BAB I PENDAHULUAN. mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

2016 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DALAM PRAKTIKUM PEMBUATAN CINCAU PADA POKOK BAHASAN KOLOID

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS GUIDED INQUIRY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan mutu pendidikan dapat diukur dengan melihat keberhasilan pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat luas, terlebih di dalam dunia pendidikan serta merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA memiliki

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan alam saat ini menunjukkan bahwa ilmu alam memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka laju pertumbuhan produkproduk ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi pesat pula, sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Oleh karena itu, penyelenggaran pendidikan harus dapat menjamin terjadinya kesesuaian dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan di masa depan dan siswa perlu dibekali dengan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi dari berbagai sumber (Holil, 2008). Manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan (Sanjaya, 2011). Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada, keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Mahmuddin, 2010). Proses-proses inkuiri yang meliputi merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan turut serta mengembangkan keterampilan proses sains dalam setiap tahapannya. Di dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, aplikasi konsep, sikap ilmiah siswa, serta mendasarkan kegiatan IPA pada isu-isu yang berkembang di masyarakat. Hasil kajian di lapangan menunjukkan masih banyak ditemukan pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan metode ceramah sehingga siswa beranggapan bahwa IPA bersifat hafalan. Konsep-konsep IPA dalam proses pembelajaran di kelas kurang menekankan penguasaan Keterampilan Proses Sains (KPS), siswa jarang dilibatkan dalam kegiatan eksperimen dan pembelajaran kurang dikaitkan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Struktur pembelajaran yang dikembangkan masih kurang menunjukkan struktur pembelajaran yang sesuai dengan hakekat IPA. Akibatnya sasaran hasil belajar siswa seperti yang

ditegaskan di dalam kurikulum belum dapat dicapai secara optimal khususnya keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains memiliki kedudukan yang sangat penting dalam memahami pengetahuan sains. Dalam hal ini, terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui proses yang ilmiah (metode ilmiah). Dengan terbentuknya produk pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan. Salah satunya adalah melalui kegiatan praktikum, karena kegiatan praktikum membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih rinci dari sebelumnya, dan setelah itu mengingat kejadian tersebut (Millar, 2001). Dalam metode praktikum, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses tertentu. Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang mempelajari sesuatu secara abstrak sehingga diperlukan adanya penyampaian materi kepada siswa dengan contoh-contoh yang konkret agar siswa dapat lebih mudah untuk memahaminya. Salah satu kajian di dalam mata pelajaran kimia adalah materi sistem koloid yang contoh dan aplikasinya sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan metode praktikum pada penelitian ini diharapkan mampu

menarik minat siswa untuk mempelajari kimia serta membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuannya di kehidupan sehari-hari. Susiwi, et al (2009) dan Wardani (2008) telah melakukan penelitian mengenai KPS dengan metode praktikum. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya pencapaian KPS yang baik pada setiap siswa. Saran yang diajukan adalah untuk menindak lanjuti hasil rancangan yang dibuat siswa, terutama untuk mengevaluasi perencanaan alat dan bahan, serta cara kerja sehingga percobaan tersebut aman dan efisien untuk dilaksanakan. Sopamena (2009) dan Megadomani (2011) juga telah melakukan penelitian mengenai KPS dan penguasaan konsep dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil yang diperoleh menunjukkan secara keseluruhan siswa mengalami peningkatan penguasaan konsep dan KPS yang signifikan. Saran yang diajukan adalah mengembangkan model pembelajaran yang sama dengan topik yang berbeda dengan mengukur KPS dan penguasaan konsep siswa. Pembelajaran dengan metode praktikum secara otomatis mengembangkan KPS siswa. Namun, tidak semua jenis keterampilan proses sains dapat dikembangkan hanya dengan metode praktikum biasa. Penerapan metode praktikum berbasis inkuiri mampu mengembangkan lebih banyak keterampilan proses sains dalam setiap tahapannya karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran mulai dari menemukan permasalahan dari hasil pengamatan sampai memperoleh kesimpulan mengenai jawaban atas permasalahan yang muncul sehingga siswa lebih memahami konsep untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran digunakan untuk menuangkan prosedur

