BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tempat Penelitian Letak Geografi Puskesmas Sungai Jingah terletak di jalan Jahri Saleh RT 19 No.111 Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara yang didirikan tahun Saat ini wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah meliputi tiga kelurahan yaitu Sungai Jingah, Surgi Mufti dan Sungai Andai. Luas wilayah kerja seluruhnya adalah 6,54 km 2 yang dibatasi oleh: Sebelah utara : Sungai Gampa Sebelah Timur : Sungai Jiingah Sebelah Selatan : Sungai Martapura Sebelah Barat : Sungai Antasan Kecil Data Demografi Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin tahun 2015 adalah jiwa, dengan rata-rata rasio jenis kelamin (perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan) sebesar perempuan > 127. Ini menunjukan bahwa antara jumlah rasio penduduk hampir setara. Data rinci mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah. No. Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Laki-laki ,8 % 2. Perempuan ,2 % Jumlah % Sumber: Puskesmas Sungai Jingah,

2 Visi dan Misi Puskesmas Sungai Jingah Visi Puskesmas Sungai Jingah: Terwujudnya masyarakat Sungai Jingah, Surgi Mufti, dan Sungai Andai yang sehat, mandiri dan berkeadilan Misi Puskesmas Sungai Jingah: a. Memberikan derajat kesehatan masyarakat dengan memberdayakan peran serta masyarakat yang mandiri. b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang paripurna, bermutu dan berkeadilan. c. Menciptakan administrasi puskesmas yang baik dan akuntabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) Data ketenagaan yang ada pada Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Data Ketenagaan yang ada di Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin tahun No. Jenis ketenagaan Jumlah (Orang) 1. Dokter umum 1 2. Dokter gigi 1 3. SKM 1 4. S1 keperawatan 1 5. D3 keperawatan 4 6. SPK 4 7. D3 kebidanan 7 8. SPRG 2 9. D3 perawat gigi D3 kesling D3 gizi 2

3 Apoteker D3 Farmasi SMK farmasi Analis/Tenaga Lab Pekarya kesehatan D3 akutansi Tata usaha 2 Jumlah 36 Sumber: Puskesmas Sungai Jingah, Sarana Kesehatan Sarana kesehatan meliputi: Puskesmas induk : 1 buah Puskesmas pembantu : 2 buah Praktek dokter : 9 buah Fisioterapi : 1 buah Praktek bidan : 23 buah Praktek perawat : 6 buah Praktek perawat gigi : 3 buah Puskesmas keliling : 10 buah Poskesdes : 3 buah Pos UKK : 4 buah Program Puskesmas Sungai Jingah Program Puskesmas Sungai jingah terdiri dari: Upaya kesehatan wajib Program-program pokok Puskesmas yang termasuk dalam upaya kesehatan wajib terdiri dari: a. Promosi kesehatan b. Kesehatan lingkungan c. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

4 59 d. Upaya perbaikan gizi masyarakat e. Upaya pengobatan f. Upaya pencegahan DBD Upaya kesehatan pengembangan a. Kesehatan lanjut usia b. Kesehatan atau pencegahan kebutuhan c. Kesehatan jiwa d. Pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi e. Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas/PHH) f. Bina kesehatan tradisional g. Bina kesehatan kerja (K3) 4.2 Karakteristik Informan Informan dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin. Sebanyak delapan kepala keluarga turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Usia informan bervariasi dengan usia termuda 30 tahun dan usia tertua 66 tahun. Tingkat pendidikan Informan terdiri dari dua orang berpendidikan SMP, lima orang berpendidikan SMA, dan satu orang berpendidikan D III. Hampir semua informan berasal dari suku Banjar, hanya satu informan yang berasal dari suku Jawa dan semua Informan beragama Islam. Rentang lama bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah mulai dari 5 tahun sampai yang terlama adalah 51 tahun. Sebanyak satu orang informan tidak bekerja, satu orang pensiunan, lima orang dengan pekerjaan swasta, dan satu orang bekerja sebagai sanitarian.

5 60 Tabel 4.3 Karakteristik informan penelitian fenomenologi: Gambaran partisipasi kepala keluarga dalam pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin. No. variabel IU 1 IU 2 IU 3 IU 4 IU 5 IU 6 IU 7 IT 1 1. Inisial Tn. K Tn. R Ny. I Tn. Z Tn. H Tn. R Tn. A Tn. L 2. Umur Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam 4. Suku Banjar Jawa Banjar Banjar Banjar Banjar Banjar Banjar 5. Pendidikan SMA SMP SMP SMA SMA SMA SMA D III 6. Pekerjaan Pensiu nan Tidak kerja IRT Swasta Swasta Swasta Swasta Sanitar ian 7. Lama tinggal tahun Hasil Penelitian Aspek Input (Masukan) Pada bagian ini aka dijabarkan tentang hasil wawancara dengan informan mengenai input (masukan) dalam pencegahan dan pengendalian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin, sebagai berikut: Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan dasar dari berjalannya suatu sistem atau program-program yang dijalankan oleh pemerintah. Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan penting dalam program pemberantasan DBD menggunakan metode 3M Plus. Sumber daya yang diharapkan tentunya adalah sumber daya yang unggul, memiliki pemahaman serta dapat berpartisipasi dalam pencegahan DBD dengan baik. Berikut tanggapan informan mengenai DBD.

