repository.unimus.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan


Mengetahui Hipertensi secara Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. melebihi 140/90 mmhg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas normal, atau optimal yaitu 120 mmhg untuk sistolik dan 80 mmhg untuk diastolik. (Purnomo, 2009). Hipertensi yang berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi pada organ tertentu seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan aterosklerosis. Hipertensi disebut juga the silent killer karena sering kali tidak terdapat tandatanda yang dapat dilihat dari luar, dan bisa dikatakan tanpa gejala. Tanpa terapi yang tepat hipertensi dapat menimbulkan kematian 50 % karena penyakit jantung koroner, 3-35% karena stroke dan 10-15% karena gagal ginjal (WHO, 1999) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia menngalami penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 26,5% pada tahun 2013. Pada tingkat Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2013), bahwa prevalensi tekanan darah tinggi tergolong tinggi yaitu sebanyak 67,57% kasus (Riskesdas, 2013). Faktor penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer terdiri dari jenis kelamin, dimana menurut pendapat Jaya (2009), laki-laki dianggap lebih rentan mengalami hipertensi dibandingkan perempuan. Hal ini dikarenakan gaya hidup yang lebih buruk dan tingkat stres yang lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Faktor selanjutnya adalah usia pasien, dimana usia 45 tahun hingga 59 tahun dianggap mengalami kecenderungan hipertensi karena pada usia middle age merupakan usia dimana kondisi tubuh mulai menurun dan rentang mengalami penyakit kronis (Santrock, 2002). Faktor ketiga penyebab hipertensi primer adalah riwayat keluarga. Individu yang keluarga atau orang tua mengalami hipertensi cenderung memiliki kemungkinan lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan individu yang tidak memiliki keluarga yang mengalami hipertensi (Jaya, 2009). 1

Faktor sekunder yaitu merokok. Penghentian merokok terbukti dapat mengurangi risiko mengalami hipertensi. Individu yang mengonsumsi satu batang rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah selama 15 menit. Faktor selanjutnya adalah obesitas. Individu dengan obesitas memiliki risiko lima kali lebih besar mengalami hipertensi. Faktor ketiga penyebab hipertensi yang dapat dikontrol adalah stres. Stres yang terjadi pada individu dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung lama tubuh akan memunculkan gejala negatif seperti hipertensi (Jaya, 2009). Salah satu faktor risiko dari hipertensi adalah kelebihan asupan natrium. Natrium adalah ion utama yang terdapat pada cairan ekstraseluler (Almatsier, 2009). Asupan natrium yang meningkat menyebabkan volume cairan ekstraseluler meningkat. Hal ini menyebabkan tubuh meretensi cairan yang akan berujung pada peningkatan volume darah (Muliyati dkk, 2011). Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya pada: orang Afrika, Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari untuk orang normal. Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat sejalan dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan. Hubungan antara retriksi garam dengan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Tetapi, berdasarakan studi epidemiologi diketahui bahwa terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam seseorang ditambahkan (Kaplan, 1999). Asupan natrium merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Karena masukan (input) harus 2

sama dengan pengeluaran (output) dalam sistem pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi (Sumaerih, 2006). Terdapat kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Jantung harus memompa keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang akibatnya adalah hipertensi. Penelitian epidemiologi bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal (Muliyati, 2011). Kebalikan dari natrium, kalium berhubungan lebih dengan penurunan tekanan darah. Kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kalium juga berperan dalam transmisi impuls saraf dan tekanan otot. Selain itu enzim yang berpartisipasi pada metabolisme energi akan berfungsi lebih efesien ketika berkaitan dengan potassium (Persagi, 2006) Meningkatnya konsumsi kalium dapat menurunkan tekanan darah tinggi, bukti epidemiologis adanya korelasi negatif antara konsumsi kalium dengan hipertensi baik pada mereka yang mempunyai tekanan darah normal maupun dengan tekanan darah tinggi (Khomsan, 2003). Kandungan kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan mengurangi kandungan natrium dalam urine dan air dengan cara yang sama seperti diuretik. Penelitian epidemiologi bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Diet tinggi kalium yang terdapat pada sayur dan buah juga dapat menurunkan resiko kardiovaskuler dengan menghambat trombosis arterial, aterosklerosis, dan hipertrofi medial pada dinding arteri (Krummel, 2008) Menurut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003) banyak teori perilaku kesehatan bahwa keluarga adalah pengaruh utama baik pada status kesehatan maupun pada perilaku kesehatan maupun pada perilaku kesehatan anggota keluarga. Selain itu, dukungan keluarga adalah unsur penting dalam keberhasilan individu anggota keluarga dalam melakukan dan mempertahankan 3

