EVALUASI PELAKSANAAN PIK R (PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATANREMAJA) DI KABUPATEN BANYUWANGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PELAKSANAAN PIK R (PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATANREMAJA) DI KABUPATEN BANYUWANGI"

Transkripsi

1 Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan EVALUASI PELAKSANAAN PIK R (PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATANREMAJA) DI KABUPATEN BANYUWANGI Oleh Afrihal Afiif Ibaadillah, Dian Samtyaningsih STIKes Maharani Malang miss.konselor@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan laporan needs assessment Rahima tentang Seksualitas dan Reproduksi Remaja tahun 2012 di Banyuwangi menunjukkan bahwa 80,7% siswa pernah berpacaran. 31,1% diantaranya melakukan pegangan tangan dan pelukan; sekedar ngobrol, SMS-an sebesar 29,4%; pelukan hingga ciuman bibir sebesar 17,6%; pegangan tangan hingga ciuman pipi sebesar 14,3%; pernah ciuman bibir hingga meraba-raba bagian tubuh pasangan sebanyak 5%, danpernah melakukan oral seks hingga hubungan seksual sebanyak 5%. Permasalahan lainya yaitu tingginya angka HIV/AIDS sebanyak 2099 kasus pada tahun 2014 dengan 81% berusia tahun. Tingginya masalah Kesehatan Reproduksi Remaja bisa disebabkan antara lain karena kurangnya informasi tentang KRR. Penelitian ini bertujuan menganalisis input dan proses pelaksanaan PIK R di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam terhadap 11 informan utama dari pelaksana PIK R. Sedangkan untuk validitas data peneliti melakukan triangulasi data pada 3 orang PKB, 1 orang penanggungjawab program PIK R di BPPKB. Pengolahan dan analisis data analisis deskripsi isi. Hasil penelitian menunjukkan kurangnya Sumber Daya Manusia yang terlatih, dana untuk operasional kegiatan masih kurang, belum adanya ruangan PIK R secara khusus, upaya promosi dan sosialisasi program PIK R masih kurang mendapat respon, kurang tertibnya sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan yang disebabkan belum adanya petunjuk teknis.bppkb diharapkan meningkatkan upaya pembinaan terhadap PIK R dan PKB di tiap kecamatan, peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia melalui kegiatan Diklat secara konsisten. Dukungan dan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan sosialisasi program PIK R. Peningkatan motivasi dan komitmen dari pelaksana PIK R. Kata Kunci : PIK R, Evaluasi ABSTRACT Based on the needs assessment report Rahima on Adolescent Sexuality and Reproductive Banyuwangi in 2012 showed that 80.7% of students never dating. 31.1% of them did handrails and hugs; just chatting, texting of 29.4%; hugs to kiss the lips of 17.6%; Handrails to kiss the cheek of 14.3%; never kiss lips to grope their body parts as much as 5%, and had oral sex to intercourse as much as 5%. Other issues, namely the high rate of HIV / AIDS as many as 2099 cases in 2014 with 81% aged years. The high Adolescent Reproductive Health problems can be caused partly because of lack of information about the KRR. This study aimed to analyze the input and the process of implementation of PIK R in Banyuwangi. This study is a qualitative research with phenomenological approach. Data collection techniques using depth interviews with 11 key informants from executing PIK R. As for the validity of the data researchers triangulate the data on the PKB 3, 1 R PIK program leaders in BPPKB. Processing and analysis of the data analysis content description. The results showed a lack of human resources trained, funds for operational activities is still lacking, there is no room PIK R in particular, promotion and dissemination programs PIK R still not getting a response, less orderly system of recording and reporting of 480

