ANALISIS GEMPABUMI DAN TSUNAMI TAHUN 2017 DI NUSA TENGGARA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GEMPABUMI DAN TSUNAMI TAHUN 2017 DI NUSA TENGGARA TIMUR"

Transkripsi

1 ANALISIS GEMPABUMI DAN TSUNAMI TAHUN 217 DI NUSA TENGGARA TIMUR Netrin Marianti Ndeo (Staf Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) 2. Aditya Hanly Ludji Nguru (Staf Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang). Burchardus Vilarius Pape Man (PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) Philips Bramantia Mudamakin (PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun 1. Geofisika Kampung Baru Kupang) BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di Selatan katulistiwa pada posisi 8 12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah NTT merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 67 pulau dengan pulau telah berpenghuni sedangkan sisanya belum berpenghuni. Di wilayah N T T terdapat empat pulau besar, yaitu pulau Flores, Sua, Timor dan Alor selebihnya adalah pulau-pulau kecil yang letaknya tersebar. Luas wilayah daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 7.9,9 km2 dan luas wilayah perairan ± 2. km2. Wilayah Nusa Tenggara Timur secara geografis berbatasan dengan Laut Flores di bagian Utara, dan Samudera Indonesia dan Benua Australia bagian Selatan. Wilayah Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini termasuk dalam jalur Pegunungan Mediteranian (TransAsiatic) dan berada pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, dimana keduanya bertuukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke dalam lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan (oceanic Trough), terbukti dengan ditemukanya palung disebelah selatan 1

2 Pulau Timor yang dikenal dengan Timor through. Nusa Tenggara Timur s e c a r a phisiografi kepulauan ini dibatasi oleh bagian barat Nusa Tenggara barat, di bagian timur oleh Busur Banda dan di bagian utara oleh Laut Flores dan di bagian selatan oleh Samudera Hindia. Secara geologi kepulaun ini terletak di pusat Busur Banda, yang terbentuk oleh rangkaian kepulauan gunung api muda. Secara tektonik, rangkaian gunung ini akibat subduksi lempeng indo-australia terhadap busur banda. Pergerakan lempeng ini meniulkan stuktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi yaitu Benioff Zone, palung laut (oseanic through), punggung busur luar (outher arc ridge), cekungan busur luar (outher arc basin), dan busur pegunungan (Volcanic arc). Pergerakan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah-daerah di NTT sebagai daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (platecollision). Pergerakan lempeng ini meniulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi, yaitu palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic arc). Back arc thrust meujur di Laut Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor. Pergerakan lempeng indo-australia terhadap Lempeng Eurasia ju ga mengakibatkan daerah antara Kepulauan Alor sampai dengan bagian utara kepulauan Timor (selat Oai) sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Fenomena sesar naik belakang busur kepulauan ini sangat menarik untuk diteliti dan dikaji mengingat sangat aktifnya dalam meangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan tersebut. Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena ciri gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian besar gempa terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh aktivitas penyusupan lempeng. 2

3 Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan lempeng, kawasan Alor dan Flores juga sangat rawan karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik busur belakang kepulauan yang populer dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat tujaman balik Lempeng Eurasia terhadap Lempeng samudra Indo-Australia. Fenomena tuukan busur benua (arc-continent collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar naik ini. Back arc thrust meujur di Laut Flores sejajar dengan Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor. Selain rawan terhadap bencana gempabumi tektonik wilayah provinsi NTT juga rawan terhadap bahaya tsunami. Sejak 181 sampai 29 dari 27 gempa merusak tercatat 1 atau 8% gempa tersebut di sertai dengan geloang tsunami. Dimana tsunami yang pertama tercatat pada tahun 181 tsunami melanda wilayah perairan teluk kupang dan tsunami yang terakhir melanda NTT atau tsunami yang banyak meniulkan korban jiwa terbesar yang tercatat terjadi pada tanggal 12 Des 1992 jam 1:29:25, Wita dengan pusat gempa 8,8 LS - 121,9 BT kedalaman 15 km dan kekuatan 7,5 skala Richter, dengan korban jiwa ribuan orang dan kerugian harta benda yang sangat besar. Dari data historis dapat di simpulkan bahwa seluruh wilayah perairan di provinsi NTT rawan terhadap bahaya geloang tsunami (Peta Daerah Rawan Tsunami di Provinsi NTT). Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang sebagai Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Regional VIII dengan wilayah operasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya, saat ini mengoperasikan jaringan seismograph digital yang merupakan bagian dari jaringan pemantau gempabumi BMKG. Site seismik yang dioperasikan di wilayah NTT sebanyak seimograph digital terdiri dari 2(dua) site sistem Jerman di Soe dan Maumere, 1 (satu) site CTBTO di Baumata Kupang dan 7 (tujuh) site sistem LIBRA BMKG di Larantuka, Ende, Labuan Bajo, Waikabubak, Waingapu, Baing dan Alor. Kesepuluh site tersebut terhubung dengan VSAT sebagai komunikasi secara near realtime.

4 Di Regional VIII Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Kupang, di Jalan Cak Doko no 7 Oebobo Kupang, saat ini mengoperasikan sistem pengolah data gempabumi standar Jerman, Seiscomp yang mengolah data seismik sebanyak 2 site seismik dari wilayah NTT, dari wilayah lain di Indonesia dan juga dari site Australia dan Negara lainnya. Sistem pengolahan data Seiscomp ini digunakan sebagai software utama pengolahan data gempabumi di Regional VIII Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Kupang. Dalam penyajian informasi kegempaan terutama gempabumi signifikan, Regional VIII Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Kupang menyajikan peta guncangan (shake map) standar BMKG. Penyebaran data hasil analisa gempabumi berupa Berita Gempabumi menggunakan sistem desiminasi berupa pesan singkat (SMS), Faximile, website dan media sosial guna menyampaikan informasi secepatnya kepada masyarakat, pemerintah daerah dan media masa. Hal ini sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat dan pelayanan prima. Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang sebagai Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Regional VIII, telah melaksanakan pengamatan, pengolahan data, meerikan informasi gempabumi dan tsunami secara near realtime, selama 2 jam / 7 hari di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya, menyusun Buletin Gempabumi dan Tsunami Tahun Tujuan Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang sebagai Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Regional VIII menyusun Bulletin Gempabumi dan Tsunami Tahun 217 ini dengan tujuan antara lain sebagai berikut : a. Meuat publikasi hasil pelaksanakan pengamatan gempabumi 2 (dua puluh empat) jam / 7 (tujuh) hari di wilayah operasionalnya. b. Sebagai laporan pemantauan, pengamatan, pengolahan dan penelitian data - data gempabumi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya selama tahun 217.

