ANALISIS FIKIH MAWARIS DI ERA MODERN. Abstrak
|
|
- Hengki Darmali
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS FIKIH MAWARIS DI ERA MODERN Oleh : Muhammad Farid Azmi S.H Abstrak Perlu ada penanganan terkait harta warisan dari seorang yang telah meninggal agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan orang yang masih hidup, islam mengatur hal tersebut dalam sebuah ilmu bernama ilmu faraidh. Maka dari itu menjadi penting mengetahui apa itu ilmu faraidh, apa manfaat dan tujuannya, bagaimana sejarah perkembangan ilmu faraidh serta bagaimana analisis penulis sendiri terkait ilmu faraidh. Berdasarkan penelitian dengan metode deskriptif ini mendapatkan temuan bahwa ilmu faraidh adalah ilmu mengenai pembagian harta waris bersumber dari Al-Qur an dan Hadis, dari segi sejarah ilmu faraidh mempunyai banyak perubahan, perombakan dan adopsi dari adat waris jahiliyah. Ilmu faraidh harus selalu dijaga mengingat semakin pupusnya eksistensi ilmu faraidh itu sendiri di era modern saat ini. Kata Kunci : Fikih Mawaris, Ilmu Faraidh, Era Modern Pendahuluan Dalam Islam pembagian harta waris menjadi penting untuk memberikan hak-hak ahli waris sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT, oleh karena itu mempelajari ilmu Faraid atau ilmu Fikih Mawaris menjadi sangat urgen demi terlaksananya pembagian harta waris sesuai syar i. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai pengertian, sejarah dan manfaat mempelajari Fikih Mawaris, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi penjelasan secara singkat pentingnya ilmu Faraid itu sendiri. Definisi Fikih Mawaris Fikih Mawaris terdiri dari dua kata, fikih dan mawaris, Secara etimologi fikih berarti mengerti,memahami, pintar. 1 Artinya adalah pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pada adanya pengarahan potensi akal. Kata fiqih secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu al-mujarrad, yang artinya kurang lebih adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja. Selanjutnya adalah al-fahmu ad-daqiiq, yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. 2 Sedangkam mawaris adalah jamak dari mirats dibentuk dari masdar miiraatsan. Secara etimologi kata mirats mempunyai beberapa arti, di antaranya: al- 1 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2010), hlm Wawan Junaedi, Fikih, (Jakarta: PT. Listafariska Putra, 2008), hlm 2 Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 1
2 baqa, yang kekal; al-intiqal (yang berpindah) dan al-maurus yang maknanya attirkah (harta peninggalan orang yang meninggal dunia). Ketiga kata ini (al-baqa', alintiqal, dan at- tirkah) lebih menekankan kepada obyek dari pewarisan, yaitu harta peninggalan pewaris. 3 Mawaris juga disebut Faraidl, bentuk jamak dari kata faiidlah. Kata ini berasal dari kata faradla yang artinya ketentuan atau menentukan. Ketentuan ini menyangkut tentang siapa-siapa yang termasuk ahli waris yang berhak mendapatkan warisan, ahli waris yang tidak mendapatkannya dan beberapa bagian yang dapat diterima oleh mereka. 4 Dari paparan etimologinya secara umum fikih mawaris adalah ilmu yang mempelajari hukum dan aturan tata cara pembagian harta peninggalan orang yang meninggal dunia. Menurut Prof. Habsy ash-shiddieqy mendefinisikan Fikih Mawaris sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan hukum pembagian harta peninggalan orang yang meninggal dunia, mengenai siapa saja yang mempunyai hak atas peninggalan tersebut, siapa saja ahli warisnya, siapa yang tidak mewarisi dan berapa kadar bagian yang diterima oleh setiap ahli waris dan bagaimana cara-cara pembagiannya. 5 Ketentuan-ketentuan ini berdasarkan pada wayu Allah SWT sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Prof. Dr. Amir Syarifuddin bahwa ilmu faraidh adalah seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah SWT dan sunnah Nabi SAW tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari yang telah mati kepada yang masih hidup, yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua yang beragama Islam. 