2 activities due to the lack of technical guidance, BPPKB expected to boost efforts to provide guidance to PIK R and PKB in each sub-district, increase the competence of human resources through training activities consistently. Support and active participation in the program socialization PIK R. Increased motivation and commitment of implementing PIK R. Keywords: PIK R, Evaluation PENDAHULUAN Tingginya angka HIV/AIDS yakni 1789 per Mei 2014, banyaknya angka pernikahan anak serta berbagai permasalahan remaja, dimana Kabupaten Banyuwangi dalam posisi urutan 3 besar di Provinsi Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang.Berdasarkan data yang telah dihimpun, untuk kasus HIV/AIDS di Banyuwangi sendiri paling banyak terjadi pada usia produktif, yaitu usia tahun yang mencapai 81 persen, dari total 2099 kasus, dan usia tahun merupakan kasus terbanyak ( KPA Kabupaten Banyuwangi, 2012). Penyebaran HIV/AIDS di Banyuwangi, Jawa Timur semakin memprihatinkan, menyusul temuan pelajar SMA terinfeksi virus mematikan ini.data dari Dinas Kesehatan Banyuwangi menyebutkan, jumlah penderita HIV/AIDS hingga September 2014 berjumlah 2000 orang dan lima diantara berstatus pelajar SMA. Para pelajar itu tertular HIV karena perilaku seks bebas dan penggunaan jarum suntik serta menggunakan obatobatan terlarang (Dinkes Kabupaten Banyuwangi, 2014). Tingginya masalah Kesehatan Reproduksi Remaja bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain karena kurangnya informasi tentang KRR yang bisa dijembatani dengan keberadaan PIK R sebagai suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja dalam memberikan informasi dalam pelayanan konseling kesehatan reproduksi, dengan pola ini diharapkan remaja dapat menjadi lebih aktif dan pengetahuan yang ada berasal dari upaya pencarian sendiri. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (Ka. Sub. Bid. KB KS) BPPKB, Kabupaten Banyuwangi sejak tahun 2009 telah memiliki PIK Remaja dibawah naungan Dinas Kesehatan, namun dalam perkembangannya PIK Remaja tersebut mengalami kemunduran dengan banyaknya PIK R yang tidak aktif hal ini disebabkan tidak adanya regenerasi dari pendidik sebaya dan kurangnya minat dari generasi berikutnya terhadap kegiatan maupun program PIK remaja. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi peralihan tanggungjawab dari Dinas Kesehatan ke BPPKB untuk menangani permasalahan Remaja, Pusat Informasi dan Konseling tersebut diberi nama PIK- R Young Reconstruction. Dari hasil wawancara dengan Kabid BPPKB, fokus dari kegiatan PIK R di Kabupaten Banyuwangi adalah upaya sosialisasi PUP (Pendewasaan Usia Pernikahan), program lain yang dilaksanakan dalam kegiatan PIK yaitu program GENRE untuk mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja (Triad KRR). Berdasarkan laporan tahunan dari BPPKB dari 24 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dalam kurun waktu satu tahun terakhir terus 481

