RANCANG BANGUN ALAT PENGOLAHAN BIODIESEL MENGGUNAKAN ARDUINO

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI ALPUKAT DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF)

APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 %

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

III. METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE) PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI SECARA KONTINUE

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

PENGANTAR TEKNIK KIMIA JOULIE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

PENGARUH RASIO REAKTAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN METIL ESTER DARI PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

4 Pembahasan Degumming

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

KAJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR SOLAR DENGAN BIODIESEL (CPO) CAMPURAN B 25 DAN B - 35

METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN REAKSI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DAN METANOL DENGAN METODE REAKTIF DISTILASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. DESKRIPSI PROSES

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Sintesis Biodiesel (Metil Ester) Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa L)

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMISAH LEMAK SUSU SAPI MENGGUNAKAN METODE SENTRIFUGASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL (TAHUN KE II)

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS MATA KULIAH PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

PABRIK BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN METHANOL DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI PRA RENCANA PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN BABI. bio-diesel.

Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakarnya.

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

Transkripsi:

RANCANG BANGUN ALAT PENGOLAHAN BIODIESEL MENGGUNAKAN ARDUINO Joko Tri Jaryadi 1), Hendro Priyatman 2), Syaifurrahman 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Email : jokotrijaryadi@gmail.com ABSTRAK Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati yang dapat diperoleh dari tumbuhtumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk merealisasikan suatu prototipe alat pengolahan biodiesel yang dapat bekerja secara semi otomatis dengan modul arduino sebagai elemen kendalinya. Proses pengolahan terbagi empat tahap yaitu proses pemanasan tangki transesterifikasi, proses transesterifikasi, proses pendingin,dan proses pemisah. Pengolahan dimulai dengan memanaskan tangki transesterifikasi menggunakan solar heater dan elemen pemanas DC. Pengujian sistem terhadap lama pemanasan tangki transesterifikasi dilakukan selama 6 hari. Hasil yang didapat adalah tangki transesterifikasi dapat mencapai suhu 60 o C selama rata-rata 4 jam 40 menit. Pada proses transesterifikasi, proses berlangsung selama 60 menit dan pengaduk akan berputar selama waktu tersebut. Hasil dari proses transesterifikasi yaitu, CPO yang sudah diberi larutan NaOH dan methanol. Selanjutnya pada proses pendingin, mikrokontroller hanya mengendalikan timer sesuai yang di setting yaitu 40 menit, hasil yang diperoleh yaitu terjadi perbedaan fasa pada cairan. Pemindahan fasa dilakukan secara manual dengan menekan saklar untuk menghidupkan pompa air dan keran DC. Dan pada proses pemisah, mikrokontroller mengendalikan timer selama 30 menit serta memutar pengaduk selama waktu tersebut. Selanjutnya mikrokontroller memulai timer selama 30 menit untuk pendiaman. Hasil dari proses ini yaitu terjadi perbedaan fasa. Fasa atas adalah biodiesel dan fasa bawah adalah air. Kata kunci : biodiesel, CPO, arduino, pemanasan tangki, transesterifikasi, pendingin, pemisah I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya, diantaranya minyak bumi. Penggunaan minyak bumi dari hari ke hari semakin tinggi dikhawatirkan akan berdampak terhadap sumber daya alam tersebut karena minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Minyak bumi akan habis jika digunakan terus menerus secara besar-besaran, sehingga dapat menyebabkan kelangkaan bahan bakar. Ketergantungan terhadap minyak bumi dapat dikurangi dengan memanfaatkan sumber dari bahan bakar yang dapat diperbarui, salah satunya yaitu biodiesel dimana bahan bakunya masih sangat besar untuk alternatif bahan bakar. Salah satunya bahan baku yang dapat menghasilkan biodiesel yaitu minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil). Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa (Reeves,1979 dalam wikipedia.org). Minyak kelapa sawit harus diolah terlebih dahulu agar bisa digunakan sebagai bahan bakar melalui proses transesterifikasi. Transesterifikasi adalah proses mengeluarkan gliserin (C 3 H 8 O 3 ) dari minyak dan mereaksikan asam lemak dengan alkohol misalnya methanol (CH 3 OH) menjadi alkohol ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) atau biodiesel (Anggraini Suess, 1999). Dewasa ini penggunaan teknologi yang semakin banyak dapat mempermudah proses pengolahan industri, termasuk untuk pengolahan biodiesel. Kelebihan dari penggunaan teknologi pada proses pengolahan biodiesel adalah untuk mempermudah proses pengolahannya. Namun, pengolahan biodiesel pada umumnya masih dalam bentuk alat skala besar dan masih mengggunakan sistem manual. Untuk itu dirancanglah sebuah prototipe alat pengolahan biodiesel dalam skala mini dengan menerapkan semi otomatisasi dalam proses pengolahan tersebut dengan menggunakan arduino. Pada proses pengolahan biodiesel ini terdapat tiga proses yaitu proses pada tangki transesterfikasi, proses pada tangki pendingin, dan proses pada tangki pemisah. II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian yang telah dibuat sebelumnya yang digunakan bahan referansi penelitian ini diantaranya: Padil, Slamet Wahyuningsih, dan Amir Awaluddin (2009) dengan judul Pembuatan

