Kaidah-kaidah Utama tentang Asma` dan Sifat Allah



dokumen-dokumen yang mirip
Kaidah-kaidah Utama tentang Asma` dan Sifat Allah I

DI BULAN SUCI RAMADHAN

Keindahan Nama-nama Allah

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Memahami Takdir Secara Adil

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Hukum Merokok Dan Menjualnya

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Perintah Pertama di Dalam Alquran

Hukum Cerai Tanpa Sebab

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua:

Ebooks. ا ا ا ل ال

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Ramadhan dan Taubat Kepada Allah

!!" #$ % &' &()*+&, -./ +0 &'!1 2 &3/" 4./" 56 * % &' &()*+&, " "# $ %! #78*5 9: ;<*% =7" >1?@*5 0 ;A " 4! : B C*5 0 D % *=75E& 2 >1?@* "/ 4!

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

E٤٢ J٣٣ W F : :

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Mengimani Nama Allah, Ar-Raqib

Hukum Ucapan Fulan Mati Syahid

Diterjemahkan oleh : Abu Sa id Neno Triyono א א א.

S U R G A. Diterjemahkan dari: Where do I Start oleh Bint. Mhahmood Islam4Kids.com. Alih Bahasa: Ummu Abdullah

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

[ Indonesia Indonesian

Ramadhan Bulan Pembebasan dari Api Neraka

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :


KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

Tauhid, keutamaan dan macam-macamnya

RISALAH DOA. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

DOA KALA SUSAH GELISAH RESAH DAN GUNDAH

AL-HAFIIDH DAN AL-HAAFIDH Syaikh Amin bin Abdullah asy-syaqawi

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

10 Pembatal Keislaman

DOA WIRID YANG TERMUAT DALAM AL QUR AN

E١١٧ J١٠٩ W F : :

TATA URUTAN AMALAN. taklid buta yang hanya mengandalkan tradisi para leluhur tanpa diiringi

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

Iman Kepada KITAB-KITAB

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

Apakah Boleh Bekerja di Bank Kovensional?

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)


Mengimani Kehendak Allah

lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

PERAYAAN NATAL BERSAMA

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Kesyirikan Pada Umat-Umat Terdahulu

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

Al-Muhiith, Al-Wakiil dan Al-Fattaah

Konsisten dalam kebaikan

Dasar-dasar Memahami Tauhid

Motivasi Agar Istiqomah

Pembagian Tauhid. 1.Tauhid Rububiyah

Imam Nasser Muhammad Al-Yamani:

Beberapa Manfaat dan Keutamaan Istighfar

Post

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

Al-'Azhiim, Al-Majiid dan Al-Kabiir

Apakah Asal dalam Dakwah Adalah Tauqifi?

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-ku. (Adz-Dzariyaat 51:56)

Mentadabburi Nama Allah, Al-Ghani (Maha Kaya)

TAWASSUL DENGAN NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH TA'ALA

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

A L - H A K I I M Yang Maha Bijaksana

: :

TAFSIR SURAT ALAM NASYRAH

Edisi 02/ I/ Dzulhijjah/ 1425 H Januari/ 2005 M)

ISLAM IS THE BEST CHOICE

Mengusir Asap? Allah Yang Meniupkan Angin dan Menurunkan Hujan

Pengaruh Shalat dan Maksiat Terhadap Rezeki

Kasih Sayang Nabi Muhammad? Kepada Umatnya

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

KITAB KELENGKAPAN BAB DZIKIR DAN DO'A

Syaikh Dr. Sa id bin Ali bin Wahf al-qahthani

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Pengertian Ikhlas. Syaikh Muhammad Bin Shalih al-'utsaimin. rahimahullah. Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

3 Wasiat Agung Rasulullah

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

: : :

Mari Bershalawat Rabu, 07 April 04

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

مت إعداد هذا امللف آليا بواسطة املكتبة الشاملة

Transkripsi:

