ADAPTASI BEBERAPA KLON CABAI DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH DI BALI Ida Bagus Aribawa dan IK. Kariada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali Jl. By Pass Ngurah Rai Denpasar, Bali e-mail : idabagusaribawa@yahoo.co.id ABSTRAK Kajian dengan topik adaptasi beberapa klon cabai di lahan kering dataran tinggi beriklim basah di Bali, telah dilakukan di Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali yang letaknya > 1000 m dpl pada MT. 2013. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi beberapa klon introduksi yang ditanam di lahan kering dataran tinggi iklim basah di Bali. Kajian menggunakan rancangan lingkungan, rancangan acak kelompok (RAK) empat perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan yang dikaji adalah tiga klon cabai introduksi, yaitu AVPP0708, AVPP1344, AVPP1102 dan varietas cabai Kencana sebagai pembanding. Parameter tanaman cabai yang diamati adalah, tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter tanaman, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, berat per 10 buah dan jumlah biji per buah. Hasil analisis statistik menunjukkan, perlakuan berpengaruh nyata terhadap semua parameter tanaman yang diamati. Produksi cabai tertinggi dihasilkan oleh klon AVPP1344, yaitu 31,30 ton/ha. Kata kunci : adaptasi, klon cabai dan lahan kering Pendahuluan Hortikultura, utamanya sayuran merupakan komoditi pertanian yang memiliki harga yang berfluktuasi di pasaran. Salah satu komoditi sayuran yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah cabai merah, sehingga tidak mengherankan bila volume peredarannya di pasaran dalam skala besar. Produksi cabai besar segar dengan tangkai tahun 2011 sebesar 888,85 ribu ton. Dibandingkan tahun 2010, produksi cabai besar mengalami kenaikan sebesar 81,69 ribu ton (10,12 persen) (BPS, 2013). Di Indonesia cabai merah merupakan bahan masakan, sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh sebagian besar ibu rumah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Volume cabai merah yang masuk dan keluar dari satu sentra pasar per hari cukup besar. Namun demikian, produksi cabai Indonesia masih mencukupi, karena data menunjukkan kebutuhan cabai di Indonesia 1,12 juta ton per tahun, sedangkan produksi cabai 1,3-1,9 juta ton per tahun, sehingga masih ada surplus (Anon, 2013a). Di Bali, tanaman cabai luas pertanamannya menduduki areal yang cukup luas dibandingkan tanaman sayuran lain. Tanaman ini dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun rendah, di lahan sawah ataupun di lahan kering, tanpa memerlukan persyaratan agroklimat yang khusus. Tanaman cabai mempunyai prospek yang cerah dan banyak dikembangkan oleh petani. Data BPS Provinsi Bali, menunjukkan Provinsi Bali mampu Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 413
memproduksi cabai besar segar sebanyak 13.780 ton selama tahun 2012 dari lahan seluas 1.500 hektar atau dengan rata-rata produktivitas 12,03 ton per ha. Produksi itu dibandingkan tahun sebelumnya menurun sebesar 4,59% atau 660 ton (BPS, 2012). Menurunnya produksi cabai yang dihasilkan sejumlah kabupaten/kota di Bali, khususnya Kabupaten Bangli akibat produktivitas per hektarnya menurun 0,02 ton atau 0,18%. Demikian pula luas panen, luas panen berkurang 53 ha atau 4,42% akibat ditanami komoditas pertanian lainnya. Luas panen cabai besar di Bali, selama tiga tahun terakhir berkisar antara 1.054 ha pada tahun 2010 dan tertinggi seluas 1.119 ha pada tahun 2011, sedikit menurun 2012 yang hanya 1.146 ha (BPS, 2012). Penurunan produktivitas dan produksi cabai disebabkan oleh beberapa faktor yaitu mutu/kualitas benih/bibit yang rendah, pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan yang