BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Di era globalisasi sekarang ini penyakit yang berhubungan dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan


BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.


BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia harapan hidup semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal tersebut membawa dampak terhadap peningkatan jumlah populasi lanjut usia (Lansia). Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Dewi, 2012). Seiring bertambahnya usia maka berbagai fungsi tubuh akan mengalami proses degeneratif. Salah satu proses degeneratif yang terjadi pada lansia yaitu gangguan kardiovaskular berupa hipertensi. Hipertensi didefinisikan dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik di atas 140/90 mmhg pada lebih dari satu kali pengukuran dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2008). Hipertensi diklaim sebagai salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat (Price & Wilson, 2006). Pada tahun 2010 Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3 orang penduduk (Martaningsih, 2011). Menurut WHO dan The International Sosiety of Hipertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan tiga juta diantaranya meninggal dunia setiap tahunnya (Rahajeng & Tumirah, 2009). Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes RI, 2010). Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat dengan bertambahnya umur. Hasil pengukuran pada umur 18 tahun didapatkan sebesar 25,8% penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi pada usia 55-64 tahun sebesar 45,9%, pada usia 65-74 tahun sebesar 57,6%, dan pada usia diatas 75 tahun sebesar 68,8% (Riskesdas, 2013). Menurut Departemen Kesehatan Provinsi Bali, hipertensi menduduki urutan no 2 dalam sepuluh besar penyakit rawat jalan di RSUD se-bali tahun 2013. Pada 1

2 tahun 2012 penderita hipertensi di Bali sebanyak 18.558 orang. Pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi di Bali menjadi 24.375 orang, dan pada tahun 2014 sebesar 26.917 orang. Dari total penderita hipertensi, jumlah penderita hipertensi pada lanjut usia sebanyak 13.745 penderita (Dinkes Bali, 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2014, Denpasar Selatan merupakan kecamatan dengan angka kejadian hipertensi tertinggi kedua di Kota Denpasar. Dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas I Denpasar Selatan pada tanggal 20 Juli 2015, jumlah lansia di kelurahan Sesetan berjumlah 800 orang dengan 392 orang laki-laki dan 408 orang wanita. Jumlah lansia terbanyak berada di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan sebanyak 60 Orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015 dengan Kepala Lingkungan Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan, terdapat 60 orang lanjut usia yang berada di banjar tersebut. Pada tahun 2014 terdapat 30 orang lanjut usia yang menderita hipertensi. Jumlahnya meningkat menjadi 35 orang pada tahun 2015. Hipertensi sangat erat hubungannya dengan bertambahnya umur. Semakin tua maka semakin besar kemungkinan menderita hipertensi (Mauk, 2010). Hipertensi primer muncul antara usia 30-50 tahun. Sekitar 50-60% lansia yang berusia lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg. Tekanan darah sistolik akan terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan darah diastolik akan terus meningkat sampai usia 55-60 tahun (Black & Hawks, 2009). Ada beberapa perubahan yang terjadi pada pembuluh darah lansia yang menyebabkan hipertensi, diantaranya yaitu perubahan pada struktur dan fungsi pembuluh darah seperti berkurangnya sifat elastisitas pembuluh darah dan kekakuan pada dinding pembuluh darah arteri. Hal ini mengakibatkan terganggunya pengembangan pembuluh darah sehingga menyebabkan hipertensi (Yenni, 2011). Hipertensi disebut sebagai silent killer karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus (Corwin, 2009). Penderita hipertensi baru menyadari kondisinya jika hipertensi yang dialami telah menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang terjadi jika peningkatan tekanan darah berlangsung dalam jangka panjang yaitu stroke,

3 penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri sampai gagal jantung. Sehingga dibutuhkan penatalaksanaan hipertensi yang adekuat untuk menangani, dan mencegah komplikasi tersebut (Davey & Patrick, 2005). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan farmakologi maupun non farmakologi. Penanganan hipertensi dengan farmakologi dianggap mahal oleh masyarakat dan memiliki berbagai macam efek samping tergantung pada jenis obat yang digunakan. Salah satu efek samping dari obat hipertensi jenis diuretik thiazide dapat menyebabkan hipokalemi (Brashers, 2008). Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis meliputi penurunan berat badan, olahraga secara teratur diet rendah garam dan lemak, serta terapi komplementer (Complementary and Alternative Medicine) (Ramadi, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Lingkungan Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan, terdapat program senam lansia setiap hari minggu yang bertempat di Balai Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan. Namun kegiatan senam lansia tidak berjalan dengan efektif karena rendahnya jumlah lansia yang hadir. Ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya antusias lansia untuk melakukan senam yaitu kurangnya dukungan keluarga dalam mengantar lansia untuk datang ke banjar dan penurunan sistem tubuh lansia itu sendiri yang tidak memungkinkan para lansia untuk rutin datang melakukan senam. Selain hal tersebut ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi seperti kurangnya dukungan teman sebaya, dukungan petugas yang memberikan terapi, kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh lansia dan kurangnya sifat positif pada lansia (Agustina, 2010). Sehingga dibutuhkan sebuah terapi yang mudah dan praktis dilakukan oleh para lansia dirumah untuk mengatasi hipertensi. Salah satu terapi komplementer yang digunakan adalah terapi musik. Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir dan terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk, dan gaya. Musik memiliki alunan nada yang dipercaya mampu memberikan efek-efek positif bagi kehidupan manusia. Semua jenis musik seperti musik klasik, musik intrumental, dan musik tradisional daerah dapat digunakan sebagai terapi musik. Namun yang paling efektif yaitu lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan/menit yang bersifat rileks. Salah satu musik