3 mengalami penurunan baik dari jumlah kecamatan yang memiliki PIK R maupun dari jumlah tahapan dalam PIK R, pada tahun 2014 dilaporkan sebanyak 14 kecamatan yang memiliki PIK R dan terdapat 20 kelompok PIK R dengan rincian 16 PIK R pada tahap tumbuh, 4 PIK R pada tahap tegak. Sedangkan pada bulan April 2015 jumlah kecamatan yang memiliki PIK R menurun menjadi 10 kecamatan, dengan 14 kelompok PIK R yang terdiri dari 12 PIK R tahap tumbuh dan 2 PIK R tahap tegak. Masing-masing kecamatan tersebut telah memiliki PKB (Penyuluh Keluarga Berencana) sebagai koordinator dari PIK Remaja, dari 10 kecamatan yang memiliki PIK R hanya sebagian kecil kecamatan yang masih aktif dalam kegiatan konseling dan penyuluhan, sedangkan sebagian besar kecamatan lain sudah kurang aktif dalam perkembangan kegiatannya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan Evaluasi pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) di Kabupaten Banyuwangi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan program PIK R. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang pelaksanaan kegiatan PIK R. Penelitian ini dilakukan terhadap 11 informan utama dari pelaksana PIK R. Sedangkan untuk validitas data peneliti melakukan triangulasi data pada 3 orang PKB, 1 orang penanggungjawab program PIK R di BPPKB. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview), pedoman wawancara berupa lembar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan PIK R. Setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan maka data dianalisis menggunakan metode analisis isi (content analysis), yaitu pengumpulan data, reduksi data, dan verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Informan Penelitian Wawancara dilakukan pada 11 orang informan utama dan 4 orang informan triangulasi.informan utamanya adalah pelaksana PIK R (pendidik sebaya / konselor sebaya) dalam pelaksanaan PIK R baik dari PIK R yang masih aktif dan yang kurang / tidak aktif. Sedangkan informan Triangulasi terdiri dari 3 orang Pembina PIK R dan 1 orang Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera yang ada di BPPKB. Untuk jenjang pendidikan formal informan utama paling tinggi adalah Strata Satu (S1) dan yang paling rendah berpendidikan SMA, rentang umur informan utama yaitu tahun. Sedangkan untuk informan triangulasi sebanyak 6 orang yaitu dari PKB kecamatan dengan rentang usia antara tahun, dua orang berjenis kelamin perempuan dan satu orang berjenis kelamin laki - laki, dengan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) 482

4 dan masa kerja antara tahun. Sedangkan 1 informan triangulasi yang lain dari BPPKB yaitu Ka. Sub. Bid. KB KS, jenis kelamin laki laki dengan umur 50 tahun dan masa kerja selama 26 tahun. Secara keseluruhan Informan berstatus PNS. 2. Input dalam Pelaksanaan PIK R di Kabupaten Banyuwangi a. Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan pada informan utama, satu informan utama yang berasal dari PIK R wilayah kecamatan menyebutkan tenaga PIK dalam 1 kecamatan sebanyak 9 orang, dan memiliki relawan dari teman PIK yang lainnya yang tidak dikirim pelatihan di kabupaten. Informan utama yang lain menyatakan tenaga PIK yang ada sebanyak 6 orang, tetapi sekarang banyak yang telah menikah dan kurang aktif. Sedangkan informan utama yang berada di SMA menyatakan bahwa di sekolah mereka terdapat 50 orang anggota PIK yang rata rata mewakili setiap kelas yang ada dengan jumlah siswa 700 orang Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan triangulasi yang menyatakanbahwa jumlah sumber daya manusia masih kurang, satu informan triangulasi menyebutkan jumlah petugas PKB ada 3 orang tetapi hanya 1 orang yang menangani masalah PIK R disamping tugas utamanya sebagai penyuluh KB. Informan triangulasi lainnya menyebutkan di kecamatan tersebut terdapat 2 orang petugas PKB yang juga memiliki tugas utama sebagai penyuluh lapangan KB dan memberikan penyuluhan kepada remaja, namun tidak khusus untuk membina kegiatan PIK R. Pernyataan tentang kurangnya sumber daya manusia juga disebutkan oleh informan triangulasi dari BPPKB bahwa angka kecukupan untuk tenaga PKB di lapangan masih kurang. Berbagai masalah diatas tidak membuat anggota PIK KRR yang lain menjadi berkurang semangat untuk melakukan pelayanan PIK KRR, mereka menyatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah selama kompak dalam melaksanakan komitmen kerja yang sudah disepakati bersama meskipun tidak ada struktur yang baku di dalam PIK KRR. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sumberdaya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik(bkkbn, 2010). Ketersediaan SDM akan turut mewarnai jenis pelayanan atau kegiatan yang akan diberikan oleh PIK-KRR. Keberhasilan model ini akan memiliki nilai tambah jika mampu dikembangkan jejaring kerja (Net Working) yang melayani rujukan dengan para professional. Dalam melaksanakan PIK-KRR ketersediaan SDM sebagai motor penggerak kegiatan akan mewarnai jenis pelayanan atau kegiatan yang akan diberikan. Model pendidik sebaya dan konselor sebaya sebagai pelaksana kegiatan merupakan model yang sesuai untuk program Kesehatan Reproduksi Remaja (BKKBN, 2008) 483

