MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 1094 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN PELABUHAN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 108 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian diatur bahwa untuk kepentingan keselamatan, keamanan berlayar, perlindungan lingkungan maritim serta kelancaran berlalu lintas pada perairan pelabuhan, Menteri menetapkan Perairan Wajib Pandu; b. bahwa perairan Pelabuhan Kotabaru telah ditetapkan sebagai Perairan Wajib Pandu Kelas II berdasarkan Lampiran Nomor 44 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 tahun 1994 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 1990 tentang Penetapan Kelas Perairan Wajib Pandu; c. bahwa perairan Mekar Putih telah ditetapkan sebagai Perairan Wajib Pandu Kelas II berdasarkan Lampiran Nomor 48 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 tahun 1997 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 1990 tentang Penetapan Kelas Perairan Wajib Pandu, Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1996;
- 2 - d. bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah melakukan evaluasi, peninjauan lapangan dan pembahasan untuk proses Perluasan Perairan Wajib Pandu Kelas II Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan dengan kesimpulan bahwa perlu dilakukan perubahan, perluasan serta peningkatan status penetapan perairan di wilayah tersebut, dengan ditetapkan dalam 1 (satu) Keputusan Menteri Perhubungan. e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, maka perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Perairan Wajib Pandu Pada Perairan Pelabuhan Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);
- 3-5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109); 7. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109); 8. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Mengesahkan "International Convention For The Safety of Life at Sea 1974", Sebagai Hasil Konferensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, Yang Telah Ditandatangani Oleh Delegasi Pemerintah Republik Indonesia, di London, Pada Tanggal 1 Nopember 1974, Yang Merupakan Pengganti "International Convention For The Safety of Life at Sea 1960", Sebagaimana Terlampir Pada Keputusan Presiden Ini 9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 10. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 nomor 75);
- 4-11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; 12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran; 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1401); 14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 tahun 2014 tentang Sarana Bantu dan Prasarana Pemanduan Kapal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2033); 15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390); 16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 117 Tahun 2017 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1891); 17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan;
- 5 - Memperhatikan : Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor PP.304/2/20/DJPL-18 tanggal 6 Juni 2018 perihal Usulan Perluasan dan Revisi SK Penetapan Perairan Wajib Pandu Pada Pelabuhan Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan; Menetapkan MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN PELABUHAN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. PERTAMA Menetapkan Perairan Pelabuhan Kotabaru dan Perairan Terminal Khusus Mekar Putih Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Perairan Wajib Pandu Kelas I. KEDUA Batas-batas perairan wajib pandu sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA ditandai dengan titik-titik koordinat geografis sebagai berikut : Perairan Pelabuhan Kotabaru Titik A : 03 07 30 LS / 116 16 30 BT ditarik garis menuju Titik B; Titik B : 03 07 30 LS / 116 28 00 BT ditarik garis menuju Titik C; Titik C : 03 18 00 LS / 116 28 00 BT ditarik garis menuju Titik D; Titik D : 03 18 00 LS / 116«16 12 BT menyusuri pantai menuju Titik E; Titik E : 03» 44 18 LS / 116 01 30 BT menyeberangi sungai menuju Titik F; Titik F : 03 40 54 LS / 115 47 00 BT menyusuri pantai kembali Titik A.
- 6 - Perairan Terminal Khusus Mekar Putih Titik P: 03 54 45 LS / 116 o 02 48 BT menyusuri pantai menuju Titik Q; Titik Q: 04 03 30 LS / 116 02 48 BT ditarik garis menuju Titik R; Titik R: 04 03 30 LS / 115 55 00 BT ditarik garis menuju Titik S; Titik S: 03 54 45 LS / 115 55 00 BT kembali menuju Titik P. Titik naik/turun pandu (Pilot Boarding Ground) : Titik A : 03 12 30 LS / 116 28 15 BT; Titik B: 03 42 30 LS / 115 54 15 BT; Titik C: 04 00 00 LS / 115 55 00 BT. KETIGA KEEMPAT KELIMA : Peta Lokasi Perairan Pandu sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA digambarkan dalam Peta Laut Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri Perhubungan ini. : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan Keputusan Menteri ini. : Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Perhubungan ini maka: a. Lampiran Nomor 44 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 1994 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 1990 tentang Penetapan Kelas Perairan Wajib Pandu; b. Lampiran Nomor 48 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 1997 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun 1990 Tentang Penetapan Kelas Perairan Wajib Pandu, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1996. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 7 - KEENAM : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2018 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada: BUDI KARYA SUMADI 1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman; 2. Menteri Kelautan dan Perikanan; 3. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 4. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 5. Kepala Staf TNI Angkatan Laut; 6. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan; 7. Gubernur Kalimantan Selatan; 8. Bupati Kotabaru; 9. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Kotabaru. Salinan sesuai dengan aslinya 5IRO HUKUM, I H.. SH, DESS Muda (IV/c) 1023 199203 1 003
- 8 - LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 1094 TAHUN 2018 TANGGAL 26 JULI 2018 TENTANG PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN PELABUHAN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN PELABUHAN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Perairan Pelabuhan Kotabaru Titik A : 03 07 30 LS /116 16 30 BT, ditarik garis menuju Titik B; Titik B : 03 07 30 LS/116 28 00 BT, ditarik garis menuju Titik C; Titik C : 03 18 00 LS/116 28 00 BT, ditarik garis menuju titik D; Titik D : 03 18 00 LS/116 16 12 BT, menyusuri pantai menuju titik E; Titik E : 03 44 18 LS/116 01 30 BT, menyebrangi sungai menuju titik F; Titik F : 03 40 54 LS/115 47 00 BT, menyusuri pantai kembali ke titik A. Perairan Terminal Khusus Mekar Putih Titik P : 03 54 45 LS/116 02 48 BT, menyusuri pantai menuju Titik Q; Titik Q : 04 03 30 LS/116 02 48 BT, ditarik garis menuju Titik R; Titik R : 04 03 30 LS/115 55 00 BT, ditarik garis menuju titik S; Titik S : 03 54 45 LS/115 55 00 BT, kembali menuju titik P. Titik Naik/Turun Pandu (Pilot Boarding Ground) : Titik A : 03 12 30 LS / 116 28 15 BT; Titik B: 03 42 30 LS / 115 54 15 BT; Titik C: 04 00 00 LS / 115 55 00 BT. MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. Salinan sesuai dengan aslinya BUDI KARYA SUMADI IRO HUKUM, I H SH,DESS ama Muda (IV/c) 1023 199203 1 003