Budi Cahyono, Sri Yusnaini, Ainin Niswati & Muhajir Utomo

dokumen-dokumen yang mirip
David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

III. BAHAN DAN METODE. Februari 2013 sampai dengan September 2013 pada lahan pertanaman tebu di PT

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi dan

Monnes Hendri Batubara, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & M.A. Syamsul Arif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 musim ke 43 sampai dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman tebu di PT. Gunung Madu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni2013. Percobaan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

III. BAHAN DAN METODE. sistem olah tanah dengan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

Yurres Satrio Wibowo, Henrie Buchari, M. A. Syamsul Arif & Muhajir Utomo

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot utilissima)

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian,

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN MULSA BAGAS TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH (C-MIK) PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU PT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

Gede Adi Bramsista, I Gede Swibawa & Solikhin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH (C-MIK) PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA BAGAS TERHADAP POPULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA PERKEBUNAN TEBU

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan dari bulan Februari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

Raden Saleh Ganda Bhakti, Sarno, Nur Afni Afrianti & Muhajir Utomo

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

II. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret hingga Juli

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

Jurnal Agrotek Tropika

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

Transkripsi:

J. Agrotek Tropika. ISSN 337-4993 08 Jurnal Agrotek Tropika 1():08-1, 013 Vol. 1, No. : 08 1, Mei 013 PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) PT GUNUNG MADU PLANTATIONS Budi Cahyono, Sri Yusnaini, Ainin Niswati & Muhajir Utomo Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl.Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145 E-mail:budicahyono146@ymail.com ABSTRAK Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam suatu masa tanah. Respirasi tanah yang mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah dapat digunakan sebagai salah satu indikator dari pengaruh sistem perawatan yang dilakukan terhadap lahan pertanaman tebu di PT Gunung Madu Plantations (PT GMP). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 01 pada lahan pertanaman tebu di PT GMP. Penelitian ini dirancang secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah yang terdiri dari dari tanpa olah tanah (T 0 ) dan olah tanah intensif (T 1 ). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas ( ) dan mulsa bagas 80 t ha -1 ( ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah pada saat tanaman tebu berumur 9 bulan dan 1 bulan setelah perlakuan (BSP). Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa respirasi tanah tidak mempunyai korelasi dengan C-organik tanah, ph tanah, suhu tanah dan kelembaban tanah. Kata kunci: mulsa bagas, respirasi tanah, Saccharum officinarum L., sistem olah tanah. PENDAHULUAN Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tebu. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk Indonesia. Salah satu perkebunan gula yang ada di Lampung adalah PT Gunung Madu Plantations (PT GMP). Pemanfaatan lahan secara intensif di perkebunan tebu akan berpengaruh pada kondisi lahan. Pengelolaan tanah yang terlalu sering akan mengakibatkan menguatnya pengoksidasian bahan organik. Selain berakibat pada penurunan bahan organik terjadi juga penurunan ruang pori tanah karena hancurnya agregat tanah yang terbentuk sebelumnya (Soepardi, 1983). Salah satu usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah bagi pertumbuhan tanaman adalah penambahan bahan organik.pemberian bahan organik ke tanah akan berpengaruh baik pada sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Pada agroindustri gula, pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan hasil samping berupa ampas (bagas), blotong, abu ketel dan serasah. Hasil samping tersebut memiliki potensi besar sebagai sumber bahan organik. Selama ini teknik pengelolaan lahan yang telah dilakukan di PT GMP adalah pengolahan tanah secara intensif, meskipun pekerjaan mengolah tanah secara teratur dianggap penting dalam budidaya tanaman, tetapi pengolahan tanah secara intensif dapat menyebabkan terjadinya degradasi tanah. Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktivitas hidup dan berkembang biak dalam suatu masa tanah. Mikroorganisme dalam setiap aktivitasnya membutuhkan O atau mengeluarkan CO yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktivitas metabolik mikroorganisme daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikroorganisme tanah (Ragil, 009). Respirasi tanah yang mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah dapat digunakan sebagai salah satu indikator dari kesuburan tanah pada lahan pertanaman tebu di PT GMP. Masalahnya apakah berbagai sistem pertanaman yang diterapkan PT GMP tersebut dapat mempengaruhi respirasi tanah yang dapat menggambarkan kesuburan tanah PT GMP. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan mempelajari pengaruh sistem olah tanah terhadap respirasi tanah, () mengetahui dan mempelajari pengaruh pengaplikasian mulsa bagas terhadap respirasi tanah, serta (3) mengetahui dan mempelajari interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap respirasi tanah.

