BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

commit 1to user BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

Rita Widiasih 1, Joko Widodo 1, Titin Kartini 1 1 Program Studi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru.

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan perkembangan mutu pendidikan yang baik, haruslah ditunjang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses aktif dari seorang manusia yang sifatnya merupakan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sebagai hasil pengalaman berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kemampuan dan aspek lain yang ada pada individu (Sudjana, 2010). Perubahan- perubahan tersebut terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan. Proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar disebut pembelajaran (Susanto, 2013). Proses pembelajaran dapat berlangsung di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses interaksi siswa dengan lingkungan sekolah baik lingkungan fisik maupun sosial untuk memperoleh pengetahuan sehingga dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Lingkungan fisik sekolah dapat berupa buku, modul, alat peraga, alat-alat laboratorium, dan berbagai media pembelajaran sedangkan lingkungan sosial sekolah yaitu guru, kepala sekolah, siswa, pegawai TU dan semua warga sekolah. Proses pembelajaran di sekolah diharapkan berlangsung baik yaitu dengan adanya interaksi yang bervariasi dan menarik antara siswa dengan lingkungan belajar siswa sehingga semangat dan gairah belajar siswa akan terus terjaga. Siswa juga akan lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Namun, berdasarkan observasi yang dilakukan ketika Praktik Lapangan Terbimbing di SMA N 1 Jetis selama dua bulan, siswa sering merasa bosan dan kurang termotivasi dalam proses pembelajaran. Hal ini karena interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajar terutama interaksi siswa dengan guru masih monoton dan kurang menarik. Selain itu, sebagian besar guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode konvensional (ceramah).

Motivasi penting dalam proses pembelajaran sebagai pendorong usaha dan pencapaian hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2011) adanya motivasi belajar yang baik akan menunjukkan hasil belajar yang baik juga. Intensitas motivasi peserta didik akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajar. Motivasi belajar dapat berupa motivasi internal maupun motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul karena adanya faktor luar. Faktor luar tersebut dapat berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2009). Kegiatan belajar yang menarik dapat berupa kegiatan belajar menggunakan metode mengajar dan media pembelajaran yang menarik. Kegiatan belajar yang menarik dapat membuat siswa termotivasi dan antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. Tetapi, kenyataan yang terjadi di sekolah adalah metode mengajar guru yang masih konvensional yaitu ceramah dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran masih monoton karena hanya menggunakan PPT dan papan tulis, sehingga kurang memotivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya hasil penilaian akhir semester ganjil siswa kelas XI SMA N 1 Jetis terutama pada mata pelajaran kimia. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia yang rendah ini menunjukkan bahwa motivasi belajar kimia siswa juga rendah karena terdapat hubungan linier antara motivasi dan pencapaian hasil belajar. Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Jetis adalah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered) diubah menjadi berpusat pada siswa (student centered). Peran guru disini hanya sebagai fasilitator agar siswa dapat menggali bakat dan minat yang dimiliki sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan proses pembelajaran yang berpusat ke siswa (student centered) dapat menggali potensi siswa dalam berbagai mata pelajaran khususnya mata pelajaran kimia sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dari materi

pelajaran kimia dengan mencari tahu sendiri. Tetapi dalam pelaksanaanya, pembelajaran yang terlaksana di SMA N 1 Jetis belum sesuai dengan kurikulum 2013. Pembelajaran di SMA N 1 Jetis masih berpusat pada guru (teacher centered). Dalam rangka penguasaan kecakapan abad 21 yang dikutip dari Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2017) pembelajaran kimia di SMA/MA dipandang bukan hanya untuk pengalihan pengetahuan dan keterampilan saja kepada siswa, tetapi juga untuk membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui pengalaman kerja ilmiah. Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan berpikir kritis, analitis, sintetis, kreatif dan inovatif. Scriven dan Paul dalam buku Muh Tawil (2013) menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin yang secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari hasil pengalaman, penalaran atau refleksi sebagai panduan bertindak. Pada pembelajaran yang berpusat ke siswa (student centered), siswa lebih dihadapkan dengan masalah-masalah yang membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya berpikir kritis. Namun, pembelajaran yang terlaksana di SMA N 1 Jetis belum sepenuhnya berpusat kepada siswa sehingga kemungkinan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah karena belum terbiasa memecahkan permasalahan-permasalahan untuk menemukan suatu konsep. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan terlaksananya proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan kurikulum 2013, salah satunya adalah menggunakan media dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan, sehingga terciptalah komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Wati, 2016). Menurut Prastowo (2015) jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran adalah buku pelajaran, modul, hand-out, LKS, model atau market, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran kimia guru harus

