BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak, karena melalui kemandirian tersebut, mereka bisa tumbuh dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak, karena melalui kemandirian tersebut, mereka bisa tumbuh dan"

Transkripsi

1 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan kepada anak-anak, karena melalui kemandirian tersebut, mereka bisa tumbuh dan meraih impian-impiannya. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan perkembangannya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik, dan merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting. Kemandirian berasal dari kata dasar diri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan self, merupakan inti dari kemandirian. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. Kemandirian merujuk kepada kemampuan individu untuk berpikir, merasakan dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri (Russel & Bakken, 2002).

2 19 Kemandirian sesungguhnya dapat dipelajari semenjak kanak-kanak, semakin dini usia anak untuk berlatih mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan nilai-nilai serta ketrampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuat dalam diri anak. Menurut Desmita (2010) konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan kemandirian adalah autonomy, sehingga dapat dimengerti bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakansendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan ragu-ragu. Kepemilikan otonomi diharapkan akan membuat anak untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Belakangan ini, para orangtua seringkali mengeluhkan anak-anak mereka yang cenderung kurang mandiri dan bagaimana mereka merasa kesulitan untuk membentuk kemandirian anak-anak mereka. Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Perlu diketahui bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka memilikii sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi lebih besar. Hal ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Anak ingin melakukan sesuatu saat itu, namun orangtua terkadang terlalu melindungi anak. Misalnya, ketika anak ingin memanjat kursi, kita larang jangan nanti jatuh, bahkan ketika anak memegang sesuatu tidak diperbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya.

3 20 Orangtua khawatir ketika anak bermain di tempat yang kotor dan rumah menjadi berantakan, hingga akhirnya lama kelamaan yang terjadi adalah anak menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang orangtua berikan atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Kemandirian sangat penting peranannya didalam membentuk karakter dalam diri seseorang dan bagaimana ia akan menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Seringkali orangtua hanya mengejar pada kemampuan anak secara akademis dan non akademis. Anak-anak harus mendapatkan rangking disekolah, anak-anak harus memiliki nilai minimal yang sesuai harapan orang tua, anak-anak harus trampil dalam olahraga ataupun musik, hal ini orangtua lakukan tanpa melihat kemampuan anak yang sesungguhnya. Bahkan orangtua bangga bila anaknya sibuk les ini dan les itu, memenangkan perlombaan-perlombaan dan mengejar target yang kadang tidak masuk akal. Mereka melalaikan kemampuan lain yang seharusnya dicapai anak dalam usia tertentu, salah satunya adalah kemampuan untuk mandiri. Semenjak balita anak sudah ditarget untuk mampu mencapai kemampuan akademik bukan ketrampilan hidup, karena orangtua atau orang dewasa disekitar anak-anak tidak mengerti bahwa kebutuhan masing-masing anak berbeda. Usia sekolah dasar adalah masa di mana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Anak usia sekolah sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui sebab-akibat dan melalui

4 21 banyak cara yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya (Desmita, 2010). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakter yang berbeda dengan anak anak yang usianya lebih muda, ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Desmita, 2010). Menurut Havighurst, seperti yang dikemukakan oleh Desmita (2010) tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi: a.menguasai keterampilan fisik dalam permainan dan aktivitas. b.membina hidup sehat c.belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. d.belajar sosial sesuai jenis kelamin. e.belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipsi dalam masyarakat. f.memperoleh sejumlah konsep untuk berpikir efektif. g.mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai. h.mencapai kemandirian. Pada masa ini orangtua tidak akan menuntut anak-anak yang sedang menempuh pendidikan untuk sepenuhnya membiayai hidup mereka sendiri, yang lebih penting adalah tumbuhnya jiwa mandiri pada anak-anak, sehingga mereka memiliki mental yang positif dalam membangun kehidupan mereka. Fenomena tentang kurangnya kemandirian pada dasawarsa ini mulai dialami sejak masa sekolah dasar, hal ini diakibatkan banyak dari orangtua yang memberikan layanan dan