4 yang mempunyai tempo sekitar 60 ketukan/menit yang dapat digunakan yaitu musik instrumental (Novita, 2012). Terapi musik instrumental adalah sebuah terapi dengan menggunakan nada atau suara yang semua instrumen musiknya dihasilkan melalui alat musik, disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (Rembulan, 2014). Terapi musik instrumental ini memiliki tempo yang lambat karena apabila terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus yang masuk akan membuat kita mengikuti irama tersebut, sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak tercapai. Mendengarkan musik ini dapat mengurangi pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi dan melancarkan peredaran darah sehingga tekanan darah akan mengalami penurunan (Saing, 2007). Musik instrumental ini mempunyai kelebihan memudahkan seseorang untuk berimajinasi dengan bebas. Melalui alunan musiknya yang menyerupai suara alam maka seseorang dapat membayangkan diri dalam lingkungan yang indah, sehat, serta bebas dari sakit yang dirasakan (Kate & Richard, 2006). Bali memiliki musik tradisional yang mengalun lembut sehingga dapat digunakan sebagai terapi. Beberapa diantaranya yaitu gabungan instrumen Bali, gamelan Bali, dan dengung Bali. Saat ini lagu Bali yang memang sudah ada sejak dulu seperti lagu Putri Cening Ayu sudah diaransemen ulang oleh seorang komposer dalam bentuk musikal menggunakan perangkat gambelan Bali digabungkan dengan beberapa peralatan musik modern (Somoyani, Armini & Erawati, 2013). Musik Instrumental Bali saat ini banyak digunakan saat pemberian terapi baik di tempat spa, klinik maupun tempat ahli hipnoterapi. Efektifitas dari terapi musik instrumental dipengaruhi oleh musik yang berirama lembut, teratur, harmonisasi, dan menggunakan suara alam. Vibrasi dan harmonisasi irama yang dihasilkan musik akan mempengaruhi seseorang secara fisik yang menyebabkan seseorang menjadi rileks, sedangkan irama yang teratur mempengaruhi seseorang secara psikis yang membuatnya menjadi lebih nyaman dan tenang (Swarihadiyanti, 2014).

5 Menurut penelitian dr. Miller (2008) menunjukan bahwa rata-rata diameter pembuluh darah lengan bagian atas meningkat 26% setelah mendengarkan musik lembut dan yang disukai oleh pendengarnya. Efek relaksasi dari terapi musik dan stimulasi otak dapat memperlebar, dan melenturkan pembuluh darah sehingga melancarkan peredaran darah di seluruh tubuh (Miller, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nafilasari (2012) menunjukkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2,30 mmhg dan tekanan darah diastolik sebesar 12,2 mmhg dengan nilai p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi musik instrumental selama 7 hari berturut-turut (Nalfasari, 2012). Dari uraian fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh terapi musik instrumental Bali terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu Adakah pengaruh terapi musik instrumental Bali terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh terapi musik instrumental bali terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan riwayat keluarga.

6 b. Mengidentifikasi tekanan darah lansia hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan sebelum diberikan terapi musik instrumental Bali pada masing-masing kelompok. c. Mengidentifikasi tekanan darah lansia hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan setelah diberikan terapi musik instrumental Bali pada masing-masing kelompok. d. Menganalisis perbedaan tekanan darah lansia hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan sebelum dan setelah diberikan terapi musik instrumental Bali pada masing-masing kelompok. e. Menganalisis perbedaan tekanan darah pada lansia hipertensi di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan antarkelompok setelah diberikan terapi musik instrumental Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu bagi tenaga kesehatan, khususnya pemberian terapi non farmakologis dengan terapi komplementer pada lansia yang menderita hipertensi. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar atau acuan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti pengaruh penatalaksanaan terapi non farmakologis terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bahan masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan dalam penggunaan terapi musik instrumental sebagai alternatif terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

7 b. Memberikan tambahan jenis terapi musik yaitu musik instrumental bali untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. c. Memberikan alternatif pilihan penanganan yang praktis dan efisien bagi masyarakat dalam menurunkan tekanan darah.