Kajian Strategi Komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN MASALAH

BAB II ANALISA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB II METODE PERANCANGAN

Mata Kuliah - Media Planning & Buying

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba menampilkan bagian yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DAN PERAN UPT PUSAT (PP/BP PAUD DAN DIKMAS)

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan menjaga loyalitas konsumen, salah satunya melalui iklan.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

KAMPANYE : APA DAN UNTUK APA?

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Transformasi Pendidikan Menghadapi Abad 21 Melalui Penguatan Peran Budaya Sekolah Paparan Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION. INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION 09 KONSEP INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION / Hal.

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN HOLISTIK SISWA SYAFRIL & YULI IFANA SARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan hakikat manusia pada dasarnya untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

Transkripsi:

Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua

BAB I PENDAHULUAN 2

Latar Belakang Pendidikan adalah atap yang menaungi manusia dari kebodohan, dinding yang melindunginya dari kehancuran, dan tanah tempat berpijak yang menjadikannya tetap berdiri selamanya. Kegunaan pendidikan adalah untuk mengajarkan seseorang untuk berpikir dengan intensif dan kritis. Kecerdasan dan karakter merupakan tujuan pendidikan sesungguhnya karena kedua hal tersebut akan terus dibawa sampai mati. Bangsa besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan dengan kompetensi yang tinggi, yang tumbuh dan berkembang dari pendidikan yang menyenangkan dan lingkungan yang menerapkan nilai-nilai baik dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan karakter yang kuat dan kompetensi yang tinggilah jati diri bangsa menjadi kokoh, kolaborasi dan daya saing bangsa meningkat sehingga mampu menjawab berbagai tantangan era abad 21. Kemampuan abad 21 menuntut perubahan secara sistematis dalam dunia pendidikan untuk mempersiapkan generasi masa depan, yaitu insan yang mampu bekerja sama dalam tim, memecahkan masalah seharihari, berpikir kritis, menguasai teknologi, serta mampu berkomunikasi dengan efektif. Selain kemampuan akademis, yang mempunyai kemampuan belajar, beradaptasi, dan berinovasi. Untuk itu, pendidikan nasional harus berfokus pada penguatan karakter di samping pembentukan kompetensi. Didalam Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), salah satu butirnya menunjuk pada penguatan karakter bangsa. Komitmen ini kemudian ditindaklanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 3

Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap yang dimulai pada tahun 2016. Sejatinya Penguatan Pendidikan Karakter bukan merupakan suatu kebijakan baru sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional. Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Sudah banyak praktik baik yang dikembangkan oleh sekolah, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan 4 untuk memastikan agar proses pembudayaan nilai- nilai karakter berjalan dan berkesinambungan. Selain itu, diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif dan bertumpu pada kearifan lokal untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Kebijakan ini akan menjadi dasar bagi perumusan langkahlangkah yang lebih konkret agar penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai utama pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan secara efektif dan menyeluruh. Pada tahun 2017, diterbitkanlah Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang dapat memberikan haluan untuk menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045 dalam menghadapi dinamika perubahan di masa depan. Hal ini merupakan penerjemahan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan telah menetapkan sembilan agenda prioritas, yang dikenal sebagai Nawa Cita, yaitu :

Menghadirkan kembali Memperkuat kehadiran 01 04 07 negara untuk melindungi negara dalam melakukan segenap bangsa dan reformasi sistem dan memberikan rasa aman penegakan hukum yang kepada seluruh warga bebas korupsi, bermartabat, negara dan terpercaya; Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 02 Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan 05 08 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; Melakukan revolusi karakter bangsa; serta yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; 03 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Meningkatkan produktivitas 06 09 rakyat dan daya saing di Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi pasar internasional sehingga sosial Indonesia. bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 5

Pembangunan pendidikan dan kebudayaan mempunyai peran strategis dalam mendukung terwujudnya agenda prioritas, antara lain: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; melakukan revolusi karakter bangsa; meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; memperteguh kebhinekaan serta memperkuat restorasi sosial Indonesia. Berdasarkan Sembilan Agenda Prioritas di atas, Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan bahwa visi Kemendikbud 2019 adalah: 6 Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong Salah satu paradigma yang dituangkan dalam Renstra Kemendikbud 2015-2019 adalah pendidikan membentuk karakter. Pendidikan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, dan pembentukan kepribadian. Pada tahun 2016, telah digagas dan dirumuskan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang menekankan pada 5 nilai utama yang sedianya dapat diterapkan secara berkelanjutan pada tingkat satuan pendidikan di Indonesia. Nilai tersebut adalah religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Implementasi nilai-nilai PPK dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dari penentuan 542 sekolah piloting di wilayah Indonesia. Sekolahsekolah tersebut dipilih untuk kemudian menjadi prototipe penyelenggaraan PPK dengan mempertimbangkan segala dimensi keberagaman yang ditemui di Indonesia. Penentuan sekolah piloting ini bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk PPK yang dilakukan di masingmasing daerah yang memiliki karakteristik yang beragam. Implementasi nilai-nilai PPK terus belanjut. Pada tahun 2017, Kemendikbud telah melaksanakan pelatihan, pengimbasan, dan pendampingan kepada 64.213 sekolah di Indonesia. Selain itu, beberapa Bantuan Pemerintah juga telah digulirkan kepada sekolah-sekolah piloting PPK untuk program pengimbasan.

