BAB I PENDAHULUAN. Relasi yang terbangun antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. perbedaan kelas sosial dan jarak sosial (Susetyo, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel X dan variabel Y harus dilakukan terlebih

PRASANGKA, DISKRIMINASI & STEREOTYPE

PENDAHULUAN. (Susetyo, 2010, h. 29), jumlah populasi orang Jawa kira-kira 47. mendominasi di Indonesia berdasarkan jumlah populasinya.

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk Memenuhi sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Psikologi RINGKASAN SKRIPSI

PERBEDAAN PRASANGKA SISWA JAWA TERHADAP ETNIS CINA ANTARA SISWA SMA NEGERI 2 UNGARAN DENGAN SISWA SMA DON BOSKO SEMARANG. Yuliana Marista.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

Prasangka Mahasiswa Papua Pada Etnis Jawa Di Kota Malang

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat lebih dari 360 kelompok etnis yang berbeda di Indonesia, setara dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kebanyakan orang percaya bahwa jika suatu pekerjaan dikerjakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

Hubungan Kecenderungan Konformitas dengan Potensi Perilaku Bully. Perilaku bully adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti seseorang dan kemudian

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam suatu kelompok kerja (Dale, dalam Widyatmini dan Izzati, 1995). Selain

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang indah dan menyenangkan. Menurut

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Menjadi Negara dengan masyarakat multikultur adalah tidak mudah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

PERBEDAAN PRASANGKA ANTARA ETNIS JAWA DAN ETNIS CINA DI KOTA SOLO SKRIPSI

BAB V HASIL PENELITIAN

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB 4 KESIMPULAN. Deskripsi toleransi..., Dias Rifanza Salim, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,

BAB V PEMBAHASAN. kelompok berdasarkan atribut khas seperti ras, kesukubangsaan, agama, atau

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU KONSUMTIF REMAJA PUTRI ETNIS JAWA DAN ETNIS CINA PENGGUNA ON-LINE SHOPPING DITINJAU DARI KONFORMITAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

SILABUS SOSIOLOGI 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB IV PENUTUP. menggunakan analisis semiotik John Fiske tentang representasi asimilasi etnis

R HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hal yang tidak terhindarkan dan terjadi dimana pun mereka

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB V PENUTUP. yang memungkinkan terjadinya rasisme antara orang kulit putih. pemikiran orang kulit putih kepada orang kulit hitam.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Relasi yang terbangun antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa mengalami pasang surut antara rukun dan renggang. Ketegangan hubungan disebabkan adanya prasangka dengan intensitas yang kuat. Kerukunan antara orang Tionghoa dan Jawa sering terhambat karena perbedaan kelas sosial dan jarak sosial (Susetyo, 2007). Konflik antaretnik yang paling sering terjadi di Indonesia melibatkan etnik Tionghoa sebagai korban, dan etnik lainnya sebagai pemegang inisiatif. Setelah tahun 70-an kerusuhan lebih banyak terkait dengan persoalan sosial, ekonomi, dan politik. Misalnya kerusuhan di Medan (1995), di Situbondo (1996), di Jakarta (14-15 Mei 1998) dan di Solo (1998) lebih dipicu oleh persoalan dominasi ekonomi dan kolusi oleh kelompok-kelompok elit WNI etnis Tionghoa dengan kekuasaan (Anonim, 2009). Kesenjanganlah yang menjadi sumber konflik utama di mana telah memunculkan prasangka, sedangkan etnik sebagai sebabsebab yang memadai (Anonim, 2009). Uraian Susetyo (2007) dan Anonim (2009) di atas, diperoleh gambaran bahwa konflik etnis yang terjadi dapat dipicu karena adanya prasangka dengan intensitas yang kuat, dan setelah konflik terjadi juga dapat memunculkan prasangka baru yang negatif terhadap etnis yang menjadi lawannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pettigrew (2008), bahwa konflik antar kelompok didorong oleh prasangka dan 1