Kaidah-kaidah Utama tentang Asma` dan Sifat Allah ( باللغة اإلندونيسية ) Disusun Oleh: Muh. Iqbal Ghazali Murajaah : Abu Ziyad القواعد يف األمساء والصفات إعداد: حممد إقبال غزايل مراجعة: إيكو أبو زياد Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah املكتب التعاوني للدعوة وتوعية اجلاليات بالربوة مبدينة الرياض 1429 2008

Kaidah-kaidah Utama tentang Asma` dan Sifat Allah Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-nya. Oleh karena itu, Dia mengutus para rasul kepada umat manusia. Dia menerangkan rincian ibadah, tujuan penciptaan mereka di dalam Kitab-Nya yang mulia dan di dalam Sunnah Rasul-Nya yang terpercaya. Dia memerintahkan hamba-nya untuk melaksanakan seluruh apa yang diwajibkan dan meninggalkan semua yang dilarang, secara ikhlas kepada-nya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang baik hingga hari kiamat. Amma ba'du, Asma` dan sifat adalah termasuk bagian dalam tauhid, (selain Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyyah), yang maknanya adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-nya sebagaimana diterangkan dalam al- Qur`an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah tanpa tahrif (mengubah lafazh dan membelokkan makna sebenarnya), ta'thil (pengingkaran seluruh atau sebagian sifat dan Dzat Allah ), takyiif (menanyakan bagaimana Allah ), tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-nya). Dalam hal ini Allah berfirman: ل ي س ك م ث ل و ش ى ء ى الس م يع ال ب ص ري }11{ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy-Syura:11) Hal ini menunjukkan apabila kita mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh-sungguh, menghafal, kemudian memahami maknanya serta beribadah kepada Allah maka akan menjadi penguat iman yang paling besar, bahkan mengenal Asma` dan sifat-nya merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu kembali kepada dasar yang agung ini. Berdasarkan hal tersebut, dalam kesempatan ini kami menulis beberapa kaidah penting tentang asma dan sifat Allah yang dikutip dari kitab 'al-qawa'idul Mutsla fil asma`i wash shifat karya Syaikh Muhammad 1

bin Shalih al-'utsaimin dan dari kitab Syarh asma`ilhusna fii dhauil kitaab wass sunnah, karya Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf al-qahthani, serta dari kitab Faidah Jalillah fi Qawa'idil Asma`il Husna, karya Ibnul Qayyim. Dengan harapan semoga kutipan singkat ini bermanfaat bagi kita semua - kaum muslimin- yang mengharapkan ridha Allah. Allah berfirman: هلل ا أل س م أء ال ح س ن ى ف اد ع ه ب ي ا Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-nya dengan menyebut asma-ul husna itu. (QS. Al-A'raaf:180) Doa yang disebutkan dalam ayat di atas mengandung doa masalah dan doa ibadah. Doa masalah adalah memohon kepada Allah diawali dengan menyebutkan nama yang sesuai dengan satu atau beberapa nama dari nama-nama-nya. Seperti mengatakan: ي ا غ ف ر اغ ف ر ل ي, ي ار ح ي م ار ح م ن ي, ي اح ف ي ظ اح ف ظ ن ي "Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah aku. Ya Allah Yang Maha Pengasih, kasihilah aku. Ya Allah Yang Maha Pelindung, lindungilah aku." Sedangkan doa ibadah adalah melaksanakan ibadah kepada Allah berdasarkan Asma`ul Husna ini. seperti kita bertaubat kepada Allah karena Dia Maha Penerima Taubat, berdzikir dengan-nya karena Dia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya. Mengingat pentingnya masalah asma` dan sifat ini, banyak umat Islam yang membicarakannya. Ada yang sesuai dengan al-qur`an dan Sunnah dan hanya inilah golongan yang benar dan diridhai Allah, ada yang menyimpang dari jalan yang lurus dengan menolak semua asma dan sifat Allah, ada yang menerima sebagian sifat Allah dan menolak sebagian yang lain, ada pula yang memalingkannya dari makna yang sebenarnya. Di antara kaum yang menyimpang itu, ada yang karena salah dalam memahami dalil, ada yang karena bodoh, dan ada pula yang hanya karena berdasarkan ta'ashshub buta. Dan agar kita tidak terjerumus ke 2