dapat menanamkan karakteristik ilmu kimia pada diri siswa dengan pembelajaran yang menarik. Salah satu media yang dapat digunakan untuk menanamkan karakteristik ilmu kimia dengan menarik yaitu lembar kerja siswa (LKS). Lembar kerja siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi ringkasan materi, latihan soal dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa dengan mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Depdiknas, 2008). LKS dirancang untuk menarik perhatian siswa, menciptakan pembelajaran yang aktif dan membantu siswa untuk memecahkan masalah. Pelaksanaan pembelajaran kimia di SMA N 1 Jetis sudah menggunakan media LKS. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA tersebut, LKS yang digunakan untuk media pembelajaran berisi ringkasan materi dan soal-soal. Namun, LKS yang digunakan belum membiasakan siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, mereka hanya dapat menunjukkan jawaban suatu soal tanpa benar-benar mencari tahu dan menemukan konsep. Hal ini tidak sesuai dengan harapan kurikulum 2013. Seharusnya media pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu media yang dapat membuat siswa aktif dalam menemukan suatu konsep. Sudah banyak pengembangan LKS berbasis student centered tetapi keefektifan penerapan LKS pada pembelajaran kimia di sekolah masih belum diketahui sehingga kekurangan dan kelebihan LKS berbasis student centered juga belum diketahui. Oleh karena itu, perlu diterapkan LKS bebasis student centered untuk proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul Efektivitas Penerapan Lembar Kerja Siswa Berbasis Student Centered Materi Asam Basa terhadap Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Jetis Tahun Pelajaran 2017/2018. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalahmasalahnya sebagai berikut : 1. Media yang digunakan dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Jetis belum bervariasi yaitu hanya seperti PPT, Papan tulis, dan LKS yang berisi ringkasan materi dan soal-soal saja. 2. Motivasi belajar kimia siswa di SMA Negeri 1 Jetis masih rendah. 3. Kemampuan berpikir kritis siswa belum terungkap dan kemungkinan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah karena pada pembelajaran siswa belum dibiasakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam menemukan konsep pengetahuan. 4. Sudah banyak orang mengembangkan LKS berbasis student centered, tetapi belum diterapkan di dalam proses pembelajaran, sehingga keefektifan LKS tersebut sebagai media pembelajaran belum diketahui. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Media pembelajaran yang digunakan berupa LKS berbasis student centered dan media tersebut hanya diterapkan di kelas eksperimen. 2. Motivasi belajar siswa diungkap dengan menggunakan angket motivasi yang diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media LKS berbasis student centered. 3. Kemampuan berpikir kritis siswa diungkap dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis materi Asam Basa kualitatif. 4. Keefektifan LKS berbasis student centered sebagai media pembelajaran ditinjau dari peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah perbedaan yang signifikan pada motivasi belajar kimia siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jetis yang mengikuti pembelajaran menggunakan media LKS berbasis student centered dengan yang tidak menggunakan media LKS berbasis student centered? 2. Adakah perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jetis yang mengikuti pembelajaran menggunakan media LKS berbasis student centered dengan yang tidak menggunakan media LKS student centered apabila pengetahuan awal dikendalikan? 3. Apakah LKS berbasis student centered sebagai media pembelajaran efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jetis? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada motivasi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jetis dalam pembelajaran dengan menggunakan media LKS berbasis student centered dan yang tidak menggunakan media LKS berbasis student centered. 2. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA Negeri 1 Jetis yang mengikuti pembelajaran menggunakan media LKS berbasis student centered dengan yang tidak menggunakan media LKS student centered apabila pengetahuan awal dikendalikan. 3. Mengetahui keefektifan LKS berbasis student centered sebagai media pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan media LKS berbasis student centered pada pembelajaran di kelas dan mengetahui kekurangan LKS berbasis student centered. 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan media LKS berbasis student centered. 3. Bagi guru, dapat memperoleh gambaran dalam membuat media yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa. 4. Bagi sekolah, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas media yang digunakan dalam pembelajaran kimia di sekolah, khususnya dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis siswa.