Keywords: Body Discomfort Map, BRIEF survey, dentist, ergonomic, musculoskeletal

dokumen-dokumen yang mirip
Corelation Between Ergonomics Exposure And Musculosceletal Disorder of Dentist Working

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

Edukasi ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal dan memperbaiki konsistensi postur tubuh pada mahasiswa PSPDG Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

1 Universitas Indonesia

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

HUBUNGAN GERAKAN FLEKSI PADA PERGELANGAN TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENGEPAKAN PT. LOGAN FOOD KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN DENTAL CHAIR PORTABLE UNTUK MENUNJANG AKTIVITAS DOKTER GIGI DILAPANGAN YANG BERBASIS ERGONOMIS

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013

Jurnal Kesehatan Masyarakat

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) PADA PEKERJA PELINTINGAN ROKOK MANUAL DI PT.

BAB III METODE PENELITIAN

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam


BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

Universitas Indonesia

HUBUNGAN SIKAP KERJA DINAMIS DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN BANGSAL KELAS III DI RSUD DR. MOEWARDI

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

HUBUNGAN GERAKAN BERULANG PADA TANGAN DENGAN KELUHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEKERJA PENJULID BUKU DI PT. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN SUKOHARJO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PAJANAN ERGONOMI DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA DOKTER GIGI Studi Terhadap Dokter Gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Unjani dan Seluruh Puskesmas Kota Cimahi Gemmy Sistarina 1,Rr. Desire Meria Nataliningrum 2,Daswara Djajasasmita 3 1Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Achmad Yani Cimahi, 2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi, 3Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Unjani Cimahi ABSTRACT Dentist has a higher risk to have musculoskeletal disorder, because they care a lot about patient comfort and care less about their comfort while they do their job. The musculoskeletal disorder occurred because the position of the dentist while they do their job is not ergonomic, and it happened for a long time and repeatedly. This research is held to prove the correlation between ergonomic exposure as a risk factor and the musculoskeletal disease in dentists of the Unjani University hospital and all of health provider in Cimahi by using cross sectional study and simple random sampling. This research is conducted by examining 39 dentists using BRIEF survey to analyze ergonomic exposure and Body Discomfort Map questionnaire to describe the area of the musculoskeletal disorder. To analyze the result, researcher using a chi square test. The result showed part of bodies that high ergonomic exposure; right hand and right arm 20 dentists (51,3%), right elbow 26 dentists (66,7%), right shoulder 24 dentists (61,5%), neck 29 dentists (74,4%), and back 30 dentists (76,9%)., The result also showed that there is significant correlation between ergonomic exposure as a risk factor in right arm and right hand and musculoskeletal disease in right arm and right hand (p=0,018), there is significant correlation between ergonomic exposure as a risk factor in a neck and musculoskeletal disease in a neck (p=0,026). The musculoskeletal disorder in a back was the most dominant musculoskeletal disease among these 39 dentists. 22 out of 39 (56,4%) dentists had musculoskeletal disease in a back. Keywords: Body Discomfort Map, BRIEF survey, dentist, ergonomic, musculoskeletal ABSTRAK Pekerjaan dokter gigi mempunyai risiko mengalami gangguan muskuloskeletal, karena dokter gigi lebih memperhatikan kenyamanan pasien yang dirawat tetapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri ketika merawat pasiennya. Hal ini terjadi akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu lama serta berulang-ulang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pajanan ergonomi dengan gangguan muskuloskeletal yang dialami dokter gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Unjani dan seluruh Puskesmas di Kota Cimahi. 1