jalan yang menyimpang, berikut ini beberapa kaidah penting yang berkenaan dengan asma` dan sifat Allah : 1. Seluruh Asma Allah adalah husna, artinya Maha Indah. Firman Allah : هلل ا أل س م أء ال ح س ن ى ف اد ع ه ب ي ا Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-nya dengan menyebut asma-ul husna itu. (QS. Al-A'raaf :180) Asma Allah Maha Indah dan sempurna karena tidak terkandung di dalamnya kekurangan sedikitpun, baik secara eksplisit maupun implisit. Contohnya: العليييم (Yang Maha Tahu) salah satu asma` Allah yang mengandung sifat 'ilmu' (pengetahuan) yang sempurna, tidak didahului oleh sifat kebodohan dan tidak pula dihinggapi sifat lupa. Firman Allah : ق ال ع ل م ه ا ع ند ر ب ف ك ت اب ال ي ض ل ر ب و ال ي نس ى Musa menjawab:"pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabb kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; (QS. Thaha :52) Ilmu pengetahuan Allah maha luas, meliputi segala sesuatu, baik secara umum maupun rinci, berkenaan dengan perbuatan Allah sendiri maupun makhluk-nya. firman Allah : و ع ن د ه م ف ات ح ال غ ي ب ال ي ع ل م ه آ إ ال ى و و ي ع ل م م ا ف ال ب ر و ال ب ح ر و م ا ت س ق ط م ن و ر ق ة ي ع ل م ه ا و ال ب ة ف ل م ا ت ا أل ر ض و ال ر ط ب و ال ي اب س إ ال ف ك ت اب م ب ني Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.al-An'aam:59) Dan firman Allah : م ام ن د آب ة ف ي ا أل ر ض إ ال ع ل ى اهلل ر ز ق ي ا ي ع ل م م س ت ق ر ى ا م س ت د ع ي ا ك ل ف ي ك ت اب م ب ن }6 } Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Huud:6) Kedua ayat di atas memberikan penjelasan secara nyata bahwa tidak ada sesuatupun di alam semesta ini yang terlepas dari ilmu Allah yang Maha 3

Luas dan tanpa batas. Itulah kesempurnaan dan keindahan ilmu Allah. Demikian pula sifat-sifat Allah yang lainnya, semuanya indah dan sempurna. 2. Asma` Allah adalah nama dan sifat. Nama dipandang dari indikasinya (dalalah) kepada dzat dan sifat dipandang dari indikasinya kepada makna. Dari pengertian pertama, maka seluruh asma` adalah mutaradif (sinonim), karena indikasinya hanya kepada satu dzat, yaitu Allah. Sedangkan dari pengertian kedua, maka semua asma Allah adalah mutabayinah (diferensial), karena setiap asma` mempunyai indikasi (dalalah) makna yang tersendiri. Contohnya: احلي العليم القدير السميع البصري الرمحن الرحيم Semuanya adalah asma untuk satu Dzat, yaitu Allah. Akan tetapi makna القدير tidak sama dengan makna العليم dan العليم tidak sama dengan makna احليي demikianlah seterusnya. Asma Allah disebut nama dan sifat berdasarkan petunjuk dari al-qur`an, seperti firman Allah : و ى و ال غ ف ور الر يم dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus: 107) dan firman Allah : و ر ب ك ال غ ف ور ذ و الر ح ة Dan RabbmulahYang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat.. (QS. Al- Kahf :58) Ayat yang kedua dengan jelas menunjukkan bahwa ar-rahim yaitu yang mempunyai sifat rahmah. Selain itu, berdasarkan konsensus para ahli bahasa dan adat kebiasaan, bahwa tidak dikatakan 'alim kepada orang yang tidak mempunyai ilmu, tidak dikatakan sami' kepada orang yang tidak mempunyai pendengaran, tidak dikatakan bashir kepada orang yang tidak mempunyai penglihatan, dan demikian pula seterusnya. 4