Biodiesel dari Minyak Kelapa melalui Reaksi Metanolisis Menggunakan Katalis CaCO 3 yang Dipijarkan. Penelitian ini mengoptimalkan kondisi produksi biodiesel dengan rekasi metanolisis antara minyak kelapa dan metanol dengan menggunakan katalis heterogen kalsium karbonat (CaCO 3 ). M Isa Anshary, Oktavia Damayanti dan Achmad Roesyadi (2012) dengan judul Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Padat Berpromotor Ganda. Dalam Reaktor Fixed Bed. Dalam penelitian ini, dilakukan penelitian katalis CaO/KI/ -Al2O3 sebagai katalis padat dalam pembuatan biodiesel serta meneliti pengaruh suhu dan waktu kalsinasi terhadap yield yang dihasilkan dalam reaktor batch, sedangkan dalam reaktor kontinyu fix bed meneliti pengaruh berat katalis dan suhu reaksi terhadap yield yang dihasilkan. Evy Setiawati, Fatmir Edwar (2012) dengan judul Teknologi Pengolahan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Teknik Mikrofiltrasi Dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan biodiesel dan mengetahui kualitas bahan bakar biodiesel dari bahan baku minyak goreng bekas. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, tidak disebutkan tentang rancang bangun alat dalam pembuatan biodiesel tersebut. Yang ditekankan hanya proses pengolahan ataupun hasil dari pengolahan tersebut, tidak dijelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan, tidak dijelaskan juga bagaimana sistem kerja alat pengolahan tersebut. Oleh karena itu, penulis akan mengangkat pengolahan biodiesel ditinjau dari alat otomatisasinya. Penelitian yang akan dilakukan adalah Rancang Bangun Alat Pengolahan Biodiesel Menggunakan Arduino dengan campuran metanol dan katalis NaOH dan menggunakan mikrokontroller Arduino. Pada penelitian ini yang ditekankan oleh penulis yaitu tentang sistem kontrolnya serta bagaimana cara kerja alat selama proses pengolahan biodiesel. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Perancangan Sistem Alat pengolahan biodiesel dengan menggunakan arduino dirancang dengan menggunakan bahan-bahan yang bermassa ringan. Terdapat beberapa tangki yang digunakan sebagai tempat selama proses pengolahan biodiesel berlangsung. Adapun desain model fisik alat pengolahan biodiesel dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Desain Perancangan Sistem B. Proses Pemanasan Tangki Transesterifikasi Proses pemanasan tangki transesterifikasi bertujuan untuk mempercepat laju reaksi pada saat CPO di campurkan dengan katalis dan methanol. Pemanasan Tangki transesterifikasi menggunakan sumber energi utama yang berasal dari sinar matahari. Kemudian sinar matahari akan memanaskan sollar heater yang sudah terhubung dengan tabung air. Sinar matahari akan memanaskan pipapipa besi kolektor. Air yang berada di dalam pipa besi kolektor menjadi panas lalu air panas tersebut naik melalui pipa menuju ke dalam tabung air. Air panas yang berasal dari tabung air akan mengalir ke tangki transesterifikasi dengan bantuan pompa air DC. Penambahan elemen pemanas DC di perlukan untuk mempercepat pemanasan tangki transesterifikasi. Proses ini akan berlangsung sampai sensor suhu DS18B20 mendeteksi nilai suhu mencapai 60 o C. C. Proses Transesterifikasi Proses transesterifikasi berlangsung ketika suhu CPO sudah mencapai 60 o C yang diperoleh pada saat proses pemanasan tangki transesterifikasi, dengan mencampurkan katalis berupa methanol dan NaOH. Pencampuran dengan methanol diperlukan untuk memisahkan antara minyak dan gliserol. Untuk dapat mencapurkan antara methanol dan katalis digunakan alat pengaduk. Alat penggerak yang digunakan untuk memutar pengaduk yaitu dengan dipasang sebuah motor DC yang yang bernama motor power window. Motor power window dipasang di penutup tangki transesterifikasi dan diletakkan di bagian tengah penutup. Pada proses ini pengaduk

