BAB II LANDASAN TEORITIS. Individu berusaha untuk dapat mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Antara Kepercayaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Siswa Remaja Kelas X Di Sekolah Menengah Akhir Muhammadiyah 5 Karanggeneng

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB II LANDASAN TEORI

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teoritis A.1. Penyesuaian Diri 1.1. Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yaitu proses yang mencakup respon mental dan perilaku. Individu berusaha untuk dapat mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialami agar dapat terwujud keseimbangan antara tuntutan dalam diri dengan yang diharapkan oleh lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya (Desmita, 2009:193). Pendapat lain juga menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individuindividu agar berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik-konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari luar atau lingkungan tempat individu berada (Ali & Asrori, 2005:176). Calhoun dan Acocella (1990:13) menyatakan penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan sekitar tempat tingalnya. 16

17 Beberapa definisi diatas dijadikan kesimpulan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan perilaku untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan internal, mengatasi ketegangan serta konflik yang terjadi kelarasan antara tuntutan pribadi dengan lingkungan tuntutan tempat tinggalnya. 1.2. Aspek penyesuaian diri Dalam Desmita (2012:195) menyatakan bahwa penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari aspek kepribadian yaitu : a. Kematangan emosional Kematangan emosional dalam penyesuaian diri yaitu kemampuan individu untuk mengontrol situasi yang dialami b. Kematangan intelektual Kematangan intelektual yaitu kemampuan individu dalam memhami orang laik serta kemampuan dalam mengambil keputusan c. Kematangan sosial Kematangan sosial yaitu termasuk keterlibatan individu dalam partisipasi sosial, kesediaan untuk berbagi serta memiliki hubungan yang baik dalam pergulan

18 d. Tanggung jawab Tanggung jawab individu dapat terlihat dari sikap produktif dalam mengembangkan diri, kesediaan individu untuk menolong orang lain, dan mampu berempati kepada orang lain. Pendapat diatas diperkuat dengan adanya pendapat dari Ali & Ansori bahwa penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari beberapa karakteristik yaitu : a. Tidak terdapat emosional yang berlebihan b. Tidak terdapat mekanisme psikologis c. Tidak terdapat perasaan frustasi pribadi d. Memiliki kemampuan untuk belajar e. Pemanfaatan pengalaman f. Sikap yang realistis dan objektif g. Adanya pertimbangan rasional dan pertimbangan diri. Ali & Ansori mengemukakan bahwa individu yang mampu memberi respon yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan dianggap memiliki penyesuaian diri yang baik. Dan berlaku sebaliknya. (Ali & Ansori, 2005:179) Pendapat yang telah dikemukakan kembali adanya pendapat Sunarto & Hartono yang menyebutkan bahwa karakteristik penyesuaian diri yang baik dapat ditunjukkan dengan tidak adanya ketegangan emosional, tidak adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai

19 pengalaman, dan memiliki sikap realistik dan objektif. Penyesuaian diri yang buruk ditandai beberapa tingkah laku yang salah, tidak terarah, emosional, tidak realistik, agresif dan sebagainya (Sunarto & Hartono, 2008:222). Fatimah membagi penyesuaian diri menjadi dua yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial adalah penyesuaian yang terjadi dalam lingkup sosial berkaitan mengenai interaksi dengan orang lain. Sedangkan penyesuaian diri pribadi yaitu kemampuan seorang untuk menerima diri dan tercapainya keharmonisan antara dirinya dengan lingkungan, tanpa adanya rasa ketidak percayaan terhadap potensi yang dimilikinya (Fatimah, 2010:207) 1.3. Faktor-Faktor penyesuaian diri Dalam Ali & Asrori, 2005:181-189 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Keadaan fisik dan faktor keturunan. Konstitusi fisik dan faktor keturunan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan menentukan penyesuaian diri individu. b. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, emosi, dan moral c. Faktor psikologis, meliputi pengalaman pembelajaran, latihan, dan pendidikan, frustasi dan konflik, serta determinasi diri.

20 d. Keadaan lingkungan seperti rumah dan keluarga. Hubungan antara orang tua dan anak, hubungan dengan masyarakat e. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama. A.2. Kepercayaan Diri 2.1. Definisi Kepercayaan Diri Fatimah (2006:149) kepercayaan diri merupakan sikap positif pada individu yang menjadikan individu tersebut memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri, lingkungan atau situasi yang dihadapi. Kepercayaan diri menurut Vendenbos (2006) yaitu percaya atas kapasitas dan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri dan memperlihatkan pribadi yang positif. Kedua definisi diatas selaras dengan yang telah dikemukakan Hakim (2002:5) bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang membuat merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Dariyo (2007:206) bahwa sikap percaya diri merupakan kemampuan untuk dapat memahami dan menyakini seluruh potensinya dapat dipergunakan untuk proses penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah sikap positif yang menjadikan individu memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri, lingkungan dan situasi yang dialami untuk mencapai tujuan.

