Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 2 Nomor 4, Desember 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 2 Nomor 4, Desember 2017"

Transkripsi

1 ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI UNGGUL LAMPEUNEURUT ACEH BESAR Ilsadiati, Mislinawati, Tursinawati. Ilsadiati1@gmail.com ABSTRAK Aspek pengetahuan sains, aspek aplikasi sains, aspek proses sains dan aspek sikap ilmiah adalah aspek yang akan dibahas dalam konteks literasi sains pada pembelajaran IPA, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam literasi sains di kelas V padamata pelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dan penelitiannya deskriptif, datanya diambil dari murid Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. Yang akan diteliti adalah murid kelas V Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar sebanyak 30 siswa. Data dikumpulkan menggunakan observasi dan dokumentasi. Peneliti mengamati siswa selama proses belajar oleh guru, sedangkan dokumentasinya adalah soal tes yang diberikan guru kepada siswa. Data diolah dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan persentase. Hasil dari observasi dan dokumentasi mengatakan bahwa siswa belum mampu melaksanakan aspek proses sains dan aspek sikap ilmiah sains dengan baik, adapun indikator aspek proses sains yang mampu dilaksanakan siswa yaitu mampu mengetahui perubahan yang akan terjadi, mampu menerapkan ilmu sains yang diperoleh, ilmu sains yang digunakan pada kondisi tertentu, mengetahui penemuan yang ilmiah untuk menarik suatu kesimpulan, sedangkan pada aspek sikap ilmiah sains, indikator yang mampu dilakukan siswa yaitu siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap sains, siswa menampakkan minat belajar terhadap sains, siswa peduli terhadap lingkungan sekitar dan memperhatikan keberlangsungan kehidupan, siswa memiliki jiwa besar dalam melaksanakan dan mengajak pada tindakan yang menjaga lingkungan. Namun pada aspek pengetahuan sains dan aspek aplikasi sains telah terlaksanakan dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswa mampu melaksanakan aspek pengetahuan sains dan aspek aplikasi sains dengan sangat baik (88.6%) dibandingkan aspek proses sains berada pada kategori kurang baik (40.4%) dan aspek sikap ilmiah sains berada pada kategori kurang baik (47.3%). Diharapkan guru lebih meningkatkan literasi sains pada aspek proses sains dan sikap ilmiah sains. Kata Kunci: Kemampuan, Literasi Sains, Pembelajaran IPA PENDAHULUAN Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang baik dalam kondisi formal maupun nonformal. Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesan tertentu juga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru dan murid untuk mendapatkan pengetahuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu dalam suatu proses 27

2 belajar mengajar guru harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan supaya dapat menarik minat belajar siswa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk itu diperlukan seorang guru yang ahli dalam mengajar dan profesional. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan adalah meningkatkan kemampuannya dalam bidang pembelajaran sains. Ilmu pengetahuan sains dapat membuat rasa ingin belajar siswa meningkat dalam mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang ada di alam, serta mampu dalam berpikir tentang alam seisinya baik benda mati maupun tak mati yang penuh dengan rahasia yang tiada habisnya. Pada umumnya sains dapat dibagi atas 3 macam, yaitu (1) sains sebagai sikap ilmiah, (2) sains sebagai proses ilmiah, dan (3) sains sebagai produk ilmiah. Bidang studi sains harus diajarkan secara keseluruhan karna di dalamnya terdapat produk dan fakta, kalau hanya konsep dan teori saja belum tercapai pembelajaran sains, karena baru mengajarkan salah satu dari jenis sains yang bersifat parsial dan setengah-setengah gejala jika hanya bentuk proses pembelajaran sains yang seperti inilah yang sering didapatkan ketika dilapangan. Dari inilah menjadi minimnya ketercapaian literasi sains untuk pembelajaran sains karna terhambat olehnya. Literasi sains yaitu mampu memanfaatkan ilmu sains, menemukan, mencari, mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tentang alam dan seisinya, menarik kesimpulan sesuai dengan bukti yang ada untuk membantu membuat keputusan berkenaan tentang alam dan isinya serta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas yang dilakukan manusia. Literasi sains sangat penting dipelajari sejak usia dini karna literasi sains berpengaruh dalam kehidupan siswa sebagai masyarakat, warga negara bahkan warga dunia, sedangkan negara-negara maju saja sudah menyadari pentingnya literasi sains. Seluruh warga negara harus dapat meguasai literasi sains dan memiliki tingkat literasi sains untuk bertahan hidup di dunia yang semakin modern dan dinamis (globalisasi). Literasi sains dapat membantu hidup seseorang jika berada di lingkungan sosial, baik itu di sekolah, di tempat kerja, maupun dilingkungan masyarakat yang dipenuhi dengan berbagai ragam, peraturan, pemahaman dan lain sebagainya. 28