5 c. Meerikan informasi tentang kegempabumian selama tahun 217 di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya secara lengkap dan komprehensif. d. Sebagai wujud pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan stakeholder lainnya akan kebutuhan data-data gempabumi. BAB II. AKTIVITAS GEMPABUMI DAN TSUNAMI 2.1 Tinjauan Singkat (overview) Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang sebagai Pusat Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Regional VIII, wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya. Selama tahun 217, Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang telah menganalisa kejadian gempabumi yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya sebanyak 657 (enam ratus lima puluh tujuh) kejadian gempabumi yang tersebar merata diseluruh wilayah NTT. Kejadian gempabumi sebanyak 657 (enam ratus lima puluh tujuh) tersebut terdiri dari 16 (enaelas) kejadian gempabumi dirasakan dengan intensitas kurang dari V MMI dan 61 (enam ratus empat puluh satu) kejadian gempabumi tidak dirasakan serta tidak ada peristiwa tsunami yang terjadi akibat gempabumi pada tahun Aktivitas Seismisitas Secara umum pada tahun 217 ini, kejadian gempabumi tersebar merata hampir di seluruh wilayah Nu s a Tenggara Timur. Sebaran pusat gempabumi (Epicentrum) didominasi oleh gempabumi dangkal dan menengah yang terjadi secara menyeluruh di wilayah Nusa Tenggara Timur. Sedangkan untuk ketegori gempabumi dalam hanya tersebar di bagian utara wilayah Nusa Tenggara Timur 5

6 yaitu di daerah pulau Flores, pulau Leata dan pulau Alor. Hal ini sebagai akibat dari penunjaman lempeng Indo-Australia. Pada tahun 217, gempabumi dengan p u s a t gemp a di daratan dipengaruhi oleh sesar-sesar lokal, seperti yang terjadi d i Pulau Timor. Gempabumi dengan epicentrum di daratan sering dirasakan oleh masyarakat karena pusat gempabumi berada di darat dan sangat dangkal. Namun selama tahun 217 tidak terdapat gempabumi dangkal tersebut yang mengakibatkan kerusakan yang signifikan. 6

7 Gaar 2.1 Peta Sebaran Gempabumi Wilayah NTT Tahun 217 7

8 2. Statistik Gempabumi Sepanjang tahun 217, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya telah terjadi 657 (enam ratus lima puluh tujuh) kejadian gempabumi yang terdiri dari 16 (enaelas) kejadian gempabumi dirasakan dengan intensitas kurang dari V MMI dan 61 (enam ratus empat puluh satu) kejadian gempabumi tidak dirasakan. Berdasarkan kekuatannya, selama tahun 217 gempabumi yang terjadi lebih didominasi oleh gempabumi dengan kekuatan M <. yaitu sebanyak 89 (tiga ratus delapan puluh seilan) kejadian atau 59,21 % dari seluruh kejadian gempabumi selama tahun 217, diikuti oleh gempabumi dengan kekuatan. M.9 yaitu sebanyak 25 (dua ratus lima puluh empat) kejadian atau 8,66 % dari seluruh kejadian gempabumi selama tahun 217, gempabumi dengan kekuatan 5. M 5.9 yaitu sebanyak 1 (tigabelas) kejadian atau 1,98 % dari seluruh kejadian gempabumi, dan gempabumi dengan kekuatan 6. M 6.9 yaitu sebanyak 1 (satu) kejadian atau,15 % dari seluruh kejadian gempabumi. Tidak ada gempabumi dengan kekuatan lebih dari 7. Magnitudo selama tahun 217. Sedangkan berdasarkan kedalaman hiposenter lebih didominasi gempa dangkal dengan h < 6 km yaitu sebanyak 81 (tiga ratus delapan puluh satu) kejadian atau 57,99 % dari total seluruh kejadian gempabumi selama tahun 217, diikuti gempabumi menengah 6 h km yaitu sebanyak 2 (dua ratus tiga puluh empat) kejadian atau 5,62 % dari total seluruh kejadian gempabumi selama tahun 217, serta gempabumi dalam h > km yaitu sebanyak 2 (empat puluh dua) kejadian atau 6,9 % dari total seluruh kejadian gempabumi selama tahun 217. Informasi lengkap mengenai jumlah gempabumi yang tercatat di wilayah NTT dan sekitarnya berdasarkan kekuatan, kedalaman hiposenter serta aktivitas gempa yang dirasakan dan tidak dirasakan disajikan pada tabel-tabel berikut. Tabel Jumlah Kejadian Gempabumi Per Bulan

9 Bulan Jumlah Kejadian Gempabumi Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septeer Oktober Nopeer Deseer Total Gaar 2.2 Histogram Jumlah Kejadian Gempabumi Per Bulan Tabel 2. 2 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septeer Oktober Noveer Deseer Jumlah 9 < Jumlah Gempabumi Perbulan Berdasarkan Magnitudo Magnitudo Jumla h >

10 Gaar 2. Histogram Jumlah Gempabumi Per Bulan Berdasarkan Magnitudo Tabel 2. Jumlah Gempabumi Perbulan Berdasarkan Kedalaman Hiposenter Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septeer Oktober Noveer Deseer Jumlah Gempabumi Gempabumi dalam Gempabumi menengah (h> Km) dangkal (6 h Km) (h<6 Km) Jumlah Gaar 2. Histogram Jumlah Gempabumi Per Bulan Berdasarkan Kedalaman Hiposenter Tabel 2. Jumlah Gempabumi Perbulan Berdasarkan Dirasakan Dan Tidak Dirasakan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Gempabumi dirasakan Gempabumi tidak Jumlah dirasakan

11 Septee r Oktober Nopeer Deseer Jumlah Gaar 2.5 Histogram Jumlah Gempabumi Per Bulan Berdasarkan Dirasakan Dan Tidak Dirasakan Tabel 2. 5 Jumlah Gempabumi Berdasarkan Magnitudo Magnitud o Jumlah Gempabumi <.,-,9 5,-5,9 6,-6,9 7,-7,9 >8, Gaar 2.6 Histogram Jumlah Gempabumi Berdasarkan Magnitudo Tabel 2. 6 Jumlah Gempabumi Berdasarkan Kedalaman Hiposenter Kedalaman Gempabumi Gempabumi dangkal (h<6 km) Jumlah Gempabumi 81

12 Gempabumi menengah (6 h km) Gempabumi dalam (h> km) 2 2 Gaar 2.7 Histogram Jumlah Gempabumi Berdasarkan Kedalaman Hiposenter Tabel 2. 7 Jumlah Gempabumi Berdasarkan Dirasakan Dan Tidak Dirasakan Jenis Gempabumi Gempabumi dirasakan Gempabumi tidak dirasakan Jumlah Gaar 2.8 Histogram Jumlah Gempabumi Per Bulan Berdasarkan Magnitudo BAB. III BULETIN GEMPABUMI DAN TSUNAMI Data parameter gempabumi yang tercatat merupakan gabungan dari hasil lokalisasi dari perangkat Seiscomp di RSC VIII dengan data dari repogempa 12