praktikum yang akan menjadi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan praktikum sehingga pengembangan LKS berbasis inkuiri perlu dilakukan agar dapat mengembangkan lebih banyak keterampilan proses sains siswa dan pemahaman materi yang lebih baik jika dibandingkan dengan LKS konvensional yang hanya menyuruh siswa untuk melakukan apa yang disajikan pada LKS tanpa mengerti maknanya. Dengan latar belakang permasalahan seperti yang diuraikan di atas, maka penelitian untuk menganalisis peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep koloid siswa dengan mengembangkan lembar kerja siswa berbasis inkuiri perlu dilakukan. B. Permasalahan dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana pengembangan LKS berbasis inkuiri yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep koloid siswa? Masalah tersebut dijabarkan menjadi sub-sub masalah (masalah khusus) untuk menentukan arah penelitian. Pertanyaan penelitian yang menjadi sub-sub masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik LKS berbasis inkuiri pada pembelajaran koloid? 2. Bagaimanakah implementasi LKS berbasis inkuiri pada pembelajaran koloid? 3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan LKS berbasis inkuiri dibandingkan dengan LKS konvensional pada pembelajaran koloid? 4. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa dengan LKS berbasis inkuiri dibandingkan dengan LKS konvensional pada pembelajaran koloid?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan LKS berbasis inkuiri yang dapat meningkatan KPS dan pemahaman konsep koloid siswa D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai pendukung pemikiran tentang penelitian pendidikan untuk mengembangkan media pembelajaran bagi peneliti 2. Menarik minat bagi siswa terhadap pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa 3. Memberikan bahan masukan bagi guru untuk menentukan media pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains siswa 4. Memberikan informasi bagi guru kimia mengenai pemahaman konsep siswa pada materi koloid 5. Memberikan masukan atau contoh kepada guru kimia dalam mengembangkan prosedur praktikum berbasis inkuiri. 6. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai suatu bahan kajian analitis bagi institusi pendidikan dalam menetapkan konteks materi pengajaran dalam rangka pengembangan tenaga kependidikan yang lebih profesional.

E. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan permasalahan, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi sebagai berikut: 1. Inkuiri yang diterapkan adalah inkuiri terstruktur dan inkuiri terbimbing 2. Keterampilan proses sains yang dikembangkan adalah keterampilan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan 3. Pemahaman konsep yang diukur berdasarkan pada tiga jenis sub konsep, yaitu penggolongan koloid, pembuatan koloid, dan sifat-sifat koloid F. Definisi Operasional Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional untuk menghindari penafsiran yang berbeda. Definisi operasional untuk istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan selama ± 5 pertemuan. Peneliti menyiapkan petunjuk praktikum dalam bentuk LKS serta alat dan bahan. Pada pertemuan pertama dilakukan praktikum untuk penggolongan koloid, pertemuan kedua dilakukan praktikum untuk pembuatan koloid dengan cara dispersi dan kondensasi, dan pertemuan ketiga dilakukan praktikum untuk menentukan sifat-sifat koloid. Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok siswa, masing-masing kelompok terdiri atas ± 3 orang

2. Pendekatan inkuiri yang dilakukan pada pembelajaran ini adalah inkuiri terbimbing pada praktikum penggolongan koloid dan inkuiri terstruktur pada praktikum pembuatan dan sifat-sifat koloid 3. LKS berbasis inkuiri adalah LKS yang berisi tahapan-tahapan inkuiri, diawali dari merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan 4. Aspek-aspek keterampilan proses yang dikembangkan selama pembelajaran adalah mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi, mengajukan pertanyaan 5. Pemahaman konsep yang diukur berdasarkan pada tiga jenis sub topik, yaitu penggolongan koloid, pembuatan koloid, dan sifat-sifat koloid. Tes diberikan pada saat pretes dan postes dalam bentuk soal pilihan ganda 6. Jenis-jenis koloid yang dipelajari melalui LKS adalah sol, emulsi, dan emulsi padat. Pembuatan koloid yang dipelajari melalui LKS adalah dengan cara penggantian pelarut, hidrolisis, dan mekanik sedangkan sifat-sifat koloid yang dipelajari melalui LKS adalah efek Tyndall, adsorpsi, dan koagulasi.