13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Gambar 2...Peta lokasi penelitian Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Skala 1:50000 (Sumber : Peta Administratif Kab. Tanggamus, 2010).
14 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Jam digital digunakan untuk menentukan waktu perjumpaan pada burung yang ditemukan, GPS (Global Positioning System) digunakan untuk menentukan titik pada lokasi pengamatan. Binokuler digunakan untuk membantu melihat objek burung, lembar pengamatan (tally shett) digunakan untuk memcatat jenis, aktivitas dan keterangan lainnya pada saat pengamatan. Buku Panduan Lapangan Burung- Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan karangan (Mac Kinnon, Philipps, dan Van Balen, 1998) digunakan untuk mengidentifikasi burung. Bahan yang digunakan adalah spesies burung yang ada di dalam kawasan. 3.3. Batasan Penelitian Batasan penelitian ini meliputi: 1. Penelitian dilakukan selama sembilan hari waktu efektif Penelitian hanya dilakukan pada burung jenis diurnal dan didentifikasi secara visual dengan radius sejauh mata memandang. 2. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan mendung, apa bila hujan maka penelitian tidak dilakukan. 3.4. Jenis Data yang Dikumpulkan 3.4.1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan berupa data mengenai spesies-spesies burung yang dijumpai di lokasi dengan
15 menggunakan metode titik hitung (Point Count). Pengamatan dilakukan dengan diam pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dengan parameter yang diukur yaitu jenis, waktu, jumlah, dan aktivitas burung tersebut. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan titik hitung (Point Count). Setiap jenis burung yang dijumpai pada setiap titik pengamatan dicatat dengan segala bentuk aktifitasnya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.30 WIB dan pada sore hari pukul 15.30-18.00 WIB. Perhitungan populasi dilakukan dengan menghitung langsung jumlah burung yang diamati dengan data populasi tertinggi yang digunakan untuk perhitungan indeks keanekaragaman, serta berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar hutan rakyat Pekon Kelungu untuk mendukung data yang diperoleh di lapangan. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder meliputi data penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data penunjang berupa keadaan fisik lokasi penelitian, vegetasi, iklim, peta lokasi dan jenis-jenis burung dengan menggunakan literatur dari pustaka, jurnal dan sumber pustaka lainnya untuk melengkapi data primer yang diambil di lapangan.
16 3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Orientasi Lapangan Orientasi di lapangan bertujuan untuk mengenal areal penelitian, kondisi di lapangan dan titik pengamatan untuk memudahkan pengamatan. 3.5.2. Pengamatan Burung Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung yaitu menggunakan metode Point Count dengan cara menetapkan titiktitik lokasi yang sesuai pergerakan dan kondisi lingkungan yang ada. Berikut penempatan titik pengamatan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Penempatan titik pengamatan burung menggunakan metode titik hitung ( Point Count) di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus dengan skala 1:24.000 (Pergola, 2015).
17 Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.30 WIB dan pada sore hari pada pukul 15.30-18.00 WIB, Pengamatan dilakukan pada tiga titik pengamatan dan dilakukan sebanyak 9 hari pada setiap titiknya. Pembagian titik lokasi penelitian sebagai berikut: 3.5.2.1. Titik I : Hutan Rakyat Dekat Pemukiman Titik pengamatan ini berada di kebun yang dekat dengan pemukiman masyarakat, jenis tanaman yang terdapat di lokasi pengamatan yaitu, cempaka, durian, kakao, sengon, petai, duku, cengkeh, dan manggis. 3.5.2.2. Titik II : Hutan Rakyat Berbatasan Dekat Hutan Lindung. Titik pengamatan yang ke dua ini merupakan titik pengamatan yang berada di dekat hutan lindung, dimana mewakili kondisi tegakan di hutan rakyat, dengan struktur tegakan yang rapat dan vegetasinya didominasi oleh tanaman kayukayuan dan buah-buahan. 3.5.2.3. Titik III Jalur Sempadan Sungai Titik pengamatan yang ke tiga ini merupakan titik pengamatan yang berada di sepanjang jalur sungai. Jenis tanaman yang mendominasi yaitu tanaman berkayu dan buah-buahan. Setiap spesies burung yang dilihat atau didengar dicatat jenis dan jumlahnya. Burung yang tidak dapat dikenali dapat diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan lapangan identifikasi jenis burung di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan (1998).
18 3.5.3. Kondisi Habitat Secara Umum Kondisi umum areal pengamatan diamati dengan metode Rapid Assessment yang merupakan modifikasi dari habitat Assessment untuk mendapatkan gambaran secara umum tipe vegetasi ditemukannya keberadaan burung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan penyusun habitat secara umum (Brower, Jerrold, and Von Ende, 1990). 3.6. Analisis Data 3.6.1. Analisis Indeks Keranekaragaman Burung Analisis keranekaragaman burung dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman (Diversity index) Shannon-Wienner (Odum, 1971; Fachrul, 2007), dengan rumus sebagai berikut: H = - Pi ln (Pi), dimana Pi = (ni/n) Keterangan : H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu seluruh jenis Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H ) adalah sebagai berikut (Odum,1971; Fachrul, 2007): 1 : keanekaragaman rendah, 1< < 3 : Keanekaragaman sedang 3 : Keanekaragaman tinnggi
19 3.6.2. Analisis Indeks Kesamarataan Indeks kesamarataan (Evenness index) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: J= H /H max atau j = - pi ln (pi)/ ln (S) Keterangan : J= Indeks kesamarataan, S= Jumlah jenis. Kriteria indeks kesamarataan (J) menurut Daget (1976) dalam Solahudin (2003) adalah sebagai berikut: 0 < J 0,5 : Komunitas tertekan, 0,5 < J 0,75 : Komunitas labil, 0,75 < J 1 : Komunitas stabil. Nilai indeks kesamarataan spesies dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas, yaitu bila angka nilai kesamarataan di atas 0,75 maka dikatakan komunitas stabil. Bila semakin kecil nilai indeks kesamarataan spesies maka penyebaran spesies tersebut tidak merata, artinya dalam komunitas ini tidak ada spesies yang mendominasi sehingga kemungkinan kurang adanya persaingan dalam mencari kebutuhan hidup. 3.6.3. Analisis Indeks Kesamaan Spesies Antar Habitat Indeks kesamaan (Similarity index) diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan komposisi spesies antar dua habitat, dihitung dengan menggunakan rumus (Odum, 1993; Indriyanto, 2006).
20 IS = 2C/(A+B) Keterangan : A = Jumlah spesies dalam komunitas A B = Jumlah spesies dalam komunitas B C = Jumlah spesies yang sama pada kedua komunitas. 3.6.4. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pemanfaatan habitat dan vegetasi oleh burung. Hasil yang diperoleh ditabulasikan dan diuraikan secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan.