EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Perlakuan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Kewajiban Pajak pada PT Synergy Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT. ARTHA KINDO PERKASA PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA PT. PRIMA JAYA PERSADA NUSANTARA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana menurut Grady (2000 : 12) transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN (COST OF GOODS SOLD) DAN LABA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MS.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipercaya mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 7 ASET TETAP. dilakukan agar bisa digunakan secara optimal selama umur ekonominya.

ANALISIS PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI PADA PT. GENDARIN INDONESIA CABANG PALEMBANG

AKTIVA TETAP BERWUJUD

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENYUSUTAN (Depreciation)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

ANALISIS DEPRESIASI KENDARAAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA DHARMA DI SAMARINDA

ANALISIS EFEKTIVITAS METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA LABA PERUSAHAAN : STUDI KASUS : PT. LABBERU TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB II BAHAN RUJUKAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 17 AKUNTANSI PENYUSUTAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan tentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai. tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

30/06/2010 MARKETABLE SECURITIES STOCKS BONDS NERACA SHORT-TERM INVESTMENTS STOCKS BONDS OTHER SECURITIES LONG-TERM INVESTMENTS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang

Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal usaha yaitu aktiva yang menpunyai umur ekonomis lebih da

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN (P3B) SUMATERA UNIT PENGATUR BEBAN (UPB) SUMBAGUT

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi keuangan yang relevan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Pengertian Aset Tetap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB II LANDASAN TEORI. keharusan untuk berhubungan dengan pihak pihak lain yang terkait dengan

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH METODE PENYUSUTAN TERHADAP BEBAN POKOK PENJUALAN

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Dedy Setiyono Universitas Madura Dedy_Setiyono@yahoo.com Abstract The purpose of a company is to obtain an optimal return on investment that has been invested in the company. One form of investment is fixed assets used in the normal activities of the company. To achieve its goals, it needs effective management and the need for the proper use, maintenance, selection of methods for assessing the company's fixed assets. Depreciation is to accumulate funds for the purchase of fixed assets when it needs replacement. The amount of depreciation of fixed assets affect the size of the profits made by the company. Therefore, the selection of the depreciation method should be appropriate and there should be an analysis of the depreciation method applied to the company in its fixed assets. Keywords: Method of depreciation of fixed assets, financial accounting standards PENDAHULUAN Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka panjang, artinya perusahaan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap yaitu sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun (Jusup, 2003:23). Menurut Baridwan (2004:271) aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. 1

Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam penggunaan, pemeliharaan, pemilihan metode untuk menilai aktiva tetap perusahaan. Umur ekonomis suatu aktiva tetap harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Penyusutan adalah pemupukan dana untuk membeli aktiva tetap apabila sudah memerlukan penggantian (Soemarso, 1996:28). Definisi aktiva tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No. 16 adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tetap tersebut. Perusahaan harus mampu menerapkan metode penyusutan yang tepat pada aktiva tertentu, karena metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan alokasi biaya penyusutan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi harga pokok penjualan dan beban usaha yang mempengaruhi besarnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Laba usaha adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu priode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 2004:29). Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan metode penyusutan harus tepat dan perlu diadakan analisis terhadap metode penyusutan yang diterapkan perusahaan dalam aktiva tetapnya. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor ekonomis dan teknis. 2

KAJIAN PUSTAKA Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan salah satu alat yang penting dan pokok dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur atau kegiatannya melakukan proses produksi, karena pada perusahaan jenis tersebut aktiva tetap merupakan tulang punggung bagi aktivitas perusahaan sehari-hari. Aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang dipergunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Sedangkan Baridwan (2000; 271) mengemukakan definisi aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa aktiva tetap adalah harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan yang umumnya lebih dari 1 (satu) tahun atau periode akuntansi. Klasifikasi Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok besar yaitu: a. Aktiva berwujud yang dapat dibagi menjadi: 1. Aktiva yang disusutkan, seperti gedung, mesin-mesin dan peralatan kantor. 2. Aktiva yang tidak dapat disusutkan, seperti tanah. b. Aktiva tidak berwujud, seperti paten, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan lainlain. c. Sumber daya alam, yaitu aktiva tetap yang depresi misalnya tanah-tanah pertambangan. Sementara itu, Baridwan (2000;287) menjelaskan bahwa aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk, seperti tanah, bangunan, mesin dan alat-alat, alat-alat kerja, cetakan-cetakan, perabot dan alat-alat kantor, kendaraan dan tempat barang yang dapat dikembalikan. 3

