PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA
|
|
- Utami Pranoto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Nurjidin Dosen FAI UCY F. Setiawan Santoso Dosen FAI UCY abstract A further deep investigations of the role of nazhir within Indonesia s legislation is undoubtedly important to become socialized among Muslim societies in order them be able to manage waqf properties sustainably without deviating from the rule of law applicable in both Islamic and Indonesian law. Although not formally organized in Islam, Nazhir has been arranged in such a way that it has a common ground with the prevailing regulations in Indonesia. Keywords: nazhir, law, waqf, Indonesia A. Pendahuluan Kondisi harta tanah wakaf di Indonesia masih belum termanfaatkan secara optimal. Hasil penelitian Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Kasdi terhadap 500 responden nadzir di 11 Propinsi menunjukkan, harta wakaf lebih banyak bersifat diam (77%) daripada yang menghasilkan atau produktif (23%). Temuan umum lainnya juga menunjukkan pemanfaatan terbesar harta wakaf adalah masjid (79%) daripada peruntukan lainnya, dan lebih banyak berada di wilayah pedesaan (59%) daripada perkotaan (41%). Sedangkan para nadzir pun tidak terfokus dalam mengelola, mereka mayoritas bekerja sambilan dan tidak diberi upah (84%), dan yang bekerja secara penuh dan terfokus ternyata amatlah minim (16 %). Selain itu, wakaf lebih banyak dikelola oleh perseorangan (66%) alias tradisional, dari pada organisasi profesional (16%) dan berbadan hukum (18%). Kasdi kemudian menyimpulkan problem mendasar dalam stagnasi perkembangan wakaf adalah dua hal: aset wakaf yang tidak produktif dan kapasitas nadzir yang tidak profesional. 1 Para Fuqaha mazhab tidak memasukkan nazhir sebagai salah satu dari rukun wakaf, tetapi peranannya diakui sangat penting untuk pengelolaan harta wakaf. 2 Dalam Fiqih Wakaf dijelaskan, walaupun para
2 NURJIDIN DAN F. SETIAWAN SANTOSO mujtahid tidak menjadikan nazhir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wakif harus menunjuk nazhir, baik yang bersifat perseorangan maupun kelembagaan. Pengangkatannya bertujuan agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia. Bagi Furqon, harta wakaf adalah benda mati, sehingga nilai dan produksinya bukan bergantung pada benda tersebut, akan tetapi bergantung kepada pengelolanya atau nazhir. Badan Wakaf Indonesia (BWI) menandaskan, tanpa nazhir, harta wakaf tidak dapat terjaga dalam kelestarian dan pengembangannya apalagi pengambilan manfaatnya. Kasdi menguatkan dengan penhjelasan dari Hasymi. Kunci pengelolaan wakaf terletak pada eksistensi pengelola wakaf, terutama nadzir dan tim kerja yang solid untuk memaksimalkan peran wakaf. Apabila dikelola secara profesional, maka wakaf akan menjadi lembaga Islam potensial yang berfungsi mendanai dan mengembangkan perekonomian umat. Nazhir hendaknya didorong semaksimal mungkin untuk mencapai level kinerja dan performa yang terbaik, sehingga dapat lebih signifikan dalam memainkan peran sosial untuk pengembangan wakaf. 3 Keberhasilan pengelolaan Nazhir kemudian berdampak pada keberlanjutan fungsi harta bagi kesejahteraan masyarakat. Tuntutan pengelolaan yang berkelanjutan jelas muncul dalam hokum wakaf tanah di Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik Pasal 1 ayat (1), bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Ketemtuan itu diperjelas dalam aturan wakaf yang lebih umum dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf (UUWk) Pasal 1 ayat (1). Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Penumbuhan kepercayaan terhadap peran nazhir dalam harta wakaf di Indonesia ternyata masih perlu dikembangkan. Fathurahman dkk. menyimpulkan hasil penelitiannya di Bandung tentang kinerja nazhir dipengaruhi dengan kekurangan tersebut. Wakaf di kota tersebut masih bertumpu pada kepercayaan personal bukan kelembagaan yang berdampak buruk pada pengelolaan secara bekelanjutan dan bertanggung jawab. 4 Kasdi pun menyerukan senada. Pengelolaan wakaf lebih potensial diterapkan oleh nazhir lembaga, baik organisasi maupun badan hukum, dibandingkan dengan nazhir perseorangan yang berbasis manajemen tradisional. Selain itu, berdasarkan jumlah pengurus dan staf, nazhir 101 Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016