2 Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan kuesioner BRIEF survei untuk mengetahui faktor risiko pajanan ergonomi dan kuesioner Body Discomfort Map untuk mengetahui area gangguan muskuloskeletal. Tempat penelitian di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Unjani dan seluruh Puskesmas di Kota Cimahi dengan jumlah sampel 39 dokter gigi yang diambil dengan metode simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif, dilanjutkan dengan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko tinggi terdapat pada tangan kanan dan pergelangannya dialami oleh 20 dokter gigi (51,3%), siku kanan 26 dokter gigi (66,7%), bahu kanan 24 dokter gigi (61,5%), leher 29 dokter gigi (74,4%), dan punggung 30 dokter gigi (76,9%). Terdapat hubungan bermakna antara faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah tangan kanan dan pergelangannya dengan gangguan muskuloskeletal daerah tangan kanan dan pergelangannya (p=0,026) dan terdapat hubungan bermakna antara faktor risiko pajanan ergonomi daerah leher dengan gangguan muskuloskeletal daerah leher (p=0,031). Gangguan muskuloskeletal yang paling banyak dialami oleh dokter gigi adalah gangguan muskuloskeletal daerah punggung sebanyak 22 dokter gigi (56,4%). Kata kunci : Body Discomfort Map, BRIEF survei, dokter gigi, ergonomi, muskuloskeletal PENDAHULUAN Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan beserta praktiknya dalam pemeliharaan kesehatan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif agar masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dapat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya untuk dapat bekerja produktif. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) dari 1.027.763 anggota rumah tangga didapatkan prevalensi gangguan muskuloskeletal berdasarkan yang pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebanyak 11.9%, dan berdasarkan gejala sebanyak 24.7%, sedangkan di Provinsi Jawa Barat angka prevalensi gangguan muskuloskeletal berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan sebanyak 17.5% dan berdasarkan gejala sebanyak 32.1%. 2 Gangguan muskuloskeletal terdapat pada banyak negara, yang berdampak pada pengeluaran biaya kompensasi. Biaya kompensasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk gangguan muskuloskeletal secara pasti belum diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menunjukkan bahwa biaya kompensasi keluhan gangguan muskuloskeletal untuk keseluruhan pekerja sudah mencapai $13 miliar setiap tahun. 3 Menurut hasil penelitian yang dilakukan

3 oleh Labour Force Survey (LFS) tahun 2015 menunjukkan bahwa di Inggris jumlah total kasus Work-related Musculoskeletal Disorders di tahun 2014-2015 adalah 553.000 dari total 1.243.000 untuk semua penyakit terkait pekerjaan dan merupakan 44% dari total kasus. 4 Pekerjaan dokter gigi mempunyai risiko mengalami gangguan muskuloskeletal karena dokter gigi lebih memperhatikan kenyamanan bagi pasien yang dirawat tetapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri saat merawat pasiennya. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu yang lama. Posisi ini menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau tidak nyaman di daerah leher, bahu, dan tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal. 5 Selain posisi, faktor risiko pajanan ergonomi lain yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi adalah peralatan dental unit yang digunakan tidak ergonomis oleh dokter gigi seperti operating stool, operator table, dental-loupe, handpiece, dan dental light. 6 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara faktor risiko pajanan ergonomi dengan gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Unjani dan seluruh Puskesmas Kota Cimahi SUBJEK DAN METODE Penelitian ini diikuti oleh 39 orang dokter gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Unjani dan Seluruh Puskesmas Kota Cimahi. Metode yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner BRIEF survei untuk evaluasi faktor risiko pajanan ergonomi dan kuesioner Body Discomfort Map yang digunakan untuk evaluasi area gangguan muskuloskeletal. Data dilakukan analisis univariat untuk melihat prevalensi variabel bebas serta variabel terikat dan selanjutnya dilakukan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

4 menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Dokter Gigi Karakteristik subjek penelitian meliputi usia, lama kerja, dan jenis kelamin. Gambaran karakteristik dokter gigi berdasarkan usia dan lama kerja Hasil pengisian kuesioner pada 39 dokter gigi mengenai karakteristik usia dan lama kerja dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Karakteristik dokter gigi berdasarkan usia dan lama kerja Karakteristik Mean (tahun) Minimum (tahun) Maximum(tahun) Usia 37,51 28 74 Lama Kerja 12,74 3 47 Dokter gigi dalam penelitian ini berusia antara 28-74 tahun. Paling banyak dokter gigi dokter gigi berusia 34 tahun yaitu sebanyak 7 orang (17,9%). Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Kota Rasht, Iran Utara oleh Maryam Rabiei dkk pada 92 dokter dengan rata-rata usia 39 tahun bahwa tidak didapatkan hubungan antara faktor usia dengan gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh dokter gigi. 10 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifandhy pada mahasiswa profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan gangguan muskuloskeletal. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena rata-rata usia subjek penelitian masih muda dengan usia termuda 20 tahun dan tertua 24 tahun. 12 Pada umumnya, gangguan muskuloskeletal dapat terjadi karena faktor usia dengan keluhan pertama biasanya mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena usia setengah baya terjadi penurunan kekuatan dan ketahanan otot sehingga risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal akan meningkat. 12 Lama kerja pada dokter gigi minimal yaitu 3 tahun dan lama kerja maksimal yaitu 47 tahun. Lama bekerja akan menjadi sangat berpengaruh jika seorang pekerja melakukan pekerjaan yang dibidanginya bertahun-tahun, maka tidak

