Prolog Semua kenangan yang telah kita tulis bersama terlalu banyak, panjang, manis dan juga pahit. Kita yang pernah terpisahkan oleh jarak. Kita yang sempat menjadi satu. Kita yang sempat berpisah lagi. Dan kita yang kembali pada akhirnya. Sampai sekarang. q q Marsha Elissa
Satu Hati-hati ya selama disana, aku akan selalu merindukan mu, kapan pun, dimanapun, terutama aku pasti merindukan senyuman mu itu. Itulah kata-kata terakhir Marsha sebelum Sebastian pergi meninggalkan Marsha dan orangtuanya di Indonesia ke Inggris untuk melanjutkan sekolahnya. Enrico Sebastian atau lebih sering dipanggil Sebastian, lelaki yang sudah lama ia kenal sejak rumah Sebastian masih satu kompleks dengan Marsha. Keduanya, memiliki kenangan manis dan pahit di taman kecil dekat rumah Marsha. Pasti. Kau juga ya hati-hati selama aku tidak ada disini. Jika kau ingin cerita dan menangis atau pun tertawa denganku, kau bisa menghubungi ku lewat Skype atau lainnya. Aku tahu, seorang Marsha Elissa tidak akan pernah ketinggalan update dari manapun, apalagi twitter. Ditambah, kau ini kan menggunakan blackberry. Jangan takut aku bisa lupa denganmu. ucap Sebastian panjang lebar sambil mengusap kepala Marsha. Ia juga tidak lupa untuk memberikan pelukan hangat untuk temannya yang sangat bawel ini. Ia tidak akan 2
pernah mungkin lupa tentang Marsha. Ia akan selalu ingat. Akan selalu dan selamanya. Pesawat Sebastian sudah boarding, dengan berat hati Marsha mau tidak mau harus melepaskan Sebastian pergi. Ia mengucapkan selamat tinggal hati-hati aku akan selalu merindukanmu berkali kali hingga Sebastian kebosanan dengan kata-katanya. Belum lagi ditambah pesan-pesan dari ibunya. Ayah dan Ibu Sebastian, Marsha, juga orang tua dan adik Marsha menemani nya ke bandara untuk mengantar Sebastian. Marsha dan Ibu Sebastian sangat sedih ketika melihat Sebastian meninggalkan mereka untuk masuk dan checkin. Mereka pasti akan merasa sangat kehilangan. Perasaan seorang wanita apalagi ibu pasti akan sedih ketika orang yang ia sangat sayang akan pergi jauh, walaupun itu untuk tujuan yang baik. q Sebastian membuka tas ranselnya untuk mencari ipod nya karena ia merasa mulai bosan ruang tunggu. Ia tibatiba merasa seperti ada sesuatu yang ia tidak ingat kapan ia memasukan benda itu ke dalam ranselnya. Ia mengambil benda itu, ternyata box berwarna coklat tua dengan pita berwarna biru navy dan ada tulisan UNTUK ENRICO SEBASTIAN Ia membuka kotak itu dan saat itu juga ia kaget sekaligus sedikit terharu dengan isi kotak itu. Scrapbook yang cukup tebal dengan hiasan kancing, pita, potongan kain, kertas, dan masih banyak hiasan lain dan di tengahtengah ada foto Sebastian sedang tidur tersenyum, ia pun tidak sadar kapan ia melakukan tidur tersenyum itu. Tanpa berpikir lama, ia tersenyum dan bergunam, Marsha.. 3
Ya, gadis itu yang memberikan scrapbook itu untuk Sebastian. Scrapbook yang berisikan kenangan-kenangan dia dan Sebastian selama 2 tahun terakhir. Marsha membuat scrapbook itu sejak 5 bulan sebelum kepergian Sebastian ke Inggris. Ia membuat nya dengan niat dan sepenuh hati supaya Sebastian selalu ingat pada Marsha. Dibuka nya scrapbook itu pelan-pelan, satu per satu, dibaca nya seluruh kalimat-kalimat yang sudah ditulis Marsha untuk Sebastian, juga foto-foto mereka selama 2 tahun terakhir ini, kenangan-kenangan yang telah terprogram di memori Marsha juga Sebastian. Tak disangka, Sebastian meneteskan air matanya. Air mata bahagia lah yang keluar dari matanya itu. Ia sangat akan merindukan gadis itu, Marsha. Ia sadar sekarang, Marsha lah yang membuat ia berubah akhir-akhir ini. Ia berubah menjadi Sebastian yang lebih dewasa dan bisa mementingkan perasaan orang lain, ia juga sadar selama ini dia memiliki sifat yang seperti anak kecil dan dia pun sudah merubahnya. Ia sangat sayang pada Marsha, tapi mengapa sayangnya tidak bisa lebih dari itu? Sepertinya hati Sebastian memberontak jika ia menyayangi Marsha sebagai kekasih. Hatinya tidak selaras dengan keinginannya untuk memiliki Marsha sepenuhnya. Tiba-tiba ia terhenti di halaman paling tengah dari scrapbook itu. Ada amplop putih dengan tulisan, 'Dear Enrico Sebastian' Ia pun penasaran apa isi surat itu. Tapi saat ia baru mengeluarkan isi surat itu, panggilan untuk penumpang pesawat yang ditumpangi Sebastian sudah dipanggil untuk segera menaiki pesawat karena sebentar lagi akan berangkat. Sebastian langsung menyimpan isi surat itu lagi ke dalam amplop yang sudah tersedia dan ia segera bersiap-siap untuk naik ke pesawat. 4
