Gambaran Pemberian Obat Masal Pencegahan Kaki Gajah Di Wilayah Kerja Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

peningkatan dukungan anggota keluarga penderita kusta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KEGIATAN POMP FILARIASIS PUSKESMAS KAWUA

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Prevalensi pre_treatment

Juli Desember Abstract

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

ABSTRAK FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT GENERIK DI PUSKESMAS KAYU TANGI BANJARMASIN

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

1. BAB I PENDAHULUAN

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN MADANG SUKU III KABUPATEN OKU TIMUR TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

ABSTRAK. Cecilia Martinelly Putri, Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MANADO TAHUN Daniel A. Mangole*, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

SOP POMP FILARIASIS. Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul oleh kesehatan

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah di Kelurahan Jati Sampurna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

Kata Kunci : Hubungan, Pendidikan, Tingkat Pengetahuan, Obat CTM.

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Wiya Elsa Fitri 1, Gusliani Eka Putri 1. Stikes Syedza Saintika Padang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B-0 DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG ALAI TAHUN 2015

Proses Penularan Penyakit

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

PERSEPSI IBU TENTANG PEMBERIAN OBAT FILARIASIS UNTUK PENCEGAHAN ELEPHANTIASIS PADA BALITA DI DESA JONO TAWANGHARJO GROBOGAN

Gambaran pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penduduk terhadap Filariasis. di Desa Bata Lura Kecamatan tanah Pinoh Kabupaten Melawi Tahun 2015

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

Transkripsi:

293 Jurnal Info Kesehatan Vol 15, No.2, Desember 17, pp. 293-305 P-ISSN 0216-504X, E-ISSN 26-536X Journal homepage: http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes Gambaran Pemberian Obat Masal Pencegahan Kaki Gajah Di Wilayah Kerja Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende Tahun 11-15 Overview of Mass Medication for Prevention of Elephant Feet in Welamosa Public Health Center Working Area, Wewaria District, Ende Regency, 11-15 Wilhelmus Olin, Mariana Hartini Dhema Deto Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Kupang Email: olinwem@gmail.com Email: hartinideto@yahoo.com ARTICLE INFO: Keywords: Elephantiasis Overview of taking preventive medicine Wewaria Kata Kunci: Kaki gajah Gambaran Minum Obat Pencegahan Wewaria ABSTARCT/ABSTRAK Elephant Foot Disease (Lymphatic Filariasis), hereinafter referred to as filariasis, is a chronic infectious disease caused by filarial worms that attack the lymph nodes. Data from the Ende District Health Office shows that up to 15 there were 233 cases of filariasis with the highest number found in the welamosa Public Health Center in the authority district of 67 people. The purpose of this study was to determine the description of mass drug prevention of elephantiasis in the working area of Welamosa Health Center in Wewaria District, Ende Regency in 11-15. The type of research used is descriptive with a cross sectional design using stratified random sampling technique with a sample of 380 samples. The results showed that people who drank mass medicine to prevent elephantiasis in 11 amounted to 51%, in 12 amounted to 52%, in 13 amounted to 56%, in 14 and 15 respectively 62%. People who do not take medication are caused by not getting medication and not taking medication. Residents who get the medicine but do not drink it are more due to no desire to drink than because of the side effects of drugs / allergies while the people who do not get the medicine are more due to the unwillingness / willingness to take the drug. Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis) yang selanjutnya disebut filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran kelenjar getah bening. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Ende menunjukan hingga tahun 15 tercatat 233 kasus filariasis dengan jumlah tertinggi terdapat di wilayah puskesmas welamosa kecamatan wewaria yaitu sebanyak 67 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian obat masal pencegahan kaki gajah di wilayah kerja Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria

294 Kabupaten Ende tahun 11-15. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel 380 sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat yang minum obat masal pencegahan kaki gajah tahun 11 sebesar 51%, tahun 12 sebesar 52%, tahun 13 sebesar 56%, tahun 14 dan 15 masing-masing sebesar 62%. Masyarakat yang tidak minum obat lebih disebabkan karena tidak mendapat obat dan tidak mau minum obat. Warga yang mendapat obat namun tidak meminumnya lebih disebabkan tidak ada niat/kemauan untuk minum dibandingkan karena faktor efek samping obat/alergi sedangkan warga yang tidak mendapat obat lebih disebabkan karena tidak kemauan/keinginan untuk mengambil obat. Corresponding Author: Wilhelmus Olin Email: olinwem@gmail.com Copyright 17 Jurnal Info Kesehatan All rights reserved