13 PGN. Data dari repogempa adalah data-data yang tidak tercatat oleh Seiscomp di RSC VIII. Table.1 Data Gempa Tahun 217 Epicenter No Date Origin Time Lat. Lon. Depth (km) /1/217 2/1/217 5/1/217 5/1/217 5/1/217 5/1/217 7/1/217 /1/217 /1/217 /1/217 /1/217 /1/217 /1/217 /1/217 12/1/217 12/1/217 1/1/217 1/1/217 1/1/217 1/1/217 15/1/217 17/1/217 18/1/217 19/1/217 2/1/217 2/1/217 2/1/217 2/1/217 2/1/217 2/1/217 25/1/217 25/1/217 26/1/217 27/1/217 28/1/217 29/1/217 /1/217 /1/217 /1/217 :5:1 19:25:52 :16: :22:12 15:1:5 18:8:59 9:12: 5:29: 2:7:2 6:57:26 :25:2 12::27 18:25:55 22:: 2:25:5 22:18: 9:6:5 ::2 ::18 16:58:27 16:8:1 5:18:1 :2:5 22:5:56 17:: 18:9: :52:2 2:6:5 21:2:2 22::7 :57:7 9:1:28 1:52:15 1:7:7 :2:25 :59:12 7:1: 9:9:27 1:29: ML Sua Region Sua Region South of Suawa /1/217 1/2/217 1/2/217 1/2/217 /2/217 /2/217 15:55:57 1:6:1 16:8: 2::56 6::6 :29: Mw 1 Mag Location and remarks

14 /2/217 6/2/217 8/2/217 9/2/217 /2/217 /2/217 12/2/217 1/2/217 1/2/217 15/2/217 17/2/217 17/2/217 17/2/217 18/2/217 18/2/217 18/2/217 19/2/217 19/2/217 19/2/217 19/2/217 19/2/217 19/2/217 2/2/217 2/2/217 21/2/217 22/2/217 22/2/217 2/2/217 2/2/217 2/2/217 26/2/217 26/2/217 27/2/217 27/2/217 28/2/217 28/2/217 1//217 1//217 2//217 //217 7//217 7//217 7//217 :7:9 ::1 7::6 15:1: 5:6:8 5:58:26 7:58:55 7:21:7 12::19 2:26: 5::17 17:12: 17:28:18 7::9 9:29:9 :22:52 :2: 12:16: 1:25:21 15::1 15:5:7 19:2:9 :6:2 19:27: 7:7:6 16:16:57 2:5:7 8:28: 21:1:6 :29:22 15:1:55 15:: :16:2 1:29:29 1:1:58 18:5:1 5::7 15:17:9 :1:29 19:57:12 :2:2 :: 21:6: South of Suawa South of Suawa Sua Region Sua Region //217 9//217 9//217 9//217 //217 //217 //217 //217 //217 12//217 22:26:1 1:5:9 9:5:2 19:2: 12:9:5 17:1:52 17::8 5:2:2 2:5:19 :5:

15 //217 12//217 1//217 1//217 1//217 16//217 15:2:56 21:2:9 2:2:12 :: 9:5:16 2:6: //217 :5: //217 17//217 17//217 18//217 18//217 2//217 2//217 21//217 22//217 22//217 22//217 2//217 2//217 2//217 25//217 26//217 27//217 28//217 29//217 //217 //217 1//217 //217 //217 //217 5//217 6//217 6//217 7//217 7//217 7//217 22:28:56 15:19:6 18:2:25 19::12 19:56:9 :6:5 1:5:9 :27:21 :5:6 1:18:2 17::2 18:1:19 19:59:7 17:1:58 12::56 5:9:8 16:1:2 :1:6 1:8:27 :28:16 22:17:5 2:5: 1::6 1:2:5 2:9: 17:5: 1:2:29 17::5 :55:5 1:15: 6:2: M (Dirasakan di Kota Soe II SIG (III MMI)) Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region //217 8//217 9//217 //217 //217 12//217 12//217 1//217 15//217 15//217 15//217 16//217 16//217 17//217 21:2:1 22:1:25 1:2: :9:6 :5: ::55 21:2:1 15:7: :56:25 7:56:26 9:28:21 :5:51 12:8:58 :7: Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region 15

16 //217 18//217 18//217 18//217 18//217 19//217 2//217 2//217 21//217 21//217 21//217 21//217 22//217 2//217 2//217 2//217 2//217 25//217 25//217 26//217 26//217 26//217 27//217 27//217 27//217 28//217 28//217 28//217 28//217 29//217 29//217 29//217 //217 //217 1/5/217 5:5:5 9::1 :29:59 16:9:5 17:26:59 15::27 :57:6 18:1:29 9:16:5 15:6:51 16:9:26 22:5:1 1:6:7 1:18:29 :52:58 2:: 2:8:58 8::25 ::5 5:: :7:29 17:2: :57:26 1:29: 21:5:2 :2: 5::9 21:12:8 2:5:9 15:2:15 15:5:2 15::5 :2: 17:7:2 5:6: South of Suawa South of Suawa Sua Region Sua Region /5/217 2/5/217 2/5/217 2/5/217 /5/217 5/5/217 6/5/217 7/5/217 7/5/217 8/5/217 /5/217 12/5/217 1/5/217 1/5/217 15/5/217 15/5/217 15/5/217 16/5/217 1:8:59 1:56:1 :15:2 :19:1 16:9:7 1:9:8 22::9 5:6:8 6:55:8 2:7:8 15:1: 7:7:1 1:18:7 16:58:17 9:1:9 1:26:1 22:9:5 2:6: South of Suawa 16

17 /5/217 17/5/217 17/5/217 17/5/217 18/5/217 19/5/217 19/5/217 19/5/217 2/5/217 21/5/217 :9: :6:1 1:6: 2:5:5 7:1:18 15::1 15:28:6 19:17:25 15:2:5 12:19: /5/217 8:18: /5/217 2/5/217 25/5/217 26/5/217 26/5/217 26/5/217 26/5/217 27/5/217 27/5/217 28/5/217 28/5/217 28/5/217 /5/217 /5/217 1/6/217 1/6/217 2/6/217 2/6/217 /6/217 :7:5 16:9:5 22:29:7 2:25:56 :15:1 5:7:1 17:9:7 12:5:55 21::5 :17:26 :18:51 18:55:7 5:5:29 15:22:19 8:55: 18:: 9:8:16 12::7 1:8: Mw Sua Region South of Suawa Sua Region (Dirasakan II SIG (III-IV MMI) di Leata) South of Suawa Sua Region Sua Region Sua Region /6/217 /6/217 5/6/217 5/6/217 7/6/217 8/6/217 8/6/217 9/6/217 9/6/217 /6/217 /6/217 /6/217 /6/217 /6/217 12/6/217 1/6/217 1/6/217 1/6/217 1/6/217 15/6/217 15/6/217 15/6/217 6::5 16:8:26 :1: :1: 19:1: :7: :57:15 12:1:6 15:5:21 2:2:2 15:19: 5:5:2 8:22:57 21:2: :5:5 1::7 :6:55 12:5:59 17:8:16 7:8:7 12:8:21 22:: Mw Sua Region South of Suawa Sua Region Sua Region 17