5 menutup kemungkinan akan terjadi gangguan muskuloskeletal dibandingkan dengan pekerja yang baru pertama kali bekerja di bidang yang sama. 12 Karakteristik dokter gigi berdasarkan jenis kelamin Hasil pengisian kuesioner pada 39 dokter gigi mengenai karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Karakteristik dokter gigi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-Laki 5 12,8 Perempuan 34 87,2 Total 39 100 Jenis kelamin pada dokter gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Unjani dan seluruh Puskesmas Kota Cimahi didapatkan bahwa sebanyak 5 orang laki-laki (12,8%) dan 34 orang perempuan (87,2%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maryam Rabiei pada 92 dokter gigi di Kota Rasht, Iran Utara yang terdiri dari 59 dokter gigi laki-laki dan 33 dokter gigi perempuan bahwa tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi. 10 Penelitian lain yang dilakukan oleh Arifandhy dkk pada 70 mahasiswa profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang terdiri dari 15 laki-laki dan 55 perempuan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan muskuloskeletal dengan nilai p=0,0343 (p>0,05) 12 Gambaran Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Pada Dokter Gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Unjani dan Seluruh Puskesmas di Kota Cimahi Gambaran Faktor risiko pajanan ergonomi diukur dengan menggunakan BRIEF survei (lampiran 3) yang digunakan untuk menentukan sembilan bagian tubuh yang dapat beresiko terhadap terjadinya gangguan muskuloskeletal. Penilaian Faktor risiko terdiri atas tinggi, sedang, atau rendahnya risiko untuk setiap bagian tubuh. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3

6 Tabel 4.3 Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Faktor risiko Jumlah (orang) Persentase (%) Tangan Kiri dan Pergelangan Tinggi 0 0 Sedang 7 17,9 Rendah 32 82,1 Tangan Kanan dan Pergelangan Tinggi 20 51,3 Sedang 19 48,7 Rendah 0 0 Siku Kiri Tinggi 0 0 Sedang 5 12,8 Rendah 34 87,2 Siku Kanan Tinggi 26 66,7 Sedang 0 0 Rendah 13 33,3 Bahu Kiri Tinggi 0 0 Sedang 5 12,8 Rendah 34 87,2 Bahu Kanan Tinggi 24 61,5 Sedang 0 0 Rendah 15 38,5 Leher Tinggi 29 74,4 Sedang 0 0 Rendah 10 25,6 Punggung Tinggi 30 76,9 Sedang 0 0 Rendah 9 23,1 Kaki Tinggi 0 0 Sedang 3 7,7 Rendah 36 92,3 Total 39 100 Faktor risiko rendah menunjukan bahwa tidak terdapat risiko pajanan ergonomi atau terdapat satu dari empat risiko pajanan ergonomi yang dinilai dari posisi, beban, durasi, dan frekuensi. Faktor risiko sedang menunjukan bahwa