perilaku kesehatan baru, seperti berhenti merokok atau memperbaiki pola makan. Menurut (McMurray, 2003) dukungan keluarga termasuk dalam faktor penguat (enabling factors) yang dapat mempengaruhi perilaku perilaku dan gaya hidup seseorang. Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Jepang Kudus, penyakit hipertensi menduduki peringkat ketiga setelah penyakit ISPA, diare dan penyakit kulit. Data rekam medik pasien pada tahun 2016 bahwa penderita hipertensi sebanyak 324 dengan prevalensi 4,4% (Arsip Rekam Medik, 2016). 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan dukungan keluarga dengan asupan natrium dan kalium pada pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Jepang Kudus? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan asupan natrium dan kalium pada pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Jepang Kudus. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mendeskripsikan karakteristik penderita hipertensi berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status gizi 1.3.2.2 Mendeskripsikan dukungan keluarga pasien hipertensi 1.3.2.3 Mendeskripsikan asupan natrium pasien hipertensi 1.3.2.4 Mendeskripsikan asupan kalium pasien hipertensi 1.3.2.5 Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap asupan natrium pada pasien hipertensi 1.3.2.6 Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap asupan kalium pada pasien hipertensi 4

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi mahasiswa mengenai pengalaman dan penanganan pada kasus hipertensi khusususnya tentangdukungan keluargadengan asupan natrium dan kalium pada pasien hipertensi. 1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian tentang masalah kesehatan hipertensi. 1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Penelitian ini dapat memberikan saran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan serta dapat menambah pustaka dari hasil penelitian hubungan asupan natrium dan kalium dengan dukungan keluarga di Puskesmas Jepang Kudus. 1.5 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti 1 Citra Hendayani Tabel 1.1 Daftar Keaslian Peneliti Nama Judul Penelitian Hubungan Rasio Asupan Natrium:Kali um Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia 25-45tahun Di Komplek Perhubungan Surabaya Tahun Metode Penelitian Penelitian 2009 Cross Sectional Hasil Penelitian Hasil analisis rasio asupan natrium:kalium dengan hipertensi yang diukur berdasarkan tekanan darah diastolik diperoleh nilai r=0,328 dan p=0,039. Nilai tersebut bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio asupan natrium:kalium dengan hipertensi yang diukur 5

2 Dian Lestari 3 Tiwi Lestari dan Harmilah Hubungan Asupan Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium, Indeks Massa Tubuh, Serta Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 30 40 tahun. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi di Wilayah Puskesmas 2010 Cross Sectional 2011 Cross Sectional berdasarkan tekanan darah diastolik, dengan arah garis positif yang bahwa apabila rasio asupan natrium:kalium meningkat, maka kejadian hipertensi atau tekanan darah diastolik juga meningkat. Pada penelitian ini, dari 48 subjek penelitian didapatkan angka kejadian hipertensi sebesar 29,2 %. Hasil penelitian ini menemukan hubungan antara asupan natrium dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi tetapi tidak ditemukan hubungan antara asupan kalium, kalsium, magnesium dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian hipertensi. Hasil menunjukikan bahwa besarnya koefisien Spearman Rank adalah P hitung (0,429) dengan P tabel = 0,279. Nilai P hitung tingkat hubungannya adalah sedang. Dan hasiluji statistic P hitung 6