Perolehan Aktiva Tetap Dasar penilain aktiva tetap ini umumnya historical cost yang diukur dari harga cash (tunai) atau cash equivalent (setara kas) dalam mendapatkan ativa tersebut dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan sesuia dengan tujuan perolehannya. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang masing-masing cara perolehannya akan mempengaruhi harga perolehannya. Cara perolehan aktiva tetap tersebut: a. Pembelian tunai aktiva tetap dicatat sebesar jumlah uang yang dibayarkan termasuk seluruh pengeluaran incidental yang berhubungan dengan pembelian atau persiapan untuk penggunaannya. b. Pembelian angsuran yang dikapitalisasi dari harga tunai dalam menilai harga perolehan. c. Perolehan melalui cara pertukaran (trade in) menurut standar akuntansi keuangan (2002;16), suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. d. Perolehan dengan cara penerbitan surat berharga misalnya saham atau obligasi. Jika aktiva tetap diperoreh dengan menukarkannya dengan suratsurat berharga sendiri maka perolehan dari aktiva tetap tersebut didasarkan atas harga pasar di surat berharga tersebut. e. Perolahan dengan membuat sendiri. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) jika perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijul dalam keadaan usaha normal, biaya perolehan biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual, karenanya setiap laba internal dieleminasi dalam menetapkan biaya tersebut. f. Perolehan dengan hadiah atau sumbangan/ hibah/ donasi adalah perolehan aktiva yang biasanya tanpa ada pengeluaran dari perusahaan. g. Perolehan dengan cara sewa guna (leasing). Menurut surat keputusan bersama Menteri Keuangan, Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. 31 M/SK/2/1974 yang dikemukakan oleh standar akuntansi keuangan (2002;31) adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayarn secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang- 4

barang modal yang bersangkutan untuk memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Metode Penilaian Aktiva Tetap Konsep penilaian aktiva tetap yang relevan adalah didasarkan pada nilai tukar (excange of convertion value). Nilai tukar ada 2 jenis yaitu: a. Nilai tukar masukan (excange input value) adalah nilai yang menggambarkan jumlah pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. b. Nilai tukar keluaran (excange input value) adalah dapat berupa nilai tukar pada saat lalu, nilai tukar sekarang maupun saat yang akan datang. Penilaian aktiva tetap hanya dapat didasarkan pada nilai tukar masukan saja, yang terdiri atas: a. Historical cost, nilai tukar yang dipergunakan adalah nilai pasar pada saat perolehan. b. Current input value, adalah nilai tukar yang didasarkan nilai pasar apabila aktiva tersebut diperoleh pada saat sekarang. Penilaian yang umum digunakan dalam praktik-praktik akuntansi adalah berdasarkan historical cost karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah penilaian yang dilakukan oleh organisasi yang independent akan mendapatkan hasil yang sama (verifiable), sama dengan yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan lain karena umum digunakan dan benar-benar menggambarkan nilai pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Penyusutan Aktiva Tetap Definisi penyusutan menurut standar akuntansi keuangan (2002;17) adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Masa manfaat dari suatu aktiva yang dapat disusutkan harus diestimasi setelah mempertimbangkan faktor berikut: a. Taksiran aus dan kerusakan fisik (physical wear dan tear). b. Keusangan. c. Pembatasan hukum atau lainnya atas penggunaan akti 5

Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Memilih Metode Penyusutan Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode penyusutan ialah: a. Hubungan antara penurunan nilai aktiva dengan penggunaan dan waktu yang terdiri dari nilai waktu menurun karena fungsi penggunaan dan bukan sebagai fungsi terlewatnya waktu dan manfaat mendatang yang akan menurun sebagai suatu fungsi waktu ketimbang sebagai fungsi penggunaan. b. Pengaruh keusangan, bukan merupakan faktor yang penting dalam menetapkan usia waktu. c. Pola biaya reparasi yang terdiri dari pemeliharaan yang relatif proporsional terhadap penggunaan, pemeliharaan bersifat konstan atau menurun sepanjang usia aktiva dan biaya pemeliharaan meningkat. d. Kemungkinan perubahan dalam pendapatan perusahaan terhadap penggunaan aktiva. e. Tingkat efisiensi operasi aktiva tetap yang bersangkutan. Metode Penyusutan Standar akuntansi keuangan (2002;17) menyatkan bahwa jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode apapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Adapun metode penyusutan yang biasanya digunakan adalah terdiri dari: a. Metode penyusutan yang berdasarkan waktu yaitu metode garis lurus, metode pembebanan yang menurun yang terdiri dari metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun atau metode saldo menurun berganda. b. Metode penyusutan berdasarkan penggunaan yaitu metode jam jasa dan metode jumlah unit produksi. c. Metode penyusutan yang berdasarkan kriteria lainnya yaitu metode berdasarkan jenis kelompok, metode analisis, metode sistem persediaan. 6

Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan No. 17 penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: Berdasarkan Waktu: a. Metode garis lurus (straight line method) Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang diproduksi. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagi berikut: hp ns Penyusutan = n b. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut (5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15) dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan. Penghitungannya adalah sebagai berikut: Jumlah tahun dibalik Penyusutan = x (harga perolehan-nilai Jumlah angka tahun c. Metode saldo menurun (declining balance method) Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam persentase) yang merupakan perkalian dari metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam menghitung nilai yang dapat disusutkan. Rumus yang digunakan dalam menghitung adalah sebagai berikut: Penyusutan = % penyusutan (harga perolehan akumulasi penyusutan) 7

Berdasarkan Penggunaan a. Metode jam-jasa (service hours method) Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan jumlah jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method) Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (straight line method). Berdasarkan Kriteria Lainnya a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method). Metode penyusutan biasanya digunakan untuk satu aktiva tetap. Dalam keadaan tertentu bagaimanapun juga ada berbagai macam aktiva yang disusutkan dengan menggunakan satu tarif penyusutan. Ada 2 metode penyusutan untuk aktiva yang beragam ini yaitu kelompok dan metode jenis. b. Metode anuitas (annuity method) Dalam metode anuitas ini beban penyusutan yang dihasilkan pada tahun/ periode awal adalah rendah dan akan meningkat jumlahnya tiap periode berikutnya. Metode ini paling banyak digunakan dalam industri real estate dan beberapa penyedia jasa, tetapi metode ini bukanlah metode penyusutan yang secara umum dapat diterima. c. Sistem persediaan (inventory method) Metode penyusutan ini biasanya digunakan untuk menilai aktiva berwujud yang nilainya kecil. Persediaan peralatan, sebagai contoh, mungkin ada pada awal dan akhir periode. 8

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Data yang diteliti hanya berupa populasi saja, yaitu laporan keuangan dan struktur financial yang bergerak dalam bidang manufaktur. Data dalam penelitian ini adalah data documenter, yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 2002;145) Sumber data yang adalah data sekunder eksternal perusahaan, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (diperoleh dari pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sedangkan yang dimaksud eksternal adalah data tersebut diperoleh dari entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa data dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan dan mengumpulkan laporan keuangan dan struktur financial yang dimiliki. Dalam mengelola data, teknik analisa data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode penyusutan berdasarkan waktu 1. Metode garis lurus (straight line method) hp ns penyusutan= n Keterangan: hp : Harga Perolehan ns : Nilai sisa n : Umur ekonomis 2. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) penyusu tan = angka tahun dibalik jumlah angka tahun x ( h arg a perolehan nilai sisa) 9

3. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) Nilai penyusutan = % penyusutan (harga perolehan akumulasi penyusutan) b. Menghitung rata-rata laba menurut Metode Garis Lurus, Metode Jumlah Angka Tahun dan Metode Saldo Menurun Ganda X 1 = X 2 = X 3 = Keterangan: X 1 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode garis lurus X 2 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode angka tahun X 3 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode saldo menurun ganda c. Menghitungan Simpangan Baku S 1 = S 2 = S 3 = Keterangan: S 1 = Simpangan baku dengan menggunakan metode garis lurus S 2 = Simpangan baku dengan menggunakan metode jumlah angka tahun S 3 = Simpangan baku dengan menggunakan metode saldo menurun ganda d. Menghitung standar Deviasi gabungan dengan menggunakan rumus: Sd 1 = Sd 2 = Keterangan: Sd 1 = standar deviasi gabungan antara metode garis lurus dengan metode jumlah angka tahun 10