7 terdapat dua dari empat risiko pajanan ergonomi, dan faktor risiko tinggi menunjukkan terdapat tiga sampai dengan empat faktor risiko pajanan ergonomi. Pada kategori faktor risiko tangan dan pergelangan tangan kiri, didapatkan tingkat risiko rendah sebanyak 32 orang dokter gigi (82,1%), hal ini dikarenakan tangan kiri jarang digunakan untuk bekerja dibandingkan dengan tangan kanan. Tingkat risiko sedang didapatkan sebanyak 7 orang dokter gigi (17,9%). Risk Rating tangan dan pergelangan tangan kanan, didapatkan tingkat risiko sedang sebanyak 19 orang dokter gigi (48,7%) dan tingkat risiko tinggi sebanyak 20 orang dokter gigi (51,3%). Risiko tinggi dikarenakan posisi janggal yang dilakukan oleh dokter gigi pada daerah tangan dan pergelangan tangan yaitu posisi tangan fleksi 45 0 dengan durasi 10 detik, dan frekuensi 30 kali dalam satu menit. Faktor risiko pada bagian tubuh siku kiri didapatkan tingkat risiko rendah sebanyak 34 orang dokter gigi (87,2%) dan risiko sedang sebanyak 5 orang dokter gigi (12,8%). Faktor risiko pada bagian siku kanan dengan risiko rendah sebanyak 13 orang dokter gigi (33,3%) dan risiko sedang sebanyak 26 orang dokter gigi (66,7%). Tingkat risiko yang dinilai terdiri dari posisi janggal pada daerah siku yaitu melakukan gerakan putaran pada daerah lengan dengan durasi 10 detik, dan frekuensi 2 kali dalam satu menit. Faktor risiko pada bahu kiri didapatkan risiko rendah sebanyak 34 orang dokter gigi (87,2%) dan risiko sedang sebanyak 5 orang dokter gigi (12,8%), sedangkan pada risk rating bahu kanan didapatkan risiko rendah sebanyak 15 orang dokter gigi (38,5%) dan risiko tinggi sebanyak 24 orang dokter gigi (61,5%). Tingkat risiko yang dinilai terdiri dari posisi janggal pada daerah bahu seperti posisi lengan yang berada di belakang tubuh, mengangkat lengan dengan posisi 45 0, dan bahu terangkat dengan durasi 10 detik, dan frekuensi 2 kali dalam satu menit. Faktor risiko pada daerah leher didapatkan risiko rendah sebanyak 10 orang dokter gigi (25,6%) dan risiko tinggi sebanyak 29 orang dokter gigi (74,4%). Tingkat risiko yang dinilai terdiri dari posisi janggal yaitu posisi leher dengan fleksi 30 0, posisi leher yang menyamping, dan posisi leher yang memutar 20 0 dengan durasi 10 detik, dan frekuensi 2 kali dalam satu menit.

8 Faktor risiko pada daerah punggung didapatkan risiko rendah sebanyak 9 orang dokter gigi (23,1%) dan risiko tinggi sebanyak 30 orang dokter gigi (76,9%). Tingkat risiko yang dinilai terdiri dari posisi janggal pada daerah punggung seperti posisi punggung fleksi 20 0, posisi punggung memutar, dan posisi punggung menyamping dengan durasi 10 detik, dan frekuensi 2 kali dalam satu menit. Faktor risiko pada daerah kaki didapatkan risiko rendah sebanyak 36 orang dokter gigi (92,3%) dan risiko sedang sebanyak 3 orang dokter gigi (7,7%). Tingkat risiko yang dinilai adalah posisi jongkok yang dilakukan apabila objek yang dikerjakan berada di bawah horizontal tubuh dan posisi berlutut dengan salah satu atau kedua lutut dijadikan tumpuan. Gambaran Gangguan Muskuloskeletal Pada Dokter Gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Unjani dan Seluruh Puskesmas Kota Cimahi Gambaran gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi diukur dengan Body Discomfort Map (lampiran 3) dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Keluhan Muskuloskeletal Dokter Gigi Keluhan Muskulokeletal Jumlah (orang) Persentase (%) Tangan Kiri dan Pergelangan Ya 10 25,6 Tidak 29 74,4 Tangan Kanan dan Pergelangan Ya 20 51,3 Tidak 19 48,7 Siku Kiri Ya 4 10,3 Tidak 35 89,7 Siku Kanan Ya 11 28,2 Tidak 28 71,8 Bahu Kiri Ya 16 41,0 Tidak 23 59,0 Bahu Kanan Ya 15 38,5 Tidak 24 61,5