Cahyono et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagasi 09 BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 01 pada lahan pertanaman tebu di PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Lampung Tengah. Analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dirancang dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola split plot yang diulang sebanyak 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah yang terdiri dari dari tanpa olah tanah (T 0 ) dan olah tanah intensif (T 1 ). Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas ( ) dan mulsa bagas 80 t ha -1 ( ). Dengan demikian terbentuk 4 kombinasi perlakuan. Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan adalah T 0 (tanpa olah tanah + tanpa mulsa bagas), T 0 (tanpa olah tanah + mulsa bagas 80 t ha -1 ), T 1 (olah tanah intensif + tanpa mulsa bagas), T 1 (olah tanah intensif + mulsa bagas 80 t ha -1 ). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5%, yang sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan uji Bartlett dan aditivitasnya dengan uji Tukey. Rata-rata nilai tengah diuji dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Untuk mengetahui hubungan antara respirasi tanah dengan C- organik tanah, ph tanah, kelembaban tanah, dan suhu tanah akan dilakukan uji korelasi. Pada petak olah tanah intensif (OTI), tanah diolah sesuai dengan sistem pengolahan tanah yang diterapkan di PT GMP yaitu sebanyak 3 kali pengolahan, yaitu yang pertama menggunakan bajak piringan yang berfungsi mencacah tunggul tebu, memecah dan membalikkan tanah. Pengolahan tanah kedua tetap menggunakan bajak piringan, tetapi arah kerjanya tegak lurus dengan pengelolaan tanah pertama, berfungsi untuk menghaluskan tanah dan sekaligus untuk menyacah ulang tunggul tebu. Pengolahan tanah yang ketiga menggunakan bajak singkal yang berfungsi untuk membalikkan tanah bawahan ke atas dan sekaligus memecahkan lapisan kedap air sehingga mendapatkan tanah yang mampu mendukung perkembangan akar tanaman. Aplikasi BBA sebanyak 80 t ha -1 dilakukan pada saat pengelolaan tanah yang kedua, yaitu dicampur atau diaduk dengan tanah menggunakan traktor. Mulsa bagas diaplikasikan setelah penanaman tebu dengan dosis 80 t ha -1 untuk petak yang diperlakukan dengan mulsa bagas yang diaplikasikan secara manual. Pada petak OTI, gulma dikendalikan secara manual dan sisa tumbuhan gulma dikembalikan ke lahan sebagai mulsa untuk petak yang menggunakan mulsa bagas. Sedangkan petak yang tidak menggunakan mulsa bagas, sisa tumbuhan gulma dibuang dari petak percobaan. Pada petak tanpa olah tanah (TOT), tanah tidak diolah sama sekali. Campuran bagas, blotong, dan abu (BBA) diaplikasikan dengan cara ditebar di permukaan dengan dosis 80 t ha -1 bersamaan pada saat aplikasi BBA pada petak OTI. Untuk plot yang diaplikasikan mulsa, mulsa bagas diaplikasikan setelah tebu ditanam dengan dosis 80 t ha -1. Sama seperti petak OTI, gulma pada petak TOT dikendalikan secara manual dan sisa tumbuhan gulma dikembalikan ke lahan sebagai mulsa untuk petak yang tidak menggunakan mulsa bagas. Sedangkan untuk petak yang tidak menggunakan mulsa bagas, sisa tumbuhan gulma dibuang dari petak percobaan. Analisis C-organik (metode Walkley and Black) dan ph tanah (dengan perbandingan 1:,5) dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung, sedangkan kelembaban tanah dan suhu tanah dilakukan di lokasi percobaan pada saat pengamatan dengan menggunakan alat soil moisture tester dan termometer tanah. Pengukuran respirasi tanah (metode Verstrate) (Anas, 1986) dilakukan dengan menutup permukaan tanah menggunakan toples yang didalamnya telah diberikan botol film yang berisi 10 ml KOH 0,1 N. Untuk kontrol dilakukan hal yang sama, tetapi permukaan tanah ditutup dengan plastik sehingga KOH tidak dapat menangkap CO yang keluar dari tanah. Pengambilan sampel respirasi tanah dilakukan diantara baris tanaman tebu. Agar tidak terjadi kebocoran, toples dibenamkan ke dalam tanah -3 cm. Pengukuran ini dilakukan selama jam. Setelah pengukuran di lapangan selesai, KOH hasil pengukuran dititrasi di laboratorium untuk menentukan kuantitas C-CO yang dihasilkan. Titrasi dilakukan dengan cara memindahkan KOH hasil pengukuran ke dalam gelas erlenmeyer dan ditambahkan tetes fenolptalin, sehingga warna berubah menjadi merah muda dan kemudian dititrasi dengan HCl sampai warna merah muda hilang (larutan berwarna bening), volume HCl yang diperlukan dicatat. Kemudian ke dalam larutan ditambahkan tetes metil orange sehingga larutan berwarna orange, dan larutan dititrasi kembali dengan HCl hingga warna orange berubah menjadi warna merah muda. HCl yang digunakan berhubungan langsung dengan jumlah CO yang difiksasi. Pada kontrol juga dilakukan hal yang sama. Jumlah CO dihitung dengan mengunakan formula: C CO a b t 1 T r C CO a b t 1 T r