5 b. Dana Dana yang digunakan sebagian besar berasal dari iuran mandiri masing masing anggota PIK R atau dana sisa dari kegiatan sebelumnya. Masalah pendanaan yang terjadi adalah proses pencairan dana yang sulit serta minimnya dana yang dicairkan oleh BPPKB, dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini tidak ada dana bantuan untuk operasional kegiatan PIK R. Hal senada juga diungkapkan oleh informan triangulasi dari BPPKB bahwa untuk tahun ini dari tingkat I tidak ada bantuan dana untuk kegiatan PIK R terutama dana untuk kegiatan operasional, dana yang ada hanya untuk kegiatan pembinaan. Sedangkan informasi yang diberikan oleh PKB koordinator PIK R menyebutkan bahwa tidak ada bantuan dana dari kecamatan atau dana dari BPPKB yang ditujukan kepada kecamatan untuk kegiatan PIK R. Untuk dapat melaksanakan suatu program maka harus tersedia sumber yang dibutuhkan agar program dapat berjalan lancar dan menunjukkan keberhasilannya. Menurut Van Meter dan Van Horn disampaikan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi adalah sumber daya. Dimana sumber daya yang tidak memadai akan menjadikan penghalang dalam implementasi kebijakan (Winarno B, 2008) c. Sarana Dukungan sarana telah diberikan oleh BPPKB meskipun belum sepenuhnya mencukupi, sarana itu BPPKB berupa KIE kit, lembar balik, alat peraga tentang reproduksi manusia, LCD (bersifat pinjaman). Dukungan sarana yang lainnya diberikan oleh kecamatan dalam hal penggunaan gedung atau ruangan untuk kegiatan PIK R dan ketersediaan sarana transportasi berupa mobil Satpol PP. Pencapaian tujuan kebijakan harus didukung oleh ketersediaan alat atau sarana. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak bisa dilakukan dan tujuan tidak akan diselesaikan sebagaimana seharusnya, pekerjaan tidak mungkin dapat dilakukan. Ketersediaan sarana prasarana merupakan faktor penentu kinerja sebuah kebijakan. Implementor harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar program dapat berjalan lancar. Sekalipun kebijakan memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, jika tanpa sumber yang memadai, maka kebijakan hanya tinggal di kertas dokumen saja (Wiyono D, 2000) 3. Proses pelaksanaan PIK R di Kabupaten Banyuwangi a. Promosi dan sosialisasi PIK R Kegiatan promosi dan sosialisasi telah dilakukan oleh anggota PIK R serta PKB di kecamatan baik secara lisan, media sosial maupun menggunakan radio jaringan. Kendala yang dihadapi kurangnya repson dari masyarakat dan perangkat desa yang datang, sehingga ketika dilakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan setelah kegiatan tersebut masih banyak yang tidak mengetahui tentang PIK R. 484

