semingp sekali dalam 3 minggu yaitu pada titik 110 m (puhxl 12.00). Salinitas, ph dan DO diukur seminggu sekali dalam 3 minggu saat pasang dan surut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SEBARAN MENEGAK KONSENTRASI Pb, Cu, Zn, Cd, DAN Ni DI SEDIMEN PULAU PARI BAGIAN UTARA KEPULAUAN SERIBU. Oleh : ACHMAD AULIA RACHMAN C

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan emas Rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI Pb DAN Cu TERHADAP KESETIMBANGAN SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN LAUT KOTA DUMAI

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Bali dengan banyak aktivitas manusia seperti tempat singgah kapal-kapal

Bab V Hasil dan Pembahasan

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

PENDAHULUAN Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2. No. 4, Desember 2011: ISSN :

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BANYUASIN

Kandungan Logam Berat Pb dalam Muatan Padatan Tersuspensi dan Terlarut di Perairan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya, Provinsi Sumater Utara

KANDUNGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA SIPUT MERAH (Cerithidea sp) DI PERAIRAN LAUT DUMAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

ANALISIS ION LOGAM Cu DAN Zn DALAM CONTOH SEDIMEN, AKAR, KULIT BATANG DAN DAUN TANAMAN MANGROVE Avicenia marina DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR, SEDIMEN, DAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PANTAI BELAWAN, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

DAMPAK PEMBANGUNAN PINGGIR PANTAI

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Siti Rudiyanti Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia perairan laut terutama di areal sepanjang pantai. Bahkan sejalan dengan berbagai pemanfaatan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS LOGAM BERAT Pb, Cd DAN Cr BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS DI ESTUARI SUNGAI BELAU TELUK LAMPUNG. Luky Sembel

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

Transkripsi:

RINGKASAN Joko Sentioso. E03495014. Pengarnh Kegiatan Industri Terhadap Pencemaran Logam Berat di Perairan Pantai Palan Batarn. (Di bawah bimbingan Ir. Agus Priyono, MS) Wilayali pesisir (pantai) mempunyai berbagai hngsi antara lain sebagai zona penyanggahuffer zune bagi binatang yang bermigrasi (ikan, udang dan burung), untuk mencari makan, berpijah, membesarkan anaknya, sebagai sumber pangan produktif bagi manusia, tambang mineral, ternpat pariwisata serta front pertahanan. Pantai juga berfungsi sebagai penampung limbah terakhir bagi kegiatan manusia di daratan. Pada akhir-akhir ini telah tejadi rnasalah pencemaran lingkungan yaug cukup liangat di Indonesia, terlebih lagi masalah pencemaran air. Pertambahan jumlah penduduk dan industri dapat membawa akibat bertambahnya beban pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri, limbah domestik dan sampah-sampah. Menurut UNEP (1990), sebagian besar (? 80 %) beban pengganggu stabilitas ekosistem perairan (pencemaran) yang ditemukan di laut berasal dari kegiatan manusia di daratan. Bryan (1976) mengemukakan bahwa ada sekitar 18 jenis logam berat yang sangat penting ditinjau dari segi pencemaran. Dengan melihat kondisi yang ada perlu adanya pengetahuan dan pengelolaan dari ekosistem perairan agar potensi perairan dapat dimanfaatkan secara sinambung dan lestari. Untuk itu perlu pengetahuan kondisi dengan melihai parameter fisika dan kimia sebagai indikator dari keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan industri di sekitar pantai (darat) terhadap pencemaran perairan yang ditimbulkan, khususnya pencemaran logam berat, serta mengetahui sebaran zat pencemaran logam berat dan kandungan konsentrasinya (Cd, Pb dan Cu) di perairan dan yang terdapat di sedimen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh kegiatan industri terhadap pencemaran logam berat di perairan pulau batam dan memberikan informasi dasar yang bemianfaat bagi pengelolaan perairan pantai Pulau Batam. Lokasi penelitian ini adalah perairan pantai Batu Ampar, Duriangkang~dan Patam, yang semuanya terletak di Pulau Batam, Propinsi Dati I Riau. Penelitian ini dilaksanakan sekitar satu bulan yaitu bulan Maret 2000. Penelitian ini terbagi dalam dua kegiatan yaitu pengambilan sampel dan pengukuran di lapangan sena analisis di laboratoriuni. Adapun pengambilan contoh air dilakukan 2 kali yaitu pada saat paag dan surut, sedangkan untuk pengambilan contoh sedimen dilakukan pada saat surut. Untuk penguhuran parameter py suhu, kecerahan dan DO diukur langsung dilapangan, sedangkan untuk parameter lain dan kandungan logam berat pada air dan sedimen dianalisis di laboratorium. Pada setiap lokasi stasiun terdapat 2 tit& yaitu 10 m dari garis pantai dan 110 m dari garis pantai (vertikal kearah laut). Untuk suhu dilakukan pengukuran seminggu sekali selama 3 minggu yaitu pada puhul 06.00, 12.00, 18.00 dan 24.00, pada selurub titik. Kecerahan diukur

