BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang dan analisis klorofil dilakukan di Laboratorium RGCI IPB, Dramaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol dan suhu udara rata-rata harian 25.9 C. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2010. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah 16 galur generasi lanjut kacang tanah hasil pemuliaan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB sebagai galur yang diuji, serta 4 varietas komersial sebagai pembandingnya. Galur yang diuji yaitu 16 galur GWS hasil persilangan varietas Gajah dengan galur introduksi GP-NCWS4 yang tahan penyakit bercak daun dengan empat varietas pembanding yaitu Gajah, Jerapah, Zebra Putih, dan Sima. Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-18, dan KCL. Furadan digunakan sebagai pestisida. Asetontris dan aquades digunakan untuk mengukur kadar klorofil. Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang biasa digunakan dalam budidaya kacang tanah dan seperangkat alat untuk mengukur kadar klorofil daun. Peralatan untuk mengukur kadar klorofil daun antara lain boks es, mortar, micro tube, sentrifuge,dan Unispec spectrophotometer. Metode Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor yaitu genotipe (20 genotipe) dengan tiga ulangan. Jumlah satuan percobaan yaitu 60 petak. Model rancangan yang digunakan adalah: Y ij = μ+ i β j + ij Keterangan : ; (i=1,...t, j=1,...r) Y ij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j μ = rataan umum
i β j ij 11 = pengaruh perlakuan ke-i = pengaruh kelompok ke-j = pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Pengolahan data dilakukan dengan uji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji dengan uji lanjut Dunnet pada taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995). Pelaksanaan Lahan dibersihkan dari gulma dan anak kayu lalu digemburkan. Setelah itu, dibuat petakan sebanyak 60 petak dengan ukuran 4 m x 3 m dan jarak antar petak 50 cm. Lalu diberikan kaptan (500 kg/ha ) dan pupuk kandang (1.5 ton/ha) secara merata pada tiap petakan. Tanah dibiarkan selama kurang lebih satu minggu agar kaptan dan pupuk kandang menyatu dengan tanah. Penanaman dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm dan satu benih per lubang tanam sehingga total populasi per petak adalah 200 tanaman. Furadan diberikan pada lubang tanam saat penanaman dengan dosis 12 kg/ha. Pemupukan dilakukan sekali saat penanaman dengan mencampur tiga jenis pupuk. Pemberiannya dengan cara dialur di samping barisan tanaman dengan dosis 50 kg Urea/ha, 200 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCL/ha. Pemeliharaan meliputi penyulaman, pembersihan gulma, dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam (MST). Pembersihan gulma dilakukan setiap minggu sampai 4 MST dan pembumbunan pada 4 MST. Pembumbunan dilakukan untuk mempercepat dan mempermudah ginofor mencapai tanah. Pemanenan dilakukan pada 14 MST atau 100 hari setelah tanam (HST) disaat pengisian polong sudah maksimal dengan ciri kulit polong bagian dalam berwarna agak gelap, kulit polong terlihat berurat. Pengeringan dilakukan dengan dijemur di lantai selama 5-6 hari pada cuaca cerah. Pengupasan atau pembijian dilakukan dengan cara sederhana (polong dikupas dengan tangan). Selanjutnya dilakukan penghitungan data untuk memperoleh komponen hasil.