Dalam melancarkan rencana pengimbasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan SK Tim Konsultasi dan Asistensi dengan penanggung jawab yaitu Kepala Dinas Pendidikan di masing-masing Provinsi dan Kepala LPMP ditunjuk sebagai Koordinator. Selanjutnya, pada tahun 2018 total capaian pelatihan, pendampingan, dan pengimbasan PPK telah mencapai jumlah angka sebanyak 188.646 sekolah. Berikut ini merupakan grafik Pertumbuhan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal Tahun 2016-2019. 10 0% 80 % 188.46 4 (8 6. 14 %) 21 8. 98 9 (1 00 %) 218.989 Sekolah Telah tersosialisasi PPK pasca terbitnya Perpres No.87 Tahun 2917 tentang PPK, melalui kegiatan sosialisasi, surat edaran Permendikbud, dan metode pengimbasan. 60 % 40 % 20 % 54 2 (0.2 5% ) 64.2 13 (2 9. 32%) Pertumbuhan implementasi PPK melalui pelatihan, bimbingan teknis, workshop, TOT, lokakarya, rakor, semiloka, sarasehan, Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD), pengimbasan, konsultasi, pendampingan, dan lain-lain di 34 Provinsi. 2016 : 542 Sekolah (Piloting PPK) 2017 : 64.213 Sekolah 2018 : 188.464 Sekolah 2019 : 218.989 Sekolah* (Target) 0% Sasaran PPK 2016 2017 2018 2019 Sebelum Perpres Setelah Perpres No. 87 Tahun 2017 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kepala Sekolah, Pengawas, Peserta Didik dan seluruh UPT Kemendikbud di daerah. *Sumber : Kemendikbud 2018 Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 7

Didalam implementasinya, tidah hanya satuan pendidikan saja yang terlibat dalam mengembangkan karakter peserta didik, akan tetapi lingkungan keluarga juga perlu terlibat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam mendidik anak. Peranan orang tua di lingkungan keluarga sangat penting dalam implementasi PPK. Baik buruknya pendidikan anak di dalam keluarga dipengaruhi oleh bagaimana komunikasi terjalin antara orang tua dengan anak dan bagaimana kualitas waktu yang diluangkan oleh orang tua untuk anaknya. Selain antara orang tua dan anak, komunikasi yang baik antara keluarga dan sekolah sangat penting. Kerjasama keduanya diyakini akan meningkatkan capaian pendidikan anak-anak. Beberapa hasil kajian internasional terdahulu menyebutkan bahwa ketika orang tua dan sekolah bekerja sama secara efektif, siswa dapat berperilaku dan menunjukan prestasi yang lebih baik di sekolah. (Izzo dkk, 1999, dalam American Journal of Community Psychology). Selain itu, keterlibatan orang tua di sekolah memberikan kontribusi yang positif dalam prestasi akademis, frekuensi kehadiran anak, iklim sekolah, persepsi orang tua dan anak tentang belajar dikelas, sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk mengerjakan PR, peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orang tuanya, aspirasi pendidikan, kepuasan orang tua terhadap guru, dan kesadaran anak terhadap well being (Greenwood & Hickman, 2010, dalam Gurbuzturk & Sad). Di dalam studi dampak program pendidikan dan pengembangan anak usia dini di 50 kabupaten tertinggal (World Bank, 2013) menunjukan bahwa intensitas dukungan keluarga berpengaruh meningkatkan pencapaian perkembangan anak usia dini. Sementara itu, kondisi anak yang bersekolah di Indonesia dapat digambarkan ke dalam empat kondisi. Pertama, terdapat empat tipe keluarga di dalam penanaman nilai-nilai karakter baik terhadap anakanaknya. 8

Tipe yang pertama adalah keluarga yang peduli dan mampu untuk menanamkan nilai-nilai karakter baik kepada anaknya. Tipe ini merupakan contoh keluarga harmonis yang menyediakan waktu luang untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Tipe kedua adalah keluarga yang peduli namun tidak mampu untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anaknya. Keluarga ini sebenarnya peduli terhadap penanaman karakter anaknya tetapi mereka tidak mampu. Mereka tidak memiliki kapasitas dan keluangan waktu untuk menanamkan nilai-nilai karakter baik tersebut. Tipe ketiga adalah yang tidak peduli meski sebenarnya mampu untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anaknya. Keluarga ini cenderung penuh dengan kesibukan sendiri sehingga tidak mempedulikan penumbuhan karakter baik bagi anaknya. Tipe keempat adalah keluarga yang tidak peduli dan tidak mampu. Sebagai contoh, keluarga yang memiliki latar belakang sosial ekonomi lemah yang memang tidak terpikirkan untuk menanamkan pendidikan karakter kepada anaknya karena keterbatasan wawasan dan sumber daya. (World Bank, 2013) menunjukan bahwa intensitas dukungan keluarga berpengaruh meningkatkan pencapaian perkembangan anak usia dini. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu untuk terus meningkatkan kampanye PPK melalui berbagai upaya strategi komunikasi yang kreatif dan inovatif kepada seluruh ekosistem pendidikan sesuai kondisi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi khususnya pada orang tua peserta didik. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 9