3 PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA organisasi dan badan hukum jumlahnya lebih besar dari pada nazhir perseorangan. Secara umum, pengelolaan wakaf dapat terarah dan terbina secara optimal, apabila nazhirnya amanah dan profesional. 5 Oleh karena itu, Furqon pun menyarankan ketika meneliti kompetensi nazhir berbasis social entrepreneurship agar sosialisasi wakaf produktif yang lebih massif kepada nazhir-nazhir wakaf hingga terbentuk paradigma wakaf produktif di kalangan nazhir untuk menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat. 6 Hal penting yang perlu disosialisasikan kepada para nazhir agar mampu mengelola harta wakaf secara berkelanjutan adalah hokum dan undang-undang di Indonesia yang berkaitan dengan peran, termasuk hak dan kewajibannya. Penelusuran lebih jauh tentang peran nazhir dalam perundang-undangan di Indonesia menjadi bermanfaat. Nazhir kemudian diharapkan mampu mengelola harta wakaf secara baik terhindar dari penyimpangan hukum Islam khususnya yang berlaku di Indonesia. Dampak buruk yang merugikan dari pengelolaan yang tidak sesuai dengan perundang-undangan juga dapat diminimalisir, baik bagi harta maupun diri nazhir sendiri, khususnya dalam perwakafan tanah. B. Nazhir dalam Perundang-undangan Wakaf Indonesia Dalam Pasal 2 UUWk ditentukan bahwa wakaf sah apabila dilaksanakan menurut syarat-syarat rukun yang ditentukan syariah. Selanjutnya dalam Pasal 6, wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur sebagai berikut; Wakif; Nazhir; Harta Benda Wakaf; Ikrar Wakaf; peruntukan harta benda wakaf; dan jangka waktu wakaf. Wakif Pada Pasal 7 ditentukan dan meliputi; perseorangan; organisasi; badan hukum. Selanjutnya dijelaskan dalam pasal berikutnya bahwa wakif perseorangan hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi persyaratan; dewasa; berakal; sehat; tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan pemilik sah harta benda wakaf. Sedangkan wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan. Penjelasan tentang harta wakaf ada dalam Pasal 1 ayat (5). Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Disyaratkan pula dalam pasal 15 bahwa harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah. Ikrar wakaf menurut pasal 1 ayat (3) adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya. Sedangkan dalam pasal 17 dikatakan Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember
4 NURJIDIN DAN F. SETIAWAN SANTOSO bahwa, ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nazhir dihadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan disaksikan oleh 2 orang saksi dan dinyatakan secara lisan dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW. Nazhir dalam UUWk kemudian disebut sebagai pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya (Pasal 1 angka 4). Pengertian itu tidak berbeda jauh dari pengertian bahasa. Furqon dari berbagai sumber mengartikan Nazhir secara bahasa berarti penjaga. Penjaga sawah dan kebun kurma dinamakan. Ulama Hanafiyah menyebut nazhir dengan sebutan Qayyim al-waqf atau Mutawalli, dan mendefinisikannya sebagai orang yang mengatur dan mengawasi urusan wakaf. Meski demikian, istilah nazhir dalam wakaf lebih banyak dipakai pada kebanyakan kitabkitab Fuqaha dan Muhaqiqin, seperti Imam Ibn Taimiyah dan Imam al- Syaukani. 7 Nazhir di Pasal 1 (4) dalam UU yang sama dibatasi dengan pihak yang menerima harta beda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya. Dengan dasar tersebut, Nazhir menjadi kunci dalam pencapaian tujuan wakaf sehingga penentuan Nazhir harus memenuhi syarat-syarat yang dapat mengembangkan dan mengelola harta wakaf agar terus produktif dan mencapai tujuan wakaf. Dalam Pasal 9 dan 10 dipastikan bahwa nazhir tidak hanya ada dua, tetapi terdiri dari tiga kelompok, yaitu: 1. perseorangan; kewajibannya memenuhi persyaratan sebagai berikut; Warga Negara Indonesia; beragama Islam; dewasa; amanah; mampu secara jasmani dan rohani; tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. 2. organisasi; syarat yang harus dipenuhi adalah; pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan; organisai yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam. 3. badan hukum, lembaga ini menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan; pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan; badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan badan hukum yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam. Jadi, kewenangan nazhir tidak secara otomatis saat badan hokum mendapatkan benda wakaf. lembaga harus didaftarkan terlebih dahulu pada Menteri dan BWI melalui Kantor Urusan Agama. 103 Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016
5 PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Aturan itu jelas tertulis pada Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Di dalamnya disebutkan juga beberapa persyaratan lainnya, yaitu: 1. Nazhir badan hukum wajib didaftarkan pada Menteri dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat. Jika tidak terdapat Kantor Urusan Agama setempat, pendaftaran nazhir dilakukan melalui Kantor Urusan Agama terdekat, Kantor Departemen Agama, atau perwakilan BWI di provinsi/ kabupaten/kota. 2. Nazhir badan hukum yang melaksanakan pendaftaran harus memenuhi persyaratan: a. badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam; b. pengurus badan hukum harus memenuhi persyaratan nazhir perseorangan; c. salah seorang pengurus badan hukum harus berdomisili di kabupaten/kota benda wakaf berada; d. memiliki: 1) salinan akta notaris tentang pendirian dan anggaran dasar badan hukum yang telah disahkan oleh instansi berwenang; 