295 1. PENDAHULUAN Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis) yang selanjutnya disebut filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran kelenjar getah bening (Anonim, 11). Indonesia merupakan daerah endemis berbagai macam penyakit infeksi terutama penyakit yang disebabkan oleh parasit salah satunya penyakit filariasis. Tahun 10 tercatat sebanyak 11.969 kasus kronis, sampai tahun 14 mengalami peningkatan sebesar 14.932 kasus (Anonim, 15). Sebaran kasus filariasis hampir merata diseluruh provinsi yang ada di Indonesia, bahkan di beberapa provinsi terdapat daerah yang mempunyai tingkat endemis cukup tinggi. Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi yang memiliki kasus filariasis tinggi dengan jumlah kasus pada tahun 15 sebesar 3.175 kasus. Provinsi NTT terdiri dari 22 kabupaten/kota dimana 18 kabupaten dinyatakan sebagai daerah endemis dan salah satunya Kabupaten Ende (Anonim, 15). Data Dinas kesehatan Kabupaten Ende tahun 15 menunjukan bahwa terdapat 233 orang yang menderita kaki gajah kronis yang tersebar di beberapa kecamatan. Secara umum sebaran penderita kaki gajah tertinggi di Kabupaten Ende terdapat di sepanjang pantai utara Flores meliputi Kecamatan Wewaria 43 penderita, Kecamatan Detusoko 38 penderita, Kecamatan Kota Baru 37 penderita, dan Kecamatan Maukaro 31 penderita, dengan kasus tertinggi berada di Kecamatan Wewaria. Kecamatan Wewaria mempunyai luas wilayah 157, 95 km 2 dimana sebagian besar terdiri atas hutan dan padang rumput. Batas wilayah Kecamatan Wewaria sebelah utara berbatas dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Detusoko dan Kecamatan Ende, sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Maukaro (Anonim, 08). Peraturan daerah Kabupaten Ende tahun 11 membagi Kecamatan Wewaria sebagai daerah pengembangan untuk kegiatan pertambangan, perikanan, pertanian, peternakan dan industri sehingga menjadi potensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan sangat beresiko bagi penularan filariasis. Pemerintah pusat telah mencanangkan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) yang dilaksanakan setahun sekali selama lima tahun berturutturut setiap bulan oktober (Anonim, 15). Program ini menjadi dasar untuk memutuskan rantai penularan dengan Pemberian Obat Masal pencegahan (POMP) filariasis pada masyarakat yang tinggal di daerah endemis filariasis (Anonim, 02). Program eliminasi kaki gajah telah dilaksanakan di kabupaten Ende. Sejak tahun 11 semua masyarakat di

296 kabupaten Ende yang masuk dalam kategori daerah endemis kaki gajah melaksanakan program minum obat masal pencegahan filariasis yang diminum sekali setahun selama lima tahun berturutturut dan sudah berlangsung selama lima tahun (Anonim,15). Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan pemberian obat masal pencegahan filariasis maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian seberapa persen masyarakat yang minum obat dan yang tidak minum obat pencegahan filariasis?, Apa penyebab masyarakat tidak minum obat pencegahan filariasis?, Apa tindak lanjut terhadap efek yang ditimbulkan setelah minum obat pencegahan filariasis? 2. METODE PENLITIAN A. Jenis penetian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional B. Populasi semua masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende. C. Sampel dan teknik sampel 1. Sampel Semua masyarakat di kecamatan Wewaria menggunakan rumus Slovin jumlah sampel sebanyak 391. 2. Teknik sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified. 3. Defenisi operasional a. Gambaran adalah pendeskripsian pemberian obat pencegahan kaki gajah di wilayah Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende tahun 11-15. b. Filariasis adalah suatu penyakit yang terjadi di wilayah Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende c. Karakteristik adalah data pasien yang telah diberi obat pencegahan dan diperoleh dari buku register filariasis di wilayah kerja puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende berdasarkan karakteristik inklusi penduduk yang bisa menbaca dan penduduk yang tinggal >5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Welamosa. d. Prevalensi minum obat adalah jumlah masyarakat yang

