BAB IV HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, BI RATE DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA BANK BUMN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA 10 BANK UMUM TERBESAR DI INDONESIA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH KURS MATA UANG ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN oleh PT. Danareksa Investment Management yang pada saat itu mengeluarkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini, maka diperlukan gambaran mengenai data-data yang digunakan.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN ( Studi Kasus di BEI Periode )

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

Nama : Nurlita NPM : Pembimbing : Rini Tesniwati,SE.,MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KURS USD DAN INFLASI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

Cahaya Fajrin R Pembimbing : Dr.Syntha Noviyana, SE., MMSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku. Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun

CHAIRUNNISA NURSANI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Data dan Deskripsi Variabel. Tabel 4.1 Deskripsi Variabel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) BAGUS ANANTO

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. variabel terikat adalah sebagai berikut : Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.1 menunjukkan :

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FAKTOR - FAKTOR FUNDAMENTAL SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA, TBK TAHUN : Faishal Febrian NPM :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari tiga variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS INVESTASI DAN ARUS KAS PENDANAAN TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaikan apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks ISSI menggunakan ratarata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu desember 2007. Indeks ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011. Sampai sekarang terdapat 331 saham konstituen yang masuk dalam indeks ISSI. Berikut paparan data ISSI dari Januari 2014 sampai dengan Juli 2016. 90

Jan-14 Mar-14 Mei-14 Jul-14 Sep-14 Nop-14 Jan-15 Mar-15 Mei-15 Jul-15 Sep-15 Nop-15 Jan-16 Mar-16 Mei-16 Jul-16 91 Rp200 Grafik 4.1 Kurva Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ISSI Rp150 Rp100 Rp50 Rp- Sumber: Lampiran 1, data diolah tahun 2017 Dari kurva di atas dapat diketahui bahwa ISSI dari Januari 2014 sampai dengan Juli 2016 mengalami fluktuasi setiap periodenya. Rata-rata dalam periode pengamatan, nilai ISSI yaitu Rp. 158,299. Nilai ISSI tertinggi terjadi pada bulan Februari 2015 yaitu Rp. 174,317, sedangkan nilai ISSI terendah terjadi pada bulan September 2015 yaitu Rp. 134,392. Tinggi rendahnya ISSI bisa mencerminkan perkembangan pasar modal syariah di Indonesia. 2. BI Rate BI Rate merupakan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan dijadikan acuan bagi bank umum untuk menentukan suku bunganya. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan investor untuk menginvestasikan dananya di bank atau di instrumen investasi lainnya seperti pasar modal. Berikut paparan data BI Rate dari Januari 2014 sampai dengan Juli 2016.

Jan-14 Mar-14 Mei-14 Jul-14 Sep-14 Nop-14 Jan-15 Mar-15 Mei-15 Jul-15 Sep-15 Nop-15 Jan-16 Mar-16 Mei-16 Jul-16 92 8 Grafik 4.2 Kurva BI Rate BI Rate (%) 7,5 7 6,5 6 5,5 Sumber: Lampiran 1, data diolah tahun 2017 Dari kurva di atas dapat diketahui bahwa tingkat BI Rate dari Januari 2014 sampai dengan Juli 2016 mengalami kenaikan maupun penurunan. Ratarata BI Rate dalam periode pengamatan yaitu 7,36 %. Tingkat BI Rate tertinggi terjadi pada bulan Nopember 2014-Januari 2015 yaitu 7,75%, BI Rate mulai dari awal tahun sampai dengan pertengahan tahun 2016 cenderung mengalami penurunan sampai ketingkat terendah di bulan Juni dan Juli 2016 yaitu 6,5%. Pemerintah melakukan penetapan BI Rate sebagai upaya untuk mengendalikan laju inflasi. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga acuan (BI Rate) akan mempengaruhi keputusan investor untuk tetap berinvestasi di pasar modal atau beralih berinvestasi kesektor perbankan. 3. Kurs Kurs adalah jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh mata uang asing. Nilai kurs yang mengalami peningkatan akan berakhibat pada kestabilan sistem ekonomi dalam negeri, ketika kurs rupiah

Jan-14 Mar-14 Mei-14 Jul-14 Sep-14 Nop-14 Jan-15 Mar-15 Mei-15 Jul-15 Sep-15 Nop-15 Jan-16 Mar-16 Mei-16 Jul-16 93 terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham, karena penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang asing mengalami penguatan maka mengindikasikan bahwa perekonomian dalam kondisi yang kurang baik. Berikut paparan data kurs dari Januari 2014 sampai dengan Juli 2016. Rp16.000 Rp14.000 Rp12.000 Rp10.000 Rp8.000 Rp6.000 Rp4.000 Rp2.000 Rp- Grafik 4.3 Kurva Kurs Kurs (IDR/USD) Sumber: Lampiran 1, data diolah tahun 2017 Dapat dilihat dalam kurva diatas bahwa kurs pada periode penelitian mengalami penguatan tertinggi pada bulan Maret 2014 sebesar Rp. 11.404/US$. Sedangkan kurs mengalami penurunan terendah pada bulan september 2015 yaitu Rp. 14.657/US$. Penguatan atau melemahnya nilai kurs akan berpengaruh terhadap sistem perekonomian yang nantinya akan mempengaruhi selera masyarakat dalam menempatkan uangnya di pasar modal atau instrumen investasi lainnya.