6 Dalam kontek umumnya, warisan dapat diartikan sebagai perpindahan hak kebendaan dari orang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya yang masih hidup. Menurut Wirjono Prodjodikoro warisan merupakan persoalan bagaiamana hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia akan beralih pada orang lain yang masih hidup. 7 Manfaat dan Tujuan Fikih Mawaris 3 Muhammad 'Ali as-sabuny, al-mawaris fi asy-syari'ah al-islamiyyah fi Dau al-kitab a as-sunnah, (Beirut : Dar al-fikr, 1989), hlm Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Depok : PT. Rajagrafindo Persada, 2015), hlm 3 5 TM. Hasby ash-shiddieqy, Fiqh Mawaris, (Yogyakarta : Mudah, t.th), hlm 8 6 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hlm Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, (Bandung : Sumur Bandung, 1983), hlm 13 Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 2
3 Manfaat mempelajari fikih mawaris ialah membagi harta waris dengan prinsip keadilan sesuai dengan aturan-aturan yang dibuat Allah SWT. Agama Islam menghendaki dan meletakkan prinsip keadilan sebagai salah satu sendi pembentukan serta pembinaan masyarakat. Tentunya hal tersebut tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ditunjang dengan pemahaman yang mendalam terhadap aturan-aturan yang telah Allah SWT buat, pembagian waris ini juga merupakan salah satu aturan-aturan-nya, sehingga sangat ditekankan bagi setiap muslim untuk mempelajari ilmu mawaris ini. Adapun tujuan mempelajari ilmu faraidh atau hukum waris ialah agar dapat menyelesaikan masalah harta peninggalan sesuai dengan ketentuan agama, jangan sampai ada yang dirugikan dan termakan bagianya oleh ahli waris yang lainnya. 8 Tidak jarang terjadi problem keluarga karena persoalan membagi harta waris, karena diantara keluarga tersebut tidak mengerti tentang pembagian harta waris dalam agama, sehingga kadangkala sampai terangkat ke sidang pengadilan. Oleh karena itu, jika diantara anggota keluarga ada yang memahami tentang hukum waris, kasus-kasus tersebut kiranya tidak sampai terangkat ke pengadilan. Banyak sekali tujuan dan manfaat mempelajari fikih mawaris, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Membagi harta waris sesuai keadilan dalam sistem perundangan Islam 2. Mengetahui bagian-bagian setiap ahli waris dari harta peninggalan. 3. Menjalin hubungan silaturrahmi antara sesama ahli waris akibat perebutan harta tanpa mengetahui hak masing-masing. 4. Menggembirakan hati orang yang masih hidup, dalam artian harta waris dapat digunakan oleh ahli waris dengan jalan yang diridhoi Allah SWT. 5. Mengurangkan bebanan penjaga terhadap mereka yang masih di bawah tanggungan. 6. Menghindari perselisihan dan persengketaan dalam hal pembagian harta waris. 9 Sejarah Perkembangan Mawaris Secara garis besar fase-fase sejarah perkembangan hukum kewarisan terbagi menjadi tiga fase, yakni sebagai berikut : 8 Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia,(Jakarta:Sinar Grafika, 2009) hlm Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), hlm 12. Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 3
4 1. Masa Jahiliyah. Hukum waris sebelum Islam sangat dipengaruhi oleh sistem sosial yang dianut oleh masyarakat yang ada. Menurut masyarakat Jahiliyah ahli waris yang berhak mendapatkan harta warisan dari keluarganya yang meninggal adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berfisik kuat dan memiliki kemampuan untuk memanggul senjata dan mengalahkan musuh dalam setiap peperangan. Anak-anak baik laki-laki maupun perempuan tidak diberi hak mewarisi harta peninggalan keluarganya, apalagi perempuan. Dalam tradisi mereka, perempuan mendapat perlakuan diskriminitif, bagi mereka perempuan tidak ubahnya bagaikan barang, bisa diwariskan dan diperjual belikan dan dapat dipindahmilikkan. 10 Bahkan ada kutipan yang miris dalam tafsir Ibn Katsir diriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa apabila ada laki-laki meniggal dunia dan meninggalkan seorang janda, maka ahli warisnya melemparkan pakaian di depan janda tersebut, guna mencegah orang lain mengawininya. Jika janda tersebut cantik, maka segeralah dikawininya. Jika janda tersebut jelek, ditahannyalah hingga waktunya meninggal dan kemudian diwarisi harta peninggalannya. 