akan berputar dan berlangsung selama ±60 menit maka arduino akan menghidupkan pengaduk dan memulai timer selama 60 menit. Setelah proses berlangsung ±60 menit, arduino akan memerintahkan pengaduk untuk berhenti dan selang beberapa detik arduino akan membuka keran yang berada di tangki transesterifikasi akan terbuka menuju tangki pendingin. D. Proses Pendinginan Proses pendinginan bertujuan agar cairan terjadi menjadi dua fasa sehingga cairan dapat dipisahkan. Pada tangki pendingin ini terdapat pompa air DC dan keran DC yang terpasang pada bagian bawah tangki pendingin. Fungsi dari pompa DC adalah memompa cairan ke tangki selanjutnya sedangkan keran DC berfungsi untuk mengalirkan ciran yang tidak digunakan ke tangki pembuangan. Saat cairan sudah masuk ke tangki pendingin, arduino akan memulai timer dan akan mulai menghitung selama 45 menit dan cairan di diamkan selama waktu tersebut. Selama masa pendiaman cairan akan terbentuk menjadi dua fasa yaitu fasa yang pertama (fasa A) adalah gliserol dan fasa yang atas (fasa B) adalah fasa minyak. Yang akan diperlukan pada proses selanjutnya yaitu fasa minyak, sehingga yang diambil pada proses ini fasa B akan dibuang. Pemisahan antara fasa A dan B dilakukan secara manual dengan menekan saklar. Apabila waktu selama ±45 menit sudah berlangsung, maka saklar untuk menghidupkan keran DC akan di tekan sehingga keran DC akan terbuka sampai fasa B akan terbuang. Saklar akan di offkan saat fasa B sudah terbuang semua dan keran DC akan tertutup kembali. Selanjutnya saklar untuk menghidupkan pompa DC akan di tekan sehingga pompa DC akan memompa fasa A ke tangki selanjutnya. Saat fasa A sudah terpompa semua maka saklar pompa DC akan di offkan. E. Proses Pemisahan Proses pemisahan adalah memisahkan antara minyak biodiesel dengan campuran air. Proses ini dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa gliserol yang masih ada di cairan tersebut. Pada proses pemisahan dibutuhkan air untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih tercampur pada cairan. Air akan dipompa ke tangki pemisah sesaat setelah cairan masuk ke tangki pemisah. Pompa DC akan memompa air dari tangki air dan mengalirkannya ke tangki pemisah. Banyaknya air yang akan di alirkan ke ke tangki pemisahan yaitu sebanyak 30% dari cairan yang diolah. Sesaat setelah air masuk ke tangki pemisah, maka pengaduk yang berada di tangki akan berputar, proses pengadukan ini akan berlangsung selama 30 menit. Setelah proses pengadukan berlangsung selama 30 menit, cairan kemudian didiamkan selama 30 menit juga. Setelah proses pendiaman maka akan terjadi dua fasa. Fasa tersebut yaitu fasa atas berupa biodiesel dan fasa bawah berupa air kotoran terlarut. Fasa biodiesel berupa minyak berada diatas karena massa jenis dari minyak lebih kecil dari pada massa jenis air, dalam hal ini air lebih berat daripada minyak sehingga air berada di bawah dan minyak berada dia atas. Proses pemisahan dilakukan secara manual dengan menekan saklar untuk menghidupkan keran DC pada tangki air pembuangan akan terbuka sampai fasa air habis. Proses kemudian dimulai lagi dengan pencampuran air, pengadukan, dan pendiaman yang akan berlangsung selama ± 5 kali. Setelah 5 kali proses, maka proses yang terkahir pada fasa biodiesel akan dialirkan ke tangki biodiesel. F. Perancangan Perangkat Lunak Perancangan perangkat lunak menjelaskan bagaimana sistem kerja dari alat pengolahan biodiesel ini. Prinsip kerja dari alat ini terbagi menjadi empat proses yaitu, proses pemanasan tangki transesterifikasi, proses transesterifikasi, proses pendingin, proses pemisah. Perancangan perangkat lunak diperlukan agar alat dapat bekerja sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah perancangan alat dan proses kerja sistem selesai, selanjutnya dilakukan pemrograman mikrokontroller arduino, dan software yang digunakan adalah Arduino IDE. IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS A. Pengujian Arduino Pengujian pertama yang dilakukan yaitu dengan mengukur tegangan kerja pada arduino menggunakan multimeter. Pengukuran tegangan kerja dilakukan untuk mengetahui agar tegangan untuk mensupply modul atau komponen yang akan di kendalikan oleh arduino. Besar tegangan yang terukur yaitu 4,89 volt. Nilai hasil pengukuran ini sesuai dengan nilai tegangan operasi yang akan digunakan komponen untuk beroperasi sesuai dengan datasheet yaitu 3,3 volt sampai 5 volt. B. Pengujian Sensor Suhu DS18B20 Proses pengujian dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran sensor dan menguji sensor terhadap suhu yang berbeda dan akan dibandingkan dengan sensor suhu digital.