5 22 rasa nyaman yang berlebihan pada anak dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Pada beberapa sekolah dasar kasus kurangnya kemandirian banyak dijumpai, hal ini ternyata juga dialami pada anak-anak yang berada di tingkatan lebih tinggi seperti kelas 4 sampai dengan kelas 6, padahal anak-anak di kelas tersebut seharusnya dalam hal kemandirian sudah lebih tertata dan terkondisikan dengan baik dibanding adik kelas mereka. Peneliti mendapatkan permasalahan yang sama di sekolah dimana peneliti bekerja. Peneliti meminta orangtua dan para guru disekolah untuk mengisi angket sederhana mengenai kebiasaan siswa di kelas dan hal-hal apa saja yang dikeluhkan tentang kemandirian mereka. Guru-guru tersebut mengeluhkan rendahnya kemandirian pada siswa-siswanya, terutama untuk kemampuan dasar sehari-hari yang seharusnya dapat mereka lakukan dengan mandiri. Ada beberapa siswa di kelas besar yang siswanya harus selalu diingatkan untuk tidak meninggalkan barangbarang pribadi mereka, atau harus diingatkan untuk tidak lupa menyerahkan dan meminta tanda tangan pada orangtua mereka. Beberapa guru dan orangtua mengeluhkan ada siswa yang tidak bisa memakai baju sendiri, takut apabila masuk ke kamar mandi sekolah, pekerjaan sekolah dikerjakan dengan santai, buku-buku dan barangbarang pribadi (seperti kacamata, pianika, tempat bekal, tempat pensil, hasta karya, jaket, kaos olahraga dan lainnya) sering tertinggal, bahkan

6 23 mereka memiliki inisiatif yang kurang dan sering bertanya pada guru mengenai hal yang seharusnya mudah dan bisa dilakukan. Kemampuan sosial siswa yang menuntut kemandirian juga tergolong rendah, seperti tidak sabar untuk mengantri, langsung berbicara tanpa mengangkat tangan, tidak mau memilih teman dalam kelompok, mudah mengadu pada guru, suka mengejek dan menyalahkan teman, serta selalu mengikuti jawaban teman. Anak-anak yang tidak memiliki kemandirian tersebut biasanya akan memiliki rasa percaya diri yang kurang dan cukup mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru dan pihak sekolah demi meningkatkan kemandirian mereka, namun hingga saat ini rendahnya kemandirian masih saja muncul. Penelitian Vitrie Maulani (2012) tentang kemandirian siswa sekolah dasar yang ditinjau dari keikutsertaan dalam bimbingan belajar, menyebutkan bahwa semakin minim orangtua melayani, menemani dan membantu anak dalam belajar, maka anak semakin berkembang rasa percaya dirinya dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, hal ini akan dapat meningkatkan kemandirian pada anak. Ginintasasi (2009) melaporkan dalam penelitian yang dilakukannya bahwa orang tua dan lingkungan keluarga merupakan determinant factors atau faktor yang menentukan perkembangan kemandirian anak. Kedua penelitian tersebut juga menunjukan bahwa layanan yang berlebihan serta tingkat kekhawatiran yang tinggi memicu rendahnya kemandirian pada anak.

7 24 Menurut Sholihatul (2015) ada beberapa ciri-ciri anak mandiri, yaitu anak dapat melakukan aktivitasnya sendiri meskipun tetap dalam pengawasan orang dewasa, anak dapat memutuskan pilihan sesuai dengan pandangannya, yang diperoleh dari melihat perilaku orang dewasa disekitarnya, anak mampu bersosialisasi dengan orang lain tanpa ditemani orang tua, anak mampu mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain. Bagi anak usia Sekolah Dasar, kemandirian merupakan faktor psikologis yang fundamental, sebab sebagai jembatan untuk lepas dari ikatan emosional orang lain, terutama orangtua. Kemandirian yang kuat dimasa kecil akan menjadi dasar bagi kemandirian mereka pada masa remaja, dewasa dan seterusnya, bahkan pentingnya kemandirian yang diperoleh anak terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada masa remaja. Keterangan diatas semakin memperkuat anggapan bahwa anak usia Sekolah Dasar harus mulai dalam memperjuangkan kemandirian. Sesungguhnya tidak mudah bagi anak dalam memperjuangkan kemandiriannya. Kesulitannya terletak pada upaya pemutusan ikatan infantile yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak, pemutusan ikatan infantile itu seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami bagi kedua belah pihak, anak dan orangtua. Berkaitan dengan kesulitan anakorang tua dalam memutuskan ikatan infantile dalam kerangka pencapaian kemandiriannya Steinberg (2010) menyatakan autonomy is often confused

