ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

Analisis Pendapatan Usaha Tempe Kedelai Studi Kasus di Desa Turirejo Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BLEWAH

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS USAHATANI KEDELAI (Glycin max L.) VARIETAS WILIS Studi Kasus di Desa Gempolrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan April Juni di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

IV. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Komparatif Usaha Tambak Udang Pada Musim Hujan Dan Kemarau Di Desa

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

IV. METODE PENELITIAN

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KUBIS PUTIH (Brassica oleracea) (Studi Kasus di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis)

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

ANALISIS RISIKO USAHATANI TOMAT (Solanum lycopersicum) VARIETAS PERMATA (Suatu Kasus di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI JERUK SIAM (Studi Kasus Di Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser)

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

LAILY AGUSTINA RAHMAWATI Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro,

Transkripsi:

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI (Glycine max L) VARIETAS GROBOGAN Studi Kasus di Desa Kalen, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah MASAHID Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro, 62119 E-mail: prayit1234@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini berjudul ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI ( Glycine max L) VARIETAS GROBOGAN. (Studi Kasus Di Desa Kalen, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora Tahun 2016). Dilakukan pada bulan Mei Juni 2016. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan sengaja atau purposive. Penelitian ini merupakan studi kasus di Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora yang sudah menggunakan kedelai Varietas Grobogan yang mempunyai potensi hasil sebesar 2.770 kg /hektar. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh Return and Cost Ratio (RC Ratio) sebesar 2,85 dalam arti usahatani dinyatakan layak dan menguntungkan. Sedangkan hasil produksi rata-rata yang diperoleh sebesar 1,601 kg/ hektar, masih dibawah potensi hasil dari kedelai varietas grobogan. Sehingga diperlukan pengolahan lahan serta budidaya yang lebih optimal untuk memperoleh hasil produksi yang lebih maksimal. Katakunci analisis, usahatani, kedelai PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max L) merupakan tanaman pangan turunan kedelai jenis liar berbentuk semak yang tumbuh tegak. Kedelai adalah salah satu contoh tanaman yang berkembang menjadi tanaman cosmopolitan. Tidak ada spesies tanaman yang menyebar begitu luas secara cepat seperti kedelai. Kedelai bukan tanaman asli indonesia, diduga berasal dari utara China (daerah Manshukuo), di mana tanaman ini dibudidayakan untuk pertama kalinya pada abad 11 SM. Di Indonesia mulai dibudidayakan pada abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Berdasarkan warna bijinya dikenal kedelai kuning dan kedelai hitam. Kedelai kuning untuk bahan pakan tempe dan tahu serta makanan lainnya. Upaya dalam pengembangan kedelai yang lebih kompetitif, diperlukan efisiensi usahatani, baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penempatan teknologi, penentuan lokasi, penggunaan varietas, benih bermutu, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen dan pasca panen yang tepat. Dikabupaten Blora sendiri menunjukan bahwa tingkat produksi kedelai mengalami peningkatan secara signifikan. Pada bulan Agustus 2015 produksi kedelai di Kabupaten Blora mencapai 15.254 ton. Sementara target yang diberikan pemerintah pusat adalah 8.754 ton (SM Network Sugie Rusyono CN 33). Upaya yang diberikan pemerintah Kabupaten Blora untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu dengan menerapkan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tananaman Terpadu ( GP2TT) kedelai seluas 4000 hektar menggunakan dana bantuan sosial.di Kabupaten Blora varietas yang banyak ditananam adalah varietas Grobogan khususnya di Kecamatan Kedungtuban, Kecamatan Randublatung dan sekitarnya (Suara Muria, 10 Agustus 2010:hal.3). Berdasarkan latar belakang tersebut maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Usahatani Varietas Grobogan di Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. 1