2 diskriminasi. Selama bertahun-tahun, psikologi sosial mengikuti definisi Allport (dalam Pettigrew, 2008), bahwa prasangka antar kelompok terdiri dari opini negatif terhadap kelompok luar tanpa bukti yang cukup. Catatan pandangan ini melibatkan baik emosi negatif maupun keyakinan irasional. Prasangka antar etnis Jawa dan Tionghoa juga terjadi di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian Susetyo (2007) terhadap mahasiswa etnis Jawa dan Tionghoa di Kota Semarang mengenai stereotip dan kaitannya dengan prasangka. Hasil penelitian ini menemukan bahwa stereotip orang Tionghoa menurut subjek Jawa dapat digambarkan sebagai berikut: 1) memiliki ikatan kekeluargaan kuat, senang berkelompok. Orang Tionghoa bersikap tertutup terhadap orang lain, kurang bersikap ramah, bersikap curiga dan dinilai berperilaku kurang sopan menurut kacamata subjek Jawa. 2) orang Tionghoa memiliki ambisi yang kuat, dalam bekerja dan bertindak penuh perhitungan, banyak yang mengedepankan sikap individual, bahkan dianggap banyak yang memiliki sifat licik, pelit dan materialistik. Sedikit orang Tionghoa yang suka memberi dan mengedepankan pertimbangan perasaan. 3) banyak orang Tionghoa yang cerdas, rajin dalam bekerja, rapi, senang aktivitas ilmiah. Hanya sedikit yang dianggap memiliki sifat pemalas dan bodoh. Berdasarkan hasil penelitian Susetyo (2007) di atas, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai pandangan atau prasangka mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Tionghoa. Pandangan tersebut ada yang cenderung bersifat negatif dan ada pula yang positif. Pada

3 prasangka yang bersifat negatif juga ditemukan melalui hasil penelitian Kristiono, Sudiantara dan Priyanto, (2008), bahwa ada perbedaan sangat signifikan antara prasangka orang Jawa dan orang Tionghoa. Prasangka negatif orang Jawa terhadap orang Tionghoa lebih tinggi daripada prasangka orang Tionghoa terhadap orang Jawa. Berkaitan dengan masalah prasangka, juga ditemukan secara langsung oleh peneliti terhadap mahasiswa etnis Jawa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Melalui pengalaman peneliti pada kehidupan sehari-hari selama menjalani perkuliahan, dan melalui komunikasi informal, diketahui bahwa mahasiswa etnis Jawa cenderung memiliki prasangka yang negatif terhadap temannya yang beretnis Tionghoa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya mahasiswa etnis Jawa cenderung tidak mau mengajak berbicara dengan temannya yang beretnis Tionghoa. Kalaupun ada mahasiswa etnis Tionghoa yang mencoba mengajak berbicara, maka mahasiswa etnis Jawa tersebut terkesan memberi tanggapan tanpa memberi peluang percakapan lebih lanjut. Selain itu, terdapat mahasiswa Jawa yang terkesan sinis dalam memandangi mahasiswa Tionghoa, dan suka memberi komentar atau kritik negatif terhadap apa yang digunakan oleh mahasiswa Tionghoa (seperti pakaian, sepatu, tas, dan lain-lain). Melalui wawancara juga ditemukan bahwa ada kecenderungan mahasiswa Jawa dan Tionghoa yang tidak mau berteman dekat, hal ini terlihat dari adanya mahasiswa yang saling berkelompok sesuai etnisnya. Selain itu, ketika ada mahasiswa etnis Tionghoa yang mencoba ikut bergabung di kelompok mahasiswa Jawa, maka akan cenderung