8 25 with rebellion, and becoming an independent person is often equated with breaking away from the family. Dalam analisis Steinberg (2010) jika anak, mampu memutuskan simpul-simpul ikatan infantile maka ia akan melakukan separasi, yakni pemisahan diri dari keluarga. Keberhasilan dalam melakukan separasi inilah yang merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independence. Dengan kata lain kemandirian yang pertama muncul pada diri individu adalah kemandirian yang bersifat independence, yakni lepasnya ikatan-ikatan emosional infantile individu sehingga ia dapat menentukan sesuatu tanpa harus selalu ada dukungan emosional dari orangtua. Uraian tentang pengembangan kemandirian diatas mengisyaratkan bahwa kemandirian bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi tumbuh karena suasana lingkungan, sehingga dalam rangka mengantisipasi masalah kemandirian, maka perlu diberikan suatu teknik untuk membimbing anak dalam upaya meningkatkan kemandirian dan secara sadar berkeinginan untuk mengubah perilakunya sendiri, khususnya kemandirian yang rendah. Teknik atau strategi yang berfungsi untuk mengubah perilaku adalah dengan menggunakan pendekatan perilaku. Pada penelitian ini peneliti menggunakan self-management (pengelolaan diri). Strategi self-management adalah strategi perubahan tingkah laku atau kebiasaan dengan pengaturan dan pemantauan yang dilakukan oleh anak sendiri dalam bentuk latihan pemantauan diri,

9 26 pengendalian rangsangan serta pemberian penghargaan pada diri sendiri (Komalasari, 2011). Pengelolaan diri adalah prosedur dimana anak dapat mengatur perilakunya sendiri (Gantina 2011). Menurut Cormier & Nurius, (2002), Watson & Tharp (2001) strategi self management melibatkan anak untuk mengamati perilakunya, menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri, mengidentifikasi penguat yang cocok, merencanakan graded steps (langkah-langkah yang diberi nilai) untuk mencapai perilaku yang akan dirubah dan menetapkan kapan menerapkan konsekuensi. Self management merupakan salah satu model dalam cognitive behavior therapy, yang melibatkan pemantauan diri, reinforcement yang positif, kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri dan penguasaan terhadap rangsangan. Self-management dalam terminologi pendidikan dan psikologi, adalah metode, keterampilan dan strategi yang dapat dilakukan oleh individu dalam mengarahkan secara efektif pencapaian tujuan aktivitas yang mereka lakukan, termasuk di dalamnya goal setting, planning, scheduling, task tracking, self-evaluation, self-intervention, selfdevelopment. Myers (2004) menyatakan bahwa manajemen diri melibatkan sikap mental yang positif dan tindakan positif yang membantu seseorang dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan keinginannya, termasuk menyadari keterbatasan diri dan menyesuaikan cara hidup agar dapat mengakomodasi keterbatasan tersebut. Pelatihan self management sangat dibutuhkan anak untuk belajar mencapai kemandirian sesuai

10 27 batasan usianya.manfaat dari self management atau pengelolaan diri pada anak diantaranya yaitu: 1. Membantu anak untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan dan perbuatan sehingga kemandiriannya dapat berkembang secara optimal. 2. Melibatkan anak secara aktif, maka akan menimbulkan perasaan bebas dari kontrol orang lain, anak belajar untuk mampu mengantisipasi dan mengatasi masalah yang dihadapi sehari-hari, daya juang anak otomatis akan terbentuk dengan melewati proses ini. 3. Meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada anak sehingga anak akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi karena usahanya sendiri dan hal ini lebih tahan lama. 4. Anak semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan sendiri untuk hal-hal sehari-hari dan tidak tergantung lagi pada guru, orang tua dan orang dewasa lain untuk berurusan dengan masalah mereka. Ketika anak mulai memasuki tahapan usia sekolah, maka itulah masa terpenting karena mereka mulai menjalin pertemanan dengan anak sebayanya, mulai mengenal adanya permasalahan dan mulai belajar dalam memutuskan sesuatu yang sederhana dari pengalaman mereka sehari-hari. Kemampuan dasar dalam hidup sehari-hari harus dibentuk sejak mereka kecil, seperti kemandirian, sosialisasi, menyelesaikan masalah dan mengerti apakah situasi yang sedang dihadapi aman atau tidak. Kebutuhan dasar kemandirian pada anak dapat dilatih dengan mengajarkan self management yang baik dan terarah. Berkaitan dengan