kurang baik, serta adanya serangan jasad pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit. Kebanyakan petani, terbiasa menggunakan benih dari hasil panen sendiri yang mutunya belum terjamin, atau membeli varietas hibrida yang harganya mahal dan bersifat sekali pakai. Disamping benih/biji yang kurang berkualitas, petani juga menanam bibit dari satu jenis varietas secara terus menerus, dari musim ke musim tanam berikutnya, sehingga produktivitasnya menurun dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Untuk menanggulangi masalah ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan AVRDC (The World Vegetable Center, Thailand) melakukan uji multi lokasi dan uji adaptasi terhadap beberapa klon cabai di beberapa agroekosistem lahan yang berbeda di Provinsi Bali, salah satu diantaranya adalah di lahan kering dataran tinggi beriklim basah, Tabanan Bali. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi dalam hal ini adalah pertumbuhan dan produksi beberapa klon cabai introduksi di lahan kering. Tempat dan Waktu Metodologi Pengkajian dilaksanakan di lahan kering dataran tinggi beriklim basah Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada MT. 2013. Desa Candi Kuning letaknya > 1000 m di atas permukaan laut. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi : tiga klon cabai merah introduksi dari AVRDC Thailand, yaitu AVPP0708, AVPP1344, AVPP1102 dan varietas cabai Kencana sebagai pembanding, pupuk organik dari limbah sapi, pupuk urea, Phonska, Decis, plastik hitam untuk mulsa, bambu untuk penyangga tanaman dan lainnya. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat untuk bercocok tanam, meteran, timbangan dan alat-alat yang lainnya. Rancangan Percobaan Rancangan lingkungan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan yang dikaji adalah tiga klon cabai hasil intoduksi dan satu varietas pembanding, yaitu AVPP0708, AVPP1344, AVPP1102 dan varietas cabai Ida Bagus Aribawa dan IK. Kariada : Adaptasi beberapa klon cabai 414
Kencana sebagai pembanding. Ukuran petak masing-masing varietas/klon adalah 70 m 2, dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm.` Parameter Pengamatan Parameter tanaman yang diamati meliputi : 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah cabang 3. Diameter tanaman 4. Jumlah buah per tanaman 5. Panjang buah 6. Diameter buah 7. Berat rata-rata buah 8. Jumlah biji per buah 9. Produksi cabai (ton/ha) Tahapan Pelaksanaan Percobaan 1. Biji cabai sebelum disemai direndam dalam air selama 15-20 menit, kemudian dikeringanginkan. Benih yang telah dikeringanginkan langsung disebarkan/ditanam di kotak plastik yang telah disiapkan, yang telah berisi media tanah dan pupuk kandang. Setetelah tumbuh, bibit cabai dipindahkan ke dalam bentuk kepalan tanah dan ditempatkan di media yang beralaskan pelepah batang pisang. 2. Pemupukan dasar terdiri atas pupuk organik limbah sapi (25 t/ha) dan pupuk NPK 16-16-16 (300 kg/ha), yang diberikan satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan dalah NPK 16-16-16 (150 kg/ha), diberikan dengan cara dicor, yaitu pupuk dilarutkan dalam air (2 g/l), kemudian disiramkan pada lubang tanaman atau disekitar tanaman (100-200 ml per tanaman). Pupuk susulan diaplikasikan setiap 10-14 hari, yang dimulai sejak tanaman berumur satu bulan sesudah tanam (Balitsa, 2005). 3. Bibit cabai yang telah siap tanam dipindahkan ke bedengan. Sebelum ditanami lahan diberi mulsa plastik, mulsa plastik dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Lubang-lubang tanam diberi pupuk organik dari pupuk kandang sapi dengan dosis 500 gram per lubang. 4. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, yaitu sekitar 7 hari setelah tanam. 