BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

SEGMENTASI WISATAWAN

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

Pariwisata Mc. Intosh dan Goelder

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran edukasi..., Zahir Widadi, FIB UI, Universitas Indonesia

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB VIII MOTIVASI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Muljadi, 2009: 2). Hal ini disebabkan subsektor pariwisata relatif masih muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. atraksi di tempat tujuan (Suyitno, 2006). Wisata memiliki karakteristik. kembali ke tempat asalnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perangkat aturan maupun penerapan kebijakan pariwisata di Lombok Barat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan

I. UMUM. Sejalan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini berjudul tentang Upaya Pengelolaan Museum Arma sebagai Daya Tarik Wisata Budaya dalam Pelestarian Seni Budaya di daerah Ubud. Penulisan dengan judul tersebut belum ada yang meneliti, namun penelitian dengan topik yang berbeda sudah banyak dilakukan di daya tarik wisata ini, sehingga penelitian ini masih sangat diperlukan. Sebagai bahan perbandingan dalam penelitan ini, berikut ini beberapa penelitian sebelumnya yang bisa dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian ini. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Deta (2012) yang berjudul Upaya Pengelolaan Museum Bali untuk Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan dalam Mendukung program Gerakan Nasional Cinta Museum tahun 2010-2014. Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai upaya pengelolaan yang dilakukan Museum Bali dan bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungangan wisatawan, upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Museum Bali 1

melalui beberapa tahap, yaitu : Planning (perencanaan), yang meliputi : upaya pelestarian koleksi benda-benda budaya, upaya penataan dan penyajian koleksi, uaya perbaikan sarana dan prasarana, upaya peningkatan kualitas pelayanan dan upaya promosi atau memperkenalkan Museum bali kepada masyarakat luas, organizing (pengorganisasian) adalah proses pembagian tugas yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan dari masing-masing pengurus, actuating (pelaksanaan) adalah proses kerja atau upaya yang dilakukan oleh pihak penglola Museum Bali dalam mengelola Museum bali sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan yang terakhir adalah controlling (pengawasan) yang dilakukan oleh Kepala dinas Museum bali selaku pimpinan tertinggi di museum tersebut yang bertugas mengawasi dan memonitoring semua proses pengelolaan yang ada di Museum Bali. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut dikatakan cukup berhasil dalam menarik jumlah kunjungan wisatawan karna terbukti dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Hajar (2005),yang berjudul Strategi Pengelolaan Museum Samparaja sebagai Objek Wisata Budaya di Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini strategi pengelolaan objek wisata Museum Samparaja yang berpatokan pada permasalahan yang didapat dari persepsi wisatawan dan pendekatan SWOT, maka di rencanakan 2

program-program pengelolaan yaitu : membenahi struktur organisasi Museum Samparaja, penataan ruang pameran tetap, penyedian dana dalam pemeliharaanya, melakukan labelisasi koleksi, menjalin komunikasi/kerjasama dengan instansi atau pihak terkait, membentuk petugas keamanan, menambah jumlah pegawai yang memahami tentang permuseuman, memberikan pelatihan dan pendidikan di bidang permusiuman dan pariwisata bagi pegawai, melakukan kegiatan promosi, membuat buku panduan dan brosur sebagai media informasi, dan merenovasi bangunan yang rusak. Penelitian yang ketiga, dilakukan oleh Mardika (2001) dengan judul Manajemen Sumber Daya Budaya (Studi Kasus di Museum Arma). Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai pengelolaan Museum Arma yang dipandang sebagai manajemen sumber daya budaya sebuah tesis. Hal tersebut terjadi karena melalui pengelolaan Museum Arma tercermin pemanfaatan aspek-aspek seni budaya dalam upaya pelestarian sumber budaya tersebut. Dalam pengelolaan koleksi, Museum Arma melakukan perpaduan seni budaya, seperti unsure seni visual, seni pertunjukan, seni kehidupan dan lingkungan yang dikemas menjadi satu kesatuan dan menjadi cirri khas dari Museum Arma. Demikian juga dengan system pengelolaan yang memadukan Museum dengan unit usaha yang berorientasi profit (seperti hotel, trestaurant, café, warung kopi, 3