297 minum obat pencegahan filariasis di wilayah kerja Puskesmas Welamosa. e. Penyebab masyarakat tidak minum obat adalah alasan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Welamosa yang tidak minum obat. f. Tindak lanjut terhadap efek pasca minum obat adalah tindakan pengobatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap masyarakat di wilayah kerja puskesmas Welamosa yang mengalami efek pasca minum obat pencegahan filariasis. 4. Analisa Hasil Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk grafik dan dideskripsikan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persentase Minum Obat dan Tidak Minum Obat Program eliminasi filaria / kaki gajah merupakan program nasional pemberantasan kaki gajah di seluruh wilayah Indonesia dimana setiap warga umur 2-70 tahun yang berada di daerah dengan kategori endemis kaki gajah wajib minum obat masal pencegahan kaki gajah 1 tahun sekali selama 5 tahun berturutturut kecuali bagi mereka yang sedang sakit, anak dibawah 2 tahun, ibu hamil atau ibu menyusui. Pembagian obat masal yang dilakukan di wilayah Puskesmas Welamosa dengan cara semua warga dikumpulkan di Balai Desa kemuadian baru dibagikan obat pencegahan kaki gajah yang terdiri dari Diethylcarbamazine citrate ( DEC) dan albendazole. Dalam pelaksanaannya sebagian masyarakat meminum obat namun sebagian tidak meminum obat. Data masyarakat yang minum obat dan yang tidak minum obat sebagaimana tampak pada diagram 1 berikut ini.

298 70 60 50 40 51 52 49 48 56 44 62 62 38 38 30 10 0 11 12 13 14 15 Minum Obat Tidak Minum Obat Diagram 1.Persentase Minum Obat dan Tidak Minum Obat Tahun 11-15 Data pada diagram 1 menunjukan bahwa persentase masyarakat yang minum obat masal pencegahan kaki gajah tahun 11 sebesar 51%, tahun 12 sebesar 52%, tahun 13 sebesar 56%, tahun 14 dan 15 masingmasing sebesar 62%. Data pada diagram 1 memberikan gambaran bahwa warga masyarakat di Kecamatan Wewaria yang tidak minum obat pencegahan masal kaki gajah masih sangat tinggi dan belum mencapai target minum obat baik yang dicanangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Ende mampun tingkat nasional yaitu minimal 85%. B. Alasan Masyarakat Tidak Minum Obat Masal Pencegahan Kaki Gajah Data pada diagram 1 diatas telah memberikan gambaran bahwa jumlah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Welamosa yang tidak minum obat pencegahan masal kaki gajah masih sangat tinggi (berkisar dari 38% -49%). Hasil wawancara dengan masyarakat di 8 Desa yang ada penderita kaki gajah memberikan gambaran bahwa secara umum warga masyarakat yang tidak minum obat juga ditemukan pada warga yang mendapat obat dan warga yang tidak dapat obat. Data alasan tidak minum obat seperti tertera pada diagram 2 berikut ini.

299 90 80 70 60 50 40 30 10 0 80 79 73 72 72 27 28 28 21 11 12 13 14 15 Dapat Tidak Minum Tidak Dapat Diagram 2. Persentase Alasan Masyarakat Tidak Minum Obat Data pada diagram 2 menunjukan bahwa persentase tertinggi alasan masyarakt tidak minum karena tidak dapat obat, namun hal menarik adalah warga yang telah mendapatkan obat sebagian juga tidak meminumnya. Data warga yang mendapat obat namun tidak meminumnya menunjukan bahwa dalam proses pembagian obat masyarakat hanya diberikan obat namun tidak meminum didepan petugas ataupun petugas menitipkan obat bagi anggota keluarga yang berhalangan hadir namun pada akhirnya warga yang mendapat titipan obat mengetahui mendapat obat namun dengan kesadaran tidak meminumnya karena alasan tertentu. C. Alasan Masyarakat Yang Mendapat Obat Namun Tidak Diminum Warga masyarakt di wilayah Puskesmas Welamosa yang mendapatkan obat pencegahan masal kaki gajah namun tidak meminumnya masih ditemukan dengan jumlah yang berkisar % - 28%. Hasil wawancara terhadap masyarakat yang mendapat obat pencegahan namun tidak meminumnya secara umun lebih disebabkan oleh takut efek samping dan tidak ada kemauan untuk minum, sebagaimana tergambar pada data diagram 3