2) daftar susunan pengurus; 3) anggaran rumah tangga; 4) program kerja dalam pengembangan wakaf; 5) daftar terpisah kekayaan yang berasal dari harta benda wakaf atau yang merupakan kekayaan badan hukum; dan 6) surat pernyataan bersedia untuk diaudit. Persyaratan di atas harus dilampirkan saat mengajukan permohonan pendaftaran sebagai nazhir badan hukum. Selain persyaratan teknis, Fathurrahman Djamil menjelasakan masih ada persyaratan umum lain bagi nazhir. Pertama, nazhir adalah pemimpin umum dalam wakaf. karenanya, nazhir harus berakhlak mulia, amanah, berpengalaman, menguasai ilmu administrasi dan keuangan yang dianggap perlu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan jenis wakaf dan tujuannya. Kedua, nazhir bisa bekerja selama masa kerjanya dalam batasan undang-undang wakaf sesuai dengan keputusan organisasi sosial dan dewan pengurus. Nazhir mengerjakan tugas harian yang menurutnya baik dan menentukan petugas-petugasnya, serta punya komitmen untuk menjaga keutuhan harta wakaf, meningkatkan pendapatannya, menyalurkan manfaatnya. Nazhir juga menjadi utusan atas nama wakaf terhadap pihak lain ataupun di depan mahkamah Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember
6 NURJIDIN DAN F. SETIAWAN SANTOSO (pengadilan). Ketiga, nazhir harus tunduk kepada pengawasan Kementerian Agama dan BWI, dan memberikan laporan keuangan dan administrasi setiap seperempat tahun minimal, tentang wakaf dan kegiatannya. Keempat, nazhir bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian atau hutang yang timbul dan bertentangan dengan undangundang wakaf. 8 B. Kewajiban dan Hak Nazhir Nazhir, baik perorangan, organisasi maupun badan hukum merupakan orang yang diberi amanat oleh wakif untuk memelihara, mengurus dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan ikrar wakaf. Sebagai pemegang amanah tersebut, ia tentu mempunyai berbagai kewajiban dan hak tertentu. Kewajiban adalah menyangkut hal-hal yang harus dikerjakan dan diselesaikan demi tercapainya tujuan wakaf sebagaimana yang dikehendaki oleh ikrar wakaf, sedangkan hak adalah timbal balik dari pelaksanaan kewajiban dalam pengelolaan harta wakaf. Karena pemegang amanah, nazhir tidak dibebani resiko apapun atas kerusakan-kerusakan yang menimpa terhadap harta wakaf, selagi kerusakan-kerusakan dimaksud bukan atas kesengajaan atau kelalaiannya. Hanya saja, untuk menghindari kerusakan terhadap harta benda wakaf, nazhir dibebankan pengeolaan yang meliputi pemeliharaan, pengurusan dan pengawasan harta serta hasil-hasilnya. Selain itu juga menyangkut laporan tentang semua hal yang menyangkut kekayaan wakaf, mulai dari keadaan, perkembangan harta wakaf sampai kepada pemanfaatan hasil-hasilnya. 9 Dalam perwakafan tanah, Kewajiban nazhir diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik Pasal 10 secara lebih rinci. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Nazhir berkewajiban melaporkan, mengurus dan mengawasi harta kekayaan wakaf dan hasilnya, meliputi: a. Menyimpan Lembaran Salinan Akta Ikrar Wakaf; b. Memelihara tanah wakaf; c. Memanfaatkan tanah wakaf; d. Memanfaatkan dan berusaha meningkatkan hasil wakaf; e. Meyelenggarakan pembukuan/administrasi yang meliputi: 1. buku catatan tentang keadaan tanah wakaf; 2. buku catatan tentang pengelolaan dari hasil tanah wakaf; 3. buku catatan tentang penggunaan hasil tanah wakaf 2. Nazhir berkewajiban melaporkan: a. Hasil pencatatan perwakafan tanah milik dalam buku tanah dan 105 Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016
7 sertifikatnya kepada Kepala KUA; PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA b. Perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan penggunaannya; 3. Pelaksanaan kewajiban yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini kepada Kepala KUA tiap satu tahun sekali yaitu pada tiap akhir bulan Desember. 4. Nazhir berkewajiban pula untuk melaporkan adanya salah seorang anggota nazhir yang berhenti dari jabatannya sesuai aturan yang berlaku dalam peraturan tersebut. 5. Bilamana jumlah anggota nazhir kelompok karena berhentinya salah seorang anggota atau lebih berakibat tidak memenuhi syarat sebagai diatur dalam pasal 8 ayat (1) peraturan tersebut, anggota nazhir lainnya berkewajiban mengusulkan penggantiannya untuk disahkan oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). Peraturan Menteri Agama di atas kemudian disederhanakan dalam UUWk pasal 11. Kewajiban nazhir adalah sebagai berikut: a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya; c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI. Karena melaksanakan kewajiban, nazhir berhak atas berbagai hal. Salah satunya yang diatur dalam UUWk adalah peruntukan harta wakaf. pasal 22 menjelaskan penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh wakif pada saat pelaksanaan ikrar wakaf. Pada kondisi tertentu dimana wakif tidak menetapkan peruntukkan harta benda wakaf, nazhir berhak menetapkan peruntukkan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf. Pada pasal 13 disebutkan pula bahwa nazhir berhak mendapat pembinaan dari Menteri dan BWI. Haknya dalam penerimaan imbalan kemudian diatur dalam pasal 12. Ia dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen). Imbalan bagi nazhir sebenarnya telah dipraktikkan sejak masa pemerintahan sahabat Umar Ibn Khattab, Ali ibn Abi Talib, dan sahabatsahabat lainnya. Besaran upah yang diterima nazhir, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan wakif atau hakim. 10 Sejarah tersebut kemudian dijabarkan dalam fiqih mazhab dalam berbagai pendapat. Hanafiyyah berpendapat bahwa hak gaji diterima selama ia melaksanakan segala sesuatu yang diminta saat wakaf itu Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember
8 NURJIDIN DAN F. SETIAWAN SANTOSO terjadi. Besarannya bisa sepersepuluh atau seperdelapan sesuai kehendak wakif. Apabila tidak ditetapkan, maka hakimlah yang menetapkan imbalannya dengan pertimbangan berat-ringannya tugas-tugas yang diberikan. Ulama Malikiyyah memiliki kesamaan dengan Hanafiyyah, meski tidak semuanya. Sebagian memfatwakan, jika wakif tidak menentukan upah nazhir, maka hakim dapat mengambil upah itu dari bait al-mal. Adapun Syafi iyyah memutuskan yang menetapkan gaji nazhir itu wakif. Jika tak ada, nazhir tidak berhak atas gaji. Untuk mendapatkannya, nazhir harus mengajukan permohonan kepada hakim untuk mendapatkan gaji yang seimbang. sebagian mazhab itu menyatakan bahwa sebenarnya ia tidak berhak memohon gaji, kecuali keadaannya sangat membutuhkan. Pandangan lain dari Hanabilah yang mengeluarkan dua pendapat. Pendapat pertama, nazhir tidak halal mendapatkan upah kecuali hanya untuk makan sepatutnya. Pendapat kedua, nazhir wajib mendapatkan upah sesuai dengan pekerjaannya. 11 Dari uraian perundangan-ungangan dan fikih mazhab bisa ditegaskan bahwa nazhir berhak atas imbalan, baik diambil dari harta wakaf maupun dari sumber lain. Jumlah dan besarannya bisa diatur berdasarkan pada kehendak wakif atau hakim dan perundangan. Selain itu, pertimbangan terhadap situasi dan kondisi kesejahteraan masyarakat lokal harta wakaf tidak bisa diabaikan. C. Nazhir dalam Pencatatan Ikrar Wakaf Tanah Jenis harta benda wakaf dalam UUWk terdiri dari: benda tidak bergerak; benda bergerak selain uang; dan benda bergerak berupa uang. Jenis benda tidak bergerak antara lain : 1. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; 2. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah; 3. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; 4. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 5. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan. Macam hak atas tanah yang dapat diwakafkan kemudian dibagi menjadi sebagai berikut: 1. hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar; 2. hak atas tanah bersama dari satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai yang berada di atas tanah negara; 107 Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016
9 PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA 4. hak guna bangunan atau hak pakai yang berada di atas tanah hak pengelolaan atau hak milik pribadi yang harus mendapat izin tertulis dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik. Keharusan untuk pendaftaran tanah wakaf sebenarnya telah ada sejak tahun Tanah wakaf harus didaftarkan di tiap-tiap kabupaten. Dengan adanya ketentuan itu diharapkan pengelolaan dan pemeliharaan serta pelaksanaan di masa yang akan datang lebih baik dan tertib dalam administrasi serta manajemennya. 12 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LN 1960 Nomor 104) atau UUPA, telah memberikan pengaturan khusus akan masalah ini di dalam pasal mengenai kewajiban pembentuk undang undang untuk mengindahkan unsur-unsur yang bersandarkan pada hukum agama. 13 Untuk melaksanakan perundangan wakaf tanah telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendafataran Tanah (LN 1961 Nomor 28), yang memuat pengaturan secara teknis penyelenggaraan pendaftaran tanah. 14 Ketentuan itu kemudian dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dan Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, telah menentukan prosedur perwakafan tanah milik, termasuk di dalamnya kewajiban untuk mendaftarkannya. Praktik wakaf tanah ternyata dirasa belum berjalan tertib dan efisien. Sejumlah tanah wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hokum telah menggejala dalam masyarakat. Keadaan demikian itu bukan semata kelalaian atau ketidakmampuan nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Pemerintah perlu memperhatikan dan masyarakat harus sadar terhadap status harta tanah wakaf yang seharusnya dilindungi demi kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf turut berpengaruh. Berdasarkan pertimbangan di atas serta memenuhi kebutuhan hukum perwakafan yang menyeluruh tak terbatas pertanahan dan dalam rangka pembangunan hukum nasional untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi sehingga melindungi harta benda wakaf diterbitkanlah UUWk. Dalam undang-undang tersebut ditegaskan, bahwa perbuatan hukum wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam ikrar wakaf dan didaftarkan serta diumumkan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai wakaf dan harus dilaksanakan. 15 UUWk Pasal 32 dan 33 menentukan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember
10 NURJIDIN DAN F. SETIAWAN SANTOSO akta ikrar wakaf ditandatangani. Menteri dan BWI selanjutnya mengadministrasikan pendaftaran harta benda wakaf dan mengumumkan kepada masyarakat harta benda wakaf yang telah terdaftar (Pasal 37-38). Dalam hal harta benda wakaf termasuk tanah yang ditukar atau diubah peruntukannya, nazhir melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada instansi yang berwenang dan BWI atas harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda wakaf. Nama nazhir juga sicantumkan saat pendaftaran harta benda wakaf kepada Instansi yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani (Pasal 35-36). Untuk itu, pendaftaran tanah wakaf oleh PPAIW disyaratkan untuk menyerahkan: a. Salinan akta ikrar wakaf; b. Surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya c. Bukti pendaftaran harta benda wakaf disampaikan oleh PPAIW kepada nazhir. D. Penutup Nazhir wakaf merupakan salah satu jabatan dimana wakaf telah mendapat peraturan secara khusus diantara perangkat undang-undang yang berlaku di Indonesia dalam hal ini berbentuk undang-undang. Artinya berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Nazhir tidak bisa dipilih dengan mengabaikan undang-undang yang berlaku. Fungsi, hak dan kewajiban telah diatur dalam hokum wakaf. para ulama juga telah bersepakat bahwa wewenang nazhir secara umum hanya terbatas pada pengelolaan wakaf untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif. Kewajibannya, mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk menjaga dan mengelola harta. Ia dapat dapat mempekerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk menyelenggarakan urusan-urusan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Nazhir kemudian bisa terdiri dari perseorangan, organisasi maupun badan hukum. Nazhir sebagai pihak yang berkewajiban mengawasi dan memelihara wakaf tidak boleh menjual, menggadaikan atau menyewakan harta wakaf kecuali diijinkan oleh pengadilan. nazhir juga tidak bisa mendayagunakan tanah wakaf untuk kegiatan-kegiatan yang tidak diperbolehkan menurut peraturan dan perundangan yang berlaku. Nazhir wakaf dalam hukum Islam juga diatur sedemikian rupa sehingga memiliki titik temu dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Ia kemudian berkewajiban menjaga dan mengurusnya, serta mewakili harta wakaf yang dikelolanya di dalam dan luar hukum. Ia berkewajiban memberi laporan berkala kepada pejabat yang berwenang atau mempertahankan atau membelanya apabila di suatu saat harta disengketakan di Pengadilan. 109 Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016
11 PERAN NAZHIR WAKAF DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Meski demikian, Nazhir juga berhak atas berbagai fasilitas sesuai peraturan. Sosialisasi peran nazhir dalam pengelolaan wakaf juga perlu diketahu oleh masyarakat guna meningkatkan kesadaran wakaf yang berdampak pada kepercayaan dan kredibilitas mereka. Nazhir bisa berinisiatif seperti yang disaranakan oleh Fathurrahman dkk. perkembangan teknologi informasi yang cepat sangat mendukung penggunaan media social yang murah meriah untuk melakukan sosialisasi, edukasi dan persuasi kepada umat untuk lebih peduli dengan wakaf. 16 Catatan Kaki 1 Abdurrahman Kasdi, Peran Nadzir Dalam Pengembangan Wakaf Ziswaf, Jurnal Zakat dan Wakaf Vol. 1, No. 2, Desember 2014, h Kementerian Agama RI, Fiqh Wakaf, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2006), h. 63; Ahmad Furqon, Kompetensi Nazhir Wakaf Berbasis Social Entrepreneur; (Studi Kasus Nazhir Wakaf Bisnis Center Pekalongan), Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo Semarang 2014, h Kasdi, Peran Nadzir 4 Tata Fathurahman, Ayi Sobarna, dan A. Mujahid Rasyid, Analisis Deskriptif tentang Kinerja Nadzir Wakaf, Mimbar, Vol. 30 No. 2 (desember 2014), h Kasdi, Peran Nadzir 6 Furqon, Kompetensi Nazhir, 7 Ibid.; Kemenag Agama RI, Fiqh Wakaf h. 63; BWI, Menggagas Nazhir Wakaf Profesional, 8 Kasdi, Peran Nadzir 9 Farid Wadjdy dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat: Filantropi Islam yang HampirTerlupakan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta: Permadani, 2004), h Ibid., h Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), h Abd. Shomad, Hukum Islam, h Ibid., h Manan, Aneka Masalah, h Fathurahman dkk., Analisis Deskriptif Daftar Pustaka Al-Alabij, Adijani. Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet.iv. Departemen Agama RI. Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama tahun 2000 Kementerian Agama RI. Himpunan Peraturan Perundangan Undangan Tentang Wakaf. Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Bimbingan Wakaf Tahun 2012 Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf: Kajian Kontemporer Pertamadan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf Serta Penyelesaian atas Sengketa Wakaf. Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember
