LAMPIRAN PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR : TANGGAL : TENTANG : PEDOMAN DAN TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA BOGOR. PEDOMAN DAN TATACARA JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN I. Ketentuan dan Persyaratan Perizinan dan Non Perizinan Bidang Penanaman Modal A. Ketentuan Pendaftaran Penanaman Modal 1. Kewenangan Pendaftaran Penanamam Modal Kewenangan Pendaftaran Penanaman Modal oleh Pemerintah Daerah terdiri atas: a. penanaman modal dalam negeri yang ruang lingkup kegiatannya di Daerah; b. yang dipertugas bantukan kepada Pemerintah Daerah. 2. Memulai Usaha (pasal 10) a. Memulai usaha mencakup kegiatan, sebagai berikut: 1) pendirian usaha baru, 2) memulai kegiatan usaha untuk perubahan status menjadi PMDN, sebagai akibat dari terjadinya perubahan kepemilikan modal perseroan yang sebelumnya terdapat modal asing menjadi seluruhnya modal dalam negeri; 3) penambahan bidang usaha baru; 4) penambahan lokasi usaha baru; 5) penambahan kapasitas produksi di sektor industri untuk perluasan usaha; atau 6) penambahan jenis usaha pada bidang usaha yang sama diluar sektor industri. b. Untuk memulai kegiatan usaha tertentu wajib memiliki Pendaftaran Penanaman Modal. c. Pendaftaran Penanaman Modal wajib ditindaklanjuti terlebih dahulu dengan izin-izin pelaksanaan sebelum perusahaan melakukan kegiatan konstruksi. d. Kriteria kegiatan usaha tertentu yang wajib terlebih dahulu melalui tahapan Pendaftaran Penanaman Modal yaitu: 1) bidang usaha yang memerlukan waktu untuk melakukan kegiatan pembangunan/konstruksi; 14
2) bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas Penanaman Modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 3) bidang usaha yang berpotensi menimbulkan dampak pencemaran lingkungan yang sedang dan besar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau 4) bidang usaha yang terkait dengan pertahanan negara, pengelolaan sumber daya alam, energi dan infrastruktur; atau 5) bidang usaha lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sektoral. e. Bagi Perusahaan yang telah memiliki Pendaftaran Penanaman Modal dan masih berlaku apabila perusahaan akan melakukan produksi/operasi wajib memiliki Izin Usaha. 3. Memulai produksi/operasi a. Untuk Memulai Produksi/Operasi, wajib memiliki Izin Usaha. b. Penanaman Modal pada bidang usaha tertentu dapat langsung diberikan Izin Usaha, dengan ketentuan: 1) telah berbadan usaha Indonesia dengan batasan kepemilikan saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 2) telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; dan 3) telah menguasai kantor/tempat usaha. c. Bidang usaha tertentu dapat langsung diberikan Izin Usaha, harus memenuhi kriteria yaitu: 1) bidang usaha yang tidak memerlukan kegiatan konstruksi; atau 2) bidang usaha yang tidak memerlukan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin/barang modal. d. Perusahaan yang langsung diberikan Izin Usaha wajib melakukan kegiatan usaha dalam waktu 1 (satu) tahun. e. Dalam hal perusahaan yang langsung diberikan Izin Usaha tidak melakukan kegiatan usaha dalam jangka waktu 1 (satu) tahun maka DPMPTSP Kota Bogor, sesuai dengan kewenangan dapat mencabut Izin Usaha. B. Ketentuan dan Tata Cara Pendaftaran Penanaman Modal 1. Ketentuan Pendaftaran Penanaman Modal a. Permohonan Pendaftaran Penanaman Modal diajukan sebelum atau sesudah perusahaan berbadan usaha atau berbadan hukum Indonesia. (pasal 17) 15
b. Pendaftaran Penanaman Modal dapat diterbitkan apabila permohonan memenuhi: (pas18) 1) ketentuan tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan; dan 2) kelengkapan persyaratan permohonan. 2. Jenis Pendaftaran Penanaman Modal a. Jenis pendaftaran pada Pendaftaran Penanaman Modal mencakup: 1) baru; 2) alih status; dan 3) perubahan. b. Penjelasan cakupan pendaftaran penanaman modal: 1) Perusahaan yang akan memulai usahanya wajib memiliki Pendaftaran Penanaman Modal dengan jenis pendaftaran baru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Dalam hal perusahaan PMA melakukan perubahan status menjadi perusahaan PMDN wajib mengajukan permohonan Pendaftaran Penanaman Modal dengan jenis pendaftaran alih status. 3) Perusahaan dapat melakukan perubahan atas data yang tercantum dalam Pendaftaran Penanaman Modal dengan mengajukan permohonan Pendaftaran Penanaman Modal dengan jenis pendaftaran baru dengan masa berlaku paling lama 3 (tiga) tahun. c. Khusus untuk perusahaan yang akan melakukan perubahan atas data terkait: 1) nama perusahaan; 2) Nomor Pokok Wajib Pajak; 3) alamat kantor pusat; dan 4) penyertaan dalam modal perseroan, terlebih dahulu mengajukan permohonan Pendaftaran Penanaman Modal dengan jenis pendaftaran perubahan. d. Perubahan jenis pendaftaran pada Pendaftaran Penanaman Modal baru, alih status dan perubahan diperuntukan untuk perusahaan yang belum memiliki Izin Usaha/Izin Perluasan. e. Dalam hal perubahan lokasi proyek untuk PMDN, Perusahaan mengajukan permohonan Pendaftaran Penanaman Modal dengan jenis pendaftaran baru di lokasi baru. f. Perusahaan PMDN yang melakukan penjualan saham secara langsung di pasar modal dalam negeri, apabila terdapat penanam modal asing membeli saham dimaksud dan tercatat dalam akta 16