3. Asma Allah, jika menunjukkan pengertian transitif (muta'adii), maka mengandung tiga hal: Pertama: ketetapan asma tersebut untuk Allah. Kedua: ketetapan sifat yang dikandung oleh Asma ini untuk Allah. Ketiga: Ketetapan hukumnya dan tuntutannya (objek) dari sifat tersebut. Contoh nama الس مي (Maha Mendengar), mengandung ketetapan nama ini untuk Allah, ketetapan bahwa Allah mempunyai sifat 'sama' (mendengar), dan ketetapan hukum dan tuntutannya (objek), yaitu segala bisikan dan kata-kata rahasia serta segala bunyi yang selalu didengar oleh Allah, sebagaimana firman-nya: و اهلل ي س م ت او ر ك م آ إ ن اهلل س ي ب ص ري Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua.sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Mujadilah:1) Akan tetapi jika nama Allah menunjukkan makna intransitif (lazim), maka hanya mengandung dua hal: Pertama: ketetapan nama tersebut untuk Allah. Kedua: ketetapan sifat yang dikandung oleh makna ini untuk Allah : contoh: nama ' احل ' (Yang Maha Hidup) mengandung ketetapan bahwa nama ini untuk Allah dan ketetapan adanya sifat 'hayah' (hidup) bagi-nya. 4. Asma` Allah adalah tauqifiyyah, yaitu berdasarkan pada wahyu, akan tidak mempunyai peran di dalamnya. Oleh karena itu, dalam masalah asma` ini harus berlandaskan al- Qur`an dan Sunnah yang shahih, tidak boleh ditambah ataupun dikurangi, karena akal saja tidak mungkin dapat mengetahui asma yang dimiliki oleh Allah. Untuk itu wajib berpijak kepada nash. Firman Allah : و ال ت ق ف م ال ي س ل ك ب و ع ل م إ ن الس م و ال ب ص ر و ال ف ؤ اد ك ل أ و ال ئ ك ك ان ع ن و م س ئ وال Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra` :36) Selain itu, memberikan nama kepada Allah dengan asma` yang tidak ditetapkan oleh Allah bagi diri-nya sendiri, atau mengingkari asma`-nya adalah pelanggaran terhadap hak Allah. Maka, wajiblah berlaku sopan 5