94 4. Inflasi Inflasi merupakan gejala kenaikan harga barang atau jasa yang bersifat umum dan terus menerus. Jika nilai inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan maka Bank Indonesia harus mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga BI. Tingginya inflasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, selain itu juga bisa mempengaruhi harga saham perusahaan yang condong menurun. Berikut paparan data inflasi dari Januari 2014 sampai dengan Juli 2016. 10 Grafik 4.4 Kurva Inflasi Tingkat Inflasi (%) 8 6 4 2 0 Sumber: Lampiran 1, data diolah tahun 2017 Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa tingkat inflasi mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Juli 2016. Selama periode penelitian dapat dilihat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu 8,36% dan inflasi terendah terjadi pada bulan Juli 2016 yaitu 3,21%. Harga yang cenderung tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat

95 menurun sehingga tingkat saving masyarakat pun juga akan menurun karena masyarakat cenderung lebih memilih membelanjakan dana mereka untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari daripada menanamkan uangnya pada,investasi pasar modal. B. Pengujian Data 1. Uji Normalitas Data Dalam penelitian uji normalitas data yang digunakan adalah uji statistik Residual Kolmogorov-Smirnov. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada bagian Asymp. Sig. (2-tailed), dengan cara membandingkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dengan 0,05 (taraf signifikan α = 5%). Untuk mengambil keputusan dengan pedoman jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 31 Normal Parameters a,b Mean,0000000 Std. Deviation 8,99205541 Most Extreme Differences Absolute,108 Positive,108 Negative -,084 Kolmogorov-Smirnov Z,601 Asymp. Sig. (2-tailed),863 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017

96 Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada tabel 4.1 diatas menunjukkan 0,863 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikan > 0,05. 2. Uji Asumsi klasik a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas pada asumsi klasik digunakan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independen satu dengan variabel independent lainya. Untuk mendeteksi multikolinieritas yaitu jika Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka terhindar dari multikolinieritas. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) 1 BI Rate,515 1,942 Kurs,907 1,102 Inflasi,525 1,904 a. Dependent Variable: ISSI Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017 Berdasarkan tabel Coefficient diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF pada variabel BI Rate sebesar 1,942, variabel kurs sebesar 1,102 dan variabel inflasi sebesar 1,904. Hal ini berarti variabel BI Rate, kurs dan inflasi terbebas dari asumsi klasik multikolinieritas karena nilai VIF lebih kecil dari 10.

97 b. Uji Autokorelasi Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Panduan mengenai pengujian ini dapat dilihat dalam besaran nilai Durbin-Watson atau nilai D-W. Pedoman pengujiannya adalah: (1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif; (2) Angka D-W di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi; dan (3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1,571 a,326,251,86525298,264 a. Predictors: (Constant), Inflasi,Kurs,BI Rate b. Dependent Variable: ISSI Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017 Berdasarkan nilai Durbin-Watson pada Model Summary diatas menunjukkan nilai 0,264. Hal ini berarti model penelitian tidak terjadi autokorelasi karena berada diantara -2 dan +2. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskidas menguji terjadinya perbedaan varian residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Cara mengetahui ada tidaknya heteroskidastisitas dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heteroskidastisitas jika: (1) Titik-

98 titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0; (2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja; (3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali; dan (4) Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017 Berdasarkan dari pola Scatterplot diatas, terlihat bahwa titiktitik menyebar disekitar angka nol dan tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja, dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

99 3. Uji Regresi Linear Berganda Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -1,032E-013,155,000 1,000 1 BI Rate -,132,220 -,132 -,598,555 Kurs -,597,166 -,597-3,598,001 Inflasi -,121,218 -,121 -,554,584 a. Dependent Variable: ISSI Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017 Tabel diatas digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,032E-013 0,132 X 1 0,597 X 2 0,121 X 3 atau NPF = (1,032)x 0,132 (BI Rate) 0,597 (Kurs) 0,121 (Inflasi) = 103,2 0,132 (BI Rate) 0,597 (Kurs) 0,121 (Inflasi) Keterangan: 1) Konstanta sebesar -103,2 menyatakan bahwa apabila variabel BI Rate, kurs, dan inflasi dalam keadaan konstan (tetap) maka nilai ISSI akan turun sebesar 103,2. 2) Koefisien regresi X 1 sebesar -0,132 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan unit BI Rate, maka akan menurunkan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 0,132 satuan dan sebaliknya jika setiap penurunan sebesar satu satuan unit BI Rate, maka

