BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi baru

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB III LANDASAN TEORI

c. Semen, pasta semen, agregat, kerikil

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

Gambarkan dan jelaskan grafik hubungan tegangan regangan untuk material beton dan baja!

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB III LANDASAN TEORI. kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan campuran antara semen portland, agregat, air, dan

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

STUDI PERILAKU MEKANIK BETON RINGAN TERHADAP KUAT GESER BALOK

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan para peneliti (Lorensten, 1962; Nasser et al., 1967; Ragan &

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah material bangunan yang sangat sering digunakan sebagai material utama dalam pembangunan infrastruktur maupun bangunan gedung. Berdasarkan SNI 2847:2013 mengenai Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung mengatakan bahwa beton merupakan campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Sesaat setelah pencampuran, pada adukan terjadi reaksi kimia yang pada umumnya bersifat hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. Beton akan mencapai kekuatan yang telah direncakan pada umur beton 28 hari. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi lemah terhadap kuat tarik. Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah fas, jenis semen, gradasi agregat, sifat agregat, pengerjaan (pencampuran, pemadatan dan perawatan), umur beton, serta bahan kimia tambahan (admixture) (Trinugroho dkk, 2012). 12

13 3.2 Material Penyusun Beton Material penyusun beton pada umumnya terdiri dari semen portland, agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir) dan air. Berikut uraian dari material penyusun beton : 3.2.1 Semen Portland Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lainnya (SNI- 15-2049-2004). Ketika semen bertemu dengan air akan terjadi proses hidrasi yang terjadi pada semen. Berikut adalah persamaan kimia untuk proses hidrasi yang terjadi pada semen portland : 2(3CaO.SiO 2 ) + 6H 2 O 3.CaO.2SiO 2.3H 2 O + 3Ca(OH) 2 (3-1) 2(2CaO.SiO 2 ) + 4H 2 O 3.CaO.2SiO 2.3H 2 O + Ca(OH) 2 (3-2) C 3 S 2 H 3 (tobermorite) yang berbentuk gel merupakan hasil utama dari hidrasi semen. Selain C 3 S 2 H 3 (tobermorite), terdapat pula beberapa hasil lain dari proses hidrasi semen berupa kapur bebas Ca(OH) 2. Kapur bebas ini dapat melemahkan beton dalam jangka waktu yang panjang karena dapat bereaksi dengan zat asam maupun sulfat yang berada di lingkungan sekitar beton yang menyebabkan beton menjadi korosi.

14 3.2.2 Agregat Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton. Dari segi ekonomis lebih menguntungkan jika digunakan campuran beton dengan sebanyak mungkin bahan pengisi dan sedikit mungkin jumlah semen. Namun keuntungan dari segi ekonomis harus diseimbangkan dengan kinerja beton baik dalam keadaan segar maupun setelah mengeras. Pengaruh kekuatan agregat terhadap beton begitu besar, karena umumnya kekuatan agregat lebih besar dari kekuatan pasta semennya. Namun kekasaran permukaan agregat berpengaruh terhadap kekuatan beton. 3.2.3 Air Air diperlukan pada pembuatan beton untuk proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton (Zai, 2014). Penggunaan air yang terlalu banyak dalam adukan beton dapat mengakibatkan bleeding pada beton yang akan menurunkan kekuatan beton. Bleeding adalah keadaan dimana air dalam adukan beton terlalu banyak kemudian air naik ke permukaan beton.

15 3.3 Baja Tulangan Menurut SNI 2052:2014 baja tulangan adalah baja berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau sirip yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara canai panas (hot rolling). Baja tulangan beton polos (BjTP) adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip. Baja tulangan beton sirip (BjTS) adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton (SNI 2052:2014). 3.4 Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SK SNI T-15-1991- 03). Beton bertulang terdiri dari beton dan tulangan baja. Beton berfungsi untuk menahan kuat tekan yang terjadi pada beton bertulang. Sedangkan tulangan baja berfungsi untuk menahan kuat tarik yang terjadi pada beton bertulang. 3.5 Lumpur Sidoarjo Lumpur sidoarjo (Lusi) atau yang juga dikenal dengan Lumpur Lapindo (Lula) adalah lumpur yang dihasilkan dari semburan lumpur panas yang disebabkan oleh pengeboran yang dilakukan PT. Lapindo Brantas di Porong,