3 Jika kurang bimbingan dan arahan guru yang terampil dan berpengalaman serta kurangnya waktu belajar, ruangan gerak, sumber belajar, fasilitas belajar serta dukungan dari orang tua, maka siswa tidak akan dapat mencapai pengetahuan dan keterampilan yang memuaskan. Semua ini tidak terlepas dari dukungan sistem pendidikan IPA. Belajar dengan penekanan pada proses sains dipandang lebih memberi bekal kemampuan kepada siswa seperti melakukan pengamatan (observasi), inferensi, bereksperimen, inkuiri merupakan pusat atau inti pembelajaran IPA. Pada saat ini pembelajaran IPA di sekolah lebih cenderung bersifat teacher centered, dimana guru mengajarkan IPA di sekolah hanya sebagai suatu produk. Siswa hanya menghafalkan konsep, teori, dan hukum. Selain itu pembelajaran pun hanya berorientasi pada tes/ujian dan anak-anak di sekolah jadi kurang aktif dalam belajar, mereka hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru tanpa menguasai materi dan mempraktekkan apa yang disampaikan guru. Sehingga, IPA sebagai proses, sikap dan aplikasi tidak dikuasai oleh siswa. Akibatnya, siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif terendah. Dilihat dari observasi pertama yang dilakukan peneliti di kelas V Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar, bahwa kurangnya pemahaman dan penguasaan siswa dalam konteks literasi sains siswa yang termasuk aspek aplikasi sains, aspek pengetahuan sains, aspek proses sains, aspek sikap ilmiah sians.akibatnya siswa tidak mampu menerapkan keempat aspek literasi sains tersebut. Hal ini terbukti dari observasi yang penulis lakukan ketika dalam proses pembelajaran, dan guru kelas Vjuga mengatakan kurangnya kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan, memberikan pertanyaan dalam bentuk tulis maupun lisan dan dalam mengambil keputusan. Daripermasalahan di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeneurut Aceh Besar. Rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah kemampuan literasi sains siswa kelas V pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar?. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa kelas V pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. 29

4 Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan dalam melakukan dan menyelesaikan suatu hal. Kemampuan adalah keterampilan seseorang yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diperoleh dan yang diinginkan dengan usaha tertentu.kemampuan merupakan tolak ukur yang dipakai dalam menilai siswa dalam melakukan beragam tugas yang diberikan oleh guru.kemampuan yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan literasi sains siswa pada pembelajaran IPA. Kalimat Literasi merupakan salah satu kemampuan berbahasa yaitu kemampuan membaca dan kemampuan menulis sering disebut melek aksara. Pada saat sekarang ini, literasi dapat diarti dalam kategori sangat luas yaitu kemampuan menggunakan teknologi, kemampuan berpolitik, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan memahami situasi sosial yang ada dilingkungan.literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang yang di dalamnya mencakup keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis dan dapat dikatakan literasi adalah melek bahasa. Apabila seseorang sudah mampu menguasai literasi maka semua yang dia lakukan akan terarah. Literasi sudah wajib diajarkan dari kelas rendah. Literasi sains adalah mampu menggunakan ilmu sains, membuat pertanyaan sesuai dengan alam, dan membuat suatu kesimpulan sesuai bukti-bukti yang sesuai dengan alam, memahami dan membuat keputusan sesuai dengan alam serta perubahan yang dilakukan terhadap alam sesuai dengan aktivitas manusia di lingkungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan penelitian yang alamiah yaitu lawan dari eksperimen, analisis data bersifat induksi, dan hasil dari penelitian lebih terfokus pada makna dari pada generalisasi. Sumber penelitian ini adalah murid kelas VA SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar yang berjumlah 30 siswa. Sumber data diambil berdasarkan teknik reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan,dan persentase. Pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Hasil dari dokumentasi dianalisi 30