18 /6/217 17/6/217 18/6/217 18/6/217 19/6/217 2/6/217 2/6/217 2/6/217 2/6/217 2/6/217 22/6/217 22/6/217 2/6/217 2/6/217 1:51:7 15:51:2 18:52:19 2::2 :9:9 9:5:9 :1:28 12:2:59 1::25 2::2 2:8:9 2:8:9 :5:5 21:5: M M 27 26/6/217 1:12: Mw /6/217 26/6/217 26/6/217 27/6/217 27/6/217 27/6/217 28/6/217 28/6/217 28/6/217 29/6/217 29/6/217 1:26:52 1::1 16:9:22 :9:1 12:1:18 17:58:1 9:9:5 16:21: 19:8: :6:16 :5: /6/217 /6/217 /6/217 2/7/217 /7/217 /7/217 /7/217 /7/217 /7/217 6/7/217 6/7/217 6/7/217 7/7/217 8/7/217 8/7/217 8/7/217 8/7/217 9/7/217 /7/217 /7/217 12/7/217 1/7/217 15/7/217 15/7/217 15/7/217 15/7/217 9:1: :52:1 21:6:5 2:9: 1:9:5 :2:2 6:8:19 9:25: 1::9 1:8: 8:1:15 18:5:28 :1:51 7:26:8 7:26:8 16:1:5 2:2:22 2::22 12::1 22:27:22 :17:9 1::5 9:5:56 :2:58 12:28: 15:1: M M Mw(mB) M Mw 18 Sua Region Sua Region (Dirasakan II SIG (III-IV MMI) di Kab. TTS, TTU dan Malaka) South of Suawa Sua Region South of Sua

19 /7/217 16/7/217 17/7/217 17/7/217 17/7/217 17/7/217 18/7/217 19/7/217 19/7/217 19/7/217 19/7/217 2/7/217 2/7/217 2/7/217 21/7/217 21/7/217 22/7/217 22/7/217 25/7/217 26/7/217 27/7/217 28/7/217 28/7/217 15:2:7 2:1:9 8:9:5 1:7:8 19:7:5 19:1:2 12:6:9 15:22:9 16::27 17:59:5 22:2:1 2:17:12 12:25:6 2::6 :15:51 17:5: :9:9 :2: :56: :1:21 :1:25 :9:5 :8: South of Suawa South of Suawa Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region /7/217 29/7/217 29/7/217 /7/217 /7/217 /7/217 /7/217 1/7/217 1/7/217 1/7/217 1/8/217 1/8/217 /8/217 /8/217 /8/217 5/8/217 5/8/217 6/8/217 6/8/217 7/8/217 7/8/217 7/8/217 7/8/217 8/8/217 9/8/217 9/8/217 9/8/217 9/8/217 9/8/217 /8/217 :8:1 :52: :5:52 :6:5 :6:5 ::1 ::18 :7:59 :17:5 ::7 ::5 ::57 :5:1 :7:1 16::6 1:2:26 2:7:8 7::1 8:55:55 5::7 1:: 1:5: 17:57:2 7:9: :6:19 12:25: 17:29:2 2:5:9 21::18 :: South of Suawa Sua Region 19

20 /8/217 /8/217 /8/217 /8/217 /8/217 /8/217 1/8/217 1/8/217 15/8/217 15/8/217 15/8/217 16/8/217 16/8/217 17/8/217 17/8/217 2/8/217 2/8/217 21/8/217 :2:2 :5:28 12:58:9 18:55:19 :5:2 22:1:8 15:51:5 2:1:5 5:5: 6:: 18:16:6 16:1:7 16:2: 1:9:55 22:55:7 12::28 22:15:6 6:: Sua Region 79 21/8/217 21:: /8/217 21/8/217 22/8/217 2/8/217 2/8/217 2/8/217 2/8/217 2/8/217 2/8/217 2/8/217 25/8/217 27/8/217 27/8/217 28/8/217 29/8/217 /8/217 /8/217 1/9/217 1/9/217 1/9/217 1/9/217 1/9/217 2/9/217 2/9/217 /9/217 /9/217 6/9/217 6/9/217 6/9/217 8/9/217 8/9/217 9/9/217 /9/217 /9/217 21:5:1 22:: 18:22:52 8:5: 12:7:5 16:: 16:52:12 7:12:9 1:7:2 18:25:19 :21:57 21::2 21:18:2 8:18:21 15:57:22 :5:7 12:2:6 1::6 :: :: 19:1:21 22:27: 6:17:9 6:9:5 :5:17 1:29:28 :1: 1:9: 16:2: 16::8 2:55:7 :5: 1:1:18 16:9: Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region 2

21 /9/217 /9/217 /9/217 12/9/217 12/9/217 12/9/217 12/9/217 12/9/217 1/9/217 15/9/217 16/9/217 17/9/217 17/9/217 17/9/217 17/9/217 16:5:6 2::2 21:57: :8:7 15::5 22:18:28 22:27:56 2:6:1 16::5 1:8:17 9:57:9 1:2:5 5:58:18 9:17:5 21:8: Sua Region Sua Region /9/217 18/9/217 18/9/217 18/9/217 19/9/217 2/9/217 2/9/217 26/9/217 26/9/217 26/9/217 27/9/217 27/9/217 28/9/217 29/9/217 /9/217 1//217 2//217 //217 //217 5//217 6//217 6//217 6//217 :2:26 :8:25 15:2:28 22:21:5 :6:51 16:25:15 18:5: :1:25 17:56:59 18::16 16:8:8 2::6 8::1 :5:1 2::6 17:5:5 18::1 17:17:5 1:1:16 7:22:6 :5:2 8:18:5 9:: Mw 52 6//217 18:: //217 18:2: //217 8//217 8//217 8//217 22:2:5 5:52:7 6:: 17:2: //217 5:9: //217 16:5: South of Suawa Sua Region Sua Region Sua Region (Dirasakan II SIG-BMKG (III MMI) di Leata) (Dirasakan II SIG-BMKG (III MMI) di Leata) South of Suawa (Dirasakan I SIG-BMKG (I-II MMI) di Kota Kupang, I SIG-BMKG (I-II MMI) di Kab. Kupang) (Dirasakan II SIG-BMKG (II-III MMI) di Leata, I SIG-BMKG (I-II MMI) di Larantuka) 21

22 6 9//217 18:19: //217 18:27: //217 22:6: //217 22:9: //217 22:2: Mw(mB) //217 //217 :1:5 8:2: //217 9:7: //217 //217 1:16:29 18:5: //217 2:: Mw(mB) //217 //217 //217 //217 //217 //217 //217 //217 //217 12//217 12//217 1//217 1//217 15//217 15//217 15//217 18//217 18//217 18//217 :2: 1:8:1 2:8:16 8::2 8:28:2 1::2 1::2 1:51: 19:6:59 :2:22 18:1:59 9:7:6 18:5:1 :5:2 17:16:5 17:1:5 9:2:5 1:1:1 2:5: M 22 (Dirasakan II SIG-BMKG (II-III MMI) di Leata, I SIG-BMKG (I-II MMI) di Larantuka), terjadi runtuhan batuan yang mengakibatkan akses jalan tertutup) (Dirasakan II SIG-BMKG (II-III MMI) di Leata, I SIG-BMKG (I-II MMI) di Larantuka, terjadi runtuhan batuan yang mengakibatkan akses jalan tertutup) (Dirasakan II SIG-BMKG (III-IV MMI) di Leata, II SIG-BMKG (III-IV MMI di Adonara, II SIG-BMKG (III-IV MMI) di Larantuka, mengakibatkan sebagian jalan retak dan beberapa rumah rusak ringan) (Dirasakan II SIG-BMKG (II-III MMI) di Leata, mengakibatkan sebagian jalan retak dan beberapa rumah rusak ringan) (Dirasakan II SIG-BMKG (III-IV MMI) di Leata, mengakibatkan sebagian jalan retak dan beberapa rumah rusak ringan) South of Suawa Sua Region

23 9 19//217 1:2: //217 1:7: //217 2//217 21//217 8:1:5 :8: 12:27: M //217 22//217 2//217 2//217 25//217 ::9 15:2:6 :7:7 :1:57 7:17: Mw 5 26//217 :5: //217 26//217 27//217 28//217 1:28:9 ::7 21:7: 12:29: //217 28//217 //217 1//217 1//217 1//217 2//217 2//217 //217 //217 //217 //217 //217 //217 5//217 5//217 5//217 5//217 5//217 5//217 7//217 8//217 8//217 8//217 9//217 9//217 //217 //217 //217 //217 12//217 12//217 12//217 12//217 1//217 15:7:17 2:17:5 22:7:21 :27:8 5::5 5:22:9 ::8 1:56:56 :26:2 7:5:2 :51:1 2:15:6 :: ::56 18:1:9 2:5:58 2:2: 2:6: 21:9:56 22:57:18 12:25:9 :18:8 1:9:57 2:27:57 :9:25 12:8: :27:7 ::5 :1: 2:51: 2:15:5 5:2: 8:15:18 22:8:16 17:: Mw Mw(mB) Mw 2 (Dirasakan I SIG-BMKG (I-II MMI) di Leata) Sua Region (Dirasakan II SIG-BMKG (III MMI) di Oelamasi) South of Suawa Sua Region Sua Region Sua Region South of Suawa Sua Region Sua Region South of Suawa South of Suawa Sua Region

24 //217 15//217 15//217 1:21:6 1::28 17:: Sua Region Sua Region //217 15//217 16//217 16//217 16//217 17//217 17//217 18//217 18//217 19//217 19//217 19//217 2//217 2//217 21//217 21//217 21//217 22//217 2//217 2//217 2//217 2//217 2//217 2//217 2//217 2//217 25//217 25//217 25//217 25//217 26//217 27//217 27//217 28//217 29//217 29//217 29//217 29//217 29//217 29//217 //217 //217 1/12/217 1/12/217 17::9 17:52:2 5:5:5 :5:9 2::9 9:25:51 1:9:1 :5:55 19:21:19 :5:9 17:2: 2:1:9 1:18: 18:15:1 :1: 16:27:5 17:1:2 16:5:7 1:12:27 2:1: :5:25 1:2:21 2::7 ::5 7:25:1 12:12:2 1:1:8 2:2:57 21:9:2 2:2:8 22:16: :7:5 1:7:8 7:56:17 :: 12:5:7 15:22:5 15:9:6 16::5 17:1: 8:21:52 :1:2 6:8:7 :7: South of Suawa Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region 587 2/12/217 16:5: /12/217 2:1: /12/217 :52: Mw 59 /12/217 12:2: (Dirasakan I SIG-BMKG (I-II MMI) di Maumere) Sua Region

25 /12/217 5/12/217 5/12/217 6/12/217 6/12/217 6/12/217 7/12/217 7/12/217 7/12/217 7/12/217 7/12/217 8/12/217 8/12/217 8/12/217 9/12/217 15:1: 1:25:6 12:8:1 1:2:2 19:21: 21::18 8:29: 15:2:7 16:12:8 2:9:18 22:2:6 12:29:51 15:2:7 18:9:7 :5: /12/217 :57: /12/217 9/12/217 9/12/217 9/12/217 9/12/217 9/12/217 9/12/217 /12/217 /12/217 12/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 15/12/217 15/12/217 16/12/217 17/12/217 17/12/217 17/12/217 19/12/217 2/12/217 2/12/217 2/12/217 2/12/217 2/12/217 16:6: 16:5:55 18:5:6 18:5:7 2:1: 22:19:8 2:57:5 1:25:5 9:58:22 2:9:2 :55:18 8:5: 1:51:7 :5:17 1::59 1:8:2 :6:17 12:8: 21:2: :18:58 :27:2 2:1:28 5:8:29 1:6:7 21::1 15:: :6:9 9:27:51 1:9:8 2:1:1 18:: South of Suawa Sua Region (Dirasakan I SIG-BMKG (I-II MMI) di Waigete) Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region Sua Region /12/217 25/12/217 26/12/217 27/12/217 27/12/217 ::59 :8:1 2:25:2 7:8:15 16:18: M Sua Region 25

26 /12/217 28/12/217 28/12/217 29/12/217 29/12/217 /12/217 /12/217 /12/217 /12/217 /12/217 /12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 1/12/217 18:9: 12:8:7 21::7 17:27:7 22:16:7 8:17:5 16:2:8 18:: 19:9:5 2:56:6 21:1:7 1:5:18 2:9:28 1:51: 19:5: Mw Sua Region BAB IV. GEMPABUMI SIGNIFIKAN DAN MERUSAK Pada hari Selasa Tanggal Oktober 217 dan Rabu Oktober 217 Gempabumi tektonik menguncang wilayah Kabupaten Leata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hasil analisa (Tabel ) Badan Meteorologi Klimatologi 26

27 dan Geofisika (BMKG) menunjukan bahwa gempabumi pertama terjadi pada pukul :5: WITA berkekuatan.5 SR berpusat di 2 Km Barat Laut Kota Lewoleba Leata-NTT pada posisi 8.29 Lintang Selatan dan 128 Bujur Timur dengan kedalaman Km, Gaaran getaran tanah yang diakibatkan oleh gempabumi ini dapat dilihat pada Gaar. Gaar Peta Tingkat Guncangan Gempabumi Leata Oktober 217 Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukan bahwa wilayah Kab. Leata berpotensi mengalami guncangan dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III-IV MMI. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa gempa bumi tersebut dirasakan di Leata II SIG-BMKG (III-IV MMI), Adonara dan Larantuka I SIG-BMKG (I-II MMI). 27