16 Sidoarjo, Jawa Timur sejak tanggal 29 mei 2006. Menurut Pertiwi & Maria, 2012, Lumpur Sidoarjo (Lusi) mengandung SiO 2, Al 2 O 3, CaO dan Fe 2 O 3 yang dominan, totalnya lebih dari 80% yang mirip dengan unsur-unsur utama semen. Ca(OH) 2 + SiO 2 CSH (3-3) Ca(OH) 2 + Al 2 O 3 CAH (3-4) 3.6 Balok Beton Bertulangan Rangkap Tulangan rangkap atau ganda pada balok terdiri dari tulangan tarik dan tulangan tekan. Perancangan balok dengan tulangan rangkap dilakukan apabila momen yang bekerja melebihi momen yang dapat dipikul oleh balok dengan tulangan tunggal. Penampang balok bertulangan rangkap dapat dianalisis dengan anggapan tampang balok dibagi menjadi dua, seperti pada Gambar 3.1. u 0,003 (1) (2) 0,85.fc As d c a C c As C s h d (d-0,5a) (d-d ) As As 1 T 1 As 2 T 2 Mn 1 Mn 2 bw s Gambar 3.1 Distribusi Tegangan dan Regangan pada Penampang Balok Tulangan Rangkap (Siahaan, 2014)

17 Terdapat 2 kondisi dalam menganalisis balok tulangan rangkap, yaitu : 1. Tulangan tekan sudah luluh Bila tulangan tekan sudah luluh, maka fs = fy Gambar 3.1 bagian (1) : T 1 = As 1. fy = C c (3-5) Mn 1 = T 1 (d-0,5.a) (3-6) Gambar 3.1 bagian (2) : C s = As.fy (3-7) Mn 2 = C s (d-d ) (3-8) Sehingga momen nominal dan momen ultimate balok tulangan rangkap adalah : Mn = Mn 1 + Mn 2 (3-9) Mu =. Mn = 0,8.Mn (3-10) Tulangan tekan (As ) dianggap leleh bila ε s >ε y, dengan nilai ε y dan ε s adalah : fy fy y (3-11) 5 Es 2.10 cu.( c d' ) 0,003( c d' ) s' (3-12) c c

18 2. Tulangan tekan belum luluh Kondisi tulangan tekan belum luluh bila ε s <ε y fs fy (3-13) fs = Es. (3-14) s' Sehingga momen nominal dan momen ultimate balok tulangan rangkap adalah : Mn = (As.fy-As.fs ).(d-0,5a)+ As'. fs'.( d d') (3-15) Mu =. Mn = 0,8.Mn (3-16) Keterangan : Mn = Momen nominal (Nmm) Mu = Momen ultimate (Nmm) C c = Gaya pada daerah tekan penampang (N) C s = Gaya pada tulangan tekan (N) A s = Luas tulangan tarik (mm 2 ) f y f s d = Tegangan luluh baja pada daerah tarik balok (MPa) = Tegangan luluh baja pada daerah tekan balok (MPa) = Jarak dari serat tarik terluar ke titik berat tulangan tarik longitudinal (mm) d = Jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik longitudinal (mm) a = Tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekuivalen (mm) c = Jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan (mm)