METODE Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan sengaja atau purposive. Penelitian ini merupakan studi kasus di Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban berada di sebelah barat Kabupaten Blora kirakira berjarak 40 km dari pusat kota. Adapun penentuan daerah penelitian ini didasarkan atas pertimbangan yaitu pada saat penelitian ada yang sudah memanen Kedelai Varietas Grobogan. Metode Pengambilan Contoh Metode pengambilan dilakukan dengan menggunakan metode sampling jenuh/ sensus, yaitu dengan mengumpulkan data dari daerah penelitian. Dari hasil survei yang dilakukan, jumlah petani yang menanam kedelai Varietas Grobogan terdapat 32 orang petani. Metode sampling jenuh/ sensus ini dikenal sebagai metode pencacah lengkap atau diselidiki secara mendetail melalui wawancara. Metode ini bisa dibilang paling efektif walaupun tidak efisien. Biasanya digunakan untuk mengumpulkan data secara menyeluruh, dimana tingkat kebenaran data diharapkan mendekati 100%. (Daniel, 2002) Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke petani kedelai Varietas Grobogan dengan menggunakan data kuisioner yang sudah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan meliputi keadaan secara umum mengenai petani,data penggunaan sarana produksi, dan biaya produksi, dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu musim tanam serta data lain yang bekaitan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari literatur yang diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari, dan mengutip pendapat dari berbagai sumber buku, atau dokumen dan sumber lainnya. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian, yaitu menggunakan : Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam jumlah yang tetap dan tidak terpengaruhi oleh jumlah produk yang akan dihsasilkan. (Soekartawi, 2002) Biaya tetap yaitu merupakan biaya yang diperlukan pada saat awal pembayaran yang terdiri dari sewa lahan, bunga pinjaman yang berupa uang, pajak, biaya peralatan, biaya penyusutan alat, bangunan, barang investasi lainnya. Penyusutan ini merupakan pengganti kerugian alat pengurangan nilai yang disebabkan karena waktu dan cara penggunaan dari semua modal tetap. Besarnya biaya tetap ini tidak berubah jumlahnya meskipun jumlah output pada proses produksi berubah-ubah, bahkan pada saat tidak berproduksi biaya tetap ini tetap ada. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam jumlah yang tetap dan tidak terpengaruhi oleh jumlah produk yang akan dihasilkan.( Soekartawi, 2002) Contoh biaya tidak tetap : Biaya benih kedelai, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja. Biaya Total (Total Cost) Merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi yang terdiri dari total biaya tetap ( Total Fixed Cost/TFC ) dan total biaya variabel ( Total Variabel Cost/TVC) yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Kedua biaya tersebut jika dijumlahkan akan menghasilkan biaya total. Penjumlahan kedua biaya ini disebut biaya total atau Total Cost. Menurut (Soekartawi, 2002) dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC + TVC Keterangan : TC : Total Cost ( Jumlah Biaya) dalam satuan (Rp) TFC : Total Fixed Cost ( Jumlah Biaya Tetap ) dalam satuan (Rp) TVC : Total Variabel Cost ( Jumlah Biaya Variabel) dalam satuan (Rp) 2

Penerimaan Usahatani Menurut Soekartawi (2002) Penerimaan Usahatani adalah Perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Py. Y Keterangan : TR : Total Revenue / Total Penerimaan ( Rp/Ha) Py : Harga Produk (Rp/Ha) Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Rp/Ha) Pendapatan Usahatani Dengan diketahuinya jumlah penerimaan usahatani (TR) dan jumlah biaya usahatani (TC). Maka dapt diketahui besarnya pendapatan yaitu keuntungan atau kerugian usaha tani. Jadi pendapatan adalah selisih antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya usahatani. Suratiyah(2002) merumuskannya sebagai berikut : Keterangan : = Pendapatan ( Rp) TR = Total Revenue /Jumlah Penerimaan ( Rp) TC = Total Cost /Jumlah Biaya ( Rp) 6. Menghitung Efisiensi Usaha (RC/Ratio) Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya (Return Cost Ratio). Suratiyah (2002) merumuskan sebagai berikut : Keterangan: RC Ratio TR = Return Cost Ratio (Imbangan Biaya dan Penerimaan) = Total Revenue (Jumlah Penerimaan) TC = Total Cost (Jumlah Biaya) Menurut pendapat Simatupang (2002) dan Rusastra (1996) didalam Siregar dan Sumaryanto (2003) mengemukakan beberapa peneliti mengatakan usahatani suatu komoditi dapat dikatakan bertahan dan layak jika penerimaan bersih bagi pengelola paling sedikit mencapai 20% dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan pemikiran hal tersebut, maka penulis mengunakan batasan kaidah untuk R/C ratio sebagai berikut : a. RC Ratio 1,2 Usahatani tersebut dinyatakan efisien secara ekonomi atau menguntungkan dan layak b. 1 < RC Ratio < 1,2 Usahatani tersebut dinyatakan sudah menguntungkan tetapi belum efisien secara ekonomi atau menguntungkan dan layak c. RC Ratio < 1, Usahatani tersebut dinyatakan tidak efisien secara ekonomi atau merugi d. RC Ratio = 1, Usahatani tersebut tepat mencapai titk impas (BEP) yaitu usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, tanggungan keluarga dan luas lahan dari masingmasing responden. Dalam penelitian ini menggunakan petani sampel sebanyak 32 orang. Untuk memperoleh data penelitian menggunakan alat bantu berupa kuesioner serta wawancara langsung dengan petani responden. Dari pengumpulan data di dapatkan hasil sebagai berikut : Umur Responden Dari hasil penelitian Karakteristik umur petani responden, dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini : Tabel 6 : Jumlah Dan Persentase Responden Berdasarkan Umur No Golongan Umur (Tahun) Jumlah Persentase (%) 1 17 34 0 0 2 35 50 9 28 3 >50 23 72 Jumlah 32 100 3