5 menggunakan rumus persentase yaitu : P = f x 100%, dengan keterangan P = persentase, N f = hasil belajar siswa, dan N = jumlah siswa Untuk menentukan hasil observasi dan dokumentasi peneliti menggunakan skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang melahirkan jawaban yang dan pasti tegas, misalnya ya - tidak, benar-salah, baik-buruk dan lain sebagainya. Untuk jawaban positif seperti setuju, ya, pernah, dan semacamnya diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah/tidak, tidak pernah, dan semacamnya diberi skor 0. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada BAB IV diuraikan tentang hasil dari penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar, yaitu mengenai kemampuan literasi sains siswa kelas V di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar pada pembelajaran IPA. Sesuai dengan metode pengolahan data yang telah ditentukan pada BAB III, maka data akan diolah berdasarkan apa yang telah ditetapkan. Berdasarkan soal tes yang diberikan guru kepada murid kelas Va Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar nilai yang dicapai siswa bervariasi. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada aspek proses sains yaitu dari hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa lebih sedikit siswa Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar mampu dalam literasi sains siswa pada pembelajaran IPA yaitu pada aspek proses sains. Karena secara keseluruhan dari observasi menunjukkan 40.4% siswa yang mampu melaksanakan aspek proses sains. Sedangkan yang tidak mampu dalam literasi sains siswa adalah 59.6%. Indikator yang mampu dilaksanakan siswa yaitu mengetahui dan menerka perubahan yang akan terjadi, menerapkan ilmu yang didapat dari sains atau pengetahuan tentang sains yang tepat pada kondisi tertentu,mengetahui dan mempelajari temuan ilmiah untuk membuat suatu kesimpulan. Indikator yang tidak mampu dilaksanakan siswa yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan bukti ilmiah, mendapatkan informasi mengenai temuan ilmiah, menceritakan kejadian-kejadian tertentu, menyatakan bukti dan keputusan dengan kata-kata, diagram atau bentuk representasi lainnya, menjelaskan hubungan antara logika dengan bukti untuk suatu kesimpulan dan keputusan, menjelaskan bukti dan kesimpulan, mengetahui kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia. 31

6 Kemudian hasil observasi pada aspek sikap ilmiah dapat dilihat pada hasil data diatas dapat disimpulkan bahwa lebih sedikit siswa SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar mampu dalam literasi sains siswa pada pembelajaran IPA pada aspek sikap. Karena secara keseluruhan dari observasi menunjukkan 47.32% siswa yang mampu melaksanakan aspek sikap ilmiah. Sedangkan yang tidak mampu dalam literasi sains siswa adalah 52.7%. Indikator yang mampu dilaksanakan siswa yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, menunjukkan minat belajar sains, peduli terhadap lingkungan dan keberlangsungan hidup sosial, melaksanakan dan mengajak pada tindakan yang menjaga lingkungan. Indikator yang tidak mampu dilaksanakan siswa yaitu mau menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan ilmu sains dengan menggunakan beragam sumber, informasi dan cara, mau menukar pendapat, mencari fakta yang dapat dipercaya, memiliki nilai kritis sehingga jelas dan sahih, menyampaikan pengetahuan sesuai dengan fakta dan yang sebenarnya, menjawab pertanyaan sesuai dengan kemampuan, menunjukkan sikap baik ketika melakukan praktikum, selalu bersikap positif walaupun gagal. Sedangkan pada aspek konten dan konteks menunjukkan bahwa dari 28 siswa yang mengikuti tes literasi sains siswa pada pembelajaran IPA terdapat 88.6% siswa yang mampu menjawab soal yang diberikan guru sebanyak 20 soal objektif dengan benar. Namun keseluruhan sub indikator berada pada kategori sangat baik yaitu mampu menjaga lingkungan, mampu menerapkan atau mengaplikasikan SDA dalam kehidupan sehari-hari, mampu menjawab pertanyaan berdasarkan materi yang diajarkan, menjelaskan materi berdasarkan pengetahuan yang didapat, dapat menjelaskan kembali meteri yang telah disampikan, siswa mampu menerapkan materi berdasarkan pengetahuan ilmiah. Ketercapaian kemampuan literasi sains secara keseluruhan diperoleh dengan menghitung rata-rata persentase siswa yang menjawab soal dengan benar pada tiap-tiap butir soal. Hasil perhitungan persentase siswa yang menjawab soal dengan benar pada tiap butir soal disajikan pada Tabel

