1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

Peranan KARS dalam mengatasi Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Dr Henry Boyke Sitompul,SpB Komisi Akreditasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram. positif yang dapat menyebabkan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA KUMAN DAN MANFAATNYA DALAM PELAKSANAAN ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Tri Ika Kusuma Ningrum NIM : G2A

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya dinegara berkembang. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. (Hadi, 2008) Infeksi bakteri terjadi bila bakteri mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh berhasil mengeliminasi bakteri tersebut dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat dari pada aktivitas respon imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda inflamasi. Terapi yang tepat dalam penanggulangan infeksi harus mampu mencegah berkembangbiaknya bakteri lebih lanjut tanpa membahayakan host (Amin, 2014). Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah berkembangbiaknya bakteri). Penggunaan antibiotik dalam pengobatan untuk manusia sudah dimulai sejak tahun 1940. Selama 63 tahun, penggunaan antibiotik semakin luas. (Amin, 2014). Antibiotik telah terbukti bermanfaat bagi kehidupan manusia sejak mulai awal ditemukannya sampai sekarang. Namun penggunaannya yang terus menerus meningkat dapat menimbulkan berbagai masalah dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2015). Masalah terpenting adalah timbulnya galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efisien. Munculnya mikroba (kuman) resisten terhadap antibiotik menjadi masalah di seluruh dunia termasuk Indonesia. Situasi ini akan menjadi lebih parah apabila resistensi tidak dikendalikan, seperti telah diketahui penggunaan antibiotik misuse, overuse dan underuse merupakan penyebab utama munculnya mikroba resisten. Apalagi bila penggunaannya tidak dilaksanakan secara bijak, maka terjadi kecenderungan konsumsi antibiotik untuk pasien diberikan secara berlebihan atau bahkan tidak tepat. (Tenover, 2006) Dalam kenyataannya, antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara salah (misused). Masalah inappropriate use dari antibiotik merupakan masalah irrational prescribing yang paling besar di dunia, dari dahulu sampai sekarang, di rumah sakit maupun di komunitas (Sadikin, 2011). Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak

memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009 dalam Kemenkes, 2011). Hasil penelitian dari studi Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN study) tahun 2000 2004 menunjukan bahwa terapi antibiotik diberikan tanpa indikasi di RSUP Dr Kariadi Semarang sebanyak 20 53% dan antibiotik profilaksis tanpa indikasi sebanyak 43 81%. Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Kemenkes, 2011). Penelitian yang dilakukan Sjahjadi di RSUP. M. Djamil pada tahun 2014 menunjukkan dari 6.387 jumlah spesimen yang diambil dan dilakukan uji sensitifitas, ditemukan 3.689 kuman yang telah mengalami Multi Drug Resistance (MDR) diantaranya kuman Klebsiella sp, Staphylococcus aureus, Enterobacter sp, E.coli sp, Pseudomonas sp, dan Proteus sp. (Sjahjadi, 2014) Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia. Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP. Dr. Kariadi Semarang, didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin(18%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa masalah resistensi antimikroba juga terjadi di Indonesia. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa di Surabaya dan Semarang terdapat masalah resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik yang tidak bijak, dan pengendalian infeksi yang belum optimal. (Permenkes, 2011). Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan tahun 2015 mengenai pola kepekaan bakteri penyebeb pnemonia terhadap antibiotik yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi RSUP. DR. M. Djamil didapatkan resistensi yang tinggi berturut-turut: Erythromycin (76,33%), Ampicillin