100 akan menaikkan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 0,132 satuan dengan asumsi variabel selain kurs dianggap tetap atau konstan. 3) Koefisien regresi X 2 sebesar -0,597 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan unit kurs, maka akan menurunkan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 0,597 satuan dan sebaliknya jika setiap penurunan sebesar satu satuan unit kurs, maka akan menaikkan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 0,597 satuan dengan asumsi variabel selain kurs dianggap tetap atau konstan. 4) Koefisien regresi X 3 sebesar -0,121 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan unit inflasi, maka akan menurunkan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 0,121 satuan dan sebaliknya jika setiap penurunan sebesar satu satuan unit inflasi, maka akan menaikkan nilai Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebesar 0,121 satuan dengan asumsi variabel selain kurs dianggap tetap atau konstan. 5) Tanda (+) menandakan arah hubungan yang searah, sedangkan tanda (-) menunjukkan arah hubungan yang berbanding terbalik antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). 4. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian penelitian ini yaitu: H1: BI Rate berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

101 H2: Kurs berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). H3: Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). H4: BI Rate, Kurs dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). a. Pengujian Secara Parsial (Uji t) Untuk melihat pengaruh secara parsial atau secara individu antara X 1 (BI Rate) terhadap Y (ISSI), X 2 (Kurs) terhadap Y (ISSI) dan X 3 (Inflasi) terhadap Y (ISSI), pengambilan keputusan menggunakan dua cara: (1) Jika Sig > 0,05 maka hipotesis tidak teruji dan sebaliknya jika Sig < 0,05 maka hipotesis teruji; (2) Jika < maka hipotesis tidak teruji dan sebaliknya jika > maka hipotesis teruji. Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficients a Model t Sig. (Constant),000 1,000 1 BI Rate -,598,555 Kurs -3,598,001 Inflasi -,554,584 a. Dependent Variable: ISSI Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017

102 1) Variabel BI Rate (X1) Cara 1: dari tabel 4.5 diatas nilai signifikansi untuk variabel BI Rate sebesar 0,555, dibandingkan dengan taraf signifikansi (α = 0,05) maka 0,555 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa BI Rate berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jadi hipotesis 1 tidak teruji. Cara 2: dalam tabel Coefficient diperoleh nilai sebesar 2.052 (diperoleh dengan cara mencari nilai df = n - k = 31 4 = 27, nilai α = 5%) dan nilai sebesar 0,598. Karena nilai < yaitu 0,598 < 2.052, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa BI Rate berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jadi hipotesis 1 tidak teruji. 2) Variabel Kurs (X2) Cara 12: dari tabel 4.5 diatas nilai signifikansi untuk variabel kurs sebesar 0,001, dibandingkan dengan taraf signifikansi (α = 0,05) maka 0,001 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa kurs berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jadi hipotesis 2 teruji. Cara 2: dalam tabel Coefficient diperoleh nilai sebesar 2.052 (diperoleh dengan cara mencari nilai df = n - k = 31 4 = 27, nilai α = 5%) dan nilai sebesar 3,598. Karena nilai > yaitu 3,598 > 2.052, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa kurs berpengaruh negatif signifikan

103 terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jadi hipotesis 2 teruji. 3) Variabel Inflasi (X3) Cara 1: dari tabel 4.5 diatas nilai signifikansi untuk variabel inflasi sebesar 0,584, dibandingkan dengan taraf signifikansi (α = 0,05) maka 0,584 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jadi hipotesis 3 tidak teruji. Cara 2: dalam tabel Coefficient diperoleh nilai sebesar 2.052 (diperoleh dengan cara mencari nilai df = n - k = 31 4 = 27, nilai α = 5%) dan nilai sebesar 0,554. Karena nilai < yaitu 0,554 < 2.052, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti bahwa inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jadi hipotesis 3 tidak teruji. b. Uji secara Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk melihat pengaruh secara simultan atau secara bersama-sama BI Rate, kurs dan inflasi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), dengan pengambilan keputusan menggunakan dua cara: Cara 1: Jika Sig > 0,05 maka hipotesis tidak teruji Jika Sig < 0,05 maka hipotesis teruji

104 Cara 2: Jika < maka hipotesis tidak teruji Jika > maka hipotesis teruji Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVA a Model 1 Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 9,786 3 3,262 4,357,013 b Residual 20,214 27,749 Total 30,000 30 a. Dependent Variable: ISSI b. Predictors: (Constant), Inflasi, Kurs, BIRate Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017 Cara 1: dari tabel ANOVA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,013 maka 0,013 < 0,05 yang berarti bahwa hipotesis 4 teruji, yaitu BI Rate, kurs dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Cara 2: dimana = 2,96 (diperoleh dengan cara mencari V1 dan V2. V1 = k = 3, k = jumlah variabel, V2 = n k 1 = 31 3 1 = 27). Untuk (4,357) > (2,96) maka hipotesis (H4) teruji, yaitu BI Rate, kurs dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

105 5. Uji Koefisien Determinasi Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1,571 a,326,251,86525298 a. Predictors: (Constant), Inflasi, Kurs, BI Rate b. Dependent Variable: ISSI Sumber: Lampiran, data sekunder diolah tahun 2017 Pada tabel di atas angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,326. Nilai R Square berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nugroho dalam Sujianto menyatakan, untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan. Angka Adjusted R Square adalah 0,251, artinya 25,1% variabel terikat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dijelaskan oleh variabel bebas yang terdiri dari BI Rate, kurs dan inflasi dan sisanya 74,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Jadi sebagian kecil variabel terikat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model.