta didik secara personal agar dapat memahami dirinya dan dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Hardjana (2007:85) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal (interpersonal communication) atau komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan

4 penerima dapat menanggapi secara langsung pula. Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi mempunyai peranan yang cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing proses) (Wiryanto, 2004:37). Komunikasi secara interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang juga terdapat pada metode pengembangan potensi siswa/i yang melibatkan konselor dan siswa/i dalam pertemuan tatap muka. Metode tersebut lazimnya disebut dengan bimbingan konseling. Bimbingan konseling adalah salah satu metode yang telah lama ada dan yang pada saat ini berkembang pesat dalam dunia pendidikan guna membantu siswa atau peserta didik untuk mengembangankan potensi dasar yang dimiliki siswa, yang tidak sekedar memberikan ilmu pengetahuan sesuai kurikulum (Sukardi, 1988:20). Rochman Natawidjaja (1987) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Sedangkan Robinson (1950) mengartikan konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya (Hallen, 2005:5,10). Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal, terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan itu, melainkan melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lainlain. Salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di Kota Medan adalah Yayasan Perguruan Sutomo I Medan (PG-SD-SMP-SMA), sekolah ini telah memiliki akreditasi serta prestasi akademik siswa yang baik, bahkan masyarakat Kota Medan juga memberikan perhatian khusus kepada sekolah ini sebagai sekolah yang unggul dalam prestasi akademiknya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari berbagai prestasi-prestasi yang telah diraih oleh siswa-siswi Yayasan

5 Perguruan Sutomo I Medan dalam ajang kompetisi akademik tingkat lokal dan nasional. Di dalam perjalanannya, sekolah ini telah beberapa kali memenangkan medali dan penghargaan dalam olimpiade-olimpiade ilmiah dengan meraihkan medali emas (gold medal), medali perak (silver medal) dan medali perunggu (bronze medal) pada Olimpiade Siswa Nasional (OSN) yang diadakan di kota Yogyakarta, Balikpapan, Pekanbaru, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makasar, Jakarta, Medan dalam beberapa kategori-kategori serta olimpiade lainnya pada tingkat nasional dan internasional. Namun tidak semua siswa/i tersebut memiliki motivasi dan prestasi akademik yang sama. Terdapat siswa/i yang memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan aktivitas belajarnya dan juga terdapat siswa/i yang dipandang masih belum memiliki motivasi yang kuat untuk belajar serta mengalami berbagai kesulitan dalam proses pembelajarannya. Terlepas dari bentuk atau metode pengajaran yang ada dan yang telah lama diterapkan di dalam mendukung pengembangan potensi siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan, yayasan ini juga memberikan salah satu fasilitas bimbingan konseling guna membantu proses pengembangan potensi siswa/i yaitu melalui pertemuan tatap muka (percakapan) bersama konselor yang professional. Komunikasi cukup banyak mengambil peran di dalam seluruh proses pertemuan tatap muka tersebut diantara siswa/i dan konselor atau yang disebut dengan bimbingan konseling. Tanpa dapat dipungkiri setiap interaksi yang terdapat pada bimbingan konseling tersebut, tidak terlepas dari berbagai bentuk komunikasi yang dipakai termasuk komunikasi antarpribadi. Fasilitas bimbingan konseling ini diperuntukan bagi seluruh siswa Yayasan Perguruan Sutomo I Medan guna mendukung program pengembangan siswa/i tersebut. Adapun konselor yang profesional tersebut merupakan seorang ahli dalam konseling yang memiliki latar pendidikan dari jurusan psikologi, sehingga kredibilitas serta pengalamannya tidak diragukan lagi di dalam menangani klien (siswa) yang datang menemuinya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa-siswi Yayasan Perguruan Sutomo I Medan khususnya pada tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas).

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini yaitu: Sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling di Yayasan Perguruan Sutomo I Medan terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan? 1.3 Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan peneliti dalam hal kemampuan dan pengetahuan, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Yang dimaksud dengan efektivitas komunikasi antarpribadi sebagai variabel (X) dalam penelitian ini dibatasi pada keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan/kesamaan (equality) yang terdapat pada kegiatan bimbingan konseling. 2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada perhatian (attention), relevansi (relevance), kepercayaan diri (selfconfidence), serta kepuasan siswa (satisfication). 3. Objek penelitian ini adalah siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pernah mengikuti kegiatan bimbingan konseling. 4. Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi di dalam bimbingan konseling yang terdapat di Yayasan Perguruan Sutomo I Medan pada tingkat SMA.

7 2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa/i SMA Yayasan Perguruan Sutomo I Medan yang telah mengikuti kegiatan bimbingan konseling. 3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh efektivitas komunikasi antarpribadi dalam bimbingan konseling terhadap motivasi belajar siswa/i Yayasan Perguruan Sutomo I Medan pada tingkat SMA. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat di dalam penelitian ini yaitu: 1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan dalam bidang komunikasi sebagai bahan penelitian, dan sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU umumnya, dan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Khususnya. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk mendukung metode pengembangan potensi siswa/i, khususnya Yayasan Perguruan Sutomo I medan. 3. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti di bidang komunikasi interpersonal, baik itu secara teori maupun praktiknya.