dalam masalah ini dan cukup dengan mengikuti apa yang datang dari nash. 5. Asma` Allah tidak terbatas pada bilangan tertentu, berdasarkan sabda Rasulullah : ف ر ا م ا أ ص اب م س ل م ا ق ط ى م و ال ز ن ف ق ال الل ه م إ ع ب د و و ا ب ن أ م ت ك ي اص ي ي ي د و م ا ض ف ك م ك ع د ل ف ق ض اء و أ س أ ل ك ب ك ل اس م ى و ل ك س ي ب و ي ف س ك أ و أ ي ز ل ت و ك ت اب ك أ و ع ل م ت و أ د ا م ن ل ق ك أ و اس ت أ ت ر ت ب و ع ل م ال غ ي ب ع ن د و أ ن ت ع ل ال ق ر آن ر ب ي ق ل ب و جال ء ز و ذى اب ه إ ال أ ذ ى ب اهلل ه و و أ ب د ل و م ك ان ز ي و 'Tidak ada duka cita dan kesedihan yang menimpa seorang muslim, lalu ia membaca: 'Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba-mu dan putra dari jariyah-mu, ubun-ubunku berada di tangan-mu, berlaku padaku hukum-mu, sangat adil padaku keputusan-mu, aku memohon kepada-mu dengan seluruh asma-mu, yang telah Engkau namakan untuk diri-mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-mu, atau engkau ajarkan kepada seseorang di antara makhluk- Mu, atau masih dalam rahasia gaib pada-mu, yang hanya Engkau sendiri yang mengetahuinya, agar Engkau jadikan al-qur`an sebagai penyejuk hatiku, pembersih sakit hatiku, dan penghapus kesedihanku,' melainkan Allah menghilangkan kesedihan hatinya dan menggantikan tempat duka citanya menjadi kebahagiaan.' 1 Dia menjadikan asma-nya menjadi tiga bagian: 1. Nama yang Dia berikan untuk dirinya dan Dia beritahukan kepada para malaikat-nya atau yang lainnya, namun nama-nama-nya tidak disebutkan dalam kitab-nya. 2. Dia menurunkan nama itu dalam kitab-nya dan memberitahukan kepada hamba-hamba-nya. 3. Yang menjadi rahasia gaib padanya dan hanya Dia sendiri yang mengetahuinya, tidak ada seorangpun di antara makhluk yang mengetahuinya. Oleh karena itu Nabi bersabda: "Ista`tsarta bihi" artinya hanya Engkau yang mengetahuinya. Dan berdasarkan ini Nabi bersabda dalam hadits syafaat: 1 HR. al-hakim 1877, Ibnu Hibban 972, Ahmad 3712 &4318, Ibnu Abi Syaibah 28318, dan Thabrani dalam al-mu'jamul Kabir 10352-Shahih). 6

ف ي ف ت ح ع ل م ن م ام د ه ب ا ال أ س ن و ا آلن "Maka dibuka kepadaku (untuk mengungkapkan) segala pujian kepada-nya dengan pujian yang tidak bisa saya ungkapkan dengan baik di sini (di dunia)." 2 Dan dalam hadits yang lain: ال أ ص ت ن اء ع ل ي ك ك م ا أ ت ن ي ع ل ى ي ف س ك "Aku tidak bisa menghinggakan pujian kepada-mu seperti Engkau memuji terhadap diri-mu." 3 Adapun hadits yang berbunyi: إ ن هلل ت س ع ة و ت س ع ني ا س ا م ائ ة إ ال و ا د ة م ن أ ص اى ا د ل ال ن ة Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa yang dapat menghitungnya niscaya ia masuk ke dalam surga." 4 Yang dimaksud dengan menghitung asma Allah ialah menghapalnya, memahaminya maknanya, dan menghamba kepada Allah berdasarkan asma-nya. hadits ini tidak menunjukkan bahwa asma` Allah hanya 99 saja. Adapun makna hadits yang berbunyi "barangsiapa yang dapat menghitungnya niscaya ia masuk ke dalam surga" merupakan kalimat pelengkap, bukan kalimat terpisah dan berdiri sendiri. Sebagai contoh: bila seseorang berkata: 'Saya mempunyai uang Rp. 100.000.000 yang saya siapkan untuk sedekah', berarti bisa saja ia mempunyai uang selain RP. 100.000.000 yang disiapkan untuk berbagai macam keperluan lainnya. Adapun yang berkenaan dengan penyusunan dan penentuan jumlah asma` Allah, maka hadits tersebut adalah dha`if (lemah) jadi tidak bisa menjadi hujjah. 6. Ilhad (mengingkari) asma` Allah ialah tindakan menyelewengkan asma` dari kebenaran yang wajib dilaksanakan terhadapnya. Macam-macam ilhad: 2 Muslim (1/183 dan 185) 3 Muslim 1/352 4 HR. al-bukhari 2595, Muslim 2677, Ahmad 7493, at-tirmidzi 3506, Baihaqi 19601, Ibnu Majah 3860. 7