Sd 2 = standar deviasi gabungan antara metode garis lurus dengan metode saldo menurun ganda e. Menghitung nilai t hitungnya dengan menggunakan rumus: t 12 = t 13 = keterangan: t 12 =t hit antara metode garis lurus dengan metode jumlah angka tahun t 13 =t hit antara metode garis lurus dengan metode saldo menurun ganda PEMBAHASAN Analisis Metode Penyusutan Perhitungan Penyusutan Penyusutan atau depresiasi merupakan suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk mengalokasikan cost atau nilai lain suatu aktiva selama masa ekonominya dengan cara sistematis dan rasional. Di dalam melakukan perhitungan penyusutan, PT. Garam (Persero) menetapkan metode penyusutan garis lurus terhadap aktiva tetapnya dengan rumus: D = HP NS N Dalam menganalisa perhitungan metode penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan, maka peneliti mengambil contoh perhitungan penyusutan aktiva tetap yang berupa bangunan perusahaan yang nilai perolehannya pada tahun 2005 senilai Rp. 23,784,794,000,- dengan masa manfaat adalah 10 tahun tanpa nilai residu. Biaya penyusutan pertahun adalah sebesar: Rp. 23,784,794,000 0 D = 10 = Rp. 2,378,479,400.- 11

Perhitungan biaya penyusutan bangunan perusahaan pada PT. Garam (Persero) yang dinilai dari tahun 2005 dapat dilihat pada tabel berikut: Penyusutan Bangunan Perusahaan No Tahun Beban Benyusutan Akm. Penyusutan Nilai Buku 0 2005 - - Rp 23,784,794,000 1 2006 Rp 2,378,479,400 Rp 2,378,479,400 Rp 21,406,314,600 2 2007 Rp 2,378,479,400 Rp 4,756,958,800 Rp 19,027,835,200 3 2007 Rp 2,378,479,400 Rp 7,135,438,200 Rp 16,649,355,800 4 2008 Rp 2,378,479,400 Rp 9,513,917,600 Rp 14,270,876,400 5 2009 Rp 2,378,479,400 Rp 11,892,397,000 Rp 11,892,397,000 6 2010 Rp 2,378,479,400 Rp 14,270,876,400 Rp 9,513,917,600 7 2011 Rp 2,378,479,400 Rp 16,649,355,800 Rp 7,135,438,200 8 2012 Rp 2,378,479,400 Rp 19,027,835,200 Rp 4,756,958,800 9 2013 Rp 2,378,479,400 Rp 21,406,314,600 Rp 2,378,479,400 10 2014 Rp 2,378,479,400 Rp 23,784,794,000 Rp - Perhitungan penyusutan pada apabila dilakukan dengan menggunakan metode Jumlah Angkat Tahun dan metode Saldo Menurun Ganda dengan tetap menggunakan contoh di atas ialah sebagai berikut: a. Metode jumlah angka tahun D = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 10 = x Rp 23,784,794,000 55 = Rp. 4,324,508,000.- b. Metode Saldo Menurun Ganda = 2 x (100%:10) = 20% D = 20% (Rp.23,784,794,000) = Rp.4,756,958,800.- Pencatatan Penyusutan Dalam melakukan pencatatan hasil perhitungan penyusutan mengacu pada prinsip akuntansi yang diterima umum yaitu dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening akumulasi. Sesuai contoh diatas beban penyusutan untuk tahun 2005 sebesar Rp. 23,784,794,000.-, maka jurnalnya sebagai berikut: Beban Penyusutan Bangunan Perusahaan Rp. 2,378,479,400.- Akm. Penyusutan Bangunan Perusahaan Rp. 2,378,479,400.- 12