Sensor suhu DS18B20 Tabel 4.1 Data Suhu dan Tegangan Tegangan sensor suhu DS18B20 Sensor suhu digital Perbedaan suhu 30,25 o C 4,84 volt 30,0 o C 0,25 o C 32,75 o C 4,86 volt 32,2 o C 0,55 o C 35,25 o C 4,84 volt 35,0 o C 0,25 o C 43,00 o C 4,84 volt 42,3 o C 0,30 o C 48,75 o C 4,84 volt 48,0 o C 0,75 o C 50,25 o C 4,84 volt 50,9 o C 0,28 o C 51,75 o C 4,84 volt 52,4 o C 0,65 o C 53,25 o C 4,84 volt 53,6 o C 0,35 o C 56,00 o C 4,84 volt 56,8 o C 0,80 o C 61,25 o C 4,84 volt 61,7 o C 0,45 o C perbedaan suhu X = suhu 10 4,63 o C 0,463 o C C. Pengujian Pompa Air DC Pengujian pada pompa air DC adalah dengan memompa air dalam wadah dan memindahkannya dan akan dicatat waktu salaam proses pemindahan air tersebut. Air yang akan dipompa bervariasi mulai dari 1 liter hingga 5 liter. Saat pompa air DC mulai dihidupkan, akan di hitung lama waktu pompa untuk memindahkan air tersebut. Tabel 4.2 Data Lama Pemindahan Air Air Waktu 1 Liter 14 detik 2 Liter 26 detik 3 Liter 37 detik 4 Liter 53 detik 5 Liter 66 detik Rata-rata kenaikan waktu 13 detik D. Pengujian Pemanas DC Pengujian terhadap pemanas DC dilakukan dengan menguji lama waktu pemanas DC dapat memanaskan air. Pemanas DC diletakkan di dalam wadah yang air. Air yang akan dipanaskan bervariasi yaitu 1 liter, 2 liter, 3 liter, 4 liter, dan 5 2 liter. Pengujian dilakukan hingga suhu air mencapai 60 o C, dengan pengambilan data setiap 2 menit sekali. Hasil yang diperoleh untuk 1 memanaskan air liter membutuhkan waktu 6 2 menit, 1 liter 10 menit, 2 liter 54 menit, 3 liter 76 menit, 4 liter 118 menit, dan 5 liter 154 menit. Bertambahnya air membuat semakin lama pemanas DC membutuhkan waktu untuk memanaskan air tersebut hingga mencapai 60 o C. E. Pengujian Pengaduk Pengujian dilakukan dengan menguji rpm pada pengaduk untuk mengetahui kecepatan putaran saat pengaduk tanpa beban dan pengujian dengan beban. Beban yang digunakan untuk pengujian pengaduk yaitu menggunakan minyak sebanyak 2 liter. Pengujian juga dilakukan dengan memvariasikan nilai tegangan dengan nilai tegangan 11,5 volt, 9 volt, dan 7 volt. Tabel 4.3 Uji RPM pada Pengaduk Tegangan Perlakuan 11,5 volt 9 volt 7 volt Tanpa minyak 50 rpm 38 rpm 28 rpm Minyak 2 Liter 50 rpm 38 rpm 28 rpm Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai rpm saat pengaduk berputar tanpa minyak dan pengaduk diberi minyak. Namun ketika tegangan diturunkan nilai rpm berkurang. F. Pengujian Keran DC Pengujian keran DC dilakukan dengan dua pengujian, yaitu mengukur tegangan kerja keran DC dan mengukur tegangan minimum keran DC. Pengujian pertama dengan mengukur nilai tegangan kerja yang diperlukan untuk keran DC dengan multimeter digital. Hasil yang diperoleh yaitu 11,97 volt. Pengujian kedua yaitu dengan mengukur tegangan minimum keran DC untuk dapat beroperasi dan diperoleh nilai tegangan 6,0 volt. Tegangan kerja keran DC dapat dimulai dari 6,0 volt hingga 12 volt. Namun untuk kinerja keran DC agar tetap stabil, maka tegangan rekomendasi yang harus digunakan yaitu sebesar 9 volt sampai 12 volt. G. Pengujian Proses Transesterifikasi Proses transesterifikasi dilakukan pencampuran katalis berupa methanol dan NaOH pada tangki transesterifikasi. Yang akan bekerja pada proses ini yaitu pengaduk. Gambar 4.1 Timer Proses Transesterifikasi