a. Mengingkari sesuatu dari asma` Allah, sifat dan hukum yang terkandung di dalamnya. Seperti tindakan kaum Jahmiyah dan golongan lain dari ahli ta'thil. Menurut mereka, sesungguhnya asma` adalah lafazh yang kosong, tidak mengandung sifat dan makna. Mereka memberikan nama kepada-nya as-sami`, al-bashir, al-hayy, ar-rahim, al-mutakallim, dan al-murid. Namun mereka mengatakan: Tiada kehidupan bagi-nya, tiada pendengaran, tiada penglihatan, tiada perkataan, tiada kehendak yang berdiri dengan-nya. Ini adalah ilhad paling besar pada asma`, baik secara akal, syara`, bahasa, dan fithrah. b. Menjadikan asma` Allah mempunyai indikasi (dalalah) yang serupa dengan sifat makhluk. Seperti tindakan ahlu tasybih (antropomorphism). Golongan ini adalah kebalikan dari golongan pertama yang mengingkari sifat Allah dan menolak sifat kesempurnaan-nya. c. Menamai Allah dengan nama yang tidak disebutkan-nya untuk diri- Nya dan tidak disebutkan oleh Rasul-Nya dalam hadits yang shahih. Seperti tindakan kaum Nasrani yang menamai-nya 'Bapa' dan tindakan filosof yang menyebut-nya 'Al`ilah al-fa`ilah' (Efficient Cause). Karena Asma` Allah adalah tauqifiyah, maka menamai Allah yang bukan berasal dari Allah atau dari Rasul-Nya, berarti menyelewengkan Asma` Allah dari kebenaran. d. Mengambil dari Asma` Allah nama untuk berhala. Seperti tindakan kaum musyrikin yang menamai berhala mereka dengan nama al-'uzza berasal dari al-'aziz dan berhala al-laat yang berasal dari al-ilah. Ilhad dengan segala macamnya adalah haram, karena Allah mengancam orang yang berbuat ilhad dengan firman-nya: و هلل ا أل س آء احل س ن ف اد ع وه ب ا و ذ ر وا ال ذ ين ي ل ح د ون ف أ س ائ و س ي ج ز و ن م اك اي وا ي ع م ل و ن Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A'raaf : 180) e. Mensifati-Nya dengan sifat yang Dia Maha Besar dan Maha Suci dari sifat kekurangan, seperti perkataan Yahudi yang paling jahat: "Innahu 8

faqiir (bahwasanya Dia fakir) dan perkataan mereka bahwa Dia beristirahat setelah menciptakan makhluk-nya. Dan perkataan mereka: ي د اهلل م غ ل ول ة غ ل أ ي د يه م و ل ع ن وا ب ا ق ال وا Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (QS. Al-Maidah:64) Dan perkataan-perkataan serupa dengan itu termasuk ilhad pada Asma` dan sifat Allah. 7. Dilalah Asma`ul Husna. Seluruh asma` Allah adalah husna, artinya Maha Indah dan semuanya menunjukkan kesempurnaan dan pujian yang absolut. Seluruhnya diambil dari sifat-sifat-nya. Maka sifat yang ada padanya tidak menafikan 'alamiyah (nama) dan 'alamiyah tidak menafikan sifat, dan dilalahnya (indikasinya) ada tiga: a. Dilaalah muthabaqah (adekusi), ketika kita tafsirkan nama dengan seluruh yang ditunjukkannya. b. Dilaalah tadhamun (inklusi), ketika kita tafsirkan dengan sebagian yang ditunjukkannya. c. Dan dilaalah iltizam (konsekuensi), ketika kita menunjukkannya atas yang lainnya dari asma` (nama-nama) sebagai konsekuensi nama ini atas nama-nama yang lain. Misalnya: ar-rahman (Yang Maha Pengasih), yang menunjukkan adanya sifat rahmah dan Dzat adalah dilaalah muthabaqah (adekusi), dan atas salah satunya adalah dilaalah tadhamun (inklusi) karena ia termasuk dalam kandungannya. Dan indikasinya atas Asma` yang tidak didapatkan sifat rahmat kecuali dengan tetapnya Asma` tersebut, seperti hayat (hidup), ilmu (pengetahuan) iradah (kehendak), qudrat (kekuasaan) dan yang lainnya adalah dilaalah iltizam (konsekuensi). Bagian yang terakhir ini memerlukan pemikiran yang kuat dan perenungan. Para ahli ilmu berbeda pendapat dalam hal ini. Maka jalan untuk mengenalnya adalah ketika anda memahami lafazh (kata) dan makna yang terkandung di dalamnya dan 9