dan gallery) ternyata dalam pengelolaannya dapat saling memberikan kontribusi di bidang sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan pemasarannya. Pengelolaan Museum Arma bermakna bagi masyarakat sekitar daerah Museum Arma, dapat ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan budaya. Makna ekonomi yang dapat langsung dirasakan masyarakat adalah melalui kesempataan menjadi tenaga kerja di Arma, pelatih seni, penari yang mengisi pentas seni, serta sumbangan (dana punia) kepada desa adat di wilayah Ubud. Makna budaya dari Museum Arma dapat dicermati dari perannya sebagai wahana cagar budaya dan sekaligus berperan mengembangkan nilai-nilai budaya local. Dan yang terakhir adalah makna sosial, dalam pengelolaan Museum Arma memiliki berbagai bentuk kegiatan yang mengemban unsur misi pendidikan budaya kepada generasi-genari muda. Dengan demikian melalui pengelolaan Museum Arma tercermin adanya upaya pelestarian, pemasukan, dan nilai-nilai budaya lokal. Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya yang pertama terdapat pada fokus penelitian. Fokusnya sama-sama meneliti mengenai pengelolaan di sebuah Museum, namun penelitian yang di lakukan Museum Arma lebih menekankan terhadap upaya pengelolaan Museum Arma sebagai daya tarik wisata budaya dalam pelestarian seni budaya. Perbedaannya adalah, penelitian sebelumnya melakukan pengelolaan yang bertujuan untuk menarik jumlah 4

kunjungan wisatawan ke Museum Bali agar meningkat sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dari Museum Arma dalam pelestarian seni budaya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya yang kedua adalah terdapat pada fokus penelitian yaitu meneliti mengenai pengelolaan Museum sebagai daya tarik wisata budaya. Namun terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan sekarang dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian yang dilakukan peneliti sekarang adalah melalui suatu pengelolaan Museum Arma sebagai daya tarik wisata budaya diharapkan mampu mengetahui peranan dari Museum Arma dalam pelestarian seni budaya sedangkan dalam penelitian sebelumnya penelitian tersebut berlandaskan pada persepsi wisatawan yang berkunjung ke Museum Samparaja analisis pendekatan SWOT, berlandaskan kedua hal tersebut maka dilakukan pengelolaan yang bertujuan untuk memperbaiki pengelolaan di Museum Samparaja. Persamaan dengan penelitian sebelumnya yang ketiga adalah terdapat pada fokus dan lokus penelitian. Fokusnya sama-sama meneliti mengenai pengelolaan di Museum Arma, namun penelitian ini lebih terfokus kepada peran Museum Arma dalam pelestarian kesenian tradisional. Dan lokusnya sama-sama melakukan penelitian di Museum Arma yang berada di Desa Ubud. 5

2.2. Landasan Konsep dan Teori Analisis 2.2.1. Konsep Pengelolaan Kata pengelolaan dapat diartikan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan. Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian yang dapat diartikan dengan manajemen, yang juga berarti pengaturan atau pengurusan. Arikunto (2010 : 31). Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian pengelolaan dari konsep manajemen yakni : 1. Manajemen merupakan sebuah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainnya.terry (2000 : 4) 2. Menurut Stoner ( dalam Handoko, 1993 : 8 ) manajemen, adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha usaha para anggota organisasi dan penguna sumber daya sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 6

Berdasarkan dua pengertian mengenai pengelolaan (manajemen) di atas, maka dapat disimpulkan pengertian pengelolaan adalah suatu upaya memanfaatkan sumber daya yang ada, guna mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan dalam prosesnya untuk mencapai tujuan tersebut. Pengeloaan daya tarik wisata adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengelola dan mengatur kondisi suatu daya tarik wisata berdasarkan potensi dan sumber daya yang telah dimiliki, meliputi kegiatan membangun dan mengelola daya tarik wisata beserta sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam pengelolaan suatu daya tarik tidak lepas dari unsur unsur manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, serta pengawasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut : 1. Perencanaan Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Fungsi ini menghendaki suatu pandangan ke depan dan memiliki tujuan yang jelas. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah penentuan sumber daya dan kegiatan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau 7

kelompok kerja dengan tugas masing - masing akan membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. 3. Penggerakan Untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas, maka diperlukan tindakan oleh pimpinan untuk menggerakan orang orang dalam menjalankan semua aktivitas itu. Tindakan tindakan yang dilakukan oleh pimpinan sering disebut dengan perintah. 4. Pengawasan Pengawasan adalah peninjauan kembali kegiatan yang telah berjalan, untuk memastikan apakah pekerjaan yang telah berjalan dengan memuaskan untuk menjamin rencana berjalan sesuai arah dan tujuan yang telah ditetapkan. Jadi yang dimaksud dengan pengelolaan dalam penelitian ini adalah sesuatu metode atau tata cara yang dilakukan berlandaskan dengan fungsi fungsi manajemen dalam mengelola Museum Arma sebagai daya tarik wisata budaya. Setiap fungsi manajemen merupakan bagian bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan orang orang, dan pengawasan. 2.2.2. Konsep Museum Definisi Museum menurut International Council of Museum yaitu suatu badan kerjasama professional di bidang permuseuman yang 8