(76,28%), Sulfamethroxazole + Trimethroprime (66,22%), Tetracyclin (61,31%) dan Choramphenicol (60,63%). (Kurniawan, 2015) Selain hal tersebut di atas masalah lain yang timbul adalah efek samping obat yang cukup serius dan dampak yang paling buruk adalah bila kemudian tidak ada lagi antibiotik yang dapat digunakan dan mampu untuk eradikasi bakteri penyebab infeksi sehingga dapat mengancam jiwa penderita. Setiap tahunnya di Amerika Serikat terdapat minimal 2 juta orang terinfeksi bakteri yang resisten dengan antibiotik, dan tidak kurang dari 23.000 orang meninggal setiap tahunnya karena infeksi tersebut. (CDC, 2017) Badan Kesehatan Dunia WHO menyarankan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dengan cara, 1) melakukan monitoring penggunaan obat dan kebijakan farmasi, 2) menyediakan petunjuk kebijakan dan menyokong untuk melakukan monitoring penggunaan obat, mengimplementasi dan evaluasi strategi nasional untuk meningkatkan penggunaan obat rasional, 3) mengembangkan dan memberi program-program pelatihan tenaga profesional kesehatan secara nasional dalam hal melakukan monitor dan memperbaiki penggunaan obat pada semua level dan sistim kesehatan. (WHO, 2010) Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi antibiotik secara kuantitatif dilakukan bedasarkan nilai Defined Daily Doses (DDD), sedangkan secara kualitatif dilakukan dengan menilai ketepatan penggunaan antibiotik dengan menggunakan alur Gyssen (WHO, 2010). Permenkes no.8 tahun 2015 pada bagian ketiga pasal 10 menyebutkan bahwa evaluasi terhadap pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit dilakukan melalui evaluasi penggunaan antibiotik serta pemantauan atas muncul dan menyebarnya mikroba multiresisten terhadap antibiotik (multi drug resistance). Selanjutnya pada bagian keempat pasal 11 disebutkan bahwa indikator mutu PPRA di rumah sakit antara lain adanya perbaikan penggunaan antibiotik baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang dievaluasi dan dilaporkan setiap tahun. Di Indonesia sendiri sudah dilakukan kajian tentang rasionalitas ini, tetapi data yang dilaporkan masih sedikit dan belum ada standardisasi secara nasional (Dertarani, 2009). Di RSUP DR. M. Djamil, penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotik sudah banyak dilakukan, namun penelitian tersebut terbatas hanya pada pada satu bangsal seperti yang dilaksanakan oleh Lestari, 2011 di bangsal Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang pada bulan Februari sampai bulan Mei 2011, atau hanya pada satu jenis penyakit seperti yang dilakukan oleh Hidayati, 2014 yang meneliti pola penggunaan antibiotik pada pasien sepsis di bangsal Penyakit Dalam. Maka dari itu peneliti akan meneliti mengenai pola

dan evaluasi penggunaan antibiotik yang lebih luas dan mencakup semua jenis penyakit di empat bagian besar rawat inap RSUP. DR. M. Djamil Padang (Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn). Data ini dibutuhkan untuk melihat secara keseluruhan pola peresepan antibiotika baik kualitatif maupun kuantitatif sehingga memberikan informasi bagi RSUP DR. M. Djamil dalam pemetaan masalah potensi resistensi bakteri terhadap antibiotika tertentu. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran karakteristik penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016? 2. Bagaimana kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September- Oktober 2016? 3. Bagaimana kualitas penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September- Oktober 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik pasien rawat inap di di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016 2. Mengetahui prosentase jumlah pasien yang menggunakan antibiotik pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016 3. Mengetahui prosentase rata-rata jumlah kombinasi antibiotik yang digunakan pada setiap pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016 4. Menghitung penggunaan antibiotik secara kuantitas berdasarkan perhitungan DDD (Defined Daily Dose) pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016

5. Mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan kriteria Gyssens pada pasien rawat inap di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang periode September-Oktober 2016. 6. Mengatahui keterkaitan penggunaan antibiotik dengan kejadian resistensi di bangsal Anak, Bedah, Penyakit Dalam, dan Obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang RSUP DR. M. Djamil Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Praktisi Kesehatan RSUP DR. M. Djamil Padang 1. Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen Rumah Sakit khususnya dokter dalam memberikan terapi antibiotika secara tepat. 2. Meminimalkan resiko terjadinya kesalahan penggunaan antibiotika di rumah sakit sehingga efek terapi optimal yang diinginkan dapat tercapai 3. Menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi para dokter RSUP DR. M. Djamil Padang dalam penggunaan antibiotika 4. Menjadi bahan informasi serta bahan evaluasi bagi para Farmasis dalam pemantaun penggunaan obat di RSUP DR. M. Djamil Padang 5. Menjadi bahan untuk memetakan potensi penyebab munculnya resistensi bakteri terhadap antibotika tertentu. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Di bidang Pendidikan, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pengetahuan tentang kuantitas dan kualitas penggunaan anibiotika di masyarakat khususnya di Rumah Sakit. 1.4.3 Bagi Program Studi Farmasi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi serta bahan pembelajaran bagi mahasiswa Strata II Farmasi lainnya 1.4.4 Bagi Peneliti Peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan serta penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian tentang antibiotika sudah banyak dilakukan, namun dalam penelitian ini dibatasi pada kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotika dan keterkaitannya dengan kejadian resistensi antibiotik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan menilai keterkaitan angka kejadain resistensi

antibiotik dengan hasil evaluasi memalui metode DDD (Defined Daily Dose) dengan unit pengukuran DDD 100 patient-days dan kategori Gyssens. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pulang yang dirawat inap di bangsal anak, bedah, penyakit dalam, dan obgyn RSUP DR. M. Djamil Padang. Waktu yang dipilih dalam sumber data penelitian ini adalah data pasien rawatan yang keluar rumah sakit dalam periode September sampai Oktober 2016. Waktu tersebut dipilih karena pada bulan tersebut kelengkapan data pasien, data hasil kultur dan stok obat lengkap.