Pelaporan Penyusutan Nilai penyusutan aktiva tetap akan tercermin baik dalam income statement maupun balance sheet. Biaya penyusutan akan dilaporkan dalam perhitungan rugi laba yang akan mengurangi pendapatan dari operasi perusahaan sedangkan akumulasi penyusutan akan dilaporkan dalam neraca yang akan mengurangi nilai aktiva tetap. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian, telah melakukan perhitungan yang benar di dalam menghitung biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus (Straigh Line Methode) begitu juga dalam melakukan pencatatan dan pelaporannya dalam laporan keuangan perusahaan. Analisis Tingkat Laba Laba yang diperoleh oleh berdasarkan beban penyusutan Metode Garis Lurus dan perbandingan dengannya dengan menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda adalah sebagai berikut: Laba Usaha Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda LABA TAHUN Metode Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda 2005 Rp 8,652,670,000 Rp 4,896,982,000 Rp 3,682,833,400 2006 Rp 12,505,585,000 Rp 8,074,904,000 Rp 6,793,427,200 2007 Rp 18,398,968,000 Rp 14,605,641,450 Rp 13,293,380,000 Jumlah Rp 39,557,223,000 Rp 27,577,527450 Rp 23,769,640,600 13

Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan laporan Laba Rugi perusahaan berdasarkan metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun, dan metode Saldo Menurun Ganda yaitu sebagai berikut: LAPORAN LABA/RUGI Per 31 Desember 2005 PENDAPATAN USAHA Garis lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda HASIL PENJUALAN Garam produksi sendiri Rp 73,353,939,000 Rp 73,353,939,000 Rp 73,353,939,000 Garam rakyat Rp 1,514,320,000 Rp 1,514,320,000 Rp 1,514,320,000 garam impor Rp 14,554,977,000 Rp 14,554,977,000 Rp 14,554,977,000 Garam kasar kemasan Rp 2,754,329,000 Rp 2,754,329,000 Rp 2,754,329,000 Garam halus Rp 6,955,396,000 Rp 6,955,396,000 Rp 6,955,396,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 2,425,343,000 Rp 2,425,343,000 Rp 2,425,343,000 Garam top Grade Maduro Rp 634,500,000 Rp 634,500,000 Rp 634,500,000 Air Bittern Rp 833,706,000 Rp 833,706,000 Rp 833,706,000 TOTAL PENDAPATAN USAHA Rp 103,026,510,000 Rp 103,026,510,000 Rp 103,026,510,000 HARGA POKOK PENJUALAN Garam produksi sendiri Rp 54,283,549,000 Rp 54,283,549,000 Rp 54,283,549,000 Garam rakyat Rp 1,265,733,000 Rp 1,265,733,000 Rp 1,265,733,000 garam impor Rp 12,987,191,000 Rp 12,987,191,000 Rp 12,987,191,000 Garam kasar kemasan Rp 2,562,928,000 Rp 2,562,928,000 Rp 2,562,928,000 Garam halus Rp 6,984,491,000 Rp 6,984,491,000 Rp 6,984,491,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 1,756,519,000 Rp 1,756,519,000 Rp 1,756,519,000 Garam top Grade Maduro Rp 620,620,000 Rp 620,620,000 Rp 620,620,000 Air Bittern Rp 317,887,000 Rp 317,887,000 Rp 317,887,000 HARGA POKOK PENJUALAN Rp 80,778,918,000 Rp 80,778,918,000 Rp 80,778,918,000 14

LABA (RUGI) KOTOR Garam produksi sendiri Rp 19,070,390,000 Rp 19,070,390,000 Rp 19,070,390,000 Garam rakyat Rp 248,587,000 Rp 248,587,000 Rp 248,587,000 garam impor Rp 1,567,786,000 Rp 1,567,786,000 Rp 1,567,786,000 Garam kasar kemasan Rp 191,401,000 Rp 191,401,000 Rp 191,401,000 Garam halus Rp (29,095,000) Rp (29,095,000) Rp (29,095,000) Garam low sodium LoSoSa Rp 668,824,000 Rp 668,824,000 Rp 668,824,000 Garam top Grade Maduro Rp 13,880,000 Rp 13,880,000 Rp 13,880,000 Air Bittern Rp 515,819,000 Rp 515,819,000 Rp 515,819,000 LABA (RUGI) KOTOR Rp 22,247,592,000 Rp 22,247,592,000 Rp 22,247,592,000 BIAYA USAHA Biaya penjualan Rp 2,897,724,000 Rp 2,897,724,000 Rp 2,897,724,000 Biaya penyusutan Rp 8,385,788,000 Rp 12,141,476,000 Rp 13,355,624,600 Biaya administrasi dan umum Rp 2,311,410,000 Rp 2,311,410,000 Rp 2,311,410,000 TOTAL BIAYA USAHA Rp 13,594,922,000 Rp 17,350,610,000 Rp 18,564,758,600 LABA/ RUGI USAHA Rp 8,652,670,000 Rp 4,896,982,000 Rp 3,682,833,400 15