11 28 kemandirian pada anak sekolah dasar, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pelatihan self management terhadap kemandirian anak. Pengalaman yang ada dari beberapa kasus orangtua membiasakan anak-anak dilayani semua kebutuhannya. Semua hal sudah disiapkan dan anak tinggal berangkat ke sekolah. Ketika anak mengalami masalah disekolah orangtua cenderung ikut campur berlebihan, misalnya saat anak terlambat ke sekolah, orangtua yang memberikan alasannya pada guru. Anak tidak diajarkan untuk menyiapkan barang-barangnya sendiri dengan alasan khawatir jika kelupaan maka akan dihukum. Metode melayani inilah yang nantinya akan menyebabkan anak tidak mandiri dan manja. Hal ini terjadi karena orangtua menginginkan hasil yang maksimal disekolah serta mereka cenderung khawatir, karena beban yang berat secara akademik pada anak-anak mereka, sehingga entah itu tidak beres, terlalu lama, sesuatu menjadi berantakan, akibatnya orangtua mengambil jalan pintas untuk melayani kebutuhan anak supaya semua bisa terselesaikan dan anak tidak menjadi stress karena tuntutan akademik yang tinggi. Hal ini diakibatkan karena kenyamanan didalam kegiatan pembelajaran dikelas yang selalu siap dengan worksheet dan kecanggihan tehnologi. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Afiant, Hartanti dan Sawitri, sehingga hal ini semakin menguatkan penulis untuk melakukan penelitian tersebut dengan cara dan tehnis yang berbeda. Adnyani, Ketut

12 29 Suarni dan Antari (2014) dalam penelitiannya melaporkan bahwa tehnik self management mampu meningkatkan kemandirian pada siswa kelas X, dengan memakai tehnik tersebut siswa dilatih secara sadar mau meningkatkan kemandirian mereka serta mampu mengelola perilakunya tersebut untuk menuju pada hasil belajar yang lebih baik. Sholihah, Hariastuti dan Setiawati (2011) menyampaikan bukti terkait penelitian mereka yang menggunakan tehnik self management dengan pelatihan dan wawancara demi meningkatkan kemandirian belajar pada siswa celebral palsy. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji penerapan strategi self-management dalam meningkatkan disiplin belajar siswa tuna daksa cerebral palcy di SDLB-D Surabaya. Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan one-group pre-test posttest design. Suranata, Sedyanayasa dan Setiawan (2013) pada penelitian mereka melaporkan bahwa Penerapan Konseling Behavior dengan Strategi Self Management dapat meningkatkan kemandirian dalam mengambil keputusan pada siswa SMA Negeri 2 Singaraja. Penelitian ini menggunakan tehnik kuesioner yang dibagikan pra siklus hingga siklus II, kemudian dari hasil tersebut ditemukan 4 orang siswa yang memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan yang rendah sehingga diberikan tehnik observasi dan wawancara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tehnik self management dengan berbagai macam cara, mampu meningkatkan kemandirian pada subyek penelitian, sehingga semakin

13 30 memperkuat peneliti untuk menggunakan metode self management untuk meningkatkan kemandirian meskipun subyek dan caranya berbeda. Pada dasarnya kemandirian sangat dibutuhkan oleh individu sejak usia kanak-kanak, untuk membentuk kemandirian yang signifikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya memberikan pelatihan self management. Pelatihan self management membantu anak untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menyampaikan perilaku ketidakmandirian yang muncul, untuk meningkatkan motivasi anak dalam merubah perilakunya menjadi mandiri, mengkaji seberapa besar kemampuan anak merubah perilakunya, mengingatkan jadwal kegiatan, kapan terakhir perilaku ketidakmandirian muncul dan apa yang telah dilakukan untuk menangani perilaku tersebut serta hingga memberikan anak kepercayaan diri karena mampu mengontrol manifestasi perilku ketidakmandiriannya, dengan pelatihan self management yang baik maka kemandirian anak akan meningkat. untuk meningkatkan motivasi anak untuk, mengkaji kemampuan anak, sehingga anak memiliki kepercayaan diri karena mampu mengontrol manifestasi perilku ketidakmandiriannya. Orangtua dan guru diharapkan untuk memberikan bantuan sehingga perilaku kemandirian ini terbentuk. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah kemandirian yang banyak dikeluhkan orangtua dan guru pada anak salah satunya diakibatkan dari kurangnya kemampuan self management, sehingga perlu dilakukan penelitian