B Dari berbagai observasi yang dilakukan oleh Tim Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter, masih ditemukan orang tua yang belum maksimal dalam menerapkan prinsip-prinsip PPK dengan baik kepada anak- anaknya, maka beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah: Identifikasi Masalah 01 Mendorong sinergi Tripusat Pendidikan (Sekolah, Keluarga, Masyarakat) serta menjalin kolaborasi dengan sumber-sumber belajar di dalam dan luar lingkungan 02 Mendorong orang tua untuk terus meningkatkan kreativitas serta komunikasi yang menyenangkan bagi anak-anaknya; keluarga; 03 Menumbuhkan akhlak, watak, budi pekerti, dan perilaku baik serta menggali potensi, minat dan bakat anak melalui harmonisasi olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga yang terintegrasi dalam kegiatankegiatan di lingkungan keluarga; 04 Mendorong peran serta orang tua dan sekolah untuk lebih memperhatikan dan menumbuhkan perkembangan karakter (religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, integritas), literasi dasar dan kompetensi abad 21 bagi anaknya secara optima 10

C Tujuan Tujuan dari penyusunan kajian ini adalah: 01 02 03 Orang tua dapat memahami dan mengimplementasikan prinsipprinsip PPK dengan baik. Menyusun strategi komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam berbagai media Menyusun perumusan rekomendasi kebijakan kepada internal maupun kampanye, melalui berbagai eksternal Kemendikbud terkait upaya strategis berupa komunikasi implementasi Program Penguatan yang kreatif dan inovatif sesuai Pendidikan Karakter (PPK) di kondisi kemajuan teknologi sekolah. informasi dan komunikasi. D Hasil Yang Diharapkan 01 Semakin meningkatnya Tersusunnya strategi 02 pemahaman komunikasi Penguatan 03 orang tua dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip PPK dengan baik dan sistematis. Pendidikan Karakter (PPK) dalam berbagai media kampanye, melalui berbagai upaya strategis berupa komunikasi yang kreatif dan inovatif sesuai kondisi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Tersusunnya rumusan rekomendasi kebijakan kepada internal maupun eksternal Kemendikbud terkait implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 11

E F Dasar Hukum Penerima Manfaat Penerima manfaat kajian ini adalah para pemangku kepentingan pendidikan baik internal maupun eksternal, khususnya kepala orang tua. 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan; Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter; Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti; Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan; Permendikbud Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah; Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah; Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah; Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan; Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB); Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 13

A Hakikat Pendidikan 14 Pendidikan karakter merupakan sebuah proses panjang, yaitu proses penanaman nilai-nilai luhur, budi pekerti, akhlak mulai yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat, dan nilai-nilai keindonesiaan dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga negara yang berkarakter sesuai dengan nilainilai luhur bangsa dan agama. Pendidikan karakter juga upaya mengajarkan kebiasaan berfikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai proses pembelajaran untuk memahami, peduli tentang dan berbuat berlandaskan nilai-nilai moral seperti rasa hormat, keadilan, kebajikan warga dan kewarganegaraan dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Sejak zaman Yunani Kuno, karakter sudah menjadi bagian dari etika normatif. Etika normatif bertalian dengan prinsip-prinsip moral yang dianggap baik dan buruk. Terdapat tiga arus etika normatif. Etika keutamaan (virtues ethics), etika deontologikal atau etika kewajiban (deontological ethics) dan etika konsekuensi (consequentialism atau, sering juga dijuluki, utilitarianism (etika utilitas atau kegunaan) dengan berbagai perbedaan tekanan.

Pemaknaan tentang karakter seperti yang ditulis oleh Kalidjernih (2010: 3), Karakter berasal dari kata Yunani charakter yang mengacu kepada suatu tanda yang terpatri pada sisi sebuah koin. Karakter lazim dipahami sebagai kualitas-kualitas moral yang awet yang terdapat atau tidak terdapat pada setiap individu yang terekspresikan melalui pola-pola perilaku atau tindakan yang dapat dievaluasi dalam berbagai situasi. Selanjutnya, jika dimaknai secara harfiah menurut beberapa bahasa, karakter memiliki berbagai arti seperti: character (Latin) berarti instrument of marking; charessein (Prancis) berarti to engrove (mengukir); watek (Jawa) berarti ciri wanci; watak (Indonesia) berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan perangai. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Disebut watak jika telah berlangsung lama dan melekat pada diri seseorang. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 15