10 Jurnal Agrotek Tropika 1():08-1, 013 dengan C-CO = mg jam -1 m -, a = ml HCl untuk contoh tanah, (setelah ditambahkan metil orange), b = ml HCl untuk kontrol, (setelah ditambahkan metil orange), t = normalitas HCl, T = waktu pengukuran (jam), dan r = jari-jari tabung toples. Variabel pendukung yang diamati adalah C-organik (metode Walkley & Black), ph tanah dengan perbandingan 1 :,5, suhu tanah, dan kelembaban tanah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis ragam respirasi tanah dengan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil ringkasan analisis ragam menunjukkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah pada saat tanaman tebu berumur 9 dan 1 bulan setelah perlakuan (BSP). Respirasi tanah merupakan cerminan populasi dan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Tingkat respirasi tanah sering dihubungkan dengan populasi mikroorganisme tanah. Beragamnya jenis mikroorganisme tanah hanya mungkin ditemukan pada tanah yang mempunyai sifat yang memungkinkan bagi mikroorganisme tersebut untuk berkembang dan aktif. Semakin banyak karbondioksida yang dikeluarkan tanah, semakin tinggi respirasi tanah (Ahmad, 1993 dalam Widayanti, 010). Hasil ringkasan analisis ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah pada saat tanaman tebu berumur 9 bulan dan 1 bulan setelah perlakuan (BSP). Hal ini diduga karena lahan pertanaman tebu telah dilakukan perlakuan pengolahan tanah tahun sebelum pengamatan respirasi tanah. Hal ini menyebabkan tanah pada areal pertanaman tebu menjadi padat, sehingga ruang pori pada lahan yang dilakukan pengolahan tanah secara intensif maupun tanpa olah tanah menjadi lebih sempit. Keadaan ini mengakibatkan aerasi tanah pada sistem olah tanah intensif maupun tanpa olah tanah menjadi rendah (Utomo, 1990), sehingga sirkulasi udara pada lahan tersebut tidak bebas. Akibatnya, pasokan oksigen dari udara ke tanah menjadi rendah akibatnya aktivitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik yang menghasilkan CO menjadi rendah. Menurut Indra Djati (011), respirasi tanah tertinggi terjadi pada pengamatan pertama (masa vegetatif) yaitu sebesar 7,45 kg hari -1 ha -1, pada pengamatan kedua respirasi tanah menurun menjadi sebesar 7,6 kg hari -1 ha -1, dan pada pengamatan ketiga produksi respirasi tanah semakin menurun menjadi 3,69 kg hari -1 ha -1. Hal ini terjadi karena lahan yang baru saja diolah akan menghasilkan respirasi tanah yang tinggi, dan seiring dengan bertambahnya waktu respirasi tanah akan semakin menurun. Pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pemberian mulsa bagas tidak berpengaruh nyata terhadap respirasi tanah. Hal ini diduga karena C/N rasio mulsa bagas yang sangat tinggi yaitu 86 (Sucipto, 011) menyebabkan mulsa bagas belum terdekomposisi (terombak) secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan penelitian Dermiyati (1997), yang melaporkan bahwa pemberian serasah tanaman dalam bentuk serasah kedelai, kacang tanah, jerami padi, dan alang-alang dalam kurun waktu 3 bulan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan C-mik tanah. Begitu juga dengan penelitian Suwardjo (1981), aplikasi serasah tanaman berupa serasah kacang tanah, jerami padi, dan jerami jagung selama 4 bulan belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kandungan bahan organik tanah, namun setelah satu tahun aplikasi serasah tanaman menunjukkan perbedaan pengaruh terhadap kandungan bahan organik. Proses perombakan bahan organik di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kadar C/N dari bahan organik tersebut. Bahan organik berkualitas rendah (C/N tinggi, > 5 kandungan N kurang dari %) melepaskan unsur hara secara lambat, sedangkan bahan organik berkualitas tinggi (C/N < 5 kandungan N lebih dari %) cepat melepaskan unsur hara (Sarno, 003). Handayanto (1998), menyatakan meskipun bahan organik berkualitas tinggi lambat dalam melepaskan unsur hara, namun dalam jangka panjang bahan organik tersebut akan berguna dalam mempertahankan Tabel 1. Ringkasan analisis ragam respirasi tanah (mg jam -1 m - ) saat tanaman tebu berumur 9 dan 1 BSP Sumber Keragaman Waktu Pengamatan 9 BSP 1 BSP Olah tanah (PU) tn tn Mulsa (AP) tn tn Interaksi tn tn Keterangan: tn = tidak nyata, PU= petak utama, AP = anak petak