14 31 tentang pengaruh pelatihan self management terhadap kemandirian anak pada masa sekolah dasar. B. Rumusan Masalah Peneliti mengasumsikan bahwa self management yang diajarkan dan ditumbuhkan sejak dini memiliki pengaruh yang signifikan pada kemandirian anak. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh pelatihan self management terhadap kemandirian pada anak. 2. Membantu orang tua didalam mendidik dan menanamkan kemandirian pada anak. 3. Membantu pihak sekolah dalam menangani murid-murid dengan kemandirian yang rendah. D. Manfaat Penelitian Harapan peneliti, modul dan bahan penelitian dapat digunakan secara berkelanjutan bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan dan memiliki permasalahan yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini permasalahan remaja adalah masalah yang banyak di bicarakan oleh para ahli, seperti para ahli sosiologi, kriminologi, dan khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak seorang manusia dilahirkan, mulailah suatu masa perjuangan untuk mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa perkembangannya. Periodesasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika lapar dia

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH RIA SULASTRIANI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kemandirian remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah tempat dimana seorang individu pertama kali belajar dan melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu karakter individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Hadirnya anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu kebahagian bagi orangtuanya. Kebahagiaan itu akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemandirian Anak 2.1.1 Pengertian Kemadirian Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nirma Shofia Nisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nirma Shofia Nisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja berada diantara anak-anak dan dewasa, oleh sebab

Lebih terperinci

Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012

Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 PENGGUNAAN STRATEGI PENGELOLAAN DIRI (SELF- MANAGEMENT)UNTUK MENGURANGI TINGKAT KEMALASAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII E MTs AL ROSYID DANDER-BOJONEGORO Trio Isnansyah Marwi 1, Drs. Sutijono, M.M 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis pendidikan, salahsatunya pendidikan di pondok pesantren. Secara legalitas dalam pendidikan Nasional, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendidik anak dengan penuh kasih sayang adalah menjadi tanggung jawab orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa globalisasi sa at ini, anak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa: BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum siswa-siswi kelas enam di SDN Ujungberung Bandung tahun pelajaran 2007/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang yang menikah biasanya mempunyai rencana untuk memiliki keturunan atau anak. Selain dianggap sebagai pelengkap kebahagiaan dari suatu pernikahan, anak dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk individu ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citra merupakan image yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini Menurut Sitti Hartinah (2011:36) perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

Lebih terperinci

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini LAMPIRAN LETTER OF CONSENT Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Usia : Alamat : Menyatakan bersedia dengan sukarela untuk Membantu peneliti dalam menyusun penelitiannya yg berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian

Lebih terperinci

Menumbuhkan Kemandirian Anak

Menumbuhkan Kemandirian Anak Menumbuhkan Kemandirian Anak Oleh: Nur Hayati, M.Pd Dosen PGPAUD UNY Sikap mandiri, sopan santun, baik kepada orang sebaya maupun kepada orang tua, sabar, mengendalikan emosi, menunjukkan kepedulian terhadan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang sangat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa Indonesia yang harus menjadi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa yang menyenangkan, karena sebagian besar waktunya untuk bermain. Anak dapat berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu usia 0-6 tahun yang mempunyai karakteristik unik. Pada usia tersebut anak sedang menjalani pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai gencar mengembangkan pengadaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) atau disebut pula dengan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak awal kehidupannya, manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga, seiring bertambahnya usia. Saat masa kanak-kanak, individu menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas anak tidak lepas dari kegiatan bermain dan permainan, kegiatan tersebut dapat mengembangkan interaksi dengan orang lain dan menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena

BAB IV KESIMPULAN. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena BAB IV KESIMPULAN Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk

Lebih terperinci