Keterangan: Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 10 = 55 x Rp. 66,778,123,000 = Rp. 12,141,476,000 b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 66,778,123,000 = Rp. 13,355,624,600 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp 12,141,476,000, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 13,355,624,600. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 8,652,670,000. 16

LAPORAN LABA/RUGI Per 31 Desember 2006 PENDAPATAN USAHA Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda HASIL PENJUALAN Garam produksi sendiri Rp 99,524,619,000 Rp 99,524,619,000 Rp 99,524,619,000 Garam rakyat Rp 1,180,838,000 Rp 1,180,838,000 Rp 1,180,838,000 garam impor Rp 2,913,620,000 Rp 2,913,620,000 Rp 2,913,620,000 Garam kasar kemasan Rp 1,964,443,000 Rp 1,964,443,000 Rp 1,964,443,000 Garam halus Rp 9,236,877,000 Rp 9,236,877,000 Rp 9,236,877,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 501,120,000 Rp 501,120,000 Rp 501,120,000 Garam top Grade Maduro Rp 187,285,000 Rp 187,285,000 Rp 187,285,000 Air Bittern Rp 193,668,000 Rp 193,668,000 Rp 193,668,000 TOTAL PENDAPATAN USAHA Rp 115,702,470,000 Rp 115,702,470,000 Rp 115,702,470,000 HARGA POKOK PENJUALAN Garam produksi sendiri Rp 68,170,998,000 Rp 68,170,998,000 Rp 68,170,998,000 Garam rakyat Rp 1,152,895,000 Rp 1,152,895,000 Rp 1,152,895,000 garam impor Rp 3,782,650,000 Rp 3,782,650,000 Rp 3,782,650,000 Garam kasar kemasan Rp 1,812,601,000 Rp 1,812,601,000 Rp 1,812,601,000 Garam halus Rp 9,002,644,000 Rp 9,002,644,000 Rp 9,002,644,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 498,210,000 Rp 498,210,000 Rp 498,210,000 Garam top Grade Maduro Rp 181,292,000 Rp 181,292,000 Rp 181,292,000 Air Bittern Rp 184,967,000 Rp 184,967,000 Rp 184,967,000 HARGA POKOK PENJUALAN Rp 84,786,257,000 Rp 84,786,257,000 Rp 84,786,257,000 LABA (RUGI) KOTOR Garam produksi sendiri Rp 31,353,621,000 Rp 31,353,621,000 Rp 31,353,621,000 Garam rakyat Rp 27,943,000 Rp 27,943,000 Rp 27,943,000 17

garam impor Rp (869,030,000) Rp (869,030,000) Rp (869,030,000) Garam kasar kemasan Rp 151,842,000 Rp 151,842,000 Rp 151,842,000 Garam halus Rp 234,233,000 Rp 234,233,000 Rp 234,233,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 2,910,000 Rp 2,910,000 Rp 2,910,000 Garam top Grade Maduro Rp 5,993,000 Rp 5,993,000 Rp 5,993,000 Air Bittern Rp 8,701,000 Rp 8,701,000 Rp 8,701,000 LABA (RUGI) KOTOR Rp 30,916,213,000 Rp 30,916,213,000 Rp 30,916,213,000 BIAYA USAHA Biaya penjualan Rp 4,789,072,000 Rp 4,789,072,000 Rp 4,789,072,000 Biaya penyusutan Rp 8,384,087,000 Rp 12,814,768,000 Rp 14,096,244,800 Biaya administrasi dan umum Rp 5,237,469,000 Rp 5,237,469,000 Rp 5,237,469,000 TOTAL BIAYA USAHA Rp 18,410,628,000 Rp 22,841,309,000 Rp 24,122,785,800 LABA/ RUGI USAHA Rp 12,505,585,000 Rp 8,074,904,000 Rp 6,793,427,200 18