anda memahaminya dengan baik, maka pikirkan maknanya yang tidak akan sempurna tanpa makna tersebut. 8. Asma` Allah dan sifat-sifat-nya hanya untuk-nya, dan persamaan nama tidak menunjukkan persamaan yang diberi nama. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Allah menamakan diri-nya dengan beberapa nama dan menamai sifat-sifat-nya dengan beberapa nama. Apabila Asma` tersebut diidhafahkan (disandarkan) kepada-nya maka asma` itu hanya untuk-nya, tiada sesuatupun yang menyekutui-nya pada sifat itu. Dia juga memberi nama kepada sebagian makhluk-nya dengan beberapa nama yang hanya untuk mereka. Persamaan nama tidak menunjukkan persamaan yang diberi nama. Allah menamai diri-nya Hayy (Yang Maha Hidup) dalam firman-nya: اهلل آل إ ل و إ ال ى و احل ال ق ي وم Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-nya); (QS. Al-Baqarah :255) Dan Dia memberi nama kepada sebagian hamba-nya Hayy (yang hidup) dalam firman-nya: ي ر ج احل م ن ال م ي و ي ر ج ال م ي م ن احل Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (QS. Ar-Ruum:19) Pengertian al-hayy (yang hidup) dalam surah ar-rumm ini tidak seperti pengertian al-hayy (Yang Maha Hidup) dalam surah al-baqarah yang disebutkan sebelumnya. Dalam ayat lain, Allah menamakan diri-nya 'Aliim, Haliim (Yang Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun), dan Dia memberikan nama kepada sebagian hamba-nya dengan nama 'Aliim, seperti dalam firman-nya: و ب ش ر وه ب غ ال م ع ل يم dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang alim (Ishak). (QS. Adz-Dzariyaat :28) maksudnya: Nabi Ishaq. Sebagaimana Dia juga menamai yang lain Halim, seperti dalam firman-nya: 11

ف ب ش ر ي اه ب غ ال م ل ي م Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. Ash-Shaaffaat :101) Maksudnya: Ismail. 'Aliim dalam ayat di atas bukan seperti al-'alim yang merupakan asma` Allah, dan Halim dalam ayat di atas bukan seperti pengertian al-halim yang merupakan salah satu dari asma` Allah. Nya: Dan Allah menamakan diri-nya Samii' dan Bashiir dalam firman- إ ن اهلل ي أ م ر ك م أ ن ت ؤ د وا ا أل م اي ات إ ل أ ى ل ه ا و إ ذ ا ك م ت م ب ني الن اأ أ ن ت ك م وا ب ال ع د ل إ ن اهلل ي ع م ا ي ع ك م ب و إ ن اهلل ك ان س يع ا ب ص ري ا Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisaa`:58) Dan Dia menamai sebagian makhluk-nya dengan nama 'samii' dan bashir' dalam firman-nya: إ ي ا ل ق ن ا ا إل يس ان م ن ي ط ف ة أ م ش اج ي ب ت ل يو ف ج ع ل ن اه س يع ا ب ص ري ا Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (QS. Al-Insaan :2) As-Samii' dalam ayat ini bukan seperti as-samii' yang merupakan salah satu dari asma` Allah yang disebutkan dalam ayat sebelumnya. Demikian pula al-bashiir dalam ayat ini tidak sama pengertiannya dengan al-bashiir yang merupakan salah satu asma` Allah yang dalam surah an-nisaa` yang disebutkan sebelumnya. Dia menamai diri-nya dengan nama ar-ra`uf dan ar-rahim, seperti dalam firman-nya: إ ن اهلل ب الن اأ ل ر ء وف ر يم Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah:143) Dan Dia memberi nama kepada sebagian makhluk-nya dengan nama ar-ra`uf ar-rahim dalam firman-nya: 11