300 80 60 40 58 42 65 35 36 64 42 58 50 50 0 11 12 13 14 15 Takut Efek Samping Tidak Ada Kemauan Untuk Minum Diagram 3. Persentase Alasan Dapat Obat Tetapi Tidak Minum Data pada diagram 3 memperlihatkan bahwa tahun 11 dan 12 warga yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya lebih banyak disebabkan karena takut efek samping yang timbul yaitu tahun 11 sebesar 58%, 12 65% dibandingkan karena kemauan yang rendah dari warga dengan persentase tahun 11 sebesar 42%, 12 sebesar 35%, hal sebaliknya terjadi pada tahun 13 dan 14 dimana warga yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya lebih banyak disebabkan karena tidak ada kemauan dengan persentase tahun 13 sebesar 64%, 14 sebesar 58%, dibandingkan karena takut efek samping dengan persentase tahun 13 sebesar 36%, 14 sebesar 42%, sedangkan data tahun 15 menunjukan bahwa warga yang mendapat obat dan tidak meminum karena takut efek samping dan tidak ada kemauan adalah sama banyak yaitu 50%. D. Alasan Masyarakat Tidak Mendapat Obat Masal Pencegahan Masal Kaki Gajah Warga masyarakat di wilayah Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende yang tidak meminum obat karena tidak mendapat obat masih sangat tinggi. Banyak faktor penyebab masyarakat tidak meminum obat misalkan sedang menjalani pendidikan di luar wilayah tempat tinggal, masyarakat yang mobilitasnya tinggi, karena faktor kesehatan yang mengharuskan untuk tidak meminum obat pencegahan kaki gajah dan sebagainya. Hasil wawancara terhadap mmasyarakat di wilayah puskesmas welamosa terpetakan beberapa alasan dominan sebagaimana tergambar pada data diagram 4 berikut ini

301 100 90 80 70 60 50 40 30 10 0 92 93 92 93 91 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 0 0 3 4 1 3 2 3 11 12 13 14 15 Tidak Ambil Obat Belum Pas Umur Ibu Hamil Ibu Menyusui Sakit Diagram 4. Persentase Alasan Masyarakat yang Tidak Dapat Obat Data pada diagram 4 diatas menunjukan bahwa masyarakat yang tidak mendapat obat karena dengan kesadaran tidak ingin pergi ke tempat pembagian obat untuk mengambil obat lebih tinggi persentasenya yaitu pada tahun 11 sebesar 92%, 12 sebesar 93%, 13 sebesar 92%, 14 sebesar 93%, 15 sebesar 91%, Faktor lain merupakan pengecualian seperti belum pas umur pada tahun 11 sebesar 3%, 12 sebesar 2%, 13 dan 15 sebesar 1%,13 0%, ibu hamil pada tahun 11 dan 12 sebesar 1%, 13 sebesar 2%, 14 0%, 15 sebesar 3%, ibu menyusui pada tahun 11, 12, 13 15 sebesar 2%, 14 sebesar 3%, sedang sakit pada tahun 11, 12 sebesar 2%, 13, 15 sebesar 3%, 14 sebesar 4%. Tingginya jumlah warga masyarakat yang tidak megambil obat pencegahan kaki gajah menunjukan bahwa kesadaran masyarakat dalam upaya mencegah penyakit kaki gajah masih sangat rendah, begitupun dengan advokasi dari pemerintahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau mencegah penularan kaki gajah tidak berjalan baik E. Tindak Lanjut Terhadap Efek Yang Ditimbul Setelah Masyarakat Minum Obat Masal Kaki Gajah Warga masyarakat di Wilayah Puskesmas Welamosa yang meminum obat pencegahan masal kaki gajah secara umum mempunyai efek samping seperti mual muntah, demam, sakit kepala, nyeri ulu hati, alergi, nafsu makan menurun, lemas, mengantuk namun sebagian besar tidak tidak merasakan efek ikutan setelah minum obat. Hasil wawancara masyarakat di wilayah Puskesmas Welamosa, data efek samping sebagaimana tergambar pada data diagram 4 berikut ini