12 NURJIDIN DAN F. SETIAWAN SANTOSO Jakarta: IIMaN Press, Kementerian Agama RI. Fiqh Wakaf. Jakarta: Kementerian Agama RI, Furqon, Ahmad. Kompetensi Nazhir Wakaf Berbasis Social Entrepreneur; (Studi Kasus Nazhir Wakaf Bisnis Center Pekalongan). Laporan Penelitian Individual, IAIN Walisongo Semarang Fathurahman, Tata, Ayi Sobarna, dan A. Mujahid Rasyid. Analisis Deskriptif tentang Kinerja Nadzir Wakaf, Mimbar, Vol. 30 No. 2 (desember 2014), h Kasdi, Abdurrahman., Peran Nadzir Dalam Pengembangan Wakaf Ziswaf. Jurnal Zakat dan Wakaf Vol. 1, No. 2, Desember 2014, h BWI. Menggagas Nazhir Wakaf Profesional. Wadjdy, Farid dan Mursyid. Wakaf dan Kesejahteraan Umat: Filantropi Islam yang HampirTerlupakan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Al-Munawar, Said Agil Husin. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. Jakarta: Permadani, Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, Shomad, Abd. Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Islam. Jakarta : Prenada Media Grup, Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 2, Desember 2016
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 159, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki
Lebih terperinciPERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH
PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA,
Lebih terperinciKAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM 1. Latar Belakang Pengadaan tanah untuk proyek Banjir Kanal Timur meliputi tanah/bangunan/tanaman yang
Lebih terperinciBAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Ruang Lingkup Wakaf HAKI Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004. Salah satu substansi
Lebih terperinciBAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA
28 72 BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA A. Wakaf Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
11 BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG UNDANG UNDANG NO.41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Hadirnya Undang-Undang Republik Indonesia No.41 tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau
26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wakaf dan Tujuannya Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1047, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Perwakafan. Benda Tidak Bergerak. Benda Bergerak. Tata Cara. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG TATA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 105, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4667) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN TANAH WAKAF DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TUGAS NADIR LANGGAR WAKAF AL QADIR DESA JEMUR NGAWINAN KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA
25 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TUGAS NADIR LANGGAR WAKAF AL QADIR DESA JEMUR NGAWINAN KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA 1. Pengertian Wakaf Secara bahasa, waqafa berarti menahan atau mencegah. Dalam peristilahan
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pendaftaran Tanah Wakaf. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci17. Qahaf, Mundzir, 2005, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa, Jakarta 18. Soekamto, Soerjono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA 1. Agraria, Menteri Negara Kepala Badan Pertanahan Nasional, 1997. Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciHimpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf Tahun 2012 KATAPENGANTAR DIREKTUR PEMBERDA Y AAN W
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1085, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN WAKAF. Peruntukan. Harta Benda. Perubahan. PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN PERUNTUKAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakatnya pemeluk agama Islam, wakaf merupakan salah satu ibadah yang mempunyai dimensi sosial di dalam agama Islam. Praktik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR. Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NAZHIR A. Pengertian Tentang Nazhir Kata nazhir secara etimologi berasal dari kata nazira-yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Sedangkan menurut terminologi fiqih,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP WAKAF ONLINE
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP WAKAF ONLINE A. Analisis Pelaksanaan Wakaf Online di Sinergi Foundation Pelaksanaan wakaf yang dilakukan Sinergi Foundation sebagai salah satu lembaga wakaf online
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF. Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. bertentangan dengan ketentuan Syariah Islam.