7 Tabel 4.4 Persentase Siswa yang Menjawab Benar Tiap Butir Soal No. Soal N % (Sumber: Dokumentasi Hasil Data Tes, 2017) % Keterangan: % N : Jumlah siswa yang menjawab benar % % : Persentase siswa yang menjawab benar % % Dari Tabel 4.4 diperoleh informasi bahwa ratarata % ketercapaian kemampuan literasi sains pada aspek % konten dan konteks secara keseluruhan adalah 88.6% % dengan kategori ketercapaian sangat baik. Bila nilai % ini dijadikan suatu ukuran untuk menyatakan tingkat % kemampuan siswa dalam literasi sains siswa pada % pembelajaran IPA, maka dapat disimpulkan bahwa % siswa kelas VA SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh % Besar, rata-rata sangat baik dalam literasi sains siswa % pada pembelajaran IPA % Perolehan data hasil penelitian terkait % kemampuan literasi sains pada masing-masing aspek % konten dan konteks sains didapatkan dengan menghitung % persentase ketercapaian hasil tes dokumentasi per % indikator pada aspek konten dan konteks. Persentase ini % diperoleh dengan mencari rata-rata keseluruhan nilai Rata-rata 88.6% persentase per sub indikator, dan pada perolehan data setiap aspek proses/kompetensi dan aspek sikap yang diperoleh pada setiap indikator dan sub indikator pada masing-masing aspek. Dapat disimpulkan bahwa, siswa lebih mampu dalam aspek konten dan konteks berada pada kategori sangat baik (88.6%) dibandingkan dalam aspek proses/kompetensi berada pada kategori kurang baik (40.4%) dan aspek sikap ilmiah berada pada kategori kurang baik (47.3%). 33

8 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar adalah 58.76% berada pada kategori cukup baik. Hal ini dilihat dari hasil persentase aspek konten dan konteks berada pada kategori sangat baik yaitu 88.6%, sedangkan pada aspek proses/kompetensi berada pada kategori kurang baik yaitu 40.4% indikator yang mampu dilaksanakan siswa yaitu memprediksi perubahan, mengaplikasikan pengetahuan sains atau pengetahuan tentang sains yang tepat pada situasi tertentu, memaknai temuan ilmiah sebagai bukti untuk suatu kesimpulan dan pada aspek sikap ilmiah berada pada kategori kurang baik yaitu 47.3% indikator yang mampu dilakukan siswa yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, menunjukkan minat belajar sains, memperhatikan lingkungan dan keberlangsungan kehidupan, melaksanakan dan mengajak pada tindakan yang menjaga lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Aly, Abdullah, dkk Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Bagiarta, Nyoman, dkk Komparasi Literasi Sains Antara Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) dan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa SMP, (Online), ( diakses 04 Januari 2017). Bukhari, dkk Literasi di Sekolah Dasar: Teori dan Strategi Pembelajaran di Kelas Awal.Yogyakarta: Parama Publishing. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Djaali, dkk Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (PPS-UNJ). Djojosoediro,Wasih. (tanpa tahun: 27).Pengembangan Pembelajaran IPA SD, (Online), ( diakses pada 20 Mei 2017). Eka, Betari Mutiara, dkk. Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pembelajaran IPA di SD, (Online), ( cibiru.upi.edu., diakses 04 Januari 2017). Herdiani, Adah Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMA yang Mendapatkan Pembelajaran Inquiry Lesson dengan Pembelajaran Konvensional pada Materi Fotosintesis, (Online), ( diakses pada 11 Januari 2017). Herdiani, Adah Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lesson Tehadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Fotosintesis, (Online), ( diakses 04 Januari 2017). 34