11 Adapun dasar-dasar pewarisan yang dipakai pada zaman jahiliyah ada tiga, sebagai mana berikut : a) Karena Hubungan Kerabat (Al-Qaraabah) Kerabat yang dapat mewarisi adalah mereka yang kuat fisiknya dengan pertimbangan kehormatan suku yang diunggulkan. Oleh karena itu, kerabat yang termasuk al-qaraabah dalam kewarisan jahiliyah ini yaitu: Anak laki-laki Saudara laki-laki Paman Anak laki-laki paman b) Karena Janji Setia (Al-Hilf wa al-mu aaqadah) Janji setia ditempuh dengan melakukan perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih. Seseorang menyatakan dengan sungguh-sungguh kepada orang lain untuk saling mewarisi apabila salah satu pihak meninggal dunia. 10 Ahmad Rofiq,..., hlm 8 11 Abu al-fida Ibn Katsir, Tafsir al-qur an al-karim, juz 1, (Kairo : Daar Ihyaa al -Kutub al- Arabiyah, t.t.), hlm 465. Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 4
5 Tujuannya untuk kerjasama, saling menasihati, dan yang terpenting adalah saling memperoleh rasa aman. Adapun contoh isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut : Darahku darahmu, pertumpahan darahku pertumpahan darahmu, perjuanganku perjuanganmu, perangku perangmu, damaiku damaimu, kamu mewarisi hartaku aku mewarisi hartamu, kamu dituntut darahmu karena aku dan aku dituntut darahku karena kamu, dan diwajibkan membayar denda sebagai pengganti nyawaku, aku pun diwajibkan membayar denda sebagai pengganti nyawamu. 12 c) Karena Pengangkatan Anak atau Adopsi (Al-Tabanni) Pengangkatan anak atau adopsi sudah menjadi perbuatan lazim yang mengakar dalam masyarakat jahiliyah. Status hikum dari anak angkat sama dengan anak kandung dan nasabnya pun disandarkan pada bapak angkatnya. Bahkan hubungan kekeluargaan dengan orang tua kandungnya pun terputus, sehingga dia tidak bisa mewarisi harta peninggalan ayah kandungnya. Jadi yang bisa diwarisi anak angkat tersebut hanyalah bapak angkatnya saja ketika sudah meninggal dunia ataupun sebaliknya Masa Awal Islam Pada awal Islam perkembangan hukum mawaris belum begitu terlihat, hampir sama dengan masa Jahiliyah, tinggal meneruskan apa yang telah ada, berikut adalah dasar-dasar baru yang ditambahkan : a) Pertalian Kerabat (al-qaraabah) b) Janji Setia (al-half wa al-mu aaqadah) c) Pengangkatan Anak atau Adopsi (al-tabanni) d) Hijrah dari Makkah ke Madinah Hijrah dari Mekah ke Madinah, pada awal Islam menjadi sebab warismewarisi. Kekuatan kaum muslim pada waktu itu sangatlah lemah, karena jumlah mereka sedikit. Untuk menghadapi kaum musyrikin Quraisy yang sangat kuat dan banyak pengikutnya tiada jalan lain yang ditempuh Rasulullah beserta pengikutnya selain meminta bantuan keluar kota yang sepaham dan simpatik terhadap perjuangan beliau beserta kaum muslimin dalam memberantas kemusyrikan. 12 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, (Bandung : Al-Ma arif, 1981), hlm Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,2014), hlm 16 Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 5
6 Setelah menerima perintah dari Allah Swt, agar meninggalkan kota Makkah, Rasulullah bersama dengan sejumlah sahabat meninggalkan kota Makkah menuju kota Madinah. Di Madinah inilah Rasulullah beserta rombongannya disambut gembira oleh orang-orang Madinah dengan ditempatkan dirumah-rumah mereka, dicukupi segala keperluan, dilindungi jiwanya dari pengejaran kaum musyrikin Quraisy dan dibantu dalam menghadapi musuh-musuh yang menyerangnya.karena adanya jalinan kekerabatan dan rasa saling melindungi inilah pada masa awal Islam hijrah dari Makkah ke Madinah menjadi sebab waris-mewarisi antara kaum Muhajirin dan Ansar. e) Ikatan Persaudaraan antara Muhajirin dan Ansar Untuk memperteguh dan mengabadikan persaudaraan kaum Muhajirin dan kaum Ansar, Rasulullah menjadikan ikatan persaudaraan sebagai salah satu sebab untuk saling mewarisi. Misalnya, apabila seorang Muhajirin meninggal dunia di Madinah dan ia mempunyai wali (ahli waris) yang ikut hijrah maka harta peninggalannya diwarisi oleh walinya (ahli warisnya) yang ikut hijrah, sedang ahli waris yang enggan ikut hijrah ke Madinah tidak berhak mempusakai harta peninggalannya. Apabila tidak mempunyai wali yang ikut hijrah, maka harta peninggalannya dapat diwarisi oleh saudaranya dari orangorang yang menjadi wali karena adanya ikatan persaudaraan Masa Penyempurnaan Islam Pada masa ini, ketentuan-ketentuan mawaris yang dahulu telah dirubah isi ketentuannya, rinciannya dapat ditegaskan berikut : a) Penghapusan ketentuan bahwa yang menerima harta waris hanya kerabat lakilaki dan dewasa saja. