BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gagal ginjal adalah gagalnya ginjal membuang metabolit yang terkumpul dari darah. Menurut Brunner and Suddarth (2002), gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. Gagal ginjal mengakibatkan gangguan keseimbangan elektrolit, asam basa dan air (Tambayong, 2001). Gagal ginjal di klasifikasikan menjadi gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Menurut Nursalam (2006) Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). Centers Disease Control (CDC) melaporkan bahwa dalam kurun waktu tahun 1999-2004 terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun, mengalami penyakit ginjal kronis (PGK). Persentase ini meningkat bila dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun di negara-negara berkembang. Laporan The United States Renal Data System (USRDS) pada tahun 2007 menunjukan adanya peningkatan populasi penderita dengan ESRD di Amerika Serikat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Prevalensi penderita ESRD pada tahun 2005 mencapai 1.569 orang per 1

2 sejuta penduduk. Nilai ini mencapai 1,5 kali prevalensi penderita ESRD pada tahun 1995. Data di beberapa bagian nefrologi di Indonesia, diperkirakan insidensi PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai 200-250 kasus per juta penduduk (Firmansyah, 2010). Angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisis) 1,5 juta orang. Prevalensi di Amerika Serikat yang terkena gagal ginjal sebanyak 300 ribu dengan hemodialisis sebanyak 220 ribu orang. Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisis 10 ribu orang ( YAGINA, 2007 cit. Yuliyanti, 2010). Data dari Depkes Provinsi D.I. Yogyakarta menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2009 terdapat 461 kasus baru penyakit gagal ginjal yang terbagi atas Kabupaten jogja 175 kasus, Kabupaten Bantul 73 kasus, Kabupaten Kulon Progo 45 kasus dan Kabupaten Sleman 168 kasus, serta pasien yang meninggal di Kabupaten Jogja 19 orang, Bantul 8 orang, Kulon Progo 45 orang, Sleman 23 orang. Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik dapat mempertahankan hidupnya lebih lama dan berkualitas dengan hemodialisa (cuci darah), hemodialisa merupakan pilihan utama saat ini dengan teknik menggunakan mesin dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terampil serta profesional. Prinsip hemodialisa adalah mengalirkan darah pasien ke ginjal

3 pengganti untuk dibersihkan melalui proses difusi osmosis dan ultrafiltrasi menggunakan bantuan sebuah mesin hemodialisa, sehingga harapan hidup pasien dapat di tingkatkan (Putri, 2009). Menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000, glomerulonefritis merupakan 46,39% penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, sedangkan diabetes melitus insidennya 18,65 % di susul obstruksi/ infeksi ginjal 12,85% dan hipertensi 8,46% (Sudoyo, 2007). Seseorang yang mengalami penyakit terminal umumnya merasakan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap integritas. Klien mungkin mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian sehingga mereka menjadi rentan terhadap distres spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang membuat mereka mampu untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut (Potter and Perry, 2005). Sebuah riset yang dilakukan oleh Rosenfeld (2003) membuktikan bahwa spiritualitas menawarkan proteksi atau memberikan efek penyangga dalam melawan keputusasaan pada pasien yang menganggap hidupnya akan segera berakhir atau pada penyakit terminal. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Luqman ayat 31 Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Hamid, 2000).

4 Manusia sebagai klien yang merupakan makhluk bio-psiko-sosio dan spiritual merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya masing-masing (Mubarak, 2009). Seseorang yang mengalami kehilangan atau nyeri akibat dari suatu penyakit kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan (Potter and Perry, 2005). Suatu survey yang dilakukan oleh majalah Time dan CNN (1996) dan USA Weekend (1996) di kutip oleh (Hawari,2001 cit. Munjirin, 2008) menyatakan bahwa lebih dari 70% pasien percaya bahwa keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdoa dan berdzikir dapat membantu proses penyembuhan penyakit, sementara itu lebih dari 64% pasien menyatakan bahwa hendaknya dokter memberikan terapi psikoreligius, doa dan dzikir. Berdasarkan hasil survey terungkap bahwa sebenarnya pasien membutuhkan terapi keagamaan selain terapi dengan obat-obatan dan tindakan medis lainnya. Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual. Perawat harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien (Hamid, 2000). Hasil penelitian dari Sumiati et al (2008) menunjukan bahwa pemahaman perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritual di