BAB IV ANALISIS JUAL BELI HASIL TANAH WAKAF A. Analisis Praktik Jual Beli Hasil Tanah wakaf menurut Undang-undang Nomor. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Dalam analisis Penulis tentang Praktik Jual beli Hasil
Lebih terperinciIII. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah
MAKALAH MENTERI AGAMA RI TINJAUAN ASPEK LEGAL FORMAL DAN KEBIJAKAN WAKAF DISAMPAIKAN PADA DISKUSI PANEL BADAN PENGELOLA MASJID AG UNG SEMARANG SEMARANG, 27AGUSTUS 2005 I. Pendahuluan Terlebih dahulu marilah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF. A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP SENGKETA SERTIFIKAT TANAH WAKAF A. Analisis terhadap Sengketa Sertifikat Tanah Wakaf Dalam al-qur an maupun hadith memang tidak disebutkan secara detail tentang perintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Di dalam hukum Islam dikenal banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi cukup strategis.
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015
PERWAKAFAN DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 1 Oleh: Tirza C. Gobel 2 ABSTRAK Wakaf dalam sejarah, mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Wakaf
Lebih terperinciBAB III TANGGUNG JAWAB NAZHIR TERHADAP TANAH WAKAF YANG BERALIH FUNGSI DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
BAB III TANGGUNG JAWAB NAZHIR TERHADAP TANAH WAKAF YANG BERALIH FUNGSI DI KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG A. Hak Dan Kewajiban Nazhir Dalam Pengelolaan Tanah-Tanah Wakaf Nazhir wakaf, baik perorangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari 35 daerah otonomi di Propinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang Pantai Utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan
Lebih terperinciPERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA
PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN REKOMENDASI TERHADAP PERMOHONAN PENUKARAN/PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 24 ayat (2) dinyatakan bahwa peradilan agama merupakan salah satu lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan ibadah dipraktikkan dan dimanifestasikan melalui pengabdian keseluruhan diri manusia beserta segala apa yang dimilikinya. Ada ibadah melalui bentuk
Lebih terperinciPEMENUHAN SYARAT DAN KEABSAHAN BADAN PENYELENGGARA DAN LAHAN DALAM PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BENTUK PTS SERTA PENAMBAHAN PS
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi PEMENUHAN SYARAT DAN KEABSAHAN BADAN PENYELENGGARA DAN LAHAN DALAM PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BENTUK PTS SERTA PENAMBAHAN PS Oleh: Prof.Dr. Bernadette M.Waluyo,SH.,MH.,CN.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, oleh karena itu dalam masyarakat yang demikian ini memiliki kebiasaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK. Presiden Republik Indonesia,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTanab Wakaf. \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Tahun zou
~~ Perubahan Status Tanab Wakaf \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf Tahun zou I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara berpenduduk mayoritas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK (LNRI. No. 38, 1977; TLNRI No. 3107)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK (LNRI. No. 38, 1977; TLNRI No. 3107) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa wakaf adalah suatu lembaga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid
BAB IV ANALISIS A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid Mazhab Syafi i dan mazhab Hanbali berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan
Lebih terperinciBAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004
BAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 A. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Tentang Wakaf di Indonesia Hasanah menyatakan bahwa sebenarnya wakaf di Indonesia memang telah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak, ialah: dan berubah dibangun kantor desa (Kasus II).
BAB V PENUTUP A. Simpulan. Sesuai dengan uraian bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Praktik alih fungsi tanah wakaf di Desa Handil Bakti Kecamatan Alalak, ialah: a. Sebelah kiri
Lebih terperinciBAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006
BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006 A. Analisis Pembinaan Nazhir Di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak Pembinaan nazhir merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 1 TAHUN 1978 PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK
PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 1 TAHUN 1978 PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK Mengingat: 1. Undang-undang No. 5 tahun 1960; 2. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciKompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001
Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan
Lebih terperinciUndang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang PENGELOLAAN ZAKAT Kementerian Agama Republik lndonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2012
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pada bab III,
Lebih terperinciLampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan
Lebih terperinci2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat Indonesia, tanah merupakan modal yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk berkebun, berladang, maupun bertani. Berbagai jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR A. Pengertian dan Dasar Hukum Nadzir 1. Pengertian Nadzir Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Wakaf diambil dari kata waqafa, menurut bahasa berarti menahan atau berhenti. Dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia persoalan wakaf tanah milik masuk dalam bidang Hukum Agraria. Dalam rangka pembaharuan Hukum Agraria Nasional, perwakafan tanah milik diberikan
Lebih terperinci1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF I. UMUM Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf memuat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati
BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati 1. Status Legalitas Program Wakaf Uang KJKS BMT AL-FATTAH selaku LKS-PWU berkewajiban melakukan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan
Lebih terperinciWAKAF HAK GUNA BANGUNAN DI ATAS TANAH HAK PENGELOLAAN Oleh: Fashihuddin Arafat, S.HI., SH., M.Kn
WAKAF HAK GUNA BANGUNAN DI ATAS TANAH HAK PENGELOLAAN Oleh: Fashihuddin Arafat, S.HI., SH., M.Kn Abstrak : Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 telah merubah paradigma wakaf tanah dalam Hukum Tanah Nasional.