AKarakter sebagai sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karakter adalah suatu kualitas atau sifat yang tetap dan terus menerus, kekal, yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu objek, atau suatu kejadian (J.P. Chaplin). BKarakter adalah a striving system which underly behavior, yaitu kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap (Sigmund Freud). Pemaknaan karakter juga diungkapkan oleh para ahli psikologi sebagaimana yang dikutip oleh Purwasasmita (2010: 13) adalah sebagai berikut: CKarakter adalah ciri khas yang dimiliki individu yang membedakan individu dengan individu lainnya. Ciri khas ini diperoleh dari hasil evaluasi terhadap kepribadian individu. Oleh karena karakter berkaitan dengan evaluasi atau penilaian maka dalam menggambarkan karakter individu seringkali digunakan istilah baik atau buruk (Allport). DKarakter menunjuk pada kebiasaan positif dan sudah diolah sebagai tanggung jawab sosial, komitmen moral, disiplin diri, dan kemantapan dengan kumpulan seluruh orang yang dinilai menjadi tidak sempuma, cukup memadai, atau patut dicontoh (Baumrind). EKarakter mengembangkan secara berangsur-angsur secara keseluruhan kehidupan dan tidak hanya berpikir dan berbicara belaka, karakter ditambahkan dengan kemampuan emosional dan tingkah laku (Maudsley). 16

Karakter menurut Budimansyah (2010: 23) adalah nilai-nilai kebajikan (tahu nilai kebajikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Sejalan dengan Rivai dan Arifin (2009: 23) berpendapat bahwa karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia, baik berupa watak ataupun pola pikir yang sudah menjadi ciri khas dan sebagai pembeda antara seseorang dengan orang lain. Samani dan Hariyanto (2012: 41-42) menjelaskan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata norma, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 17

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Purwasasmita (2010: 14) Enam pilar characters building, yaitu trustworthiness, respect, responsibility, fairness, caring, dan citizenship. membangun karakter (character building) adalah proses mengukir Terkait pemaknaan karakter, atau memahat jiwa sedemikian Sumantri (2011: 6) rupa, sehingga berbentuk unik, menegaskan bahwa karakter menarik, dan berbeda atau dapat mengandung pengertian: dibedakan dengan orang lain. Suatu kualitas positif yang Proses membangun karakter dimiliki seseorang, sehingga itu memerlukan disiplin tinggi membuatnya menarik dan karena tidak pernah mudah atraktif. dan seketika atau instant. Reputasi seseorang. Diperlukan refleksi mendalam Seseorang yang unusual atau untuk membuat rentetan moral memiliki kepribadian yang choice (keputusan moral) dan eksentrik. ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, Sehingga menurut beliau bahwa dan praktik. Diperlukan sejumlah membangun karakter berarti waktu untuk membuat semua itu proses mengukir atau memahat menjadi custom (kebiasaan) dan jiwa sedemikian rupa, sehingga membentuk watak atau tabiat berbentuk unik, menarik dan seseorang. berbeda dengan orang lain. 18 Helen Keller (Purwasasmita, 2010: 15) mengungkapkan Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved. Sehingga dengan karakter yang telah dibangun dengan kokoh, bisa menjadikan seorang individu tidak mudah dikuasai oleh seseorang ataupun kondisi tertentu. Apabila orang - orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi knowledge is power, but character is more.

Winataputra dan Saripudin (2011: 33) menegaskan sebagai suatu konsep akademis, character atau kita terjemahkan karakter memiliki makna substantif dan proses psikologis yang sangat mendasar, dengan kata lain karakter dapat kita maknai sebagai kehidupan berperilaku baik/penuh kebijakan, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri. Karakter tidak muncul atau dimiliki begitu saja oleh seseorang, akan tetapi karakter dibentuk seiring berjalannya waktu, perubahan pemikiran serta perubahan tindakantindakan yang dilakukan mencerminkan nilai-nilai yang baik. Dengan demikian karakter merupakan suatu perilaku yang dibentuk, dikembangkan dan Menurut Aristoteles (Lickona, 1991: 50) berpendapat bahwa Good character as the life of right conduct - right conduct in relation to other persons and in relation to self, karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan- tindakan yang benar sehubungan dengan diri dan orang lain. Selain itu, Lickona (1991: 51) menegaskan Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good. Artinya karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Karakter yang baik dapat dapat dimaknai setiap aktivitas yang dilakukan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari- hari seyogyanya dilaksanakan dengan perbuatan yang baik sehingga memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Karakter yang baik terintergrasi dalam pemikiran, niat dan tindakan yang dilakukan. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 19

Budimansyah (2011: 56-57) menyebutkan perlunya upaya pendidikan karakter yang dilakukan secara menyeluruh dengan pertimbangan sebagai berikut: A B C Pendidikan karakter merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak bagi kelangsungan hidup yang berkeadaban. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban. Peranan sekolah sebagai wahana psiko-pedagogis dan sosio-pedagogis yang berfungsi sebagai kawasan pendidikan karakter menjadi semakin penting pada saat dimana hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan karakter dari orang tuanya disamping peranan pranata sosial lainnya termasuk pranata keagamaan yang semakin 20 kecil. D E Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan karakter karena inti dari demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat, dilakukan oleh wakil pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. F G H I Persoalan yang selalu dihadapi baik individu ataupun masyarakat yang amat sulit dipecahkan adalah dilema nilai moral. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan karakter di sekolah. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan karakter sangatlah esensial untuk menarik dan membina guruguru yang berkeadaban dan professional. Pendidikan karakter adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu keniscayaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping sebagai anggota masyarakat dunia.