21 2.2. Komponen Kepercayaan Diri Fatimah (2010:149-150) terdapat beberapa komponen dalam kepercayaan diri individu. Komponen tersebut adalah : a. Percaya akan kemampuan diri sendiri. Individu percaya atas kemampuan sendiri. b. Percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan mereka dari tindakan mereka sendiri. c. Mempunyai cara pandang yang positif. Individu memiliki penilaian positif pada diri sendiri dan lingkungan. d. Memiliki harapan yang realistis. Hakim (2002:5) menjelaskan komponen kepercayaan diri yaitu bersikap tenang, dalam mengerjakan tugas-tugasnya, mempunyai potensi dan kemampuan yang cukup, mampu menetralisir ketegangan yang muncul diberbagai situasi, mampu menyelesaiakan masalah secara positif. Sejalan dengan kedua definisi diatas Lauster (1998) menyatakan bahwa terdapat beberapa komponen kepercayaan diri yang positif yang dimiliki yaitu memiliki sikap positif bahwa individu tersebut mengerti dengan sungguh-sungguh apa yang dilakukan, mampu memiliki pandangan baik dalam menghadapi segala tentang diri, harapan, dan kemampuan yang dimiliki, individu mampu bersikap objektif, bertanggung jawab, serta rasional dan reaslistis (Gufron, 2010:35) Mengacu dari beberapa komponen kepercayaan diri diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen dari kepercayaan diri yaitu percaya atas kemampuan

22 diri sendiri, berani menjadi diri sendiri, adanya kepercayaan bahwa keberhasilan dan kegagalan meraka adalah hasil dari tindakan mereka, memiliki cara pandang yang positif, dan memiliki harapan realistis. 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Hakim (2002:5-6) terbentuknya kepercayaan diri yang kuat terjadi melalui proses sebagai berikut : a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. b. Pemahamam seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfatkan kelabihanya-kelebihanya. c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya gar tidak menimbulkan rasa sulit menyesuaikan diri. d. Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya. A.3. Remaja 3.1. Definisi Remaja Santrock (2007:395) remaja merupakan periode transisi antara perkembangan masa anak-anak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional yang mempunyai tugas pokok mempersiapkan diri kemasa

23 dewasa. Muangman memaparkan pendapat bahwa remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Hal tersebut juga mendukung adanya peralihan dari ketergantungan sosio-ekonomi yang penuh menjadi keadaa yang relatif mandiri (Sarwono, 2008:9). Monks, Knoer, dan Harditono (2006:262) menjalaskan perkembangan remaja secara global berlangsung terbagi antara 12 sampai 21 tahun yaitu dengan pembagian 12 sampai 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 sampai 18 tahun sebagai masa remaja pertengahan, dan 18 sampai 21 tahun sebagai remaja akhir, siswa merupakan peserta didik yang berdasarkan usia dan perkembanganya terbagi pada masa anakanak dan masa remaja. Siswa SMP dan SMA merupakan peserta didik yang tergolong pada tahap perkembangan remaja. Siswa SMA tergolong dalam remaja tengah karena usianya berkisar antara 15 sampai 18 tahun. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara anak-anak dan dewasa yang melibatkan perubahan kognitif, biologis, dan sosial-ekonomi yang penuh menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri. 3.2. Tugas Perkembangan Remaja Havighurst (Sarwono,2008:125) membagi tugas perkembangan pada remaja sebagai berikut : a. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.

24 b. Menerima dan memperluas hubungan secara lebih matang dengan teman sebaya dari jenis yang manapun. c. Menerima peran jenis kelamin masing-masing baik laki-laki ataupun perempuan d. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainya. e. Melakukan persiapan untuk karir ekonominya. f. Melakukan persiapan mengenai perkawinan dan kehidupan keluarga. g. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. h. Melakukan pencapaian terhadap sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya. B. Hubungan Antar Variabel Desmita (2009:193) mengatakan bahwa penyesuaian diri sebagai suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan dalam diri, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialami sehingga terwujud keselarasan antara tuntutan dalam diri dengan yang diharapkan oleh lingkungan, siswa remaja SMA kelas X telah mengalami perubahan lingkungan sekolah dari jenjang SMP ke jenjang SMA, dengan begitu tentunya siswa akan mengalami perubahan-perubahan baik diri sendiri, orang lain, serta lingkungan disekitar, perubahan-perubahan tersebut akan menimbulkan konflik atau suatu permasalahan sehingga siswa tentunya membutuhkan penyesuaian diri.