Cahyono et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagasi 11 kandungan bahan organik tanah dan perbaikan sifat fisik tanah lainnya. Gambar 1 menunjukkan bahwa respirasi tanah pada saat tanaman tebu berumur 9 BSP lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman tebu berumur 1 BSP. Pada saat tanaman tebu berumur 9 BSP produksi CO pada perlakuan tanpa olah tanah tidak diberi mulsa (T0M0) dan tanpa olah tanah diberi mulsa (T0M1) berturut-turut sebesar 30,4 mg jam -1 m - dan 0,3 mg jam -1 m -, sedangkan produksi CO pada perlakuan olah tanah intensif tanpa mulsa (T1M0) dan olah tanah intensif diberi mulsa (T1M1) berturut-turut sebesar 0,3 mg jam -1 m - dan 18,7 mg jam -1 m -. Pada saat tanaman tebu berumur 1 BSP produksi CO pada perlakuan tanpa olah tanah tidak diberi mulsa (T0M0) dan tanpa olah tanah diberi mulsa (T0M1) berturut-turut sebesar 1,8 mg jam -1 m - dan 16,9 mg jam -1 m -, sedangkan produksi CO pada perlakuan olah tanah intensif tanpa mulsa (T1M0) dan olah tanah intensif diberi mulsa (T1M1) berturut-turut sebesar 10,8 mg jam -1 m - dan 10,5 mg jam -1 m -. Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian pada tanaman jagung Indra Djati (011), rata-rata emisi gas CO yang dikeluarkan perhari pada sistem olah tanah intensif sebesar 6,14 kg hari -1 ha -1, sedangkan pada sistem tanpa olah tanah konservasi sebesar 4,97 kg hari -1 ha -1. Maka, produksi respirasi tanah pada tanaman tebu tidak berbeda jauh dengan respirasi tanah pada tanaman jagung. Ringkasan uji korelasi antara respirasi tanah dengan C-organik tanah, ph tanah, suhu tanah, dan kelembaban tanah dapat dilihat pada Tabel. Hasil ringkasan uji korelasi (Tabel ) menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak menunjukkan korelasi terhadap kadar C-organik, ph tanah, suhu tanah, dan kelembaban tanah. Artinya tinggi rendahnya respirasi tanah pada penelitian ini tidak tergantung pada C-organik tanah, ph tanah, suhu tanah dan kelembaban tanah. Belum berpengaruhnya mulsa bagas terhadap C- organik, ph, suhu, dan kelembaban tanah di duga karena kandungan C/N rasio bagas yang sangat tinggi C/N 86 (Sucipto, 011). Disamping itu, waktu penelitian yang Gambar 1. Respirasi tanah pada lahan pertanaman tebu pada saat tanaman tebu berumur 9 dan 1 bulan setelah perlakuan. T 0 (tanpa olah tanah+tanpa mulsa bagas), T 0 (tanpa olah tanah+mulsa bagas 80 t ha -1 ), T 1 (olah tanah intensif+tanpa mulsa bagas), T 1 (olah tanah intensif+mulsa bagas 80 t ha -1 ). Tabel. Ringkasan uji korelasi antara respirasi tanah dengan C-organik tanah, ph tanah, suhu tanah, dan kelembaban tanah pada saat tanaman tebu berumur 9 dan 1 BSP Respirasi tanah C-organik ph Suhu Kelembaban 9 BSP -0,6 tn -0,03 tn -0,43 tn 0,6 tn 1 BSP -0,03 tn 0,5 tn 0, tn 0,5 tn Keterangan: tn= tidak nyata.