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa timer proses transesterifikasi sudah dimulai. Saat timer dimulai, pengadukan cairan dilakukan agar CPO dan katalis dapat tercampur. Proses ini berlangsung selama 60 menit. Setelah selesai pengadukan maka proses pemindahan cairan dari tangki transesterifikasi ke tangki pendingin berlangsung. Makan keran DC akan membuka keran sehingga cairan mengalir ke tangki pendingin. H. Pengujian Proses Pendingin Proses pada tangki pendingin berlangsung selama 40 menit. Pada proses ini akan terjadi 2 fasa. Fasa atas berupa methanol yang nantinya akan dibuang dan fasa bawah berupa minyak yang nanti akan di proses ke tahap selanjutnya. mencampurkan air yang sudah disiapkan di tangki air. Pompa yang berada di tangki air akan menyala dan pengaduk pada tangki pemisah akan berputar. Proses pengadukan ini akan berlangsung selama 30 menit seperti terlihat pada gambar 4.4 Gambar 4.4 Timer Proses Pengadukan Setelah 30 menit, pengaduk akan berhenti dan cairan akan didiamkan selama 30 menit seperti terlihat pada gambar 4.5 Gambar 4.2 Timer Proses Pendinginan Gambar 4.2 menunjukkan timer pendinginan, ini menunjukkan bahwa proses pendinginan sedang berlangsung selama waktu yang telah ditetapkan yaitu 40 menit. Fasa atas Fasa bawah Gambar 4.5 Timer Proses Pendiaman Proses pendiaman ini betujuan untuk memisahkan antara air cucian dengan biodiesel. Pada proses ini akan terbentuk 2 fasa yaitu fasa air dan biodiesel. Karena berat air dan biodiesel berbeda, maka fasa air akan berada di bawah sedangkan fasa biodiesel akan berada di atas. Setelah 30 menit berlangsung, maka fasa air akan di buang maka keran yang akan mengalirkan fasa air akan terbuka sampai fasa air terbuang semua dan fasa biodiesel tetap berada ditangki pemisah. Proses pencucian dengan air ini berulang selama lima kali. Pengulangan ini dimaksudkan agar biodiesel yang dihasilkan betul-betul sudah bersih dari zat-zat yang tidak diperlukan biodiesel. Gambar 4.3 Fasa Atas Dan Fasa Bawah Setelah 40 menit berlangsung akan terjadi perbedaan fasa, yang selanjutnya fasa bawah akan dipompakan ke tangki pemisah. Pompa DC akan menyala dan memompa cairan ke tangki pemisah. Saat cairan fasa bawah sudah dipompa keseluruhan, maka pompa DC akan berhenti dan selanjutnya keran DC akan akan terbuka, sehingga fasa atas mengalir ke tangki pembuangan. I. Pengujian Proses Pemisah Saat cairan sudah masuk ke tangki pemisah, maka cairan akan dibersihkan dengan Fasa Biodiesel Fasa Air Gambar 4.6 Perbedaan Fasa Biodiesel dan Air