4 diacuhkan dan bahkan dijauhi atau tidak diajak berbicara. Demikian pula sebaliknya, ketika ada mahasiswa Jawa yang berusaha memasuki kelompok mahasiswa Tionghoa maka akan cenderung diabaikan. Akibat dari adanya prasangka negatif mahasiswa Jawa terhadap etnis Tionghoa, membuat mahasiswa Jawa enggan untuk berteman dengan mahasiswa etnis Tionghoa. Bahkan dalam interaksinya saling sinis satu sama lain. Ketidakharmonisan dalam hubungan dan saling sinis tersebut tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan konflik yang lebih tajam lagi, bahkan dapat terjadi pertikaian antara ke dua kelompok tersebut. Sebagaimana dikemukakan Susetyo (2007), bahwa ketegangan hubungan disebabkan adanya prasangka dengan intensitas yang kuat. Kerukunan antara orang Tionghoa dan Jawa sering terhambat karena perbedaan kelas sosial dan jarak sosial. Melihat permasalahan di atas, dapat diketahui bahwa telah terjadi prasangka terhadap outgroup-nya, yang dimaksud dengan outgroup disini adalah kelompok etnis yang berbeda (Tionghoa) dari etnis Jawa. Jones (dalam Brown, 2005) mendefinisikan prasangka sebagai penilaian negatif yang sudah ada sebelumnya mengenai anggota ras, agama, atau pemeran sosial signifikan lain, yang dipegang dengan tidak memedulikan fakta yang berlawanan dengan itu. Menurut pendapat berbagai tokoh yang telah dirangkum oleh Sarwono (2007), prasangka muncul dari berbagai macam sumber, yakni: 1) sumber sosial (perbedaan sosial, identitas sosial, konformitas, informasi media); 2) sumber kognitif (kategorisasi sosial, illusory correlation, atribusi, stereotip).

5 Pada penelitian ini faktor konformitas akan dipilih menjadi variabel bebas. Hal ini didasarkan pada penggalian lebih lanjut melalui wawancara pada kelompok mahasiswa etnis Jawa yang memiliki prasangka negatif terhadap etnis Tionghoa. Mahasiswa memiliki prasangka negatif terhadap etnis Tionghoa dikarenakan kelompoknya memiliki prasangka yang negatif pula. Mahasiswa mengaku bahwa agar disukai oleh kelompoknya, maka dirinya harus mengikuti aturan dan nilai-nilai atau pandangan kelompok terhadap berbagai hal, salah satunya adalah pandangan terhadap etnis Tionghoa. Sebagian besar anggota kelompok memiliki prasangka yang negatif terhadap etnis Tionghoa, sehingga setiap anggota lainnya secara tidak langsung dan terang-terangan diminta untuk mengikuti pandangan kelompok tersebut. Berkaitan dengan faktor konformitas, Cialdini dan Goldstein (dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2009) mengatakan bahwa konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Kebanyakan remaja dianggap bebas memilih sendiri baju dan gaya rambutnya. Akan tetapi, kebanyakan orang sering lebih suka mengenakan baju seperti orang lain dalam kelompok sosial mereka, dan karenaya mengikuti tren busana terbaru. Konformitas adalah secara suka rela melakukan tindakan karena orang lain juga melakukannya. Martin dan Hewstone (dalam Taylor, dkk., 2009) mengatakan bahwa orang melakukan konformitas karena beberapa alasan, di antaranya adalah dua alasan penting, yakni ingin melakukan hal yang benar dan ingin disukai. Taylor, dkk., (2009) mengatakan bahwa

6 keinginan agar disukai disebut sebagai pengaruh normatif (normative influence), yaitu keinginan agar diterima secara sosial. Ford, dkk., (dalam Myers, 2012b) membahas hubungan konformitas dengan prasangka, dengan mengatakan bahwa prasangka sebagian besar dipertahankan oleh ketidakberdayaan. Jika prasangka telah diterima secara sosial, banyak orang yang akan mengikuti jejak tersebut (konform), dan mengikuti kebiasaan yang ada. Tindakan mereka tidak terlalu memperlihatkan keinginan untuk membenci, tetapi lebih sebagai tindakan karena adanya keinginan untuk disukai dan diterima. Oleh karena itu, orang akan lebih menyukai (atau menentang) diskriminasi setelah mendengar orang lain melakukan hal yang sama. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas muncul pertanyaan, apakah ada hubungan antara konformitas dengan prasangka mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Tionghoa? sehingga peneliti melakukan penelitian tentang hubungan antara konformitas dengan prasangka mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Tionghoa. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara konformitas dengan prasangka mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Tionghoa.

7 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian psikologi sosial, yang berkaitan dengan konformitas dan prasangka mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Tionghoa. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa etnis Jawa pada khususnya, dan pihak-pihak terkait mengenai konformitas dan prasangka terhadap etnis Tionghoa.