6 Sarana dan fasilitas PIK-KRR perlu diperhatikan dalam kegiatan promosi dan sosialisasi baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Materi bahan bacaan dan alat bantu KIE serta konseling harus tersedia secara lengkap. Kualitas materi KIE KRR dituntut lebih dinamis dengan memperhitungkan umur remaja dan susbtansi yang akan disampaikan. Salah satu syarat sebuah fasilitas layanan kesehatan yang memperhatikan kebutuhan remaja adalah tersedianya materi KIE. Selain diperlukan untuk memberikan penyuluhan, materi KIE perlu disediakan diruang tunggu maupun diruang konseling. Informasi tertulis tentang berbagai kegiatan remaja dan materi tentang kesehatan yang dapat dibawa pulang bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan media promosi bagi remaja lain yang membacanya (Depkes RI, 2005) b. Pelaksanaan konseling Secara keseluruhan kegiatan konseling banyak dilakukan diluar ruangan, tidak terikat tempat dan waktu. Konseling biasanya dilakukan dengan cara tatap muka namun ada juga yang melalui SMS. Permasalahan yang sering dibicarakan adalah masalah remaja sehari hari, kesehatan reproduksi remaja, HIV, NAPZA. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kepercayaan diri serta kemampuan dari anggota PIK sebagai pendidik maupun konselor sebaya dalam pemberian konseling. Hal ini sesuai dengan penelitian Andrianus yang menyebutkan bahwa remaja membutuhkan pusat layanan remaja, jenis layanan yang dibutuhkan oleh remaja adalah konsultasi psikologis, informasi tentang masalah remaja dan medis.jenis pelayanan yang disukai remaja adalah tatap muka secara langsung tentang kesehatan reproduksi remaja. Masalah yang sering dihadapi adalah IMS / HIV, kehamilan remaja, kontrasepsi dan konsultasi gizi (Depkes RI, 2005) c. Kerjasama Dalam hal kerjasama, sebagian besar anggota PIK R dan PKB kecamatan telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik dari instansi kesehatan maupun institusi lainnya (sekolah, KUA, LSM KKBS, Kepolisian). Jalinan kerjasama yang dilakukan oleh informan utama dan triangulasi masih sebatas sebagai narasumber atau pemateri saja, belum ada kegiatan lainnya. Dalam pedoman pelaksanaan PIK-KRR disebutkan bahwa dalam pelaksanaan program harus ada jalinan kerja sama dengan para professional yang terkait dengan masalah remaja. disamping itu perlu ada dukungan berupa komitmen yang tinggi dari para stakeholder program KRR termasuk pemerintah daerah dan jajarannya untuk mencegah meluasnya resiko TRIAD KRR ( seksualitas, HIV/AIDS, Napza) (BKKBN, 2010). Jalinan kemitraan dengan organ penting lintas program maupun lintas sektor perlu dilakukan 485

7 dalam pengelolaan PIK-KRR agar program KRR bisa berjalan secara efektif dan efisien. Dalam pengelolaan program KRR harus didasarkan pada prinsip-prinsip kemitraan, karena dengan adanya 2 atau lebih orang yang bermitra (share) dalam mengerjakan suatu pekerjaan maka akan memiliki hubungan jaringan (connected) yang kondusif, sehingga membuat mereka menjadi suatu tim yang sinergis dalam melaksanakan kegiatan bersama sehingga kegiatan PIK-KRR berjalan lancar dan mencapai tujuannya (BKKBN, 2010). Salah satu strategi pelaksanaan dan pengembangan PIK-KRR di wilayah melalui penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja. Hal ini didahului dengan advokasi kebijakan publik dengan maksud agar adanya PIK-KRR dapat pula dipromosikan oleh pihak lain dan selanjutnya dikenal dan didukung masyarakat, lintas sektor/program, LSM, guru dan yang lainnya. d. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kegiatan peningkatan kualitas sumber daya manusia telah dilakukan oleh BPPKB dengan mengadakan pelatihan untuk pendidik atau konselor sebaya, akan tetapi pelatihan tersebut masih belum optimal karen tidak dilaksanakan secara rutin (konsisten). Hal ini menyebabkan kurangnya pemerataan jumlah anggota PIK R terlatih di tiap kecamatan yang memiliki PIK R. Banyaknya anggota PIK R terlatih yang mengundurkan diri dari keanggotaan dengan alasan menikah dan bekerja diluar kota semakin memperburuk kualitas pelayanan yang ada, karena pada akhirnya yang melakukan pelayanan PIK R kebanyakan adalah anggota baru yang belum terlatih. Tujuan pemberdayaan Sumber Daya Manusia adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pengurus PIK-KRR, pendidik sebaya dan konselor sebaya tentang pengelolaan dan teknis pelayanan dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK-KRR (Depkes RI, 2005) e. Administrasi dalam pencatatan dan pelaporan Pelaksanaan administrasi dalam hal pencatatan dan pelaporan kegiatan/ masih sangat kurang baik dari anggota PIK R, PKB kecamatan maupun BPPKB Kabupaten. Untuk anggota PIK R sendiri sebagian besar kurang tertib melakukan pendokumentasian kegiatan dalam bentu laporan tertulis, karena kegiatan pemberian informasi dan konseling lebih banyak dilakukan secara spontan ketika mereka berada di lingkungan tempat tinggal masing masing. Tidak adanya aturan baku dari BPPKB dalam hal pencatatan dan pelaporan juga menjadi salah satu penyebabnya. Dari pihak PKB kecamatan, laporan tentang kegiatan PIK R biasanya tergabung dalam laporan KB, sedangkan dari pihak BPPKB Kabupaten bentuk laporan tertulis yang ada hanya berupa rekapan jumlah PIK R yang aktif di tiap kecamatan. 486