semingp sekali dalam 3 minggu yaitu pada titik 110 m (puhxl 12.00). Salinitas, ph dan DO diukur seminggu sekali dalam 3 minggu saat pasang dan surut pada setiap titik. Analisis contoh air di laboratorium meliputi sifat fisik (salinitas, padatan tersuspensi, padatan terlarut) dan sifat kimia (logam berat), dan untuk untuk contoh sedimen hanya dianalisis kandungan logam beratnya saja. Untuk pengukuran kandungan logam berat pada air maupun sedimen digunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil pengamatan tersebut dianalisis unhlk memberikan gambaran tentang tabulasi data pencemaran dari setiap lokasi, deskripsi hubungan antara suniber-sumber pencemar dengan tingkat pencemaran logam berat di perairan pantai. Dari hasil analisi kualitas air perairan pantai pada stasiun Batu Ampar, Duriangkang dan Patam diperoleh bahwa suhu rata-rata tertinggi tejadi pada titik 110 m dan suhu tertinggi pada pukul 24.00. Kecerahan tertinggi tejadi pada minggu ke 0 dan terendah pada mingy ke 1. Nilai salinitas rata-rata tertinggi terjadi pada saat pasang pada titik 110 m. Padatan tersuspensi pada kedua titik (10 dan 110 m) sudah melebihi jumlah yang baik atau sedang untuk mempertahankan usaha perikanan. Padatan terlarut nilainya lebih besar dibandingkan dengan padatan tersuspensi. Nilai ph pada kedua titik masih berada pada kisaran yang diperbolehkan untuk kehidupan biota dan budidayanya. Nilai DO pada kedua titik berada pada interval 0-2 ppm yang menunjukkan perairan pantai tersebut sudah tercemar bahan organik dalam kriteria berat (Sutamiharja &&g Ciptaningtyas, 1993). Sumber pencemaran logam berat pada kedua stasiun (Batu Ampar dan Duriangkang) berasal dari berbagai bidang usaha (industri), seperti pada stasiun Batu Ampar sumber pencemaran logam berat terdiri dari industri listrik dan elektronik (25%), bidang usaha logam (5%). dan bidang usaha pipa (7,5%). Pada stasiun Duriangkang bidang usaha yang diduga menjadi sumber pencemaran logam berat adalah listrik dan elektronik (56,25%), logam (6,25%), bateray (3,125%) dan pemisahan warna (1,04%), sedangkan pada stasiun Patam yang merupakan perkampungan nelayan sumber diduga berasal dari laut yaitu lalu lintas laut baik kapal barang maupun kapal wisata serta kegiatan anjungan di tengah laut. Logam Kadmium (Cd) merupakan salah satu pencemar logam berat yang ditditi pads penelitian ini. Pada ketiga stasiun (6 titik) pada perairan logam berat ini tidak terdeteksi sedangkan pada sedimen masib berada pada kadar normal di dam yang berkisar antara 0,l-2 ppm (RNO, 1981 mrazak, 1980). Logam Timbal (Pb) adalah logam berat kedua yang diteliti kandungannya pada penelitian ini. Pada ketiga stasiun (6 titik) kandungan logam berat ini baik pada perairan maupun pada sedimen masih berada pada kadar alan~inya, untuk sedimen antara 10-70 ppm (RN0,19S1& Razak,1980). Logam Tembaga (Cu) adalah logam berat ketiga yang diteliti kandungannya pada penelitian iui. Pada ketiga stasiun (6 titik) diperoleh bahwa pada perairan nilainya homogen yaitu 0,01 ppm masih dibawah konsentrasi yang diperbolehkan oleh Kep. Men/no,2/KLW1988 yaitu 1 ppm, sedangkan untuk sedimen temyata pada stasiun Batu Ampar (titik 10 dan 110 m) sudah tercemar

~ ~~ ~ ~ ~~. ~ karena nilai kandungan logam Tembaganya sudah melebihi kadar alami yang diperbolehkan yaitu 5-30 ppm. Data selengkapnya terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1.Hasil Penpkuran Logam Berat Dalam Sedimen Lokasi Jarak Vertikal Terhadap Garis Pantai ( m) Pb Batu Ampar 10 41,03 110 47,79 Duri Angkang 10 5,03 110 21.28 Patam 10 7,67 110 5,85 Konsentrasi ( ppm ) Cd 0,25 0,?6 0.1 1 0,07 0,04 0,02 Cu 34,87 47.30 5,OS 11.13 1,32 3,93 J Keterangan : ttd : tidak terdeteksi Secara umum suhu perairan pantai (3 stasiun) masiyh normal, tidak tejadi peningkatan yang tinggi sehingga daya racun logam berat tidak meningkat. Secara umum kandungan padatan tersuspensi tidak mempengamhi konsentrasi logam berat yang ada sebab tidak selalu konsentrasi padatan tersuspensi yang tinggi mengandung logam berat yang tinggi pula diperairan. Padatan terlarut di periran sangat berpengamh terhadap logam berat sebab bahan organik dan anorganik dalam padatan terlamt mempunyai pengamh yang besar terhadap peningkatan logam dan kation lain seria terhadap produktivitas untuk membentuk komplek logam. Pembentukan komplek logam akan meningkatkan total konsentrasi logam dalam periran (Anonimous, 1987). Bila dilihat pada Tabel 1. Kandungan ~. ~ ~ ~ ~ logam berat dalam sedimen secara keseluruhan, kandungan logam Pb dan Cu memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi logam berat Cd, ha1 ini disebabkan logam berat Pb dan Cu secara alamiah tersebar luas pada batu-batuan, erosi batuan mineral dan lapisan kerak bumi (Laws, 1981).

PENGARUH KEGLATAN INDUSTRI TERHADAP PENCEMARAN LOGAM BERAT DI PEWRAN PANTAI PULAU BATAM SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Sarjana Kehlrtanan pada Fakultas ~ehutanan lnstitut Pertanian Bogor JOKO SENTIOSO E03495014 JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 0