Setelah pesawat sudah mulai terbang, Sebastian teringat sesuatu. Ia belum menyelesaikan membaca surat itu, surat dari Marsha. Ia merogoh tas ransel nya yang ia tempatkan di kursi sebelahnya lalu mencari-cari surat itu. Dan, ketemu! Ia membuka surat itu dan dia sangat kaget saat melihat isi surat itu. Dear Enrico Sebastian, Hai, apa kabar temanku yang bawel, rakus, dan gila? Aku tahu kau pasti akan menemukan surat ini. Ya, aku juga tahu kau pasti menemukan surat ini di dalam scrapbook mu yang supertebal itu kan. Apa pendapatmu tentang scrapbook itu? Aku harap kau menyukainya Sebastian.. Tian, Seiring jalan nya waktu 2 tahun ini, aku merasa kau sudah menjadi bagian dari hidupku. Aku juga tahu, kita pernah memiliki hubungan yang berbeda, tapi hubungan itu malah membuat kita menjadi sering sekali berdebat dan aku sangat membuat mu repot karena sikap ku yang terlalu cemas padamu. Aku harap kau akan selalu menjadi sahabatku saja. Aku pun tidak mau merusak persahabatan ini lagi, untuk kedua kalinya. Saat kudengar kau akan meninggalkan Indonesia aku cukup sedih mendengarnya, seakan-akan kau akan meninggalkan aku untuk selamanya. Tapi aku mencoba menguatkan diriku dan berpikir positif. Kau pergi karna memiliki tujuan yang baik, untuk melanjutkan sekolah. Oh, tentang sekolah.. Maaf selama ini aku merahasiakan nya padamu, aku tidak mau kau mengkhawatirkan aku, aku akan berangkat ke Perth 3 hari setelah kau berangkat ke London. Maaf sekali kalau aku merahasiakannya. Aku tidak bermaksud berbohong, aku hanya tidak mau kau khawatir akan orang-orang yang ada di sana, 5
apa yang akan mereka perbuat, aku tinggal dengan sama siapa dan dimana. Aku disana tinggal bersama sepupu ku, Marcelino dan Catherine, jadi kau tidak perlu khawatir. Padahal, yang haruslah dikhawatirkan adalah dirimu, kau disana tinggal sendirian tanpa ada sanak saudara satupun. Aku hanya pulang ke Indonesia saat natal dan tahun baru, itu juga jika aku mendapat libur. Jika kau akan pulang ke Indonesia, aku harus menemui mu, harus! Tian, jarak kita memang jauh. Sangat jauh. Kita berada di belahan bumi yang berbeda. Aku pasti selalu merindukan mu. Kuharap kau merindukan ku juga. Karna aku, Marsha Elissa, sayang padamu, Enrico Sebastian. Kau sudah kuanggap sebagai kakak ku yang sangat sayang padaku. Aku cinta padamu, pemilik senyum paling indah, Sebastian. 6 Marsha Elissa. Sebastian merasa hatinya sangat pilu saat membaca surat itu. Ia merasa Marsha memang sangat menyayangi Sebastian sepenuh hatinya. Sebastian mengeluarkan sedikit air mata saat membaca surat itu. Terlebih saat ia melihat ada foto Sebastian dan Marsha berdua di sebuah cafe, Marsha menggandeng tangan Sebastian, mereka tersenyum lepas di foto itu, foto yang diambil pada bulan Maret di sebuah cafe, waktu itu mereka sedang makan siang. 'Marsha, apa kabarmu? Aku merindukan mu sangat.' Gunam Sebastian dalam hati. Perjalanan untuk sampai ke Hillington, London memakan waktu yang cukup lama. Ia memutuskan untuk tidur di pesawat, kebetulan memang ia sangat mengantuk saat itu. Ia tidak tidur semalaman karna Marsha menelfon nya untuk yang terakhir kalinya.
Marsha,Marsha,Marsha lagi. Dalam benak Sebastian hanya ada Marsha Elissa, seorang gadis cantik dengan rambut panjangnya yang hitam dan lurus dan perawakan tinggi dan tidak terlalu kurus. Sebastian terlalu merindukannya. q 7