didirikan oleh kalangan profesi permuseuman seluruh dunia yang dikemukakan dalam konfrensi umum ke-11 (elevent general assembly of ICOM, Copenhagen June 14 th 1974) adalah sebagai berikut : A Museum is a nonprofit making, permanent institution in the service of society and of its development, and open to the public, which acquires, conserves, communicates, and exhibits, for the purpose of study education and enjoyment, material avidence of man and environment. Menurut Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam bukunya yang berjudul Pengelolaan Koleksi Museum, museum adalah suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum yang memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Direktorat Cagar Budaya dan Museum (2007). 2.2.3. Fungsi Museum Kebijaksanaan pengembangan permuseuman di Indonesia juga berpegang pada rumusan ICOM (International Council of Museums) pada tahun 1927, yang menyangkut beberapa fungsi museum yaitu : 1. Mengumpulkan dan mengadakan pengamanan terhadap warisan alam dan budaya yang memiliki nilai tinggi. 9

2. Mengadakan dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Mengadakan konservasi dan preservasi. 4. Menyebarkan dan pemerataan kesenian, ilmu pengetahuan untuk umum. 5. Pengenalan dan pengkhayatan kesenian dan kebudayaan antar bangsa. 6. Sebagai wadah cerminan pertumbuhan peradaban umat manusia serta pembangkit rasa takwa dan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam peranan museum juga berpedoman pada ICOM pada tahun 1927, yaitu : 1. Museum sebagai pusat dokumentasi dan penelitian. 2. Museum berperan sebagai penyaluran ilmu untuk umum. 3. Museum berperan sebagai peningkatan aspirasi budaya dan perkenalan budaya antar daerah dan bangsa. 4. Museum berperan sebagai sumber inspirasi dan sebagai objek pariwisata. 5. Museum berperan sebagai suaka alam dan suaka budaya serta cerminan sejarah alam dan kebudayaan kita. Museum bahkan diharapkan juga dapat berperan sebagai : 10

1. Pusat budaya, dan karena itu program-program yang berkaitan dengan kebudayaan perlu terus dikembangkan. 2. Pusat informasi, sehingga keberadaan perpustakaan dan penyebaran informasi melalui publikasi dan terbitan-terbitan lainnya, semakin terasa penting. 3. Sentra pengembangan sosial ekonomi lingkungan sekitarnya, terutama bila tingkat kunjungan dapat terus dikembangkan. Dalam kegiatannya museum juga memiliki tujuan yang bersifat konstitusional dan fungsional. Yang dimaksud dengan tujuan konstitusional artinya bahwa museum bertugas memberikan pengertian kepada generasi penerus bangsa, bahwa kita memiliki kebudayaan yang besar dan agung. Sedangkan secara fungsional museum berfungsi sebagai wadah dari pelaksanaan tujuan konstitusional. Pelaksanaan tujuan ini mempunyai dua kepentingan, yaitu (Meiyani) 2001 : 1. Kepentingan terhadap benda-benda koleksi yang ada, sehingga dapat disimpan dengan aman, terhindarkan dari kerusakan dan kemusnahan yang tidak diinginkan. Hal ini merupakan unsur terpenting dari Museum. 2. Kepentingan terhadap pengunjung, pengumpulan benda-benda koleksi bertujuan untuk dapat disajikan kepada masyarakat umum, untuk itu perlu adanya suatu penataan yang menarik. 11

Dalam kaitannya dengan lingkungan fisik museum, ada beberapa aspek yang perlu dicermati agar kelangsungan museum sebagai salah satu daya tarik wisata budaya dapat dipertahankan, lingkungan fisik ini secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap penampilan suatu museum. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah bagian-bagian yang berpengaruh langsung terhadap fungsi museum. Secara garis besarnya dapat dibagi menjadi beberapa bagian : 1. Lingkungan bangunan. Agar dapat menjalankan fungsi dan peranan dengan baik, maka dalam merencanakan bangunan museum harus memperhatikan beberapa persyaratan, antara lain lokasi bangunan yang mudah dijangkau serta dekat dengan jalanan umum. 2. Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika). 3. Dapat diidentifikasi mengenai wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi). Gayanya (style), fungsinya, makna asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam orde biologi), atau periodenya (dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah alam dan teknologi). 4. Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah. 12

5. Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam atau budaya. 6. Benda asli (realita), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman. Untuk museum swasta diwajibkan menyerahkan daftar koleksi yang dimilikinya dan pertambahan koleksi pada setiap tahun kepada Departement Pendidikan dan Kebudayaan. Ardiani 1998 (dalam Sudarianti, 2001). Jadi yang dimaksud dengan fungsi museum dalam penelitian ini adalah suatu lembaga yang merupakan sebuah tempat untuk menyimpan ataupun menjaga benda-benda yang merupakan warisan budaya secara turun temurun dan dapat digunakan sebagai tempat pembelajaran dibidang pendidikan dalam bidang warisan budaya. 2.2.4. Konsep Daya Tarik Wisata Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. (Undang-Undang Republik Indonesia No 10 tahun 2009) Menurut Yoeti (1996 : 174-176) beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah, mengatakan : 13