Lebih terperinciNOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TANAH WAKAF DI INDONESIA. berarti menahan atau berhenti. Dalam hukum Islam, wakaf berarti
BAB II PENGATURAN HUKUM TANAH WAKAF DI INDONESIA A. Pengertian Wakaf dan Tanah Wakaf Wakaf diambil dari kata kerja bahasa Arab wakafa itu menurut bahasa berarti menahan atau berhenti. Dalam hukum Islam,
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI UMUM WAKAF DAN PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF
19 BAB II DESKRIPSI UMUM WAKAF DAN PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Sejarah UU No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 1. Dasar pemikiran lahirnya UU
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP KEISTIMEWAAN SYAHADAH AL- ISTIFA>D{AH BERKENAAN DENGAN TIDAK TERPENUHINYA PERSYARATAN YANG TERTERA DALAM PASAL 24
BAB IV ANALISIS TERHADAP KEISTIMEWAAN SYAHADAH AL- ISTIFA>D{AH BERKENAAN DENGAN TIDAK TERPENUHINYA PERSYARATAN YANG TERTERA DALAM PASAL 24 UNDANG-UNDANG. NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Analisis konsep
Lebih terperinciRUISLAG BENDA WAKAF DALAM HUKUM POSITIF
BAB II PANDANGAN EMPAT MAZHAB TENTANG RUISLAG BENDA WAKAF, RUISLAG BENDA WAKAF DALAM HUKUM POSITIF DAN MACAM-MACAM MANHĀJ A. Pandangan Empat Mazhab Tentang Ruislag Benda Wakaf Wakaf sebagaimana maknanya
Lebih terperinciBAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN
44 BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN 1. Tugas dan Wewenang Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Sebagai badan hukum, pengurus perhimpunan
Lebih terperinciSKRIPSI (THE LAW OBSERVATION OF THE ROLE OF NADZIR TO MANAGE WAKAF PROPERTY BASED ON UNDANG-UNDANG NO 41 TAHUN 2004 ABOUT WAKAF IN LUMAJANG)
SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS ATAS PERANAN NADZIR DALAM MENGELOLA HARTA WAKAF BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DI KABUPATEN LUMAJANG (THE LAW OBSERVATION OF THE ROLE OF NADZIR TO MANAGE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah
34 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang Pendaftaran Tanah yang terdapat di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN NADZIR, PPAIW KUA, DAN PENYELENGGARA SYARIAH MELALUI PELATIHAN MANAJEMEN ASET WAKAF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
PENINGKATAN KETERAMPILAN NADZIR, PPAIW KUA, DAN PENYELENGGARA SYARIAH MELALUI PELATIHAN MANAJEMEN ASET WAKAF BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Amiq Fahmi 1, Edi Sugiarto 2 1 Program studi Manajemen Informatika,
Lebih terperinciPERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG
PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BADAN WAKAF INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciPERAN NADZIR DALAM PENGEMBANGAN WAKAF
PERAN NADZIR DALAM PENGEMBANGAN WAKAF Oleh: Abdurrahman Kasdi Penulis adalah Dosen STAIN Kudus email: rahman252@yahoo.co.id Abstract Existence nadzir very important in maintaining and managing the waqf.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN IKRAR WAKAF
69 BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN IKRAR WAKAF Dalam pasal 49 Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dijelaskan bahwa Pengadilan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENDAFTARAN TANAH WAKAF
BAB III PROSEDUR PENDAFTARAN TANAH WAKAF A. Tata Cara Pendaftaran Wakaf 1. Tata Cara Pendaftaran Wakaf di Indonesia Menurut Dr. Abdul Ghofur Anshori, SH. MH. secara penerapan, tata cara perwakafan adalah
Lebih terperinciPROFIL BADAN WAKAF INDONESIA. Ditulis oleh Web Master Sabtu, 12 Juni :54
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG A. Analisis Pengelolaan Wakaf Uang Baitul Maal Hidayatullah Semarang menurut hukum positif Dengan lahirnya Undang-undang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK PERORANGAN WARGA MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wakaf yaitu, ajaran Islam mengenai wakaf, peraturan perundang-undangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memberikan hak kepada setiap warga negara untuk melaksanakan ajaran agamanya. Bagi seorang muslim, melaksanakan syariat Islam merupakan suatu kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perwakafan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk kepentingan umum dan kesejahteraan
Lebih terperinciMANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H
MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H A. PENDAHULUAN Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf, pengaturan tentang wakaf hanya menyangkut
Lebih terperinci