28 Gempabumi Kedua terjadi pada pukul 2:19:2 WITA berkekuatan. SR berpusat di Km Barat Laut Kota Lewoleba Leata-NTT pada posisi 8.7 Lintang Selatan-126 Bujur Timur dengan kedalaman Km, Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukan bahwa wilayah Kab. Leata berpotensi mengalami guncangan dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III-IV MMI. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa gempa bumi tersebut dirasakan di Leata II SIG-BMKG (III-IV MMI), Adonara dan Larantuka I SIGBMKG (I-II MMI). Gempabumi Ketiga terjadi pada pukul 2:27: WITA berkekuatan.6 SR berpusat di 5 Km Barat Laut Kota Lewoleba Leata-NTT pada posisi 8.15 Lintang Selatan-127 Bujur Timur dengan kedalaman Km, Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukan bahwa wilayah Kab. Leata berpotensi mengalami guncangan dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III MMI. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa gempa bumi tersebut dirasakan di Leata II SIG-BMKG (III MMI), Adonara dan Larantuka I SIGBMKG (I-II MMI). Gempabumi Keempat terjadi pada pukul 6:2:7 WITA berkekuatan.9 SR berpusat di 2 Km Barat Laut Kota Lewoleba Leata-NTT pada tposisi 8.26 Lintang Selatan-127 Bujur Timur dengan kedalaman Km, Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukan bahwa wilayah Kab. Leata berpotensi mengalami guncangan dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III-IV MMI. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa gempa bumi tersebut dirasakan di Leata II SIG-BMKG (III-IV MMI), Adonara II SIG-BMKG (III-IV), Larantuka II SIG-BMKG (II-III). Gempabumi Kelima terjadi pada pukul 17:7: WITA berkekuatan SR berpusat di Km Barat Laut Kota Lewoleba Leata-NTT pada posisi 8.21 Lintang Selatan-129 Bujur Timur dengan kedalaman Km, Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukan bahwa wilayah Kab. Leata berpotensi mengalami guncangan dalam skala intensitas II SIG BMKG atau II-III MMI. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa gempa bumi tersebut dirasakan di Leata, Adonara dan Larantuka I SIG-BMKG (I-II MMI). Gempabumi Keenam terjadi pada hari Rabu, Oktober 217 pukul 7::18 WITA berkekuatan.9 SR berpusat di 29 Km Barat Laut Kota Lewoleba Leata-NTT pada posisi 8.2 Lintang Selatan-127 Bujur Timur 28

29 dengan kedalaman Km, Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukan bahwa wilayah Kab. Leata berpotensi mengalami guncangan dalam skala intensitas II SIG BMKG atau III-IV MMI. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa gempa bumi tersebut dirasakan di Leata II SIGBMKG (III-IV MMI), Adonara II SIG-BMKG (III-IV), Larantuka II SIG-BMKG (II-III). Tabel. Parameter Gempabumi dirasakan di Leata Ma g (SR ) Lintan g (LS) Buju r (BT) :5: Okt17 2:19: Okt17 2:27: Okt17 6:2: Okt17 17:7: Okt17 7:: N o Tangga l 1 -Okt17 2 OT Kedalam an (Km) Keterangan Di rasakan di LEMBATA II SIG (II-III MMI), ADONARA I SIG (I-II MMI), LARANTUKA I SIG (I-II MMI). Di rasakan di LEMBATA II SIG (II-III MMI), ADONARA I SIG (I-II MMI), LARANTUKA I SIG (I-II MMI). Di rasakan di LEMBATA II SIG (II-III MMI), ADONARA I SIG (I-II MMI), LARANTUKA I SIG (I-II MMI). Di rasakan di LEMBATA II SIG (III - IV MMI), ADONARA II SIG (III-IV MMI), LARANTUKA II SIG (III-IV MMI). Di rasakan di LEMBATA II SIG (II-III MMI), ADONARA I SIG (I-II MMI), LARANTUKA I SIG (I-II MMI). Di rasakan di LEMBATA II SIG (III - IV MMI), ADONARA II SIG (III-IV MMI), LARANTUKA II SIG (II-III MMI). Gempabumi Leata ini mengakibatkan beberapa rumah rusak ringan, sebagian jalan rusak dan akses jalan tertutup oleh runtuhan batu. Batu yang longsor akibat gempabumi yang menutupi jalan terjadi di antara desa Lamagute dan Waimatan (Gaar.2). Sifat dari longsoran batu akibat gempabumi dan Oktober 217 yaitu batuan yang telah mengalami pelapukan dan batuan berumur kuarter, pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan bersifat memperkuat efek goncangan gempabumi, sehingga rawan runtuh terhadap goncangan gempabumi. 29

30 a) b) Gaar.2 a) Akses Jalan Tertutup Oleh Runtuhan Batu di Desa Lamagute, b) Akses Jalan Tertutup Oleh Runtuhan Batu di Desa Waimatan Beberapa ruas jalan terlihat retakan akibat gempa bumi. Kondisi jalan yang berada di lereng bukit yang terjal meuat retakan pada beberapa ruas sangat berbahaya untuk dilalui sehingga untuk sementara ditutup untuk kendaraan roda yang dapat dilihat dari gaar.. Gaar. Jalan Retak Akibat Gempa Dari pengamatan didapat arah retakan pada jalan raya yaitu Timur Laut ke Barat Daya.

31 Selain dari jalan yang tertutup oleh adanya runtuhan batuan dari lereng bukit, gempabumi juga mengakibatkan retaknya dinding rumah di beberapa rumah warga yang dapat dilihat pada gaar.. Gaar. Dinding rumah yang retak akibat gempa bumi Dari pengamatan terhadap bangunan yang mengalami keretakan pada umumnya pada dinding yang berada disisi Timur dan barat sedangkan di sisi utara dan selatan tidak ditemukan retakan. Saat berdialog dengan warga terjadi longsoran batuan yang cukup besar dengan meninggalkan kepulan asap, pada saat sebelum gempabumi terjadi terdengar oleh beberapa orang dalam keadaan henik/diam suara gemuruh beberapa detik sebelum terjadi gempabumi, hal ini yang menjadi kekuatiran 1

32 warga desa karena lokasi rumah mereka tepat berada di bawah lereng bebatuan tersebut dan hanya dipisahkan oleh jalan raya. Gaar.5 Kondisi Rumah Rusak Berat di Desa Waimatan. (Koordinat: LS 1227 BT) Gaar.6 Kondisi Rumah Rusak Sedang di Desa Lamawara. (Koordinat: LS BT) Terdapat banyak retakan pada lereng-lereng bebatuan yang berada di atas pemukiman warga, sehingga dapat meahayakan keselamatan warga setiap saat, baik diakibatkan oleh gempabumi maupun ketika terjadi hujan. Retakan- 2