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, dalam istilah pariwisata disebut natural amenities, yang termasuk dalam kelompok ini adalah hutan, iklim, pemandangan dan bentuk tanah, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan. 2. Hasil ciptaan manusia yang dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan. 3. Tata cara hidup masyarakat (way to life) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata Daya tarik wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keunikan, maupun keindahan kekayaan seni dan budaya yang merupakan hasil buatan manusia berupa benda-benda yang memiliki nilai sejarah dalam perkembangannya dan menjadi sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. 2.2.5. Konsep Pariwisata Budaya Menurut Geriya (1996 : 45), pariwisata budaya adalah kegiatan pariwisata di Bali yang menitik beratkan pada perkembangan segi-segi budaya Bali yang pada dasarnya bersumber pada Agama Hindu. 14

Berdasarkan peraturan Pemerintah Provinsi Bali yang telah menetapkan ketentuan mengenai Kepariwisataan Budaya Bali dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 14 yaitu Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan Bali yang berlandaskan kepada kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana aktualisasinya, sehingga terwujud hubungan timbal balik yang dinamis antara kepariwisataan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis dan berkelanjutan untuk dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, kelestarian budaya, dan lingkungan. (Perda Provinsi Bali No 2 Tahun 2012 pasal 1 ayat 14). Menurut Pendit (1994 : 41), wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan melakukan perjalanan ke suatu daya tarik wisata yang memiliki keunikan berupa kebiasaan dan adat istiadat serta seni budaya yang dimiliki. Pariwisata budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu perjalanan wisata menuju daya tarik wisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik wisata yang paling dominan serta menjadi identitas bagi pengembangan pariwisata tersebut. 2.2.6. Batasan Pengertian Pendapat 15

Menurut Soenarjo (1984 : 26) pendapat adalah perkiraan, pikiran, tanggapan atau jawaban terbuka terhadap sesuatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pendapat bersifat subjektif. Pendapat orang mengenai suatu hal dapat berbeda-beda, perbedaan pendapat yang dikeluarkan bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki. Batasan pengertian pendapat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendapat wisatawan terhadap keberadaan Museum Arma di Desa Ubud. 2.2.7. Teori Struktural Fungsional Asumsi dasar dalam teori struktural fungsional menurut Parson (1951 : 137) yaitu masyarakat dilihat sebagai sebuah sistem dimana seluruh struktur sosialnya (juga masing- masing elemen) terintegrasi menjadi satu, masing- masing memiliki fungsi yang berbeda- beda tapi saling berkaitan, dan menciptakan konsensus dan keteraturan sosial serta keseluruhan elemen akan saling beradaptasi baik terhadap perubahan internal dan eksternal dari masyarakat. Teori struktural fungsional ini menekankan: a. Persyaratan fungsional yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai sebuah sistem untuk terus bertahan 16

b. Kecenderungan masyarakat menciptakan konsensus (kesepakatan) antar anggotanya. Terdapat punish dan reward terhadap pelaksanaan konsensus tersebut. c. Kontribusi Peran dan Status yang dimainkan oleh individu/ institusi dalam keberlangsungan sebuah masyarakat. Teori sistem ini akan digunakan untuk menganalisis mengenai konsensus atau kesepakatan dalam penerapan pengelolaan di Museum Arma. 2.2.8. Teori Motivasi Wisatawan Menurut Sharpley dan Wahab dalam Pitana (2005 : 58) menekankan, motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, karena motivasi merupakan Trigger dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut: 1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisologis antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, dan bersantai. 17

2. Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain, termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya. 3. Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat pribadi, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestice), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya. 4. Fantasy motivation yaitu adanya motivasi di daerah lain sesorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis. McIntosh dan Murphy dalam Pitana (2005 : 59) Berdasarkan uraian teori di atas motivasi wisatawan untuk berwisata timbul dari adanya dorongan emosional, yang melibatkan sosiopsikologis sebagai rasa ingin tahu untuk mendapatkan pengalaman baru dan sebuah pembelajaran dari apa yang mereka lihat selama mereka ada di daerah tujuan wisata. Dalam hal ini tidak hanya terdapat satu pilihan tindakan melainkan berbagai macam pilihan tindakan. Terkait dengan banyaknya pilihan tindakan wisatawan, dengan teori motivasi inilah yang akan mengarahkan pada permasalahan dalam penelitian ini. Motivasimotivasi tersebut yang akan dapat membuka pendapat wisatawan melakukan perjalanan ke museum. 18