9 Holyyah, W Penerapan Metode Inquiry Pada Mata Pelajaran IPA Materi Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SDN Gubeng III-206 Surabaya, (Online), ( diakses 14 Januari 2017). Lukman, Astin Sains Untuk Semua, (Online), ( akses 04 Januari 2017). Nurulwati Ilmu Alamiah Dasar. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Ribkahwati, dkk Ilmu Kealaman Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sihotang, WS Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri di Medan dan Mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan Berdasarkan Kerangka PISA 2006 Dalam Merespon Soal-Soal Literasi Sains PISA Konten Pengetahuan Biologi, (Online), ( diakses pada 11 Januari 2017). Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta MetodePenelitianPendidikan, PendekatanKuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sukardjo, M., dkk Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. Sumaji, dkk Pendidikan Sains yang Humanistis.Yogyakarta: Kanisius. Taqdir Qodratilah, Meity, dkk Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tursinawati Penguasaan Konsep Hakikat Sains Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada Pembelajaran Ipa di SDN Kota Banda Aceh. Wonorahardjo, Surjani Dasar-dasar Sains: Menciptakan Masyarakat Sadar Sains. Jakarta: Indeks. Zuriyani, Elsy Literasi Sains dan Pendidikan, (Online), ( ag.go.id., diakses 04 Januari 2017). Yani Kusuma Astuti Literasi Sains Dalam Pembelajaran Ipa, (Online), ( diaksespada 23 Mei 2017). 35

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang positif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan sebuah mata pelajaran yang pada hakikatnya bertujuan bukan hanya menitikberatkan pada penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan fakta yang ada di lapangan saat ini, pembelajaran sains secara utuh belum dilaksanakan, banyak ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sains terdiri dari beberapa cabang ilmu pengetahuan alam, yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Dalam dunia pendidikan, fisika telah diperkenalkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Sains di Indonesia terdapat pada setiap tingkat satuan pendidikan baik SD, SMP, atau SMA. Pendidikan sains merupakan pengetahuan yang menekankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan dan Perbedaan Literasi Sains Siswa SMA Sebelum dan Setelah Diterapkan Pembelajaran Field Trip pada Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Materi Ekosistem.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUA N A.

BAB I PENDAHULUA N A. 1 BAB I PENDAHULUA N A. Latar Belakang Penelitian Sains memiliki peran yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan manusia, oleh karena itu sains diperlukan oleh seluruh masyarakat Indonesia (science

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Alat Praktikum Sederhana Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Palu Delpina Nggolaon, I Wayan Darmadi, dan Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran (teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran yang bersifat instruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan

Lebih terperinci

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 ** Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Suhu dan Kalor Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 ** Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR Suprianto, S.Pd., M.Si (1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai sains dan teknologi adalah pokok utama bagi seseorang untuk siap menghadapi kehidupan dalam masyarakat modern. Mudzakir (dalam Amri, 2013) mengemukakan

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK PADA MATERI KEMAGNETAN DI SD NEGERI 1 BANDA ACEH Jabit SD Negeri 1 Banda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang komplek. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami peserta didik itu sendiri. Peserta didik adalah penentu

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016. 0 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Sri Gustina Limbong Drs. Malan Lubis, M.Hum. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pembelajaran sains khususnya biologi merupakan pembelajaran yang berorientasi kehidupan yang pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN MAMPANG PRAPATAN 02 PAGI

PERANAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN MAMPANG PRAPATAN 02 PAGI PERANAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN MAMPANG PRAPATAN 02 PAGI Oleh : Ika Yatri 1) Lanjar Pratiwi 2) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka 1),2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja, tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan, keingintahuan, keteguhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Yeti Sumiyati 1, Atep Sujana 2, Dadan Djuanda 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era pesatnya arus informasi dewasa ini, pendidikan sains berpotensi besar dan berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang cakap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN PASAR KEMIS II KABUPATEN TANGERANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN PASAR KEMIS II KABUPATEN TANGERANG PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN PASAR KEMIS II KABUPATEN TANGERANG Mira Pebriani 1, Asih Rosnaningsih 2 Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN Ika Widya Elnada, Mastuang, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas

Lebih terperinci

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing Pengaruh Model Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa XI SMA Negeri 2 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016 Munawaroh, Siska Desy Fatmaryanti, Ashari Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam menciptakan siswa-siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