8 Tujuan pemberdayaan Sumber Daya Manusia adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pengurus PIK-KRR, pendidik sebaya dan konselor sebaya tentang pengelolaan dan teknis pelayanan dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK-KRR (Depkes RI, 2005) KESIMPULAN Pelaksanaan PIK R ( Pusat Informasi dan Konseling Remaja) di Kabupaten Banyuwangi belum dilaksanakan optimal. Terdapat permasalahan pada aspek input yaitu sumber daya manusia yang belum memenuhi standart kuantitas dan kualitas, dukungan anggaran kurang maksimal, penyediaan sarana tidak merata. Permasalahan pada aspek proses yaitu dalam hal pencatatan dan pelaporan kegiatan/ masih sangat kurang baik dari anggota PIK R, PKB kecamatan maupun BPPKB Kabupaten. DAFTAR PUSTAKA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kurikulum dan Modul Pelatihan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan ReproduksiRemaja (PIK KRR). Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Jakarta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Panduan Pelaksanaan Lokakarya Pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) Percontohan.Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Banyuwangi Kasus HIV/AIDS di Banyuwangi. Dinkes Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi WinarnoB Kebijakan Publik Teori dan Proses. Media Pressindo. Yogyakarta. WiyonoD Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Airlangga University Press. Surabaya. 487

9 Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan MODEL PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh Agnes Fitria Widiyanto 1, Oktafiani Catur Pratiwi 2, Saudin Yuniarno 3 1&3 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat 2 Jurusan Politik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman, afitriawidiyanto@yahoo.com ABSTRAK Kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas memiliki kendala yang kompleks. Kegiatan pengelolaan sampah pada masyarakat akan lebih mudah dilakukan di tingkat terkecil yakni di tingkat rumah tangga. Masyarakat sebagai penghasil sampah memiliki permasalahan yang berbeda dalam suatu wilayah.kegiatan pengelolaan sampah di kabupaten Banyumas mengalami permasalahan yang kompleks.hasil wawancara terhadap 8 narasumber menunjukkan di masingmasing wilayah memiliki permasalahan yang berbeda. Di satu wilayah ada yang sama sekali belum mengolah sampahnya. Di tempat lain, terutama di pedesaan masih banyak masyarakat yang melakukan pembuangan sampah di tempat terbuka. Disisi lain masih banyak tempat yang belum memiliki sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan tahap akhir. Permasalahan sampah akan terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kegiatan pengelolaan sampah mengalami kendala dari sisi pembuangan yang tidak pada tempatnya, serta terkendala terkait dengan sarana dan prasarana. Kata kunci : pengelolaan, sampah, masyarakat. PENDAHULUAN Kabupaten Banyumas dengan jumlah penduduk sekitar jiwa pada tahun 2014, produksi sampah di Kabupaten Banyumas terbilang besar dan meningkat dari tahun ke tahun.pada tahun 2005 produksi sampah di kabupaten tersebut mencapai 700 m 3 per hari, lima tahun kemudian yaitu tahun 2010 meningkat menjadi m 3 per hari (Volume Sampah Rata-Rata Per Hari Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Badan Pusat Statistik Propinsi jawa Tengah).Tahun 2011 Jumlah perkiraan total timbulan sampah jenis rumah tangga di Kabupaten Banyumas mencapai M 3 /hari, dengan asumsi produksi sampah kurang lebih 2,064 liter/hari/orang dikalikan jumlah penduduk Sehingga dalam setahun mencapai M 3. Padahal tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang disedikan oleh pemerintah daerah di daerah di TPA Gunung Tugel sudah melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Berdasarkan data tersebut hanya 10,85 % yang terangkut ke TPA. Sekitar 89,15 % masih belum ada penanganan yang semestinya dan berpotensi mengakibatkan pencemaran.penanggulangan yang serius sangat dibutuhkan untuk mengatasi produksi sampah yang cukup besar tersebut.hal ini dikarenakan, sampah merupakan 488