Perlunya Pendidikan karakter dijelaskan pula oleh Lickona (Suyatno, 2010: 5) yang mengungkapkan beberapa alasan pokok, di antaranya: 01 Banyaknya generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral 04 Masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa 07 Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik; dan 02 03 Memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama; Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran moral dari orang tua, masyarakat, atau lembaga keagamaan; 05 06 hormat, dan tanggung jawab Demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat; Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai, sekolah mengajarkan nilainilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain 08 Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik yang meningkat. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 21

Husen, dkk (2010: 23) menjelaskan pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaan-nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah atau di kampus harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah atau kampus itu sendiri. Winataputra (2010: 8) juga menegaskan bahwa pendidikan karakter atau character education digunakan sebagai umbrella term, untuk mendeskripsikan...the teaching of children in a manner thet will help them develop variously as moral, civic, good, mannered, behaved, non bullying, healthy, critical, successful, traditional, compliant and/or sociallyacceptable beings. Dalam konteks itu di berbagai sumber kepustakaan dikenal beberapa jargon pendidikan seperti social and emotional learning, moral reasoning/ cognitive development, life skills education, health education, violent prevention, critical thinking, ethical reasoning, and conflict resolution and mediation. 22

Dengan kata lain pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 23

B Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam implementasi PPK, maka orang tua memiliki peran untuk: Peran Orangtua 24 A B Mendukung kegiatan belajar anak di satuan pendidikan. Mendukung kegiatan belajar anak di keluarga yang merupakan kesinambungan kegiatan di satuan pendidikan. C Memantau perkembangan dan hasil belajar anak atau peserta didik secara bersama-sama antara orang tua dengan pihak satuan pendidikan. D Memberikan masukan/ pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan berbagai kegiatan satuan pendidikan dalam meningkatkan layanan terhadap kebutuhan perkembangan dan belajar anak.

C 01/05 Definisi Hakikat Kampanye Pemilihan kampanye sebagai Beberapa ahli komunikasi metode utama dilandasi oleh mengakui bahwa definisi yang tujuan dari perancangan itu diberikan Rogers dan Storey sendiri, yakni memberikan adalah yang paling popular pemahaman kepada orang tua dan dapat diterima dikalangan tentang pentingnya Penguatan ilmuan komunikasi, antara lain Pendidikan Karakter dalam Grossberg, 1998; Snyder, 2002; rangka menyiapkan Generasi Klingemann dan Rommele, Emas 2045. 2002. Hal ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, Menurut Rogers dan Storey definisi tersebut secara tegas (1987) mengidentifikasi menyatakan bahwa kampanye kampanye sebagai serangkaian merupakan wujud tindakan tindakan komunikasi yang komunikasi, dan alasan kedua terencana dengan tujuan adalah bahwa definisi tersebut untuk menciptakan efek tidak dapat mencakup tertentu pada sejumlah besar keseluruhan proses dan khalayak yang dilakukan secara fenomena praktek kampanye berkelanjutan pada kurun yang terjadi di lapangan. waktu tertentu. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 25

Definisi Rogersda Storey juga umumnya dirujuk oleh berbagai ahli dari disiplin ilmu yang berbeda seperti ilmu politik dan kesehatan masyarakat. Beberapa definisi lain yang sejalan dengan batasan yang disampaikan Rogers dan Storey diantaranya sebagai berikut : B Leslie B. Snyder (Gudykunst & Mody, 2002) Kampanye komunikasi adalah tindakan komunikasi yang terorganisasi yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periodewaktu tertentuguna mencapai tujuan tertentu. Dalam setiap aktivitas kampanye komunikasi mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah target audiens yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi A Pfau dan Parrot (1993) Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi target audiens yang telah diterapkan. C Rajasundarman (1981) Kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya. yang terorganisir. Selain empat pokok ciri diatas, kampanye juga memiliki ciri atau karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat. 26