5 Rumah Sakit biasanya kurang optimal, perawat diharapkan memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien agar mutu pelayanan perawatan meningkat. Berdasaran penelitian yang di lakukan oleh Yuliyanti (2010) bahwa tingkat spiritualitas pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di unit hemodialisis di PKU Muhammadiyah Yogyakarta berada dalam kategori cukup. Berdasarkan survey pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 15 Januari 2011 di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, terdapat 24 mesin hemodialisis dan terdapat 9 perawat lulusan D3 disertai sertifikat pelatihan hemodialisis. Tercatat 193 pasien yang menjalani hemodialisis secara rutin, rata-rata mereka menjalani terapi 2-3 kali seminggu selama 4 jam. Hasil wawancara dengan 5 pasien hemodialisis di dapatkan keterangan 4 pasien menyatakan bahwa perawat jarang sekali meminta mereka untuk berdoa, bersabar dan ikhlas, padahal 4 pasien menyatakan butuh untuk di doakan dan di bimbing oleh perawat agar terhindar dari rasa takut akan penyakitnya, sedangkan 1 pasien menyatakan bahwa perawat terkadang membimbing untuk berdoa sebelum menjalani terapi hemodialisis. Perawat yang memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan dasar secara menyeluruh, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan spiritual pasien, akan tetapi dengan berbagai alasan seperti keterbatasan waktu dan terbatasnya jumlah perawat dibanding jumlah pasien maka perawat justru mengindar untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual (Kusumasari,

6 2007). Berdasarkan latar belakang dan dari data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien penyakit gagal ginjal kronik di unit hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan diteliti yaitu : Bagaimanakah persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien penyakit gagal ginjal kronik di unit hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien penyakit gagal ginjal kronik di unit hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui karakteristik demografi responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

7 b. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada aspek menuntun kehidupan sehari-hari. c. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada aspek sumber dukungan. d. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada aspek sumber kekuatan dan penyembuhan. e. Untuk mengetahui persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada aspek sumber konflik. D. Manfaat penelitian 1. Bagi perawat Hemodialisa Perawat diharapkan dapat membantu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien. 2. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan mengenai pemenuhan pelayanan yang bermutu dan upaya meningkatkan kualitas Rumah Sakit terutama mengenai pelayanan pemenuhan kebutuhan spiritual.

8 3. Bagi pengembangan ilmu keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan. 4. Bagi peneliti lain Diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi awal untuk penelitian yang selanjutnya. E. Penelitian terkait Penelitian tentang persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada penyakit gagal ginjal kronik di unit hemodialisa sejauh pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang telah dilakukan yang masih ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain: 1. Sutanto (2008) melakukan penelitian yang berjudul persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien diruang Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit umum PKU Muhammadiyah Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif non eksperimen yang memiliki variabel tunggal, penelitian Sutanto berfokus pada persepsi perawat tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

9 Hasil dari penelitian Sutanto menunjukan bahwa persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual termasuk dalam kategori cukup. Persamaan dengan penelitian ini adalah keduannya menggunakan variabel tunggal serta keduannya menggunakan jenis dan rancangan penelitian yang sama yaitu deskriptif kuantitatif non eksperimen. Perbedaanya terletak pada variabel penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian Sutanto berfokus pada persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual sedangkan peneliti berfokus pada persepsi pasien terhadap peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual di RS PKU Muhammadiyah dan lebih mengkhususkan persepsi pasien penyakit Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa. 2. Munjirin (2008) melakukan penelitian dengan judul gambaran peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Munjirin melakukan penelitian non eksperimen dengan rancangan deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian Munjirin adalah perawat pelaksana di RSU Banyumas sebanyak 19 perawat, teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan menggunakan metode wawancara terstruktur serta lembar observasi. Kesimpulan penelitian adalah bahwa peran

10 perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien pre operasi di RSU Banyumas masuk dalam kategori cukup. 3. Yuliyanti (2010) melakukan penelitian dengan judul tingkat spiritualias pada pasien gagal gnjal kronik dengan hemodialisis di unit hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yuliyanti melakukan penelitian dengan rancangan non eksperimen dengan metode deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian Yuliyanti adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Kesimpulan penelitian adalah bahwa tingkat spiritualitas pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah masuk dalam kategori cukup.