19 Ԑ cu = Regangan tekan beton pada batas retak (regangan ultimit), yang menurut pasal 12.2.3 SNI 03-2847-2002 diasumsikan sebesar 0,003 E s = Modulus elastis baja non-prategang dengan nilai sebesar 200.000 MPa (MPa) β 1 = Faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi ekuivalen untuk f c 30 MPa (300 kg/cm 2 ) berlaku β 1 = 0,85 untuk f c > 30 MPa (300 kg/cm 2 ) berlaku β 1 = 0,85-0,05.((f c 30)/7) 0,65 nilai β 1 tidak boleh diambil kurang dari 0,65 Ø = Faktor reduksi sebesar 0,8 3.7 Kuat Geser Menurut McCormac, 2001, keruntuhan balok beton bertulang dalam geser sangat berbeda dengan keruntuhan dalam lentur. Keruntuhan geser terjadi tibatiba dengan minim atau bahkan tanpa peringatan. Peraturan-peraturan yang ada seperti yang ditulis Dipohusodo, 1996 menyatakan untuk menentukan seberapa besar tegangan geser yang terjadi, direkomendasikan untuk menggunakan pedoman perencanaan berdasarkan nilai tegangan geser rata-rata nominal menurut persamaan (3-17): v bd (3-17)

20 v = Gaya geser (N) τ = Tegangan geser (N/cm2) b = Lebar balok (cm) d = Tinggi balok (cm) = Faktor reduksi kuat bahan Kekuatan geser nominal (Vn) sebagai jumlah dari kekuatan yang diberikan oleh beton dan tulangan menurut persamaan (3-18): Vn = Vc + Vs (3-18) Vn = Kekuatan geser nominal (N) Vc = Kekuatan geser akibat beton (N) Vs = Kekuatan geser akibat tegangan geser (N) Kapasitas kemampuan beton (tanpa penulangan geser) untuk menahan gaya geser dapat dihitung menurut persamaan (3-19): Vc 1 6 f ' cb w d (3-19) Vc = Kapasitas geser beton (N) f c = Kuat tekan beton (MPa) bw = Lebar balok (mm) d = tinggi efektif penampang beton (mm) Untuk tulangan geser, Vs dapat dihitung menurut persamaan (3-20): Vs A s f s y d (3-20)

21 Vs = Gaya geser nominal yang disediakan oleh tulangan sengkang (N) As = Luas penampang tulangan sengkang (mm 2 ) fy = Kuat luluh tulangan geser (MPa) d = Tinggi efektif penampang balok beton bertulang (mm) s = Jarak dari pusat ke pusat batang tulangan geser kearah sejajar tulangan pokok memanjang (mm) 3.8 Kuat Tekan Beton Untuk mengetahui berapa besar kuat tekan yang dapat ditahan oleh beton, maka dilaksanakanlah pengujian kuat tekan beton. Benda uji yang lazim digunakan untuk kuat tekan beton berbentuk silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Rumus untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton menggunakan persamaan (3-21): P f ' c (3-21) A f c = Kuat tekan beton (MPa) P = Beban yang diberikan (N) A = Luas penampang (mm 2 ) 3.9 Pengujian Kuat Lentur Murni (Modulus of Rupture) Kuat lentur balok murni beton adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus

22 sumbu benda uji yang diberikan kepadanya sampai benda uji patah, lalu dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya per satuan luas (SNI 4431-2011). Berdasarkan ASTM C78 mengenai cara uji kuat lentur beton non-serat dengan dua titik pembebanan, kuat lentur beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: a. Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah). PL R (3-22) 2 bd b. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari jarak titik perletakan. 3Pa R (3-23) 2 bd R = Kuat lentur benda uji (MPa) P = Beban tertinggi (ton) L = Jarak (bentang) antara dua garis perletakan (mm) b = Lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm) d = Lebar tampang lintang patah arah vertical (mm) a = Jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sudut dari bentang (mm) 3.10 Modulus Elastisitas Beton Modulus elastisitas adalah ukuran yang menunjukkan ketahanan bahan saat mengalami deformasi elastis jika gaya diterapkan pada benda tersebut.

23 Modulus elastisitas dapat menunjukkan keelastisan suatu bahan. Modulus elastisitas juga tergantung pada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji (Wang dan Salmon, 1986). Menurut Wang, C. K. dan Salmon, C. G. (1986), nilai modulus elastisitas beton berkisar antara 25% sampai 50% dari kuat tekan beton. Modulus elastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada persamaan (3-24): f E (3-24) E = Modulus elastisitas beton (MPa) f = Tegangan beton maksimum (MPa) = Regangan beton