12 Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sepuluh tanaman contoh kompetitif yang berada dalam satu baris pada masing-masing petak percobaan. Peubah yang diamati adalah : 1. Tinggi tanaman saat panen, diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh pada batang utama. 2. Jumlah cabang yang tumbuh pada tiap tanaman saat panen. 3. Persentase panjang batang utama berdaun hijau pada saat panen. Dihitung dengan rumus : (panjang batang utama berdaun hijau/ tinggi tanaman saat panen) x 100%. 4. Indeks panen kering. Dihitung dengan rumus : Bobot polong bernas/bobot brangkasan. 5. Jumlah polong total, bernas, cipo per tanaman. Dilakukan setelah tanaman contoh dikeringkan di bawah sinar matahari langsung sampai kadar air benih mencapai kurang lebih 14%. 6. Bobot polong total, bernas, dan cipo per tanaman. Dilakukan setelah tanaman contoh dikeringkan di bawah sinar matahari langsung sampai kadar air benih mencapai kurang lebih 14%. 7. Bobot biji per tanaman, bobot biji dari tanaman contoh yang sudah dikeringkan. Dilakukan setelah tanaman contoh dikeringkan di bawah sinar matahari langsung sampai kadar air benih mencapai kurang lebih 14%. 8. Bobot 100 biji kering per tanaman. 9. Kadar klorofil daun pada 8 MST, menggunakan sampel daun yang ke 8 dari daun termuda. Daun yang digunakan sebagai sampel adalah daun ke 8 dari daun termuda. Pengambilan daun dilakukan pagi hari sebelum sinar matahari terik. Daun dimasukan ke dalam boks yang berisi es batu untuk mencegah respirasi yang terlalu tinggi. Anak daun yang paling ujung dipilih dari daun tetrafoliet untuk diambil sampelnya. Daun dilubangi dengan pelubang khusus yang berdiameter 0.92 cm dan diusahakan tidak mengenai urat daun. Daun yang terpotong digerus dan dilarutkan dengan aseton tris sebanyak 2 ml. Setelah menyatu, larutan kemudian dimasukkan
13 ke dalam mikro tube. Mikro tube dimasukkan ke mesin sentrifuge untuk memisahkan supernatan dengan ampas daun. Setelah terpisah, supernatan diambil dengan pipet volumetrik sebanyak 1 ml dan diencerkan dengan 2 ml asetontris. Selanjutnya masing-masing sampel dihitung panjang gelombangnya dengan mesin Unispec spectrofotometer. Nilai dari panjang gelombang yang tercatat lalu dikonversi ke dalam jumlah klorofil per luas area sampel. Selanjutnya kadar klorofil dapat diketahui dan dibandingkan antar genotipe. Analisis Data Data yang dianalisis untuk masing-masing karakter pengamatan adalah rataan dari sepuluh tanaman contoh tiap petak percobaan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam atau uji F pada taraf nyata ( ) 5 % dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji t-dunnet. Selain itu, dilakukan analisis untuk menentukan ragam genetik (σ²g), ragam fenotipik (σ²p), koefisien keragaman genetik (KKG), nilai heritabilitas arti luas (h²bs), dan analisis lintasan. Tabel 1. Analisis Komponen Ragam Derajat Bebas Sumber Keragaman Kuadrat Tengah (KT) E (KT) (DB) Ulangan r-1 M1 Perlakuan g-1 M2 σ²e + rσ²g Galat (r-1) (g-1) M3 rσ²e Keterangan : E (KT) = harapan kuadrat tengah, r = banyaknya ulangan, g = banyaknya galur Berikut ini merupakan pendugaan komponen ragam : Ragam lingkungan (σ²e) = M3/r Ragam genetik (σ²g) = (M2 M3)/r Ragam fenotipik (σ²p) = σ²e+ σ²g Nilai heritabilitas h² bs = σ²g / σ²p Koefisien Keragaman Genetik (KKG) = σ x 100%, µ= rataan umum peubah
Penghitungan analisis lintasan menggunakan metode matriks Singh dan Chaudhary (1979) : 14 r1y X11 X12 X13. X19 P1y r2y X21 X22 X23. X29 P2y r3y = X31 X32 X33. X39 P3y : : : : : : r9y X91 X92 X93. X99 P9y A = B C Vektor A merupakan korelasi antara karakter X1 dengan (y) (riy), unsur matriks B terdiri dari korelasi peubah Xi (rij), Vektor C adalah unsur-unsur pengaruh langsung peubah X1 terhadap y (Pij). Vektor C didapatkan dengan rumus : C = B ¹ A Koefisien residu (CS) : = C Analisis lintasan dilakukan dengan menggunakan Software SAS 9.13.