302 30 25 25 21 15 13 10 5 0 8 6 Efek Samping 5 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tindak Lanjut Terhadap Efek Samping Sakit Kepala Demam Tidak Ada Efek Mual Muntah Mengantuk Lemas Alergi Nafsu Makan Menurun Nyeri Ulu Hati Grafik 5. Persentase Tindak Lanjut Terhadap Efek yang Timbul Setelah Minum Obat. Data pada diagram 5 diatas menunjukan masyarakat yang mengalami efek samping sakit kepala 25%, demam 21%, Tidak ada efek %, mual muntah 13%, mengantuk 8%, lemas 6%, alergi 5%, nafsu makan menurun 3%, nyeri ulu hati 2%. Efek samping ini secara umum tidak ada tindak lanjut dari petugas penanganan pasca pengobatan dikarenakan dokter dan tenaga kesehatan setelah selesai pembagian obat langsung kembali ke Puskesmas induk yang berada di Desa Welamosa. 4. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Jumlah penderita kaki gajah terkoreksi di Kecamatan Wewaria sebanyak 67 orang 2. Persentase masyarakat yang minum obat masal pencegahan kaki gajah tahun 11 sebesar 51%, tahun 12 sebesar 52%, tahun 13 sebesar 56%, tahun 14 dan 15 masingmasing sebesar 62%. 3. Persentase tertinggi alasan masyarakt tidak minum obat lebih besar karena tidak dapat obat dibandingkan mendapatkan obat namun tidak meminumnya 4. Masyarakat yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya disebabkan karena takut

303 efek samping yang timbul/yang dirasakan serta karena kemauan yang rendah dari warga 5. Masyarakat yang tidak mendapat obat lebih dominan karena alasan tidak ingin pergi ke tempat pembagian obat untuk mengambil obat. B. Saran 1. Diharapkan adanya dokumen yang baik di tingkat Puskesmas 2. Perbaiki sistim advokasi kepada masyarakat untuk meningkat kesadaran meminum obat pencegahan masal kaki gajah.

304 REFERENCES Anonim. 11. WHO, Transmission Assesment Survey In The Global Program Elimenate Lymphatic Filariasis. http://www.who.int/intity/neglected_ /preventive chemotherapy/newsletter14 En.pdf. (6 April 16) ----------, 15. Menuju Eliminasi Filariasis. Infodating Filariasis. 2-5. Kemenkes RI, Jakarta ----------, 08. Wewaria Geografi dan Sosial pdf. Dinas Kabupaten Ende. Diambil pada tanggal 6 April 16 Depkes RI. 02. Pedoman Pemberantasan Filariasis. Direktorat Jendral PPMPL Direktorat P2B2 Subdit Filariasis dan Schistosomiasis, Jakarta ----------, 09. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. 15, Data Kasus Filariaisi. Ende: Dinkes Kabupaten Ende. Elytha, F., 14, Transmission Assessment Survey Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminaasi Filariasis, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma (8 April 16) Inge Sutanto, dkk, 09, Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit UI, Jakarta. Irianto, Koes. 13. Parasitologi Medis. Cetakan I. 260-291. Bandung: Alfa Beta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 14. Penanggulangan Filariaisi Nomor 94. Jakarta. Madu, Aleksius. 15. Statistika Kesehatan. Jurusan Analis Kesehatan. 17-26. Kupang Padila. 13. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medita: Yogyakarta Peraturan Daerah Kabupaten Ende. 11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ende Tahun 11 31. Ende

305 Pius, R. 15. Ende Daerah Endemis Penyakit Filariaisi, Pos Kupang,http://pos-kupang.com, 6 April 16 Zulkoni, AKhsin. 11. Parasitologi. Cetakan I. 55-60. Yogyakarta: Nuha Medika.