perusahaan, perusahaan wajib melakukan perubahan status dari PMDN menjadi PMA. 3. Masa Berlaku Pendaftaran Penanaman Modal a. Masa berlaku Pendaftaran Penanaman Modal sama dengan Jangka Waktu Penyelesaian Proyek yang ditetapkan dalam Pendaftaran Penanaman Modal. b. Jangka Waktu Penyelesaian Proyek yang ditetapkan dalam Pendaftaran Penanaman Modal diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun sesuai dengan karakteristik bidang usaha. c. Permohonan perpanjangan Jangka Waktu Penyelesaian Proyek harus diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum berakhirnya jangka waktu penyelesaian proyek yang ditetapkan dalam Pendaftaran Penanaman Modal. d. Permohonan perpanjangan Jangka Waktu Penyelesaian Proyek harus telah dinyatakan lengkap dan benar paling lambat pada tanggal berakhirnya jangka waktu penyelesaian proyek yang ditetapkan dalam Pendaftaran Penanaman Modal. e. Dalam hal Pendaftaran Penanaman Modal yang Jangka Waktu Penyelesaian Proyek telah berakhir menjadi batal demi hukum dan tidak berlaku, perusahaan tidak dapat mengajukan permohonan perpanjangan Jangka Waktu Penyelesaian Proyek. 4. Tata Cara Permohonan Pendaftaran Penanaman Modalasal 23 a. Dalam hal diperlukan penjelasan lebih lanjut terkait kegiatan perusahaan, direksi perusahaan dapat diminta untuk melakukan presentasi kegiatan usahanya dihadapan pejabat DPMPTSP Kota Bogor. b. Dalam hal permohonan Pendaftaran Penanaman Modal yang calon pemegang saham merupakan warga negara Indonesia pemegang KMILN, maka persyaratan Kartu Tanda Penduduk, digantikan dengan KMILN dan tidak disyaratkan Nomor Pokok Wajib Pajak. c. Dalam hal pemegang KMILN telah tinggal di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari maka syarat Nomor Pokok Wajib Pajak wajib dipenuhi. d. Pendaftaran Penanaman Modal yang diajukan sebelum berbadan hukum Indonesia diterbitkan paling lama 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. e. Pendaftaran Penanaman Modal yang diajukan sesudah berbadan hukum Indonesia diterbitkan paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. 17
f. Perubahan atas Pendaftaran Penanaman Modal diterbitkan paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. C. Persyaratan Pendaftaran Penanaman Modal Permohonan pendaftaran Penanaman Modal diajukan kepada Wali Kota Bogor melalui Kepala DPMPTSP Kota Bogor dengan cara mengunggah persyaratan permohonan melalui website perizinan.kotabogor.go.id, dan melengkapi persyaratan yang lengkap dan benar; 1. Kelengkapan data pemohon; Bagi pemohon yang BELUM berbadan hukum Indonesia: a. Keterangan Pemohon: 1) dalam hal pemohon adalah perseorangan Indonesia, agar melampirkan rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang telah dilakukan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; 2) dalam hal pemohon merupakan warga negara Indonesia pemegang KMILN (Kartu Masyarakat Indonesia di Luar Negeri), agar melampirkan KMILN dan tidak disyaratkan NPWP; 3) dalam hal pemohon adalah badan hukum Indonesia agar melampirkan rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya lengkap dengan pengesahan dan persetujuan/pemberitahuan dari Menteri Hukum dan HAM, serta rekaman NPWP yang telah dilakukan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku, serta perizinan yang dimiliki perusahaan. b. Keterangan Rencana Penanaman Modal: 1) untuk industri, berupa diagram alir produksi (flow chart of production) dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku; 2) untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan yang akan dilakukan dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan. c. Surat kuasa bila pengajuan permohonan tidak dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. 2. Bagi pemohon yang TELAH berbadan hukum Indonesia: a. Keterangan Pemohon: 1) rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya; 2) rekaman Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dan persetujuan/ pemberitahuan atas perubahan dari Menteri Hukum dan HAM; 18