Setelah proses pencampuran air dilakukan sebanyak lima kali, maka keran yang akan mengalirkan fasa air akan terbuka sampai fasa air terbuang semua. Kemudian setelah fasa air terbuang semua maka keran tersebut tertutup dan keran yang mengalirkan biodiesel akan terbuka. Air Gambar 4.7 Proses Pembuangan Air heater dan suhu di tangki transesterifikasi sebagai acuan kerja dari pompa air DC. 4. Pompa air DC akan off jika suhu di solar heater dan tangki transesterifikasi sama, dan pompa air DC akan hidup jika suhu di solar heater lebih tinggi 5 o C dari suhu tangki transesterifikasi. 5. Pompa air DC tidak akan merespon apabila suhu pada tangki transesterifikasi sudah mencapai 60 o C. B. Saran Saran untuk menyempurnakan kerja dari sistem yang telah dibuat terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem menjadi lebih baik yaitu 1. Pengembangan dapat dilengkapi sensor untuk memisahkan fasa A dan B pada tangki pendingin agar proses pengolahan dapat dilakukan secara full otomatis. 2. Proses pemanasan tangki transesterifikasi hendaknya diganti dengan alternatif yang lain untuk mempercepat proses pemanasan sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. REFERENSI Biodiesel Gambar 4.8 Proses Pengaliran Biodiesel Gambar 4.7 memperlihatkan proses pembuangan fasa air dan gambar 4.8 memperlihatkan proses pengaliran biodiesel. Proses pengolahan biodiesel selesai, selanjutnya biodiesel sudah dapat diambil. Untuk selanjutnya di uji terlebih dahulu untuk kelayakan bahan bakar. V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perancangan, pembuatan, pengujian, dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Alat pengolahan biodiesel menggunakan arduino dapat bekerja sesuai dengan perancangan. 2. Rata-rata waktu pemanasan tangki transesterifikasi untuk mencapai suhu 60 o C yaitu selama 4 jam 40 menit. 3. Sensor suhu DS18B20 sebagai respon untuk memberikan informasi perbedaan suhu di solar Manai Syamsudin. 2010. Membuat Sendiri Biodiesel Bahan Bakar Alternatif Pengganti Solar. Yogyakarta: Andi. Faizal, Ahmad. 2012. Belajar Menggunakan Arduino. Yogyakarta: Graha ilmu. Wanto, St., M.Eng Senja, S.Pd., M.Pd. 2014. Modul Guru Rancang Bangun Peralatan Pemrosesan Biodiesel. Bandung: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri. Evy Setiawati, Fatmir Edwar. 2012. Teknologi Pengolahan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Teknik Mikrofiltrasi Dan Transesterifikas Sebagai Alternatif Bahan Bakar Mesin Diesel. Jurnal Riset Industri. Vol.VI, No.2. Hlm 117-127. Anshary, Damayanti dan Roesyadi. 2012. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Padat Berpromotor Ganda Dalam Reaktor Fixed Bed. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Jurnal Teknik POMITS. Vol.1, No.1. Hlm 1-4.

Padil, Wahyuningsih dan Awaluddin. 2009. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa melalui Reaksi Metanolisis Menggunakan Katalis CaCO3 yang dipijarkan. Jurnal Natur Indonesia. Vol.13,No.1. Hlm 27-32. Kusumaningsih, Pranoto dan Saryoso. 2006. Pembuatan Bahan Bakar Biodisel dari Minyak Jarak; Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH pada Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa. Bioteknologi. Vol.3, No.1. Hlm 20-26. Sinauarduino. Mengenal Arduino Software Ide. diakses tanggal 4 April 2018. http://www.sinauarduino.com/artikel/men genal-arduino-software-ide/ Saptaji. Mengenal Bagian-Bagian Software Ide Arduino. diakses tanggal 4 April 2018 http://saptaji.com/2015/06/28/mengenalbagian-bagian-software-ide-arduino/ Rahman. Induction Heater (Pemanas Dengan System Induksi). diakses 6 April 2018. http://smart-chameleon.blogspot.co.id /2013/10/induction-heater-pemanasdengan-system.html/ Wardana Kusuma. Tutorial Menggunakan Sensor Suhu DS18B20 Pada Arduino. diakses 7 April 2018. https://tutorkeren.com/artikel/ tutorialmenggunakan-sensor-suhu-ds18b20-padaarduino.htm/