33 retakan ini diakibatkan oleh struktur lereng bukit yang terdiri dari batuan beku yang sangat labil, dengan ukuran yang bervariasi dari yang kecil hingga besar. Dimana tiap batuan hanya diikat oleh tanah dan berat dari batuan itu sendiri, akibatnya jika terjadi goncangan oleh gempabumi maka posisi batuan dapat bergeser dan lepas sehingga runtuh menimpa jalan dan rumah warga yang berada tepat di bawahnya, dan jika terjadi curah hujan yang cukup banyak dapat mengikis tanah sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi longsor. Gaar.7 Struktur Lereng Bukit Yang Berbatuan Dan Bersifat Labil Kondisi lereng bukit dengan batuan yang labil diperparah dengan letak pemukiman yang berada di bawahnya, sehingga sewaktu-waktu bahaya longsoran batuan dapat menimpa rumah warga. Tabel.2 Data Kerusakan Bangunan Di Kabupaten Leata Akibat Gempabumi Dan Oktober 217. (Suer: BPBD Kabupaten Leata) No. Desa Kecamatan Rusak Kerusakan Rusak Rusak

34 Napasabok Waimatan Lamatokan Aulesa Lemau Bungamuda Kolipadan Lamawara Lamagute Ile Ape Timur Ile Ape Timur Ile Ape Timur Ile Ape Ile Ape Ile Ape Ile Ape Ile Ape Ile Ape Timur Jumlah Berat Sedang 2 2 Ringan Berdasarkan hasil hasil monitoring visual di wilayah terdampak dan laporan dari masyarakat maka Intensitas tertinggi di daerah yang paling dekat dengan suer gempa yaitu IV MMI dan paling rendah I-II MMI, bisa dilihat di peta Isoseismal (Gaar.8). Gaar.8 Peta Isoseismal Gempabumi Leata dan Oktober 217 BAB V. KESIMPULAN 1. Selama tahun 217 telah terjadi 657 (enam ratus lima puluh tujuh) kejadian gempabumi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya. 2. Peta seismisitas gempabumi 217 menunjukan pola sebaran pusat gempabumi terjadi secara merata hampir di seluruh wilayah Provinsi Nusa

35 Tenggara Timur (NTT), dengan rincian kategori gempabumi gempabumi dangkal terjadi di wilayah selatan NTT dan kategori gempabumi menengah dan dalam terjadi di wilayah bagian utara NTT (Flores, Leata dan Alor) yang disebabkan oleh penunjaman Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Sedangkan untuk kategori gempabumi dangkal yang terjadi di wilayah Utara NTT disebabkan oleh aktivitas patahan lokal dan busur belakang flores (Back Arc Flores dan Back Arc Wetar).. Berdasarkan kekuatannya gempabumi yang terjadi lebih didominasi oleh gempabumi berkekuatan M <. yaitu sebanyak 89 (tiga ratus delapan puluh seilan) kejadian, sedangkan berdasarkan kedalaman hiposenter gempabumi lebih didominasi gempa dangkal h < 6 km yaitu sebanyak 81 (tiga ratus delapan puluh satu).. Selama tahun 217, telah terjadi 16 (enaelas) kejadian gempabumi dirasakan dan 61 (enam ratus empat puluh satu) kejadian gempabumi tidak dirasakan selama tahun 217 di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 5. Gempabumi yang signifikan dan merusak terjadi pada tanggal Oktober 217 di Leata. Gempabumi ini mengakibatkan runtuhnya batuan yang mengakibatkan akses jalan tertutup. Dampak ini terjadi pada sekitar pukul 2.2 Wita setelah gempabumi terjadi. Sedangkan dampak yang diakibatkan oleh gempabumi pada pukul 6:2:8 Wita menyebabkan jalan raya dan beberapa rumah mengalami rusak ringan. 5

KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG

KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG KEGEMPAAN DI NUSA TENGGARA TIMUR PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN MONITORING REGIONAL SEISMIC CENTER (RSC) KUPANG Hasanudin * Philips Bramantia M * Jonly F Hawu * M Hairidzulhi * Rudin * * Stasiun Geofisika

Lebih terperinci

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON Hapsoro Agung Nugroho Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar soro_dnp@yahoo.co.id ABSTRACT Bali is located on the boundaries of the two

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS Bayu Baskara ABSTRAK Bali merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di wilayah pertemuan

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA SUMBA BARAT DAYA NUSA TENGGARA TIMUR

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA SUMBA BARAT DAYA NUSA TENGGARA TIMUR ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA SUMBA BARAT DAYA NUSA TENGGARA TIMUR ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI SUMBA BARAT DAYA NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Ariska Rudyanto*, Oriza Sativa*, Trisnawati*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI TENGGARA DENPASAR BALI Oleh Trisnawati*, Moehajirin*, Furqon Dawwam R*,Ariska Rudyanto*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

1051 Gempa Terjadi Di Wilayah Pusat Gempa Regional IV

1051 Gempa Terjadi Di Wilayah Pusat Gempa Regional IV 1051 Gempa Terjadi Di Wilayah Pusat Gempa Regional IV Oleh : Imanuela Indah Pertiwi, S.Si,M.Si, R. Jamroni, ST,MT dan Ikhsan,ST Pusat Gempa Regional BBMKG Wilayah IV Makassar Pusat Gempa Regional IV yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA Oleh Artadi Pria Sakti*, Robby Wallansha*, Ariska

Lebih terperinci

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1

ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1 ANALISIS HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE FEBRUARI 2018 (GEMPABUMI PIDIE 08 FEBRUARI 2018) Oleh ZULHAM SUGITO 1 1 PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh Pendahuluan Aceh merupakan

Lebih terperinci

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017 Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai 18 27 November 2017 Sesar Prabu Dwi Sriyanto Stasiun Geofisika Kelas I Winangun, Manado Pada hari Sabtu, 18 November 2017 pukul 23:07:02 WIB telah terjadi

Lebih terperinci

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017 KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI 2016 15 DESEMBER 2017 Oleh ZULHAM. S, S.Tr 1, RILZA NUR AKBAR, ST 1, LORI AGUNG SATRIA, A.Md 1

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau

Lebih terperinci

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010 LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2010 1 OUTLINE I. LOKASI GEMPABUMI MENTAWAI SUMATERA BARAT II. 1. TIME LINE GEMPABUMI MENTAWAI SUMATERA BARAT.