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Nisa [4] : 7 dan 127, yaitu bahwa ahli waris laki-laki dan perempuan, termasuk di dalamnya anakanak, masing-masing berhak menerima warisan sesuai dengan bagian yang ditentukan. b) Penghapusan ikatan persaudaraan antara golongan Muhajirin dan Ansar sebagai dasar mewarisi, dijelaskan melalui QS. Al-Ahzaab [33] : 6. Sebagian mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa janji setia masih dapat digunakan sebagai dasar mewarisi namun ditempatkan dalam urutan terakhir. 14 Moh Muhibin,..., hlm 36 Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 6
7 c) Penghapusan pengangkatan anak yang diperlakukan sebagaimana anak kandung sebagai dasar kewarisan, disebut dalam QS. Al-Ahzaab [33] : 4-5 dan 40. d) Munculnya ayat-ayat Al-Qur an yang menegaskan secara definitif tentang ketentuan bagian ahli waris. 15 Perbedaan Pemahaman Faraidh para Ulamak Dalam Al-Qur an sudah jelas diterangkan mengenai bagian-bagian dalam membagi harta waris, namun masih ada beberapa hal kewarisan yang belum diatur secara jelas. Biasanya hal tersebut akan dicari dalam hadis-hadis Nabi, sedangkan sebagaimana yang diketahui, hadis Nabi yang menerangkan faraidh sangat sedikit, sehingga tiada jalan lain untuk masalah yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur an dan Hadis selainn dengan melakukan ijtihad. Dalam berijtihad pun para Ulamak banyak berbeda pendapat antara satu dengan yang lainnya, objek perbedaan tersebut terdapat dalam dua kategori besar. Pertama, perbedaan penggunaan dalil dengan arti berbeda dalam menempatkan hadis sebagai dalil dan kedua, perbedaan dalam memahami dalil. Perbedaan dalam penggunaan mengandung arti bahwa meski secara prinsip mereka sepakat dalam menggunaan Al-Qur an, Hadis, Ijma, Qiyas namun dalam penggunaan secara rinci perkasus, ulamak berbeda pendapat. Ada ulamak yang berpendapat dalam satu kasus beliau menyesaikannya berdasarkan nukilan dari suatu hadis, sedangkan ulamak yang lain meragukan bahwa yang dinukil tersebut adalah hadis. Sedangkan perbedaan dalam memahami dalil timbul dari dua segi, yakni dalam pemahaman lafaz itu sendiri dan dari segi perluasan pemahaman setiap ulamak di lihat dari latar belakang dan kemampuan ulamak tersebut memahami setiap teks yang ada. 16 Analisis Fikih Mawaris di Era Modern Di era sekarang, sudah banyak kaum muslim yang mengabaikan ketentuan-ketentuan fikih mawaris dalam pembagian harta waris, mereka seakan sudah mulai ragu akan konsep keadilan yang ditawarkan Allah SWT terutama terkait masalah pembagian harta waris yang sesuai dengan firman-nya dalam Al-Qur an. 15 Ahmad Rofiq,..., hlm Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2015), hlm Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 7
8 Sering terjadi kasus yang lumprah terjadi dalam masyarakat yang mana seakan pembagian harta waris secara adil tidak dapat tercapai jika memakai ketentuan fikih mawaris, padahal metode yang ditawarkan fikih mawaris adalah metode yang diambil dari firman Allah SWT. Kemudian bagaimana cara kita mensiasati dan memahami permasalahan ini, tergantung pada sudut pandang kita memahami pokok masalahnya. Menurut penulis, membagi harta waris dengan ketentuan fikih mawaris adalah wajib, dengan pandangan dasar bahwa setiap harta yang ada pada kuasa manusia prinsip dasarnya hanyalah titipan dari Allah SWT, secara logika, semua barang titipan harus dikembalikan kepada pemilik sejatinya. Hal ini sama dengan harta waris, sebenarnya harta waris yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia, hakikatnya adalah milik Allah SWT yang mana harus dikembalikan pada Allah SWT juga. Jika Allah SWT menginginkan harta itu disimpan atau