BAB 1 PENDAHULUAN. dan memudahkan penyerapan kalsium (Irawati, 2004). American Academy Of

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

ARIS SETYADI J

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,


BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa, berbeda atau bervariasi antara yang satu dengan yang lain tergantung nutrisi yang di asup. Untuk menghasilkan anak yang sehat harus di persiapkan mulai dari sejak kandungan, lahir hingga masa tumbuh kembangnya. Asi merupakan nutrisi yang vital untuk pertumbuhan sel saraf otak, pemberian kalori untuk kerja sel- sel saraf dan memudahkan penyerapan kalsium (Irawati, 2004). American Academy Of Pediatrics (AAP) merekomendasikan ibu untuk memberi ASI eksklusif selama sekurang- kurangnya 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 1 tahun (Costance 2010). ASI adalah satu jenis makanan yang mencakup seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI dapat memberikan perlindungan imunologis dan system kekebalan tubuh bagi bayi yang belum terbentuk hingga bayi berusia 2 tahun (Costance 2010). Dari data Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2007) terdapat 314.407 bayi. Bayi yang berusia di atas 6 bulan sebanyak 207.508 bayi. Dari jumlah bayi tersebut terdapat bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 96.893 bayi (Profil Depkes, 2007). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan lain. Kenyataan, bahwa pemberian ASI dapat di pengaruhi oleh pendidikan, perilaku dan pandangan 1

2 tentang ASI, pemberian makanan padat dini, dan kebutuhan ekonomi dikalangan masyrakat yang memaksa ibu untuk bekerja diluar rumah (Christine, 2006). Dari hasil penelitian Parma, dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun 1978-1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4-6 bulan pada ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi (Arifin, 2004) UNICEF meperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencengah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Penelitian Ghana, 2004, menunjukkan 16 % kematian bayi dapat di cengah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama hari kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam setelah kelahiran bayi (Anik, 2009). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 2003 hanya 8 % bayi Indonesia yang mendapat ASI ekslusif 6 bulan dan 4% yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya (Amori, 2007). Menurut the World Health Report (2005), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap 6 menit satu bayi Indonesia meninggal (Roesli, 2008). Penelitian terbaru WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah

3 pneumonia (20%), selebihnya (58%) terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan asupan ASI (Siswono, 2006). Hasil penelitian Amirudin (2007), anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa. Kemungkinan lain yang dapat dialami anak adalah mudah menderita kekurangan gizi dan obesitas. Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) salah satu factor adalah karena buruknya pemberian ASI (Dep.Kes,RI, 2005) Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Soeparmanto & Rahayu (2001) ditemukan bahwa proforsi pemberian ASI eksklusif di pedesaan (53,2%) lebih baik dari perkotaan (51,4%). Factor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengetahuan, perilaku atau sikap, dan budaya yang dimiliki ibu dalam memberikan ASI. Dari hasil penelitian di Kecamatan Kisaran Barat (2005) Santaria menyatakan bahwa perilaku ibu di desa tentang ASI esklusif (48%) lebih baik, sedangkan di kota (45,7%). Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dan dilihat faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI, luka-luka pada puting susu, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria dll. (Arifin, 2004)

4 Faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya. Sehingga ibu tidak perlu memberikan makanan pendamping sebelum usia bayi lebih dari 6 bulan. Kondisi lain yang di lakukan adalah membuang kolostrum yang dianggap kotor dan dianggap membahayakan kesehatan bayinya. Serta ibu mulai kembali bekerja setelah cuti kehamilan yang menyebabkan penggunan susu botol atau susu formula sehingga mengaganti kedudukan ASI (Penny 2008). Pekerjaan ibu yang ada di wilayah porsea salah satunya adalah bertani atau berladang.. Sebagian ibu menitipkan anakanya ke tetangga atau bayi dibawa ketempat kerja. Pemberian ASI sering dilakukan setelah pulang dari tempat kerja. Cara yang dilakukan sebagian ibu apa bila bayi mereka tidak dapat di bawa ke tempat kerja, maka dilakukan dengan memompa, menyimpan di dalam lemari es. Sebelum diberikan ASI dipanaskan dulu dengan menggunkan, gelas yang berisi air hangat selanjutnya memasukkan ASI yang beku kedalam air hangat. Setelah ASI sudah cair dan hangat maka lasung di berikan kepada bayi. Berdasarakan hasil survey awal yang dilakukan tanggal 8 April 2011 di Puskesmas Porsea dengan ibu-ibu dan petugas kesehatan setempat, untuk wilayah di kelurahan patane III masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif. Sebahagian besar ibu memberikan susu formula, air putih atau air teh dan memberikan makanan pendamping ASI. Dari data yang diperoleh peneliti dari 350 ibu yang memiliki bayi di 17 desa pemberian ASI eksklusif hanya 30%. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di kecamatan Porsea.

5 1.2 Perumusan masalah bagaimana gambaran pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 Tenaga kesehatan/ Perawat dapat memberi masukan atau informasi pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan dapat memotivasi ibu supaya memberi ASI eksklusif. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan dapat memberikan masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan dalam mata kuliah maternitas tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di.daerah Kecamatan Porsea 1.4.3 Penelitian Selanjutnya dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan ASI Eksklusif. 1.4.4 Bagi Ibu Dapat memberi masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.