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang

proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang cukup. Penyediaan tenaga terlatih yang tidak setiap tahun diadakan menghambat proses kaderisasi. Adanya dukungan kebijakan yang tidak diimbangi dukungan dana yang cukup juga akan berpengaruh pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana BAB I PENDAHULUAN!.1. Latar Belakang Masalah BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, yang merupakan Lembaga Pemerintahan Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK- KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa dewasa, dengan rentang usia 10-19 tahun (WHO, 2003). Secara demografis kelompok remaja

Lebih terperinci

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja http://ceria.bkkbn.go.id Direktur Bina Ketahanan Remaja I ndra Wirdhana, SH,M M A. PENDAHULUAN Jumlah Remaja kurang lebih 64 juta jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah remaja usia 10-19 tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik saat ini mencapai 62 juta jiwa, yang merupakan 28,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (1995) masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia 10-19 tahun. Remaja adalah populasi besar dari

Lebih terperinci

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan

sebagai kegiatan utama dalam hal memberikan informasi dilaksanakan oleh semua PIK Remaja dengan cara dan 130 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya sebagai sumber informasi bagi teman sebaya para pendidik sebaya dan konselor sebaya melakukan berbagai langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa anakanak untuk menuju masa dewasa. Remaja memiliki keunikan dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015 61 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015 I. Identitas Responden No. Responden : Jenis Kelamin Responden : Umur Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENGINTEGRASIAN PROGRAM GENERASI BERENCANA DALAM KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA O BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan

Lebih terperinci

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pelayanan konseling oleh konselor sebaya 1.1. Konseling oleh konselor sebaya dilakukan bukan di ruangan khusus konseling melainkan di tempat lain

Lebih terperinci

PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM 2015 PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karangasem PROFIL BPPKB. KABUPATEN KARANGASEM I. GAMBARAN UMUM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Lebih terperinci

Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 1 Maret 2012 PENDAHULUAN

Jurnal IKESMA Volume 8 Nomor 1 Maret 2012 PENDAHULUAN EVALUASI PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM ( PIK - KRR ) PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA OLEH PENYULUH KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2011 Implementation Evaluation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2045 diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia 30 tahun sampai

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi - 55-12. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi Pria, Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo

PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE. Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo PENGORGANISASIAN PIK REMAJA YOLIN BOTUTIHE Plt. Kasi. Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Provinsi Gorontalo PENDAHULUAN Apa itu PIK? Pik adalah Pusat Informasi dan Konseling Remaja Apa itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA - 358 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi 1. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa 1. Defenisi perilaku Menurut Notoatmojo (2003.hal.114) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di indonesia, jumlah remaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru Artikel 1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya Tidak dapat dipungkiri, epidemi HIV/AIDS telah berkembang begitu pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini paling

Lebih terperinci

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre Judul TA : Strategi Komunikasi Bidang Bina Ketahanan Remaja BKKBN Provinsi Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Jumlah Peserta Generasi Berencana Nama NIM : Raden Kevin Mohan : D0C008070 Abstraksi Sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI Dr. Junaidi, SE, M.Si (Disampaikan pada Rapat Koordinasi Perwakiltan BKKBN Provinsi Jambi tanggal 1 September 2016) I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena

Lebih terperinci

Nurvitasari, et al., Peran Kepala Sekolah Tingkat SMA Terhadap Pembentukan Pusat Informasi...