ل ق د ج آء ك م ر س ول م ن أ يف س ك م ع ز يز ع ل ي و م اع ن ت م ر يص ع ل ي ك م ب ال م ؤ م ن ني ر ء وف ر ي م Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orangorang mu'min. (QS. At-Taubah:128) Sifat ar-ra`uf pada ayat sebelumnya tidak seperti sifat ra`uf pada ayat ini, dan sifat Rahim pada ayat sebelumnya tidak seperti sifat rahim para ayat ini. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: 'Nama-nama yang digunakan kepada Allah dan kepada hamba, seperti al-hayy, as-samii', al-bashiir, al- 'Aliim, al-qadiir dan yang semisalnya, ada tiga golongan dalam memandangnya: a. Segolongan dari mutakallimin berkata: ia adalah hakikat pada hamba dan majaaz pada Rabb. Ini adalah pendapat kaum Jahmiyah yang ekstrim. Ini adalah ucapan yang paling keji dan paling merusak. b. Pendapat sebaliknya, nama-nama itu adalah hakikat pada Rabb, majaaz pada Rabb. Ini adalah pendapat Abul-Abbas an-naasyi. c. Sesungguhnya nama-nama itu adalah hakikat pada Rabb dan hamba, dan inilah pendapat ahlus-sunnah. Perbedaan dua hakikat pada keduanya tidak mengeluarkannya dari kondisinya yang merupakan hakekat pada keduanya. Bagi Rabb dari nama-nama itu yang sesuai dengan kebesaran-nya, dan bagi hamba dari nama itu yang sesuai dengan kapasitasnya sebagai hamba. 9. Urutan menjaga (menghapal, memahami dan mengamalkan) Asma` Allah Yang Maha Indah. Barangsiapa yang menjaganya niscaya masuk surga. Ini adalah keterangan penghapalan asma'-nya 'barangsiapa yang menghapalnya niscaya masuk surga'. Pertama: menghapal lafazh dan bilangannya. Kedua : Memahami makna dan yang diindikasikannya. 12

Ketiga: Berdoa dengannya, seperti firman Allah : و هلل ا أل س آء احل س ن ف اد ع وه ب ا Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-nya dengan menyebut asma-ul husna itu. (QS. Al-A'raaf:180) Terdapat dua martabat: pertama, adalah memuji dan beribadah. Kedua, do'a meminta dan memohon. Dia tidak dipuji kecuali dengan asma`- Nya Yang Husna dan Sifat-Nya Yang Maha Tinggi. Demikian pula Dia tidak diminta kecuali dengannya. Tidak boleh berdo'a dengan kata-kata: 'Hai yang ada (maujud), hai sesuatu, atau hai Dzat ampuni dan kasihilah aku'. Tetapi Dia diminta dengan nama yang sesuai dengan permintaan. Yang Berdo'a bertawassul kepada-nya dengan nama itu. Siapa yang memikirkan do'a para rasul, apabila doa Nabi Muhammad, ia akan mendapatkan doa-doa tersebut sesuai dengan penjelasan di atas. Kita memohon kepada Allah agar senantiasa membimbing kita kepada cahaya-nya dan memudahkan jalan bagi kita untuk mendapatkan keridhaan-nya, sesungguhnya Dia sangat dekat dan Maha Mengabulkan doa hamba-nya. Rujukan: بدائع الفوائد: لإلمام ابن القيم الجوزية القواعد المثلى فى األسماء والصفات : الشيخ محمد صالح العثيمين شرح أسماء الحسنى فى ضوء الكتاب والسنة: الشيخ سعيد القحطاني 13