Lebih terperinci

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR Oleh: GRASIA DWI HANDAYANI L2D 306 009 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis, posisi Indonesia yang dikelilingi oleh ring of fire dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik), lempeng eura-asia

Lebih terperinci

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST Oleh : Rahmat Triyono,ST,MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id Sejak Gempabumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan lempeng

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA A ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI DELISERDANG SUMATRA UTARA Oleh Fajar Budi Utomo*, Trisnawati*, Nur Hidayati Oktavia*, Ariska Rudyanto*,

Lebih terperinci

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE PENGENALAN Irman Sonjaya, SE PENGERTIAN Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di bawah permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di permukaan. Gempa bumi datangnya sekonyong-konyong

Lebih terperinci

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan. 1.1 Apakah Gempa Itu? Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran tersebut disebabkan oleh pergerakan

Lebih terperinci

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*) POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI

TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI TINJAUAN KEGEMPAAN DI SULAWESI TENGGARA PADA TAHUN 2016 BERDASARKAN HASIL PENGAMATAN STASIUN GEOFISIKA KENDARI Rosa Amelia* Waode Siti Mudhalifana** Irna Purwanti *** Ilham**** *Kepala Stasiun Geofisika

Lebih terperinci

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2009 1 LAPORAN GEMPABUMI Jambi, 1 Oktober 2009 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan terjadi gempabumi karena berada pada pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas kegempaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia

Lebih terperinci

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda? Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda? Supriyanto Rohadi, Bambang Sunardi, Rasmid Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Analisa Sudut Penunjaman Lempeng Tektonik Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. I.2. Latar Belakang Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008 KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008 DEVY K. SYAHBANA, GEDE SUANTIKA Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada periode bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Analisa Tingkat Bahaya Dan Kerentanan Bencana Gempa Bumi Di Wilayah NTT (Ni Made Rysnawati,dkk) ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Ni Made Rysnawati

Lebih terperinci

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008) EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008) GEDE SUANTIKA Sub Bidang Pengamatan Gempabumi Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempabumi tektonik. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi

Lebih terperinci

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA Disusun Oleh: Josina Christina DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 BAB I... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Rumusan Masalah... 4 BAB II... 5 2.1 Pengertian

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman TSUNAMI WORKSOP TEMA : DUKUNGAN INSFRASTRUKTUR YANG HANDAL UNTUK PROYEK STRATEGIS NASIONAL (PSN) DI PROVINSI DIY Sub Tema : Mengungkap dan Menghitung Potensi Bahaya Gempabumi-Tsunami Di Bandara Kulon Progo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari tiga lempeng utama (kerak samudera dan kerak benua) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Analisis Sudut Penunjaman Lempeng Tektonik Berdasarkan Data Gempa di Pulau Seram dan Pulau Buru. I.2. Latar Belakang Fenomena gempabumi merupakan

Lebih terperinci

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun 1976 2016 Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire Rido Nofaslah *, Dwi Pujiastuti Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (http://wordpress.com/2010/10/25

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (http://wordpress.com/2010/10/25 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami bencana alam yang disebabkan oleh banjir, tsunami, gempabumi, tanah longsor, letusan gunung berapi. Frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera

Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera Bab III Kondisi Seismotektonik Wilayah Sumatera III.1 Seismotektonik Indonesia Aktifitas kegempaan di Indonesia dipengaruhi oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan empat lempeng tektonik dunia.

Lebih terperinci

SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM

SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM Oleh : HAMDY ARIFIN, S.Si PMG Pelaksana - Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Jl. Meteorologi, Kel. Silaing

Lebih terperinci

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR Aswin 1*), Gunawan Ibrahim 1, Mahmud Yusuf 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki tatanan geologi yang cukup komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar I.1). Indonesia dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tektonik, Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng mikro Filipina. Interaksi antar lempeng mengakibatkan

Lebih terperinci

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan satu bencana alam yang disebabkan kerusakan kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba dan umumnya diikuti dengan terjadinya patahan atau sesar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maslah Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JL.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JL. BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JL. Angkasa I No. 2, Kemayoran, Jakarta 10720 Tlp. (021) 42465321 Fax. (021) 4246703 P.O. Box 3540 Jkt. Website :http:// www.bmkg.go.id LAPORAN GEMPABUMI LAUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat

Lebih terperinci

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1 PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI 2018 Oleh ZULHAM SUGITO 1 1 PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh Pendahuluan Aktifitas tektonik di Provinsi Aceh dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng

Lebih terperinci

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Marlisa 1,*, Dwi Pujiastuti

Lebih terperinci

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu 364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan

Lebih terperinci

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi karena pergeseran batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. Pergerakan tiba-tiba

Lebih terperinci

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : Astari Dewi Ratih, Bambang Harimei, Syamsuddin Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi beserta dampaknya yang terjadi belakangan ini harus disikapi secara serius oleh stakeholders bidang perencanaan dan perancangan kota. Gempa bumi

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Hubungan Persebaran Episenter Gempa Dangkal dan Kelurusan Berdasarkan Digital Elevation Model di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta I.2.

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November 2017

Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November 2017 Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November Oleh Abdi Jihad 1, Satrio Happrobo 1, Herdiyanti Resty Anugrahningrum 1, Eridawati 1 1 Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh, Provinsi Aceh disampaikan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

Gempa Tektonik di Pulau Sumbawa..Wahyu Haryadi 13

Gempa Tektonik di Pulau Sumbawa..Wahyu Haryadi 13 ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 6 No.2 September 2012 GEMPA TEKTONIK DI PULAU SUMBAWA DAN DAMPAKNYA TERHADAP BANGUNAN SIPIL (Suatu Kajian Geologis) WAHYU HARYADI Fakultas Teknik Univ. Samawa Sumbawa Besar Struktur

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Tanggal 27 Mei 2006 pukul 22.54.01 (UTC) atau pukul 05.54.01 (WIB) menjelang fajar kota Yogyakarta dan sekitarnya, termasuk di dalamnya wilayah Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggaunggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS Bayu Baskara 1, I Ketut Sukarasa 1, Ardhianto Septiadhi 1 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya berada di dua lempeng aktif, Indo- Australia dan Eurasia yang membentang dari belahan barat Sumatera hingga belahan selatan Nusa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Klaten terdiri dari 26 Kecamatan, terbagi atas 391 Desa dan 10 Kelurahan, dengan luas 65.556 ha. Kabupaten Klaten merupakan bagian provinsi Jawa Tengah yang

Lebih terperinci

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA Sabar Ardiansyah Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu, Jl.Pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Tenggara Barat, Tahun 1973-215 Seismotectonic and Earthquake Periodicity

Lebih terperinci

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan Dilihat dari kondisi geografisnya, Indonesia merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara

Lebih terperinci

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA Listya Dewi Rifai 1, I Putu Pudja 2 1 Akademi Meteorologi dan Geofisika 2 Puslitbang BMKG ABSTRAK Secara umum, wilayah Sumatera di

Lebih terperinci

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU ) STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU 2000-2014) Heri Saputra 1, Muhammad Arsyad, dan Sulistiawaty Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil. Lempeng bumi ini berpotensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR

ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR ANALISIS TERHADAP INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM GEMPA SUMBAR Daz Edwiza Laboratorium Geofisika Jurusan Teknik Sipil Unand ABSTRAK Sehubungan semakin meningkatnya frekuensi gempa bebrapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana Kuliah ke 1 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB I PENDAHULUAN Bencana menjadi bagian dari kehidupan manusia di dunia, sebagai salah satu permasalahan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018) ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018) Oleh Mariska N. Rande 1, Emi Ulfiana 2 1 Stasiun Geofisika Kelas I Palu

Lebih terperinci