5. Pemeliharaan dilakukan secara optimal meliputi pemupukan, pengairan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida yang sesuai dengan jenis OPT nya. 6. Panen dilakukan secara bertahap, melihat kondisi buah cabai. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang per pohon dan diameter tanaman disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, terlihat perlakuan dalam hal ini klon cabai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi dihasilkan oleh varietas pembanding Kencana, yaitu 77,33 cm dan hanya berbeda nyata bila dibadingkan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 415
dengan klon AVPP0708 dan AVPP1344. Tinggi tanaman terrendah dihasilkan oleh klon AVPP1344, yaitu 61,67 cm. Untuk data jumlah cabang, jumlah cabang terbanyak dihasilkan oleh varietas pembanding Kencana, yaitu 23,00 cabang per tanaman dan berbeda nyata hanya dengan klon AVPP1102 dan klon AVPP0708, jumlah cabang terrendah dihasilkan oleh klon AVPP0708, yaitu 9,33 cabang per tanaman. Sedangkan untuk diameter tanaman yang terbesar dihasilkan oleh klon AVPP1102, yaitu 77,33 cm dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Diameter tanaman terrendah dihasilkan oleh klon AVPP1344, yaitu 61,33 cm. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah cabang dan diameter tanaman beberapa klon tanaman cabai di lahan kering dataran tinggi iklim basah MT. 2013 Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang Diameter tanaman (batang/pohon) (cm) AVPP0708 AVPP1102 AVPP1344 Kencana 63,33a 75,33b 61,67a 77,33b 9,33a 14,33ab 18,00bc 23,00c 65,33a 77,33b 61,33a 65,67a BNT 5 % 7,00 5,00 6,00 Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5 %. Tabel 2. Rata-rata jumlah buah per tanaman, panjang buah dan diameter buah beberapa klon tanaman cabai di lahan kering dataran tinggi iklim basah MT. 2013 Perlakuan Jumlah buah (buah/tanaman) Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) AVPP0708 AVPP1102 AVPP1344 Kencana 54,67a 57,33a 73,67b 68,67b 13,17b 9,00a 11,67b 13,33b 1,53b 1,87bc 1,97c 0,83a BNT 5 % 6,00 2,00 0,40 Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5 %. Hasil analisis statistik terhadap jumlah buah per tanaman, panjang buah dan diameter buah disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2, terlihat perlakuan berpengaruh nyata terhadap semua parameter tanaman yang diamati. Jumlah buah per tanaman terbanyak dihasilkan oleh klon AVPP1344, yaitu 73,67 buah dan hanya berbeda nyata bila dibandingkan dengan klon AVPP0708 dan AVPP1102. Jumlah buah terrendah dihasilkan oleh klon AVPP0708, yaitu 54,67 buah per tanaman. Untuk panjang buah terpanjang dihasilkan oleh varietas pembanding Kencana, yaitu 13,33 cm dan hanya berbeda nyata bila dibandingkan dengan klon AVPP1102. Sedangkan diameter buah terbesar dihasilkan oleh klon AVPP1344, yaitu 1,97 cm dan hanya berbeda nyata hanya dengan klon AVPP0708 dan varietas pembanding Kencana (Tabel 2). Ida Bagus Aribawa dan IK. Kariada : Adaptasi beberapa klon cabai 416
Tabel 3. Rata-rata berat per 10 buah cabai, jumlah biji dan produksi buah cabai beberapa klon tanaman cabai di lahan kering dataran tinggi iklim basah MT. 2013 Perlakuan Berat per 10 buah (g) Jumlah biji per buah Produksi (ton/ha) AVPP0708 AVPP1102 AVPP1344 Kencana 10,50c 8,17b 17,00d 5,00a 91,67b 91,67b 73,67ab 59,67a 14,35c 11,71b 31,30d 8,58a BNT 5 % 2,30 15,00 2,50 Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf BNT 5 %. Hasil analisis terhadap berat per 10 buah cabai, jumlah biji per buah dan produksi cabai disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3, terlihat berat per buah cabai terrendah dihasilkan oleh varietas pembanding Kencana, yaitu 5,00 gram dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Untuk