9 Keluhan Muskuloskeletal Jumlah (orang) Persentase(%) Leher Ya 20 51,3 Tidak 19 48,7 Punggung Ya 22 56,4 Tidak 17 43,6 Kaki Ya 1 2,6 Tidak 38 97,4 Total 39 100 Dalam penelitian ini, dari 39 orang dokter gigi didapatkan sebanyak 10 orang dokter (25,6%) gigi mengalami gangguan muskuloskeletal pada daerah tangan dan pergelangan tangan kiri, 20 orang dokter gigi (51,3%) mengalami keluhan muskuloskeletal daerah tangan dan pergelangan tangan kanan, sebanyak 4 orang dokter gigi (10,3%) mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah siku kiri, 11 orang dokter gigi (28,2%) mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah siku kanan, 16 orang dokter gigi (41,0%) mengalami keluhan muskuloskeletal pada bahu kiri, 15 orang orang dokter gigi (38,5%) mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah bahu kanan. Keluhan muskuloskeletal pada daerah leher dialami oleh 20 orang dokter gigi (51,3%), pada daerah punggung sebanyak 22 orang dokter gigi (56,4%) mengalami keluhan muskuloskeletal dan merupakan jumlah keluhan terbanyak yang dialami oleh dokter gigi di seluruh Puskesmas Kota Cimahi dan Rumah Sakit Gigi Mulut Unjani, dan untuk keluhan muskuloskeletal pada daerah kaki sebanyak 1 orang dokter gigi (2,6%), hal ini dikarenakan ada salah satu dokter gigi yang melakukan pekerjaan sebagai dokter gigi dengan posisi berdiri. Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Dengan Gangguan Muskuloskeletal Pada Dokter Gigi Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Tangan Kiri dan Pergelangannya dengan Gangguan Muskuloskeletal Pada Dokter Gigi Daerah Tangan Kiri dan Pergelangannya Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari faktor risiko rendah, sebanyak 9 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah tangan kiri dan pergelangannya dan dari faktor risiko sedang menunjukan

10 sebanyak 1 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah tangan kiri dan pergelangannya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hubungan faktor risiko dengan keluhan muskuloskeletal daerah tangan kiri dan pergelangannya Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % n % Sedang 1 2,6 6 15,4 7 17,9 Rendah 10 25,6 22 56,4 32 82,1 0,649 Jumlah 11 28,2 28 71,8 39 100,0 Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah tangan dan pergelangan tangan kiri dengan gangguan muskuloskeletal daerah tangan dan pergelangan tangan kiri pada dokter gigi tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,649 (p>0,050). Dalam praktik dokter gigi, tangan kiri digunakan untuk memegang kaca mulut ketika melakukan pemeriksaan terhadap pasien dengan durasi yang lama. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arifandhy dkk pada mahasiswa tingkat profesi yang bekerja di klinik FKG UI didapatkan hanya 1 orang dokter gigi yang menggunakan tangan kiri ketika bekerja dan mengalami keluhan muskuloskeletal. 12 Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Tangan Kanan dan Pergelangannya dengan Gangguan Muskuloskeletal daerah Tangan Kanan dan Pergelangannya. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari faktor risiko sedang, sebanyak 6 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah tangan kanan dan pergelangannya dan dari faktor risiko tinggi menunjukan sebanyak 14 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah tangan kanan dan pergelangannya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6

11 Tabel 4.6 Hubungan faktor risiko dengan keluhan muskuloskeletal daerah tangan kanan dan pergelangannya Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % n % Tinggi 14 35,9 6 15,4 20 51,3 Sedang 6 15,4 13 33,3 19 48,7 0,026 Jumlah 20 51,3 19 48,7 39 100,0 Hasil analisis hubungan faktor risiko pajanan ergonomi daerah tangan kanan dan pergelangan dengan gangguan muskuloskeletal daerah tangan kanan dan pergelangan menggunakan uji exact Fisher menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah tangan kanan dan pergelangannya dengan gangguan muskuloskeletal daerah tangan kanan dan pergelangannya pada dokter gigi memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,026 (p<0,050). Menurut penelitian yang dilakukan Alexopaulos dkk pada 430 dokter gigi di Thessaloniki, Yunani didapatkan sebanyak 284 dokter gigi (66%) melakukan gerakan tangan yang berulang-ulang sehingga timbul adanya keluhan muskuloskeletal. 9 Melakukan instrumentasi dengan menekkukan pergelangan tangan atau dengan gerakan jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan cepat lelah dan instrumentasi tidak efektif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Arifandhy dkk pada mahasiswa tingkat profesi yang bekerja di klinik FKG UI yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tangan yang sering digunakan pada saat melakukan pemeriksaan pada mahasiswa profesi dokter gigi dengan gangguan muskuloskeletal pada mahasiswa profesi dokter gigi, dengan nilai p=0,940 (p>0,05). 10 Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Siku Kiri Dengan Gangguan Muskuloskeletal daerah Siku Kiri. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari Faktor risiko rendah dan faktor risiko sedang masing-masing sebanyak 2 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah siku kiri. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7