25 Desmita (2009:195) karakteristik penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu, kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial, dan tanggung jawab. Hal ini berarti menunjukkan bahwa siswa akan mampu menyesuaikan diri. Sejalan dengan itu, Ali & Asrori (2005:176) individu yang mampu menyesuaikan diri dapat di tinjau dari ada atau tidaknya emosional yang berlebihan, mekanisme psikologis, perasaan ketidaknyamanan pribadi kemapuan untuk belajar, pemanfaatan pengalaman, sikap realistis dan objektif, serta peritmbangan rasional dan pertimbangan diri. Terdapat pula pemaparan yang diberikan oleh Desmita (2009:195) yang menyebutkan bahwa kematangan emosional dalam penyesuaian diri yaitu kemampuan individu untuk mengahdapi situasi emosional. Damon mengemukakan sebagian besar remaja yang memiliki kepercayaan diri rendah akan memunculkan ketidaknyamanan secara emosional sehingga kematangan emosianal berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mampu menyesuaikan diri dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan siswa dalam menghadapi situasi emosional ketika mengalami suatu permasalahan dihadapi dengan tenang dan mampu meredam atau mengontrol emosi (Santrock, 2003:339). Selain kematangan emosional, kepercayaan diri juga mempengaruhi kematangan intelektual, kematangan sosial dan tanggung jawab. Desmita (2009:195) mengatakan bahwa kematangan intelektual seseorang salah satunya dapat ditunjukkan dalam bentuk kemampuan individu dalam memahami orang lain dengan positif. Fatimah (2010:145) memiliki cara pandang positif merupakan komponen dari

26 kepercayaan diri yang dapat menunjukkan kematangan intelektual yaitu adanya cara pandang positif terhadap diri sendiri dam orang lain sehingga mampu memahami orang lain Kematangan sosial dalam penyesuaian diri dapat ditunjukkan dengan keterlibatan seseorang dalam kegiatan sosial, bersedia untuk bekerja sama dengan orang lain, dan adanya keakraban dalam pergaulan. Dengan adanya sikap positif dan pada diri seseorang individu dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Tanggung jawab juga merupakan karakteristik yang dapat menunjukkan penyesuaian diri seseorang. Tanggung jawab dapat ditunjukkan dengan kesediaan menolong orang lain, berempati terhadap orang lain serta produktif dalam mengembangkan diri (Desmita, 2009:195). Siswa yang mampu menyesuaikan diri akan mampu mengembangkan diri dan percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan merupakan hasil dari tindakan mereka sendiri. Kepercayaan tersebut merupakan komponen dari kepercayaan diri (Fatimah, 2010:145). Sesuai pemaparan tersebut individu yang percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan merupakan hasil dari tindakan mereka sendiri dapat mempengaruhi penyesuaian diri. Penyesuaian diri sangat penting bagi siswa SMA terutama pada kelas X, adanya perbedaan karakteristik dan jenjang pendidikan menyebabkan siswa harus mampu menyesuaikan diri sehingga dapat menyelaraskan antara tuntutan internal dengan tuntutan dari lingkungan sehingga tidak muncul konflik atau suatu masalah. Hal ini diperkuat dengan asumsi bahwa individu harus mampu menyelaraskan diri

27 dengan lingkungan luar untuk mengatasi konflik atau masalah yang terjadi (Desmita, 2009:195). Untuk dapat menyesuaikan diri diperlukan kepercayaan diri. Hala ini diperkuat dengan adanya pendapat Fatimah (2010:145) bahwa penyesuaian diri pribadi yaitu kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya keharmonisan antara dirinya dengan lingkungan, tanpa adanya rasa ketidakkepercayaan terhadap potensi yang daia milikinya. Fatimah (2010:145) menyatakan bahwa kepercayaan diri mempengaruhi penyesuaian diri pada siswa atau peserta didik. C. Kerangka Konseptual Variabel Bebas (X) Kepercayaan Diri - Percaya akan kemampuan diri sendiri. - Percaya bahwa keberhasilan dan kegagalan mereka dari tindakan mereka sendiri. - Mempunyai cara pandang yang positif Variabel Terikat (Y) Penyesuaian Diri - kematangan emosional - kematangan intelektual - kematangan sosial - Tanggung jawab - Memiliki harapan yang realistis.

28 D. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah serta landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh antara tingkat kepercayaan diri terhadap tingkat penyesuaian diri pada siswa remaja kelas X di SMAM 5 Karanggeneng.