memilih membagikannya pada pihak lain, maka itu tergantung kekuasaan pemilik sejatinya yaitu Allah SWT, jadi terserah Allah memberi ketentuan bagaimanapun aturannya harus dijalani dan diterima apa adanya, karena semua itu hakikatnya adalah milik- Nya. Jika memang benar-benar terjadi sebuah ketidakadilan secara materis, setelah memang benar-benar dibagi sesuai ketentuan Sang Pemilik Sejati, pihak-pihak terkait yang diberi harta waris, dalam hal ini adalah ahli waris, dapat membuat akad atau kesepakatan baru antar ahli waris dengan dasar tolong-menolong. Jadi pemenuhan keadilan bersifat materi bisa melalui jalan lain diluar pembagian harta waris, jangan dicampur pada saat pembagian harta waris, karena jika demikian, akan merusak ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dan akan mengakibatkan tidak terlaksananya pembagian harta waris sesuai syar i. Simpulan Fikih Mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan hukum pembagian harta peninggalan orang yang meninggal dunia sesuai dengan syariat Islam yang berlaku. Manfaat mempelajari fikih mawaris ialah membagi harta waris dengan prinsip keadilan sesuai dengan aturan-aturan yang dibuat Allah SWT. Adapun tujuannya ialah agar dapat menyelesaikan masalah harta peninggalan sesuai dengan ketentuan agama Islam. Fase sejarah perkembangan fikih mawaris dibagi menjadi tiga fase, yakni masa Jahiliyah yakni masa sebelum Islam, kemudian masa awal Islam dan masa penyempurnaan Islam. Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 8
9 Terkait pemenuhan keadilan dalam rangka tolong menolong, dilakukan melalui jalan diluar pembagian harta waris, jangan dicampuradukkan pada saat pembagian harta waris, karena jika demikian, akan merusak ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dan akan mengakibatkan tidak terlaksananya pembagian harta waris sesuai syara. DAFTAR PUSTAKA Junaedi, Wawan, Fikih, Jakarta : PT. Listafariska Putra, Katsir, Abu al-fida Ibn, Tafsir al-qur an al-karim, juz 1, Kairo : Daar Ihyaa al-kutub al- Arabiyah, t.t. Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, Muhibbin, Moh., Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia,Jakarta:Sinar Grafika, Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Warisan di Indonesia, Bandung : Sumur Bandung, Rahman, Fatchur, Ilmu Waris, Bandung : Al-Ma arif, Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, Depok : PT. Rajagrafindo Persada, as-sabuny, Muhammad 'Ali, al-mawaris fi asy-syari'ah al-islamiyyah fi Dau al-kitab a as- Sunnah, Beirut : Dar al-fikr, ash-shiddieqy, TM. Hasby, Fiqh Mawaris, Yogyakarta : Mudah, t.th. Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta : Prenada Media, 2003., Hukum Kewarisan Islam, Jakarta : Kencana, Umam, Dian Khairul, Fiqih Mawaris, Bandung : CV. Pustaka Setia, Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, Analisis Fikih Mawaris di Era Modern 9
PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Materi : HUKUM KEWARISAN Oleh : Drs. H.A. Mukti Arto, SH, M.Hum. PENDAHULUAN Hukum Kewarisan Hukum Kewarisan ialah Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang sempurna, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai bagi ummat manusia didalam
Lebih terperinciHAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM
Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG
BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG A. Analisis Terhadap Ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam Tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan
BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS
23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan
Lebih terperinciStandar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh
Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam
Lebih terperinciHIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)
HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung) Hibah sebagai Fungsi Sosial Hibah yang berarti pemberian atau hadiah memiliki fungsi sosial dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan
Lebih terperinciPengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.
Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama
58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waris merupakan salah satu kajian dalam Islam yang dikaji secara khusus dalam lingkup fiqh mawaris. 1 Pengkhususan pengkajian dalam hukum Islam secara tidak langsung
Lebih terperinciBAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam
BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam adanya asas-asas kewarisan islam yaitu asas ijbari (pemaksaan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL
BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya tentang pusaka (waris), baik mengenai rukun, syarat, penghalang dalam
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS
64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara
Lebih terperinciArticle Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :
Article Review Judul Artikel : Perubahan Sosial dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Warisan Dalam Perspektif Hukum Islam Penulis Artikel : Zulham Wahyudani Reviewer : Anna Rizki Penerbit : Jurnal Ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.
BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.Gs) A. Analisis Tentang Dasar Hukum Hakim Tidak Menerima Gugatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara beraneka ragam adat dan budaya. Daerah yang satu dengan daerah yang lainnya memiliki adat dan budaya yang berbeda-beda. Demikian juga
Lebih terperinciPERSATUAN DAN KERUKUNAN
PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA A. Analisis Terhadap Kebiasaan Pembagian Waris Di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah masalah status harta benda yang ditinggalkannya yang disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kematian atau meninggal dunia adalah peristiwa yang pasti akan dialami oleh seseorang, karena kematian merupakan akhir dari perjalanan hidup seorang manusia.salah
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum perkawinan, maka hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan yang memegang peranan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang ayah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan
Lebih terperinciPersatuan Dalam al-quran dan Sunnah
Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh ikatan cinta kasih sepasang suami isteri. Anak juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sering dimaknai sebagai karunia Tuhan untuk membahagiakan dan memperkokoh ikatan cinta kasih sepasang suami isteri. Anak juga merupakan amanat Tuhan kepada ayah
Lebih terperinciBAB II KONSEP WARIS DAN HAK WARIS
19 BAB II KONSEP WARIS DAN HAK WARIS A. Pengertian Waris Islam Syari at Islam telah meletakkan sistem kewarisan dalam aturan yang paling baik, bijak dan adil. Agama Islam juga telah menetapkan hak kepemilikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS A. Pengertian Waris Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah mawarits, yang berarti harta warisan atau harta peninggalan mayyit. 1 Ilmu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan terhadap pembagian harta waris bagi anak laki-laki dan anak perempuan di Desa Linduk Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. Yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup
BAB V PENUTUP Alhamdulillah, pengkaji bersyukur ke hadrat Allah SWT yang telah memberikan pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup dengan kesimpulan dan cadangan.
Lebih terperinciTINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN
1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan
Lebih terperinciKEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto
KEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto suryashmh@yahoo.com ABSTRAK Dalam tradisi Arab pra Islam, hukum yang diberlakukan menyangkut ahli
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Penetapan hak waris anak dalam kandungan menurut mazhab Syafi i adalah. diperkirakan satu saja, lebih dari itu adalah langka.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penetapan hak waris anak dalam kandungan menurut mazhab Syafi i adalah harta waris dalam kasus ini sebaiknya ditunda sampai janin yang ada dalam kandungan itu lahir hingga
Lebih terperinciMEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9
MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 A. KELUARGA Untuk membangun sebuah keluarga yang islami, harus dimulai sejak persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul
A. Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN Untuk menghindari berbagai penafsiran tentang judul skripsi ini, maka penulis akan menguraikan terlebih dahulu arti dan makna dari judul skripsi yang akan dibahas.