3) rekaman NPWP perusahaan yang telah dilakukan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4) bukti diri pemegang saham, berupa: i. dalam hal pemegang saham adalah perseorangan Indonesia, agar melampirkan rekaman KTP dan rekaman NPWP yang telah dilakukan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; ii. iii. dalam hal pemohon merupakan warga negara Indonesia pemegang KMILN, agar melampirkan KMILN dan tidak disyaratkan NPWP; dalam hal pemegang saham adalah badan hukum Indonesia agar melampirkan rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya dilengkapi pengesahan dan persetujuan/ pemberitahuan dari Menteri Hukum dan HAM dan rekaman NPWP yang telah dilakukan Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta perizinan yang dimiliki perusahaan. b. Keterangan Rencana Penanaman Modal: 1) untuk industri, berupa diagram alir produksi (flow chart of production) dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku; 2) untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan yang akan dilakukan dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan. 3) Surat kuasa bila pengajuan permohonan tidak dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan 3. Dalam Hal Terjadi Perubahan a. Perizinan yang dimiliki (Rekaman Pendaftaran Penanaman Modal/ Izin Prinsip/Izin Investasi/ Izin Prinsip Perluasan/ Izin Usaha dan perubahannya bila ada b. Keterangan Rencana Penanaman Modal 1) untuk industri, berupa diagram alir produksi (flow chart of production) dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku; 2) untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan yang akan dilakukan dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan; 3) Rekomendasi dari instansi Pemerintah terkait apabila dipersyaratkan; 19
4) Khusus untuk proyek perluasan dalam bidang usaha industri, melampirkan rekapitulasi kapasitas produksi. c. Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) periode laporan terakhir (untuk permohonan yang sebelumnya telah memiliki izin); d. Surat kuasa bila pengajuan permohonan tidak dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. e. Apabila terjadi perubahan rencana permodalan, ditambah dengan: 1) Kesepakatan para pemegang saham dalam perseroan yang dituangkan dalam bentuk: a) Rekaman Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang sah sesuai Anggaran Dasar Perusahaan atau Keputusan Sirkular yang ditandatangani oleh seluruh pemegang saham dan telah dicatat (waarmerking) oleh Notaris; atau b) Rekaman Pernyataan Keputusan Rapat/Berita Acara Rapat dalam bentuk Akta Notaris, yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, yang secara tegas mencantumkan posisi kepemilikan saham terakhir yang telah disepakati dengan nilai nominal saham masing-masing para pemegang saham. 2) Melampirkan bukti diri para pemegang saham baru, apabila ada; 3) Apabila ada perubahan nama pemegang saham, melampirkan certificate change of name atau sejenisnya; f. Apabila terjadi perubahan nama perusahaan, ditambah dengan: 1) Rekaman Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang sah sesuai Anggaran Dasar Perusahaan atau Keputusan Sirkular yang ditandatangani oleh seluruh pemegang saham dan telah dicatat (waarmerking) oleh Notaris; atau Rekaman Pernyataan Keputusan Rapat/Berita Acara Rapat dalam bentuk Akta Notaris, yang memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan; 2) Bukti pemesanan nama Data Isian Akta Notaris (perubahan) dengan status diterima oleh Kementerian Hukum dan HAM; g. Apabila terjadi perubahan NPWP, ditambah dengan NPWP terbaru. h. Apabila terjadi perubahan alamat perusahaan dan/atau lokasi proyek, ditambah dengan: 1) Surat keterangan domisili; 2) Perjanjian sewa menyewa; 3) Dokumen pendukung lainnya. i. Apabila terjadi perubahan bidang usaha dan jenis produksi, ditambah dengan: 1) Untuk industri, berupa diagram alir produksi (flow chart of production) dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku; 20
2) Untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan yang akan dilakukan dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan; 3) Rekomendasi dari instansi Pemerintah terkait apabila dipersyaratkan; 4) Dokumen pendukung lainnya; j. Apabila terjadi perubahan nilai investasi, luas tanah atau tenaga kerja, ditambah dengan: 1) Alasan detil dan jelas mengenai perubahan dari pimpinan perusahaan; 2) Dokumen pendukung lainnya. k. Apabila terjadi perpanjangan masa berlaku, ditambah dengan: 1) Bukti progress kegiatan yang dilakukan perusahaan selama ini 2) Alasan detil dan jelas mengenai permohonan perpanjangan jangka waktu penyelesaian proyek dari pimpinan perusahaan 3) Hasil pemeriksaan lapangan bila diperlukan 4) Dokumen pendukung lainnya. D. Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) 1. Ketentuan Perpanjangan IMTA: a. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat IMTA adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Pejabat yang ditunjuk kepada pemberi kerja Tenaga Kerja Asing; b. Jangka waktu berlakunya IMTA diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang; c. IMTA dapat diperpanjang sesuai jangka waktu berlakunya Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dengan ketentuan setiap kali perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun; d. jangka waktu perpanjangan IMTA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk jabatan Komisaris dan Direksi; e. jangka waktu perpanjangan IMTA untuk jabatan Komisaris dan Direksi paling lama 2 (dua) tahun; f. IMTA perpanjangan digunakan sebagai dasar untuk memperpanjang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS); g. pemberi kerja TKA yang akan melakukan perpanjangan IMTA untuk TKA yang lokasi kerjanya di wilayah Kota Bogor harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Wali Kota melalui DPMPTSP; h. permohonan diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir; i. DPMPTSP sesuai kewenangannya menerbitkan perpanjangan IMTA dengan tembusan kepada Wali Kota, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat dan Kepala Perangkat Daerah 21
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang tenaga kerja dan transmigrasi, selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar; dan j. bentuk perpanjangan IMTA sebagaimana tercantum dalam (Format IMTA). 2. Persyaratan Perpanjangan IMTA: a. Permohonan perpanjangan IMTA diajukan kepada Wali Kota Bogor melalui Kepala DPMPTSP Kota Bogor dengan cara mengunggah persyaratan permohonan melalui website perizinan.kotabogor.go.id, dan melengkapi persyaratan yang lengkap dan benar; b. permohonan perpanjangan IMTA dilengkapi persyaratan sebagai berikut: 1. alasan perpanjangan IMTA; IMTA yang masih berlaku; 2. bukti pembayaran retribusi Perpanjangan IMTA melalui Rekening Kas Daerah di Bank bjb; 3. keputusan RPTKA yang masih berlaku; 4. paspor TKA yang masih berlaku; 5. pas photo berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar; 6. perjanjian kerja atau perjanjian melakukan pekerjaan; 7. bukti gaji/upah TKA; 8. NPWP bagi TKA yang bekerja lebih dari 6 (enam) bulan; 9. NPWP bagi pemberi kerja TKA; 10. bukti polis asuransi di perusahaan asuransi berbadan hukum Indonesia (BPJS Ketenagakerjaan); 11. bukti kepesertaan ikut Program Jaminan Sosial Nasional bagi TKA yang bekerja lebih dari 6 (enam) bulan; 12. penunjukan TKI pendamping; 13. laporan realisasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan TKI pendamping dalam rangka alih teknologi; dan 14. keterangan SKSWP dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bogor. c. permohonan ditandatangani diatas meterai cukup oleh direksi/pimpinan perusahaan dan stempel perusahaan sebagai pemohon; d. besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar USD 100 (seratus dolar US)/orang/bulan dan dibayar di muka; e. retribusi dibayarkan dengan Rupiah berdasarkan nilai kurs yang berlaku pada saat pembayaran retribusi oleh Wajib Retribusi, dalam hal ini Pemberi Kerja TKA; 22
f. paspor TKA untuk jangka waktu paspor minimal sama dengan masa berlaku IMTA; g. pemberi kerja TKA yang mempekerjakan 1 (satu) orang TKA harus dapat menyerap TKI sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pada perusahaan pemberi kerja TKA; h. ketentuan tidak berlaku untuk anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau anggota Pembina, anggota Pengurus, anggota Pengawas; i. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor. 3. Pencabutan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing: a. pemberi kerja TKA yang mempekerjakan TKA tidak sesuai dengan IMTA maka dilakukan pencabutan IMTA; b. pencabutan IMTA Perpanjangan yang lokasi kerja TKA dalam wilayah Kota Bogor dilakukan oleh Kepala DPMPTSP; c. pencabutan IMTA Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan atas dasar rekomendasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor; d. pencabutan IMTA Perpanjangan wajib dilaporkan ke Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. 4. Persyaratan Pencabutan IMTA: a. Keputusan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang masih berlaku; b. IMTA yang masih berlaku; c. Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITA)/Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) yang masih berlaku; d. Paspor TKA dilengkapi dengan bukti Exit Permit Only (EPO); e. Surat keterangan (alasan) pencabutan IMTA dari perusahaan; f. Rekomendasi Teknis dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor; g. KTP Pemilik/Penanggungjawab yang masih berlaku. 23