12 Tabel 4.7 Hubungan faktor risiko pajanan ergonomi daerah siku kiri dengan gangguan muskuloskeletal daerah siku kiri Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % n % Sedang 2 5,1 3 7,7 5 12,8 Rendah 2 5,1 32 82,1 34 87,2 0,072 Jumlah 4 10,3 34 89,7 39 100,0 Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah siku kiri dengan gangguan muskuloskeletal daerah siku kiri pada dokter gigi tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,072 (p>0,05). Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Siku Kanan Dengan Gangguan Muskuloskeletal daerah Siku Kanan. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari Faktor risiko rendah, sebanyak 1 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah siku kanan dan dari Faktor risiko tinggi menunjukan sebanyak 10 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah siku kanan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Hubungan faktor risiko pajanan ergonomi siku kanan dengan gangguan muskuloskeletal daerah siku kanan Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % n % Tinggi 10 25,6 16 41,0 26 66,7 Rendah 1 2,6 12 30,8 13 33,3 0,063 Jumlah 11 28,2 28 71,8 39 100,0 Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah siku kanan dengan gangguan muskuloskeletal daerah siku kanan pada dokter gigi memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,063 (p>0,050). Menurut beberapa dokter gigi, keluhan muskuloskeletal daerah siku dirasakan setelah dokter gigi melakukan pencabutan gigi dan salah satu gerakan yang dilakukan pada saat pencabutan adalah gerakan rotasi. Mengangkat terjadinya ketegangan otot. 6 siku terlalu tinggi akan menyebabkan

13 Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Bahu Kiri Dengan Gangguan Muskuloskeletal Pada daerah Bahu Kiri. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari faktor risiko rendah, sebanyak 14 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah bahu kiri dan dari Faktor risiko sedang menunjukan sebanyak 2 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah bahu kiri. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hubungan faktor risiko pajanan ergonomi daerah bahu kiri dengan gangguan muskuloskeletal daerah bahu kiri Faktor risiko Ya Tidak Total p value N % n % n % Sedang 2 5,1 3 7,7 5 12,8 Rendah 14 35,9 20 51,3 34 87,2 1,000 Jumlah 16 41,0 23 59,0 39 100,0 Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah bahu kiri dengan gangguan muskuloskeletal daerah bahu kiri pada dokter gigi tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 1,000 (p>0,050). Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Bahu Kanan Dengan Gangguan Muskuloskeletal Pada daerah Bahu Kanan. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari Faktor risiko rendah, sebanyak 4 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah bahu kanan dan dari Faktor risiko tinggi menunjukan sebanyak 11 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah bahu kanan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Hubungan faktor gangguan muskuloskeletal daerah bahu kanan risiko pajanan ergonomi bahu kanan dengan Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % n % Tinggi 11 28,2 13 33,3 24 61,5 Rendah 4 10,3 11 28,2 15 38,5 0,317 Jumlah 15 38,5 24 61,5 39 100,0