Pesan-pesan kampanye juga terbuka untuk didiskusikan, bahkan gagasan-gagasan pokok yang melatarbelakangi diselenggarakannya kampanye juga terbuka untuk dikritisi. Keterbukaan seperti ini dimungkinkan karena gagasan dan tujuan kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsip persuasi, yaitu mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu atas yang dianjurkan dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata. Dalam ungkapan Perloff (1993) dikatakan Campaign generally exemplify persuation in action. Kampanye dalam praktiknya senantiasa mendayagunakan teori- teori dan teknik-teknik persuasi yang kebanyakan diperoleh di ruang- ruang laboratorium untuk kemudaian diterapkan guna mencapai tujuan di lingkungan nyata. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 27

02/05 Jenis, Tujuan, dan Media Kampanye Charles U. Larson (1992: 10) membagi kampanye menjadi tiga katagori yang dikutip ulang oleh Drs. Antar Venus, M.A. dalam bukunya berjudul Manajemen Kampanye, yaitu : productoriented campaigns, candidateoriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns. AProduct-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaigns. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finasial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga diperoleh keuntungan yang diharapkan. BCandidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Jenis Kampanye CIdeologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang beriontasi pada tujuantujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang bertujuan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap perilaku publik yang terkait. 28

Tujuan Kampanye Upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioural) (Pfau dan Parrot, 1993:10). Sedangkan Ostergaard (2002) menyebutkan bahwa kampanye memiliki tiga aspek tujuan yang disebut dengan istilah 3A sebagai kependekan dari awareness, attitude dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh (target of infuences) yang mesti dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta. Adapun penjelasan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut. Awareness pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan khalayak tentang isu tertentu. Dalam kosep Ostergaard tahap ini merupakan tahap untuk menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberikan informasi tentang produk, gagasan yang dikampanyekan. Attitude tahapan berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap. Dalam tahap ini yang diharapkan adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau ke berpihakan khalayak pada isu-isu yang menjadi tema kampanye. Action sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk merubah perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahapan ini menghendaki adanya perilaku tertentu yang dilakukan oleh sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat bersifat sekali itu saja atau berkelanjutan (terus menerus). Contoh-contoh tindakan sekali itu saja misalnya: menjadi pendonor darah, menyumbangkan dana untuk korban bencana alam, atau mengikuti imunisasi massal yang diselenggarakan pemerintah. Sementara tindakan berkelanjutan lebih terlihat dalam perubahan perilaku secara permanen pada diri sasaran seperti: perubahan pola makan, cara memasak air, pemakain helm pengaman, atau turut serta menjadi akseptor KB (Schenk dan Dobler, 2002:37). Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 29

Media Kampanye Media kampanye sebagai penyampai pesan memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai pada target audiens yang diinginkan. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin disampaikan pada kelompok sasaran akan sampai atau tidak (Sutisna, 2002: 283). Pemilihan media yang tepat untuk berkampanye iklan dalam rangka membuat pelanggan menjadi tahu, paham, menentukan sikap, hingga melakukan pembelian adalah suatu langkah penting dalam kegiatan kampanye. Dalam beriklan, komunikator (produsen) dapat memilih satu mau pun kedua media untuk menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan. Komunikasi dalam suatu media periklanan mengenal dua kelompok besar media, yaitu above the line (ATL) dan media below theline (BTL). Menurut Amalia E. Maulana dalam artikel yang dimuat di majalah Bisnis Indonesia (2008) menyatakan bahwa sebenarnya istilah line (yang berarti garis) dalam ATL dan BTL itu berawal dari kategorisasi dalam neraca keuangan. Kategori pertama berlaku bagi kegiatan pemasaran yang terkena komisi biro iklan. Komisi dimasukkan dalam cost of sales dan dikurangi sebelum ditentukan gross profit. Kategori kedua untuk kegiatan pemasaran non iklan yang tidak kena komisi. Biayanya dimasukkan dalam biaya operasional dan dikurangi sebelum ditentukan net profit. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian ATL dan BTL akan dijelaskan sebagai berikut. 30

Above The Line Merupakan media yang memungut komisi atau biaya pemasangan media. Biaya tersebut diperuntukan bagi jasa pemanfaatan ruang dan waktu, dimana pengiklan mendapat keuntungan dari pemuatan iklan. Penggunaan media ATL memiliki kelebihan dalam hal menjangkau target audiens yang sangat luas. Kekurangannya adalah selain biaya yang mahal adalah tidak adanya interaksi langsung dengan target audiens. Below The Line merupakan media yang tidak memungut komisi atau biaya tambahan dalam hal pemasangan media. Media ini hanya dibiayai oleh biaya produksi dan aktivitas promosi. Kelebihan penggunaan BTL adalah biaya media yang rendah serta membuka peluang untuk terjadinya interaksi secara langsung terhadap target audiens melalui berbagai kegiatan. Bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya penjualan bersamaan dengan diadakannya aktivitas promosi. Kekurangannya adalah Saat ini, di mana landscape media sudah bergeser secara dramatis dengan munculnya media-media baru, terutama yang berbasis teknologi tinggi seperti Internet dan semakin banyaknya pengguna gadget dari tahun ke tahun menjadikan perbedaan antara ATL dan BTL semakin kabur. Hal ini disebabkan oleh karakteristik media baru yang tidak eksklusif lagi. Internet media, karena fiturnya yang sangat kaya (disebut dengan rich media), bisa mencakup target audiens yang luas sekaligus spesifik; mempunyai fasilitas terbatasnya cakupan target Media yang digunakan seperti interaksi secara langsung. Situasi audiens dalam satu wilayah. televisi, koran, majalah, dalam pemasaran modern ini billboard, dan lainnya. yang mengharuskan Strategic Contoh media BTL adalah Brand Planner berpikir secara Event, Sposorship, Sampling, terintegrasi dalam disain pesan Print of Sales Materials (flyer, dan alokasi medianya. Integrasi brosur, marchindise), Consumer kegiatan komunikasi secara Promotion, Trade Promotion, simultan ini dikenal dengan dan lainnya. sebutan Integrated Marketing Communication (IMC). Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 31