JURNAL EKSAKTA VOLUME 2 NOMOR 1, 2016

JURNAL EKSAKTA VOLUME 2 NOMOR 1, 2016 ANALISIS PERKEMBANGAN ASPEK KETERAMPILAN PROSES SAINS KIMIA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI DI SMA MUHAMMADIYAH 11 PADANGSIDIMPUAN Adi Syaputra Dosen Prodi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR Syahrun Kepala SD Kartika XX-1 Abstrak:. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, semua infomasi dengan sangat mudah masuk ke dalam diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa harus berpikir secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade terakhir ini, daya saing negara Indonesia ditengahtengah persaingan dengan negara lain cenderung tidak memuaskan. Hal ini tercermin dari

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR Yusmira, Mahmud HR, Bakhtiar Hasan Ymira624@gmail.com ABSTRAK Materi organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar, pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara eksplisit pada alenia ke empat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek tersebut.pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Berliana Fenny Gultom Drs. Syamsul Arif, M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI MANUSIA YANG DIINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ISLAM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana Abstrak Keyakinan (belief) siswa terhadap pembelajaran

Lebih terperinci

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study Indah Panca Pujiastuti Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Sulawesi Barat e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu proses, produk, dan sikap. Aspek produk terdiri dari fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini cenderung kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik lagi jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru dunia, dan dipelajari pada setiap tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Inquiry lesson yang dimaksud adalah pembelajaran inquiry tentang kompetensi dasar, Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING Yosi Ermalinda, Ratu Betta Rudibyani, Emmawaty Sofya, Ila Rosilawati. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Ilmu biologi mengkaji

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di SD. OLEH ERMALINDA Abstrak

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di SD. OLEH ERMALINDA Abstrak 1 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di SD OLEH ERMALINDA Abstrak The researc start from the fart in the school that learning often dominated by

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Sukmadinata (2008) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINSDAN SIKAP ILMIAH SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINSDAN SIKAP ILMIAH SISWA PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINSDAN SIKAP ILMIAH SISWA Kartika Sari 1, M.Syukri 2, A. Halim 2 1 Mahasiswa Program Studi IPA, PPS 2 Program

Lebih terperinci

UPAYA GURU MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR NEGERI UNGGUL LAMPEUNERUT ACEH BESAR

UPAYA GURU MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR NEGERI UNGGUL LAMPEUNERUT ACEH BESAR UPAYA GURU MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR NEGERI UNGGUL LAMPEUNERUT ACEH BESAR Dessy Artika, Tati Fauziah, Adnan. Dessyartika16@yahoo.com ABSTRAK Dalam konteks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains yang berlangsung selama ini hanya sebatas proses penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal pembelajaran sains

Lebih terperinci

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

UPAYA GURU DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 22 BANDA ACEH. Rafika, Israwati, Bachtiar.

UPAYA GURU DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 22 BANDA ACEH. Rafika, Israwati, Bachtiar. UPAYA GURU DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 22 BANDA ACEH Rafika, Israwati, Bachtiar Universitas Syiah Kuala Rafikasyakieb@gmail.com ABSTRAK Dalam konteks kemandirian belajar siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 85 PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG DAYA TARIK, MOTIVASI, DAN AMBISI BANGSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA 1 KELAS IV SD NEGERI 51 BANDA ACEH

KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA 1 KELAS IV SD NEGERI 51 BANDA ACEH KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP SUBTEMA 1 KELAS IV SD NEGERI 51 BANDA ACEH Warzatun Riza, Alfiati Syafrina, Mislinawati Riza.Arsya@yahoo.com ABSTRAK Peningkatanpemahaman

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG Febrina Indriani 1, Agus Suyudi 2, Bambang Tahan Sungkowo 3 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli

Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli Tri Haryanti SDN Inpres 5 Birobuli, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Rima Mawarni Siregar NIM 2103111057 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan konstitusi serta sarana dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN SKRIPSI

IMPLEMENTASI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN SKRIPSI IMPLEMENTASI MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA (Sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU TIPE SHARED UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU TIPE SHARED UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU TIPE SHARED UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA Yeni Suryaningsih Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka Jln. KH. Abdul Halim No. 103, Majalengka

Lebih terperinci