14 Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah bahu kanan dengan gangguan muskuloskeletal daerah bahu kanan pada dokter gigi tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,317 (p>0,050). Menurut hasil pengamatan di beberapa puskesmas, keluhan muskuloskeletal daerah bahu salah satu nya dikarenakan faktor non teknis yaitu operating stool yang digunakan oleh dokter gigi tidak ergonomis yaitu tidak memiliki sandaran lengan. Sandaran lengan berfungsi untuk mengurangi tekanan dan kelelahan pada otot-otot punggung bagian atas, leher, dan bahu. 6 Menurut penelitian yang dilakukan Maryam dkk pada 92 dokter gigi di Rasht, Iran Utara didapatkan bahwa 25% dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah bahu. 10 Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Leher Dengan Gangguan Muskuloskeletal Daerah Leher. Hasil wawancara dari pengisian dari faktor risiko tinggi menunjukan sebanyak 20 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah leher. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hubungan faktor risiko pajanan ergonomi daerah leher dengan gangguan muskuloskeletal daerah leher Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % n % Tinggi 18 46,2 11 28,2 29 74,4 Rendah 2 5,1 8 20,5 10 25,6 0,031 Jumlah 20 51,3 19 48,7 39 100,0 Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah leher dengan gangguan muskuloskeletal daerah leher pada dokter gigi memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,031 (p<0,050). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maryam dkk didapatkan dari 92 dokter gigi, didapatkan sebanyak 43,4 % mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah leher. 10

15 Hubungan antara faktor risiko Pajanan Ergonomi daerah punggung dengan Gangguan Muskuloskeletal daerah Punggung. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari faktor risiko rendah, sebanyak 3 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah punggung dan dari faktor risiko tinggi menunjukan sebanyak 19 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah punggung. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Hubungan faktor risiko pajanan ergonomi daerah punggung dengan gangguan muskuloskeletal daerah punggung Faktor risiko Ya Tidak Total p value n % n % N % Tinggi 19 48,7 11 28,2 30 76,9 Rendah 3 7,7 6 15,4 9 23,1 0,142 Jumlah 22 56,4 17 43,6 39 100,0 Pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah punggung dengan gangguan muskuloskeletal daerah punggung pada dokter gigi tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 0,142 (p>0,050). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shaik dkk, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistik antara nyeri punggung dengan jumlah pasien yang diobati perhari dengan nilai p=0,018. 11 Hubungan Faktor Risiko Pajanan Ergonomi Daerah Kaki Dengan Gangguan Muskuloskeletal Daerah Kaki. Hasil wawancara dari pengisian kuesioner menunjukan bahwa dari faktor risiko sedang, tidak ada dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah kaki dan dari faktor risiko rendah menunjukan sebanyak 1 orang dokter gigi mengalami keluhan muskuloskeletal pada daerah kaki. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.11

16 Tabel 4.11 Hubungan faktor risiko pajanan ergonomi daerah kaki dengan gangguan muskuloskeletal daerah kaki Faktor risiko Tidak Ya Total p value n % n % N % Sedang 3 7,7 0 0,0 3 7,7 Rendah 35 89,7 1 2,6 36 92,3 1,000 Jumlah 38 97,4 1 2,6 39 100,0 Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa secara statistik faktor risiko pajanan ergonomi pada daerah kaki dengan gangguan muskuloskeletal daerah kaki pada dokter gigi tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan nilai probabilitas 1,000 (p>0,050). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap dokter gigi di Rumah Sakit Gigi Mulut Pendidikan Unjani dan seluruh Puskesmas Kota Cimahi, dapat disimpulkan: 1. Hasil kuesioner BRIEF survei pada dokter gigi yaitu faktor risiko tinggi terdapat pada tangan kanan dan pergelangan, dialami oleh 20 orang dokter gigi (51,3%), siku kanan 26 orang dokter gigi (66,7%), bahu kanan 24 orang dokter gigi (61,5%), leher sebanyak 29 orang dokter gigi (74,4%), punggung sebanyak 30 orang dokter gigi (76,9%). 2. Hasil kuesioner Body Discomfort Map didapatkan bahwa gangguan muskuloskeletal daerah punggung merupakan gangguan muskuloskeletal yang paling banyak dialami oleh dokter gigi yaitu sebanyak 22 orang dokter gigi (56,4%) 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko daerah tangan kanan dan pergelangan dengan gangguan muskuloskeletal daerah tangan kanan dan pergelangan dengan p value sebesar 0,026 (p<0,05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko pajanan ergonomi daerah leher dengan gangguan muskuloskeletal daerah leher dengan p value sebesar 0,031 (p<0,05).