03/05 Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication), Proses Komunikasi, Laswell Model, dan Strategi AISAS Komunikasi Pemasaran Terpadu Komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC) adalah sebuah konsep di mana suatu perusahaan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan produknya. (Kotler dan Amstrong; 2005) Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara melakukan evaluasi terhadap peran strategis dari berbagai macam ilmu komunikasi dan mengkombinasikannya untuk menghasilkan keakuratan, konsistensi, dan efek komunikasi secara maksimal melalui integrasi dari pesan pesan yang terpisah. Paul Smith (1996), dalam artikelnya yang berjudul Admap menyatakan bahwa IMC adalah konsep sederhana yang menyatukan semua bentuk dari komunikasi menjadi satu kesatuan solusi. Pada intinya IMC mengintegrasikan semua alat-alat promosi sehingga alat-alat tersebut dapat bekerja bersama-sama secara harmonis. 32

Menggunakan IMC berarti memberikan konsistensi pesan yang disampaikan pada konsumen meskipun menggunakan media yang berbeda. Konsistensi tersebut secara tidak langsung akan menjadi retensi (pengulangan) ketika konsumen melihat iklan yang sama pada media yang berbeda, kemudian pesan akan melekat dalam benak konsumen. Berbagai keuntungan lain yang didapat dengan menggunakan IMC adalah sebagai berikut. Corporate cohesion. IMC dapat digunakan oleh klien sebagai alat strategis dalam mengkomunikasikan citra dan keuntungan dari produk atau jasa. Client relationship. IMC menyediakan kesempatan bagi agensi periklanan untuk memainkan peran penting yang signifikan dalam pengembangan proses komunikasi, dan menjadi partner yang efektif dalam hubungan dengan klien. Interaction IMC memastikan komunikasi antara agensi dan menciptakan ikatan yang lebih kuat antara mereka dank lien. Dengan menyediakan arus informasi yang lebih terbuka, IMC memungkinkan partisipan komunikasi untuk berkonsentrasi dalam kunci dari pengembangan strategis, ketimbang mengejar tujuan individu. Motivation IMC menawarkan kesempatan untuk memotivasi agensi periklanan. Pemikiran yang tergabung dari keseluruhan tim lebih baik dari pemikiran yang berasal dari individu saja. Hal ini juga memotivasi setiap anggota dalam tim agensi periklanan untuk menemukan potensi kreativitas mereka. Measurability Kemungkinan keuntungan yang terpenting adalah penyampaian kemampuan mengukur respon dan akuntabilitas proses komunikasi. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 33

Proses Komunikasi Komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC) adalah sebuah konsep di mana suatu perusahaan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan produknya. (Kotler dan Amstrong; 2005) Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media lain seperti tulisan, oral, dan visual (Karfried Knapp, 2003). Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila kedua belah pihak dapat memahami pesan yang disampaikan. Segmentasi dan personifikasi target audiens juga menjadi dasar strategi komunikasi pesan yang akan disampaikan dalam perancangan sebuah kampanye, apakah akan disampaikan secara langsung ataukah secara bertahap. Strategi komunikasi ini mencakup aspek think-feeldo yang merupakan salah satu tahap penyampaian pesan pada target audiens. Proses berlangsungnya komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut: Komunikator (sender) Merupakan pihak yang memiliki tujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan mengirimkan suatu pesan pada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun simbol yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Dalam proses komunikasi, pesan disampaikan melalui suatu media baik secara langsung maupun tidak langsung. Seorang komunikator harus memiliki daya tarik (source of attractiveness). 34