data jumlah biji terbanyak dihasilkan oleh klon AVPP0708, yaitu 91,67 biji per buah dan hanya berbeda nyata bila dibandingkan dengan varietas pembanding Kencana. Sedangkan untuk produksi cabai terbesar dihasilkan oleh klon AVPP1344, yaitu 31,30 ton/ha dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Produksi cabai terrendah dihasilkan oleh varietas pembanding Kencana, yaitu 8,58 ton/ha. Pertumbuhan dalam arti sempit berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan merupakan proses yang tidak dapat balik (Gardner et al., 1991). Menurut Hakim et al. (1986) pertumbuhan merupakan suatu perkembangan yang progresif dari suatu organisme dan cara yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan menyatakan dalam bentuk penambahan berat kering, panjang, tinggi ataupun diameter tanaman. Dalam kajian ini tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman dan diameter tanaman digunakan untuk mengukur pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan awal masing-masing klon cabai terlihat secara visual seragam, tetapi di saat tanaman berbunga penuh dan ramai serta saat mulai panen pertumbuhan tanaman dalam hal ini tinggi tanaman dan diameter tanaman cabai terlihat berbeda. Tinggi tanaman dan jumlah cabang per pohon tanaman cabai varietas pembanding Kencana, terlihat lebih tinggi dan lebih banyak bila dibandingkan dengan klon cabai yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi karena varietas pembanding Kencana dihasilkan oleh Balitsa (Balai Penelitian Sayuran) dan sudah beradaptasi cukup baik di kondisi iklim di Indonesia. Walaupun demikian tinggi tanaman yang dihasilkan oleh vaietas Kencana di lahan kering dataran tinggi iklim basah (> 1000 m dpl) lebih rendah dari deskripsinya yang mencapai tinggi antara 112,6-125,6 cm pada ketinggian medium yaitu 510-550 m (Anon, 2013b). Komponen hasil dan hasil cabai yang ditanam menunjukkan data yang bervariasi, untuk jumlah buah dan berat per 10 buah cabai, terbanyak dihasilkan oleh klon AVPP1344 dan panjang buah terpanjang dihasilkan oleh varietas pembanding Kencana. Hal ini bisa dimaklumi karena adanya perbedaan genetis dari masing-masing klon terhadap lingkungan, sehingga masing-masing klon menunjukkan fenotip yang berbeda pula. Sedangkan hasil cabai yang tinggi pada klon AVPP1344 didukung oleh komponen hasil seperti jumlah buah dan berat per 10 buah yang lebih banyak dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan klon/varietas lainnya. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 417
Kesimpulan Dari hasil kajian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Perlakuan varietas/klon menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter tanaman yang diamati. 2. Klon AVPP1344 memberikan hasil tertinggi, yaitu 31,30 ton/ha. 3. Untuk mengetahui stabilitas hasil dari klon yang dikaji, perlu dilakukan kajian di tempat dan di musim tanam yang berbeda. Daftar Pustaka Anon. 2013a. Produksi Cabai Indonesia Masih Mencukupi. http://www.investor.co.id/agribusiness/produksi-cabai-indonesia-masihmencukupi/57456. Diakses 2 Juli 2014. Anon. 2013 b. Berita resmi PVT, Pengumuman Permohonan Hak PVT. Balitsa. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Balitsa. 2005. Kebutuhan Pupuk Untuk Penanaman Cabai Merah Pada Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/kebutuhan-pupuk-untukpenanaman-cabai-merah-pada-dataran-tinggi-dan-dataran-rendah. Diakses 2 Juli 2014. BPS. 2012. Provinsi Bali dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Denpasar. BPS. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. http://www.bps.go.id/download_file/ip_mei_2013.pdf. Diakses 2 Juli 2014. Ida Bagus Aribawa dan IK. Kariada : Adaptasi beberapa klon cabai 418