Lebih terperinciWARIS ISLAM DI INDONESIA
ISSN 2302-0180 8 Pages pp. 19-26 WARIS ISLAM DI INDONESIA Azharuddin 1, A. Hamid Sarong. 2 Iman Jauhari, 3 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh e-mail : Budiandoyo83@yahoo.com 2,3) Staff Pengajar
Lebih terperinciWASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)
WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam) Oleh : Drs. Arpani, S.H. (Hakim Pengadilan Agama Bontang) A. PENDAHULUAN Salah satu hikmah perkawinan adalah untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama
Lebih terperinciIMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PANDANGAN IMAM SYAFI I DAN SYI> AH IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI PEWARIS NON MUSLIM A. Persamaan Pandangan Imam Syafi i dan Syi> ah Ima>miyah tentang Hukum
Lebih terperinciBAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang
BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH A. Istinbath Hukum Dan Natijah Status kewarisan bagi para pelaku transseksual yang mengoperasi ganti kelamin dalmam perspektif ushul fiqih ini merupakan masalah baru
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS A. Sebab-Sebab Terjadinya Penguasaan Tirkah Al-Mayyit Yang Belum Dibagikan Kepada Ahli Waris Harta peninggalan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciBAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA
BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di
Lebih terperinciJi a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang sempurna, setiap orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang sempurna, setiap orang yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami suatu peristiwa yang penting dalam hidupnya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI
BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama
Lebih terperinciSUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )
SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an
Lebih terperinciبسم االله الرحمن الرحیم
KATA PENGANTAR بسم االله الرحمن الرحیم Segala puji bagi Allah SWT tuhan pencipta alam, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarganya serta pengikut-pengikutnya. Alhamdulillah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna, mengatur berbagai aspek kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia. Melalui
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciA. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah Waris di Pulau Bawean. pembagian dengan cara hukum waris Islam. Kedua; pembagian waris dengan
56 BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE PENERAPAN NILAI TANAH WARIS DI PULAU BAWEAN (Studi kasus di Desa Sungai Rujing Dusun Tajung Barat Kecamatan Sangkapura) A. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana saja di dunia ini. Sesungguhnya yang demikian, corak suatu Negara Islam dan kehidupan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan salah satu diantaranya adalah wasiat, yaitu pemberian seseorang kepada orang lain, baik berupa benda, piutang, maupun
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:
BAB IV ANALISIS A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin Dari penjelasan terdahulu dapat dikelompokkan ahli waris yang menjadi ahli waris pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut
Lebih terperinciNikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*
Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Abstrak Nikah Sirri dalam perspektif hukum agama, dinyatakan sebagai hal yang sah. Namun dalam hukum positif, yang ditunjukkan dalam Undang -
Lebih terperinciEtimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)
PENGANTAR Sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah Al- Quran dan Sunnah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak permasalahan baru yang dihadapi umat Islam, yang tidak terjadi pada masa Rasulullah
Lebih terperinciBAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI
BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan
Lebih terperinciMENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN
c Menghormati Kemanusiaan d MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam kesempatan khutbah kali ini, saya ingin mengajak semuanya untuk merenungkan ajaran
Lebih terperinciHAK WARIS DZAWIL ARHAM
Nama Kelompok : M. FIQHI IBAD (19) M. ROZIQI FAIZIN (20) NADIA EKA PUTRI (21) NANDINI CHANDRIKA (22) NAUFAL AFIF AZFAR (23) NOER RIZKI HIDAYA (24) XII-IA1 HAK WARIS DZAWIL ARHAM A. Definisi Dzawil Arham
Lebih terperinciKEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS
KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ
BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpasang-pasangan merupakan sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1 Firmah Allah SWT dalam
Lebih terperinci[107] Sikap Mukmin terhadap Rasulullah SAW, Istri-istri Beliau, dan Sesama Muslim Saturday, 28 September :25
Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I. Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian
Lebih terperinciPERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM
PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS PERDATA BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM Penulis : Agil Jaelani, Andri Milka, Muhammad Iqbal Kraus, ABSTRAK Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus
Lebih terperinciPEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:
PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kematian atau meninggal dunia adalah suatu peristiwa yang pasti akan dialami oleh setiap manusia, karena kematian merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)
12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa kata penting yang terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak
Lebih terperinciPerjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam
Perjuangan Nabi di Kota Madinah dalam Menegakan Agama Islam Kelompok 2 Arum Suci Alfiani Innesyifa Haqien Syifa Fatimah Azzahra Keadaan Masyarakat Madinah sebelum Islam Terdapat suku Aus dan suku Khazraj,
Lebih terperinciSUMBER SUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM 1. Al Quran Al quran menurut bahasa (Etimologi), al Quran berarti bacaan, adapun menurut Istilah (Termonologis), yaitu Firman Allah SWT. Yang merupakan mukjizat yang diturunkan
Lebih terperinciWaris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)
Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM WARIS DAN ANAK DALAM KANDUNGAN. Waris secara etimologi di dalam bahasa arab berakar dari kata al irtsu,
BAB III TINJAUAN UMUM WARIS DAN ANAK DALAM KANDUNGAN A. Pengertian Waris Waris secara etimologi di dalam bahasa arab berakar dari kata al irtsu, terkadang digunakan bermakna mashdar dan terkadang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. Sebagaimana Firman Allah SWT
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH
BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem perkawinan menentukan sistem keluarga, sistem keluarga menentukan sistem kewarisan. Bentuk perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya
Lebih terperinci