Dari tabel 10 diatas menunjukan bahwa petani responden yang berumur 35-50 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase ( 28%), sedangkan yang berumur > 50 tahun sebanyak 32 orang dengan persentase (72%) Dilihat dari persentase jumlah responden terbesar adalah yang berumur lebih dari 50 tahun. Mereka tergolong petani yang ingin maju dalam mengembangkan pertanian di daerah mereka. Pendidikan Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Tingkat pendidikan meliputi jenjang pendidikan dari SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Dalam berusahatani dan aspek aspek di dalamnya seperti adopsi dan difusi inovasi baru, mutlak diperlukan adanya pengambilan keputusan oleh responden. Pengambilan keputusan tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka petani semakin berani mengambil keputusan dan menerima suatu inovasi baru. Sebaliknya petani yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Tingkat pendidikan responden di Desa Kalen dalam penelitian ini ternyata tergolong rendah yaitu banyak yang menyelesaikan hanya pada tingkatan Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 11 berikut : Tabel 7 : Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora No Pendidikan Jumlah 1 Tidak Tamat SD Persentase ( %) 11 34,38 2 SD 13 40,62 3 SMP 5 15,62 4 SMA 3 9,38 Jumlah 32 100 Pendidikan petani responden dalam penelitian ini dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan yang di maksud adalah Tidak Tamat SD, SD, SMP, SMA. Hasil pengelompokan petani responden berdasar tingkat pendidikan yaitu, Jumlah petani yang tidak Tamat SD sebanyak 11 orang atau 34,38 % dari seluruh responden. Pendidikan SD sebanyak 13 orang atau 40,62% dari keseluruhan petani responden. Pada pendidikan SMP sebanyak 5 orang atau 9,38% dari keseluruhan petani responden. Sedangkan petani yang hanya pendidikan SMA sebanyak 3 orang atau 9,38% dari keseluruhan petani responden. Dari uraian diatas tersebut dapat di simpulkan bahwa petani responden sebagian besar masih berpendidikan rendah. Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota dalam suatu rumah tangga yang menjadi tanggung jawab kepala rumah tangga, jumlah anggota keluarga petani responden dapat di lihat pada Tabel 12 sebagai berikut : Tabel 8 : Jumlah dan Persentase Anggota Keluarga Responden No Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa) Jumlah Responden Persentase ( %) 1 5 11 34,38 2 4 11 34,38 3 3 10 31,24 Jumlah 32 100 Dari Tabel 12 diatas menunjukan bahwa petani responden yang memiliki jumlah keluarga lebih dari sama dengan 5 sebanyak 11 orang dengan persentase 34,38 %, kepala keluarga yang memiliki jumlah keluarga 4 orang sebanyak 11 orang dengan persentase 34,38 %, sedangkan kepala keluarga kurang dari atau sama dengan 3 sebanyak 10 orang dengan persentase 31,24 %. Hal ini berhubungan dengan berapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dalam kegiatan usahatani keluarga. Luas Lahan Luas garapan adalah luas lahan yang di kerjakan oleh petani dalam berusahatani kedelai. 4