Nurvitasari, et al., Peran Kepala Sekolah Tingkat SMA Terhadap Pembentukan Pusat Informasi... Peran Kepala Sekolah Tingkat SMA terhadap Pembentukan Pusat Informasi dan Konseling Remaja dalam Upaya Pencegahan HIV-AIDS (Studi Kualitatif pada SMA Kabupaten Jember) The Role of Head High School Level

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah populasi penduduk yang sangat tinggi. Menurut data Sensus Penduduk, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA - 274 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi 1. Kebijakan dan Pelaksanaan Jaminan dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.

Lebih terperinci

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang PERBEDAAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA SISWA SISWI SMP DENGAN PIK-KRR DAN SISWA SISWI SMP TANPA PIK-KRR DIWILAYAH KABUPATEN BLITAR (STUDI KOMPARATIF) Lilik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Deskripsi Wilayah Kota Bandar Lampung Profil Wilayah Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan kelompok sebaya. Dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

UPAYA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI KABUPATEN BERAU

UPAYA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) DI KABUPATEN BERAU ejournal llmu Administrasi Negara, 2014, 3 (2): 814-825 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2014 UPAYA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, 63,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 60 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI AN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA

PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI AN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA Pengelolaan Pusat Informasi (Rahmadita Wijayanti) 89 PENGELOLAAN PUSAT INFORMASI AN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA MANAGEMENT INFORMATION CENTER AND COUNSELING ADOLESCENT

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA Dalam Bab II ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan Program Generasi Berencana (GenRe) di Indonesia dan di Kabupaten Banjarnegara. Mengingat GenRe merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang terlampau besar pada nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itu salah satunya adalah materialisme.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA - 57 - L. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi Jaminan dan Pelayanan KB, Peningkatan Partisipasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan pandemi global yang menimbulkan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquaired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) telah meningkatkan angka kesakitan penduduk dan penyebab

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 53 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 53 TAHUN 2008 TENTANG DRAFT PER TGL 11 SEPT 2008 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 53 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PERLINDUNGAN IBU DAN ANAK BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu usaha untuk mecapai kehidupan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

Kab.Tangerang & Resiko

Kab.Tangerang & Resiko Kamis, 30 Maret 2017 Kab.Tangerang & Resiko Pertumbuhan dan aktifitas industri yang sangat tinggi Migrasi dan urbanisasi Jalur transportasi yang sangat terbuka Multi etnis, budaya dan agama Terbatasnya

Lebih terperinci

BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PANDEGLANG

BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PANDEGLANG 1.1. LATAR BELAKANG BP3AKB (Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia karena penderita HIV/AIDS di dunia setiap tahunnya mengalami

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Renja SKPD Perangkat Daerah : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bima Periode Pelaksanaan: 2016

Evaluasi Hasil Renja SKPD Perangkat Daerah : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bima Periode Pelaksanaan: 2016 ( Dalam Juta Rupiah) NO / BIDANG Evaluasi Hasil Renja SKPD Perangkat Daerah : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bima Periode : 2016 INDIKATOR 1 2 3 4 1 Urusan Wajib 1.11 Bidang Pemberdayaan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011) Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011) rickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan ini dikuatkan oleh James

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Jln. Pembangunan No. 10 Padang Harapan Bengkulu 38224 Telp/Fax (0736) 21144 website http://bengkulu.bkkbn.go.id

Lebih terperinci