1 Jurnal Agrotek Tropika 1():08-1, 013 baru berjalan tahun membuat mulsa bagas belum terdekomposisi (terombak) secara keseluruhan menjadi C-organik tanah dan unsur hara lainnya, karena waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan C-organik tanah cukup lama. Sarno (003), menyatakan bahwa pemberian bahan organik berkualitas rendah (C/N 5) ke dalam tanah akan melepaskan unsur hara secara lambat. Utomo (1995), menerangkan bahwa pengaruh perlakuan sistem olah tanah terhadap beberapa sifat tanah seperti C-mik, N-mik, C-organik dan N total baru terlihat setelah beberapa tahun. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dalam Makalew (001), yang melaporkan bahwa setelah 16 tahun, penerapan sistem TOT baru memberikan jumlah C-organik (pada permukaan 5 cm) yang lebih banyak dibandingkan pada lahan yang diolah. KESIMPULAN Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem olah tanah pada pertanaman tebu tidak mempengaruhi respirasi tanah saat tanaman tebu berumur 9 dan 1 bulan setelah perlakuan. Aplikasi mulsa bagas pada pertanaman tebu tidak mempengaruhi respirasi tanah pada saat tanaman berumur 9 dan 1 bulan setelah perlakuan. Tidak terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas terhadap respirasi tanah. DAFTAR PUSTAKA Anas, I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor. Dermiyati. 1997. Pengaruh Mulsa terhadap Aktivitas Mikroorganisme Tanah dan Produksi Jagung Hibrida C-1. J. Tanah Trop.5:63-68. Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah Secara Biologi untuk Menuju Sistem Pertanian Sustainabel. Habitat (10) 104:1-8. Indra, D.W. 011. Pengaruh Sistem Olah Tanah terhadap C-Organik dan Respirasi Tanah pada Pertanaman Jagung di Lahan Petani Lampung. Skripsi. Unila. Bandar Lampung. Makalew, A.D.N. 001. Keanekaragaman Biota Tanah pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Makalah falsafah Sains. IPB. 19 hlm. Ragil. 009. http://cahtanah.blogspot.com. Diakses tanggal 1 Januari 011. Sarno, S. Yusnaini, Dermiyati, dan M. Utomo. 003. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang terhadap Kandungan Asam Humik dan Fulfik. J. Tanah Trop.7:35-4. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Faperta-IPB. Bogor. 591 hlm. Sucipto. 011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas terhadap Kandungan Biomassa Karbon Mikroorganisme Tanah. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Suwardjo, H. 1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usaha Tani Tanaman Semusim. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Utomo, M. 1995. Reorientasi Kebijakan Sistem Olah Tanah. Prosid. Sem. Nas-V. BDP-OTK. Bandar Lampung. Hal.1-7. Utomo, M. 1990. Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah,Teknologi untuk Pertanian Berkelanjutan. Direktorat Produksi Padi dan Palawija, Departemen Pertanian. Jakarta. Widayanti, A. 010. Respirasi Tanah Gambut yang diberi Amelioran pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 65 hlm.