Luas lahan garapan terbagi menjadi tiga golongan yaitu dengan luas lebih dari 0,5 hektar golongan lahan yang luas, golongan lahan yang 0,25 0,5 hektar golongan lahan sedang, dan kurang dari 0,25 hektar golongan lahan yang sempit. Dari pengumpulan data yang diperoleh, luas lahan petani responden tersaji dalam Tabel 13 sebagai berikut : Tabel 9 : Jumlah dan Persentase Luas Lahan Responden No Luas Lahan Jumlah Persentase 1 >0,5 21 65,62 2 0,25 0,5 9 28,13 3 < 0,25 2 6,25 Jumlah 35 100 Dari data diatas menunjukan bahwa luas garapan yang di memiliki petani responden tergolong sempit yaitu kurang dari 0,25 sebanyak 2 orang dengan persentase 6,25%, petani yang mempunya luas garapan yang sedang yaitu 9 dengan persentase 28,13%, sedangkan petani dengan luas lahan yang luas sebanyak 21 oang dengan persentase 65,62 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petani di desa penelitian tergolong dalam petani yang memiliki luas lahan yang luas. Analisis Deskripsi Usahatani Dalam suatu proses produksi, baik produksi pertanian maupun produksi lainnya, persoalan biaya menempati kedudukan yang sangat penting, biaya produksi akan selalu muncul di setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya akan selalu berkaitan dengan diperlukannya input atau faktor produksi. Analisis Biaya Tetap Biaya yang di peruntukan untuk membiayai faktor faktor produksi yang sifatnya tetap, walaupun produk yang dihasilkan berubah. Analisis biaya tetap, dihitung dari biaya sewa lahan, bunga modal dan biaya pajak. Hal ini disebabkan pajak terhadap tanah dikenakan pada jangka waktu tahunan dan dibebankan pemilik sawah, terhadap penyewa tanah. Dengan demikian, dalam usahatani ini dapat diketahui biaya tetap usahatani kedelai diperoleh sejumlah Rp. 141.041per hektar per musim tanam. Tabel 10 : Rata Rata Biaya Tetap Usahatani Kedelai Varietas Grobogan No Uraian Jumlah Biaya Tetap ( Rp) 1 Pajak 40.118 2 Bunga Modal 100.923 3 Sewa Lahan - Jumlah 141.041 Dari tabel diatas jumlah rata rata biaya tetap untuk usahatani kedelai varietas grobogan per hektar sebesar Rp. 141.041 Analisis Biaya Tidak Tetap / Biaya Variabel Biaya yang diperuntukan pengadaan biaya produksi yang sifatnya berubah ubah atau bervariasi, tergantung dari usahatani yang direncanakan. TVC (Total Variable Cost) atau biaya variabel Total adalah biaya yang besarnya berubah-ubah searah dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan. Tabel 11 : Analisis Biaya Tidak Tetap Usahatani Kedelai Varietas Grobogan per Hektar N o Uraian Satua n Juml ah Nilai ( Rp/Ha) 1 Benih Kg 30 ( bantuan ) 2 Pupuk a. SP 36 b. Phonsk a 3 Pestisida a. Cair b. Bubuk 4 Tenaga Kerja a. Pria b. Wanita 5 Biaya Pengolahan Tanah 6 Biaya Pasca Panen Kg Kg Ltr Kg 15 5 58,61 59,87 5,2 12,3 50.00 0 40.00 0 47.500 137.710 285.399 18.454 888.655 242.017 - - 304.202 - - 278.676 Jumlah 2.202.6 13 Analisis Total Biaya Produksi (TC) 5

Penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dengan biaya tidak tatap (TVC), merupakan seluruh biaya (TC) yang dikorbankan untuk mencapai produksi tertentu. Berikut ini hasil analisis dari total biaya produksi (TC), disajikan pada tabel berikut : Tabel 12 : AnalisisTotal Biaya Produksi (TC) No Uraian Kedelai / Ha 1 Total Biaya Tetap 141.041 2 Total Biaya Tidak Tetap 2.202.613 3 Rata rata Biaya / Ha 2.343.654 Analisis Penerimaan (TR) Penerimaan usahatani adalah perkalian dari produksi dengan harga satuan pada saat panen, oleh karena itu usaha peningkatan penerimaan bergantung pada dua faktor. Pertama ditentukan oleh jumlah produksi yaitu kegiatan yang melibatkan semua faktor produksi. Kedua bergantung pada harga produksi, diantaranya ditentukan oleh keseimbangan pasar dan kualitas produksi. Dalam hal penentuan (price taker), petani hanya mampu menerima keputusan dari pihak lain. Harga kedelai yang diterima petani pada saat penelitian Rp. 3.914,- per Kg. Sedangkan rata rata hasil produksi usahatani kedelai varietas Grobogan sebesar 1.601 Kg. Dengan demikian dapat diperoleh penerimaan sebesar Rp 6.266.492 dari perkalian harga kedelai dan jumlah produksi. 5.2.1 Analisis Pendapatan Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaaan dan total biaya yang diukur dalam rupiah (Rp). Pendapatan usahatani sangat dipengaruhi oleh produksi, harga dan biaya produksi. Untuk usahatani kedelai rata rata pendapatan per hektar sebesar Rp. 3.922.838 yang diperoleh dari selisih total penerimaan per hektar sebesar Rp 6.266.492 dikurangi rata rata total biaya per hektar sebesar Rp. 2.343.654 Return and Cost Ratio (RC Ratio) Analisis imbangan dan biaya penerimaan ini untuk mengetahui tingkat efisiensi secara ekonomi suatu usahatani dan dapat dilihat Tabel 18 dibawah ini. Tabel 13 : Rata rata Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan No Uraian Jumlah ( Rp) R/C Ratio 1 Penerimaan 6.266.492 2 Biaya Produksi 2.343.654 3 Pendapatan 3.922.838 2,85 Dari data hasi tabel diatas, maka di ketahui besarnya R/C Ratio sebesar 2,85 berarti dapat di katakan bahwa petani Kedelai dengan menggunakan Varietas Grobogan memperoleh keuntungan dan dinyatakan efisien atau menguntungkan dan layak. KESIMPULAN Berdasarkan perumusan masalah dan hipotesis yang telah disusun peneliti, serta hasil analisis yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Usahatani yang dilakukan oleh para petani responden Kedelai dengan Varietas Grobogan di daerah penelitian untuk rata rata sarana produksi (input) yang di keluarkan sebesar Rp.. 2.343.654/Ha, dengan penerimaan sebesar Rp. 6.266.492/Ha dari perkalian hasil produksi sebesar 1,601 kg/ha dengan harga jual kedelai Rp. 3.914/ Kg. 2. Berdararkan hasil R/C Ratio atau imbangan antara penerimaan dengan pengeluaran, yang diperoleh peneliti, yaitu dengan nilai perbandingan sebesar 2,85 atau dapat dikatakan usahatani di daerah peneliti menguntungkan karena R/C Ratio 1,2 3. Untuk pendapatan yang diperoleh rata rata petani sebesar Rp. 3.922.838/Ha. 4. Hasil produksi rata rata sebesar 1.601 kg/ha masih dibawah potensi hasil produksi dari varietas kedelai grobogan yaitu 2.770 kg/ Ha. DAFTAR PUSTAKA Daniel Moehar, 2002, Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Angkasa, Jakarta. Hernato Fadholi, 1989, Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta. 6

Iriani dan Handoyo, 2011, Perbanyakan Benih Sumber Kedelai Varietas Grobogan, Balai Pertanian, Grobogan. Jurnal Agro Ekonomi, 2003, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Lingga. P dan Marsono, 2005, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta. Riduwan, 2009, Pengantar Statistika Sosial, Alfabeta, Bandung. Masjidin Siregar dan Sumaryanto, 2003, Analisis Daya Saing Usahatani Kedelai di DAS Brantas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan, Jurnal Agroekonomi Volume 21 nomor 1, Bogor Shinta Agustina, 2011, Ilmu Usahatani, UI Press, Jakarta. Soekartawi, 2002, Analisis Usahatani, UI Press, Jakarta. Soekartawi, 2005, Ilmu Usahatani, UI Press Jakarta. Suratiyah. Ken, 2002, Ilmu Usahatani, UI Press, Jakarta. Suhaeni. N, 2007, Petunjuk Praktis Menanam Kedelai, Nuansa, Bandung. 7