Komunikan (receiver) Merupakan pihak yang menerima pesan yang disampaikan kemudian menerjemahkan pesan yang diterimanya ke bahasa yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Kemudian komunikan memberi umpan balik (feedback) atas pesan yang dikirimkan kepadanya. Pesan (message) Merupakan isi atau maksud yang akan disampaikan oleh pihak komunikator kepada pihak komunikan. Menurut May Lwin & Jim Aitchison (2002), aspek pertama dan yang paling penting dari sebuah strategi komunikasi kampanye adalah sebuah tujuan dan sasaran. Tujuan atau sasaran itu tergantung apa yang ingin dicapai oleh kampanye tersebut. Menurut Marcello Minale dalam bukunya yang berjudul Design and Designer Role in 21st Century, mengemukakan bahwa terdapat 9 fungsi desain yang bisa diterapkan menjadi suatu strategi komunikasi, yakni to build awareness, to entertain, to inform, to enrich, to enlarge, to magnify, to emphasize. 9 fungsi desain tersebut dapat diimplementasikan sebagai tujuan proses kampanye yang ingin dicapai sebagai strategi perancagan komunikasi dalam kampanye. Dalam dunia periklanan, kampanye merupakan kegiatan yang bersifat memberi informasi suatu produk atau pesan tertentu, selain itu juga menitikberatkan pada bujukan (persuasif) dan menanamkan atau menarik awareness ke benak konsumen. Oleh karena itu, strategi komunikasi merupakan hal penting agar pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan kampanye menjadi efektif. Salah satu cara untuk menerangkan proses komunikasi adalah menggunakan teori Harold Laswell. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 35

Lasswell Model Model ini secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar dari komunikasi ke dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya (Laswell dalam Littlejohn, 1996:334). Kelompok tersebut terdiri dari: Laswell Model merupakan model komunikasi yang diciptakan oleh Lasswell, seorang ilmuwan sekaligus politisi berkebangsaan Amerika dan pakar teori komunikasi. Model ini dianggap sebagai model paling awal (1948) yang digunakan dalam dunia komunikasi. Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who says in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). 36 Who Sumber atau komunikator adalah pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu, kelompok, organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator. Says What Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikan kepada penerima (komunikan) dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud komunikator. Ada tiga komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

In Which Channel To Whom With What Effect Wahana atau alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik dan lain-lain). Orang, kelompok, organisasi, atau suatu negara yang menerima pesan dari sumber (komunikator), disebut tujuan (destination), khalayak (audience), atau komunikan. Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, misalnya seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dan lain-lain. Tiga tujuan utama teori Laswell adalah to serve understanding, to establish acceptance, to motivate action. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 37

Strategi AISAS Strategi AISAS merupakan sebuah strategi media yang diciptakan oleh Kotaro Sugiyama (2011), strategi AISAS merupakan pengembangan dari strategi AIDMA (Awaraness - Interest Desire - memory - Action) yang mulai harus menyesuaikan dengan iklim arus informasi di era digital ini. AISAS adalah kepanjangan dari Awaraness - Interest - Search - Action Share. AISAS digunakan untuk melihat efektif atau tidaknya media yang akan digunakan. Teori ini dipilih karena media yang akan digunakan mempunyai kemungkinan untuk terus diakses oleh penggunanya, tidak hanya sekedar berhenti sampai dengan tahap action. Awaraness Merupakan tahap awal di mana target audiens diarahkan untuk mulai mengetahui dan menyadari keberadaan dari suatu produk. Tahapan ini dimulai ketika sebuah brand atau produk mulai untuk memperkenalkan dirinya di tengah-tengah target audiens yang dimilikinya. Bentuk perkenalan bisa dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan komunikasi marketing (above the line maupun below the line) dan aktivitas Public Relation. 38

Interest Action Share Merupakan tahapan dari proses berikutnya, target audiens mulai tertarik dengan sebuah brand. Ketertarikan itu terjadi karena pemilihan strategi komunikasi yang tepat bagi target audiens. Target audiens mulai menempatkan sebuah brand tertentu dalam benaknya. Tahapan ini akan berhasil ketika target audiens mulai mencari informasi lebih jauh tentang brand maupun produk yang ditawarkan. Search Merupakan tahap dimana target audiens mulai mencari tahu tentang informasi mendalam mengenai produk atau brand tertentu yang menarik perhatiannya. Merupakan tindakan yang dilakukan target audiens demi memenuhi keinginannya dengan berinnteraksi langsung dengan brand atau produk. Pada tahap ini pengalaman target audiens terhadap brand atau produk mulai tercipta. Proses interaksi langsung antara target audiens melalui sales channel, transaksi, delivery, konsumsi, hingga after sales service merupakan sebuah kesatuan dari pengalaman yang benar-benar harus senantiasa diperhatikan agar sesuai dan bahkan melebihi ekspektasi target audiens itu sendiri terhadap sebuah brand atau produk. Merupakan tahapan akhir di mana target audiens telah merasakan semua pengalaman interaksi mereka dengan produk atau brand, mereka akan membagi pengalamannya kepada orang lain melalui media sosial, email, chat, blogs, dan lain-lain. Sehingga pengalaman baik ataupun buruk akan tersebar ke banyak orang dan menghasilkan word of mouth. Informasi yang dihasilkan dari tahapan share juga tidak menutup kemungkinan akan ter-index oleh search engine dan menjadi acuan orang-orang yang mencari referensi terhadap brand maupun brand tersebut. Kajian Strategi Komunikasi Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Orang Tua 39