Keterangan: Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 10 = 55 x Rp. 70,481,224,000 = Rp. 12,814,768,000 b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 70,481,224,000 = Rp. 14,096,244,800 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2006 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp 12,814,768,000, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 14,096,244,800. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 8,384,087,000. 19

LAPORAN LABA/RUGI Per 31 Desember 2007 PENDAPATAN USAHA Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda HASIL PENJUALAN Garam produksi sendiri Rp 104,651,711,000 Rp 104,651,711,000 Rp 104,651,711,000 Garam rakyat Rp 131,027,000 Rp 131,027,000 Rp 131,027,000 garam impor Rp 156,382,000 Rp 156,382,000 Rp 156,382,000 Garam kasar kemasan Rp 2,605,924,000 Rp 2,605,924,000 Rp 2,605,924,000 Garam halus Rp 8,866,849,000 Rp 8,866,849,000 Rp 8,866,849,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 62,880,000 Rp 62,880,000 Rp 62,880,000 Garam top Grade Maduro Rp 640,735,000 Rp 640,735,000 Rp 640,735,000 Air Bittern Rp 56,700,000 Rp 56,700,000 Rp 56,700,000 TOTAL PENDAPATAN USAHA Rp 117,172,208,000 Rp 117,172,208,000 Rp 117,172,208,000 HARGA POKOK PENJUALAN Garam produksi sendiri Rp 68,143,935,000 Rp 68,143,935,000 Rp 68,143,935,000 Garam rakyat Rp 149,143,000 Rp 149,143,000 Rp 149,143,000 garam impor Rp 1,919,226,000 Rp 1,919,226,000 Rp 1,919,226,000 Garam kasar kemasan Rp 1,900,258,000 Rp 1,900,258,000 Rp 1,900,258,000 Garam halus Rp 7,930,846,000 Rp 7,930,846,000 Rp 7,930,846,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 61,553,000 Rp 61,553,000 Rp 61,553,000 Garam top Grade Maduro Rp 371,623,000 Rp 371,623,000 Rp 371,623,000 Air Bittern Rp 43,043,000 Rp 43,043,000 Rp 43,043,000 HARGA POKOK PENJUALAN Rp 80,519,627,000 Rp 80,519,627,000 Rp 80,519,627,000 LABA (RUGI) KOTOR Garam produksi sendiri Rp 36,507,776,000 Rp 36,507,776,000 Rp 36,507,776,000 Garam rakyat Rp (18,116,000) Rp (18,116,000) Rp (18,116,000) 20

garam impor Rp (1,762,844,000) Rp (1,762,844,000) Rp (1,762,844,000) Garam kasar kemasan Rp 705,666,000 Rp 705,666,000 Rp 705,666,000 Garam halus Rp 936,003,000 Rp 936,003,000 Rp 936,003,000 Garam low sodium LoSoSa Rp 1,327,000 Rp 1,327,000 Rp 1,327,000 Garam top Grade Maduro Rp 269,112,000 Rp 269,112,000 Rp 269,112,000 Air Bittern Rp 13,657,000 Rp 13,657,000 Rp 13,657,000 LABA (RUGI) KOTOR Rp 36,652,581,000 Rp 36,652,581,000 Rp 36,652,581,000 BIAYA USAHA Biaya penjualan Rp 3,089,928,000 Rp 3,089,928,000 Rp 3,089,928,000 Biaya penyusutan Rp 9,329,288,000 Rp 13,122,614,550 Rp 14,434,876,000 Biaya administrasi dan umum Rp 5,834,397,000 Rp 5,834,397,000 Rp 5,834,397,000 TOTAL BIAYA USAHA Rp 18,253,613,000 Rp 22,046,939,550 Rp 23,359,201,000 LABA/ RUGI USAHA Rp 18,398,968,000 Rp 14,605,641,450 Rp 13,293,380,000 21