4 Kadek Cita Citra Dewi, Ni Ketut Guru Prapti, I Kadek Saputra 5 Etika Hasna Dina Putri dan Galur 1 Kulon Progo Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Penatalaksana an Diet Lansia dengan Hipertensi di Lingkungan Kelurahan Tonja Hubungan Asupan Kalium, Kalsium dan 2016 Cross Sectional 2014 Case Control tanpa matching (0,002) lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Galur 1 Kulon Progo. Dari hasil uji bivariat bahwa ada hubungan yang signifikan dan kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet lansia dengan hipertensi di lingkungan Kelurahan Tonja pada tahun 2015 yang hasil yaitu nilai p = 0,000 dengan nilai koefisien korelasi (r) dalam analisis data dengan nilai 0,849 yang artinya ada hubungan positif antara variabel dukungan keluarga dengan variabel tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet. Hasil penelitian ini bahwa sebagian besar subjek, baik 7

Apoina Kartini Magnesium dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Menopause di Kelurahan Bojongsalama n Semarang kelompok kasus (97,1%) maupun kontrol (97,1%) memiliki asupan kalium yang rendah yaitu < 80% dari total kebutuhan kalium, penelitian ini tidak berhasil membuktikanhubun gan antara asupan kalium dengan kejadian hipertensi (p = 1,000). Hasil penelitian bahwa subyek pada kelompok kasus (91,2%) maupun kelompok kontrol (94,1%) memiliki asupan kalsium yang kurang dan hasil analisis bivariat penelitian ini tidak berhasil membuktikan adanya hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian hipertensi (p = 1,000). Pada penelitian ini diketahui bahwa pada kelompok kasus (64,7%)maupun kelompok kontrol (88,2%) yang memiliki asupan magnesium cukup. Hasil analisis bivariat 8

bahwa terdapat hubungan antara magnesium dengan kejadian hipertensi (p=0,022). Berdasarkan tabel diatas, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Tabel 1.1) sebagai berikut: 1. Sasaran Sasaran penelitian pertama adalah yang berusia 25-45 tahun. Sasaran penelitian kedua adalah 30-40 tahun. Sasaran penelitian ketiga adalah semua pasien hipertensi. Sasaran penelitian keempat adalah lansia. Sasaran penelitian kelima adalah wanita menopause. Sasaran penelitian ini adalah penderita hipertensi usia 30-65 tahun. 2. Tujuan Tujuan penelitian pertama untuk mengetahui hubungan rasio asupan natrium:kalium dengan hipertensi berdasarkan tekanan darah diastolik pada wanita usia 25-45 tahun di Komplek Perhubungan Surabaya. Tujuan penelitian kedua untuk mengetahui hubungan asupan kalium, kalsium, magnesium dan natrium, indeks massa tubuh, serta aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 30-40 tahun. Tujuan penelitian ketiga untukmengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien di wilayah Puskesmas Galur 1 Kulon Progo. Tujuan penelitian keempat untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet lansia dengan hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja. Tujuan penelitian kelima untuk mengetahui hubungan asupan kalium, kalsium dan magnesium dengan kejadian hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat asupan natrium dan kalium pada pasien hipertensi. 3. Variabel Yang Diteliti Variabel penelitian pertama adalah rasio asupan natrium dan kalium. Variabel penelitian kedua adalah asupan kalium, kalsium, magnesium dan 9

natrium, indeks massa tubuh, serta aktifitas fisik. Variabel penelitian ketiga adalah dukungan keluarga dan kepatuhan diet. Variabel penelitian keempat adalah dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet lansia. Variabel penelitian kelima adalah asupan kalium, kalsium dan magnesium. Variabel penelitian ini adalah dukungan keluarga, asupan natrium dan asupan kalium. 4. Tempat Tempat penelitian pertama dilakukan di Komplek Perhubungan Surabaya. Tempat penelitian kedua dilakukan dikelurahan Mugassari Semarang. Tempat penelitian ketiga dilakukan di Puskesmas Galur 1 Kulon Progo. Tempat penelitian keempat dilakukan di Kelurahan Tonja Jalan Seroja Kecamatan Denpasar Utara. Tempat penelitian kelima dilakukan di Kelurahan Bojongsalaman Semarang. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jepang Kabupaten Kudus. 10