6 61 Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh inveksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. aeygepti. DBD menyumbang angka kematian yang tinggi setiap tahunnya, oleh karna itu beberapa informan menyatakan BDB sebagai penyakit berbahaya, seperti ungkapan informan berikut: itu perlu diberantas!, perlu itu karna berbahaya (IU 1) Iya sangat berbahaya, saya sendiri sangat riskan dan harus cepat dibawa ke rumah sakit untuk diberi tindakan secepatnya (IU 7) DBD merupakan penyakit berbahaya yang seringkali menjadi wabah pada musim penghujan tiba, seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini: Menurut saya untuk DBD ini pertama sekali itu pemberantasan terutama pada musum hujan, kan banyak itu sampah-sampah yang di buang oleh tetangga-tetangga dan seharusnya ketua RT mengontrol itu dengan cara memberi saran kepada penduduk atau warga untuk saling menjaga kebersihan.(iu 2) Kebersihan lingkungan merupakan salah satu pecegahan DBD yang sangat penting, namun kebanyakan masyarakat mengabaikannya dan membiarkan sampah-sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, wadah cat dan lain sebagainya yang dapat menampung air hujan berserakan di sekitar pemukiman warga dan itu sangat berpotensi menjadi salah satu media

7 62 perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti seperti tanggapan informan berikut: DBD ini kan utamanya harus menjaga kebersihan terutama pada tempat penampungan air, nyamuk DBD ini kan berkembang biak pada air yang bersih terutama pada bak mandi, kaleng-kaleng bekas, jadi itu harus di basmi tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk (IU 5) Untuk membasmi sarang nyamuk DBD perlu dilakukan pencegahan menggunakan metode 3M Plus agar nyamuk Ae. aegypti tidak dapat berkembangbiak, seperti ungkapan informan dibawah ini: Kalau tanggapan saya penykit DBD ini kan biasanya akibat dari nyamuk, nyamuknya ini bersarang tidak pada tempat yang kotor, tapi di tempat yang airnya jernih itu yang ada jentiknya. Jadi tanggapanku jika terjadi di lingkungan RT alangkah baiknya apabila masyarakat melakukan 3M atau pengasapan karna DBD ini sangat berbahaya.(iu 4) Pencegahan menggunakan metode 3M Plus merupakan cara terbaik dalam memberantas perkembangbiakan nyamuk DBD, namun belum semua warga mengetahui dan memahami mengenai pencegahan tersebut, seperti yang diungkapkan informan ini: Cara memberantas itu tidak terlalu mengerti, misalkan dirumah kita bersih kan bisa saja terkena gigitan nyamuk itu di tempat lain, seperti di sekolah, atau waktu anak sedang

8 63 main. Apalagi anak anak aktivitasnya banyak siang jarang di rumah sehingga bisa terkena di tempat lain.(iu 3) Demam berdarah dengue (DBD) memang tidak hanya dapat ditularkan di rumah, namun dapat juga di tempat lain seperti sekolah, di taman, kantor dan tempat-tempat lainnya sehingga pencegahan DBD harus dilakukan di semua tempat. Pencegahan ini harus dilakukan bersama-sama dan tentunya atas kesadaran masyarakat, namun nyatanya tidak semua masyarakat memperhatikan atau perduli seperti yang dikatakan oleh informan berikut: Kalau menurut saya Demam Berdarah di wilayah kita khususnya di kota Banjarmasin sepertinya tidak mungkin ada habisnya, karna rendahnya kesadaran warga. Walaupun sudah banyak dilakukan penyuluhan. Ibaratnya itu sampai mulut berbusa menyampaikan penyuluhan untuk PSN masih saja ada yang tidak terlalu perduli, dia perduli apabila sudah terkena DBD atau keluarganya yang terkena DBD apalagi sampai mengakibatkan kematian (IT 1) Pendanaan Pendanaan dalam melaksanakan program pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus sangat diperlukan, namun pendanaan yang diberikan sebaiknya berupa barang seperti bubuk abate, obat tetes pembunuh jentik dll.. Seperti yang diungkapkan informan berikut: Gak ada kalau pemberian dana, tapi kalau ada laporan ke ketua RT atau Lurah baru diadakan foging, atau pemberian abate. Kalau ketua RT melapor mungkin hanya diberi 10

9 64 bungkus, kemudian warga yang melapor ke ketua RT baru diberi bubuk abate. Itu saja yang saya tau (IU 1). Pendanaan memang diperlukan dalam pencegahan, namun sebenarnya pencegahan DBD tidak terlalu memerlukan banyak dana karna alat-alat yang digunakan untuk melakukan pencegahan sudah ada di rumah masing-masing, hanya saja mungkin pendanaan perti bubuk abate seperti yang disebutkan di atas juga diperlukan sebagai tindakan Plus dalam program pencegahan DBD dan telah disediakan oleh dinas kesehatan kota Banjarmasin, seperti yang diungkapkan informan triagulasi berikut: Kalau untuk pencegahan seperti abate itu disediakan oleh dinas kesehatan kota Banjarmasin, jadi kalau kehabisan stok melapor ke dinas untuk meminta abate (IT 1) Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam sosialisasi pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus. Sarana dan prasarana dalam bentuk leaflet buku panduan dll.. dalam sosialisasi pencegahan DBD sangatlah membantu meskipun belum sepenuhnya dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah Setau saya sampai saat ini itu juga tidak ada (IU 3). Sarana prasarana untuk spanduk dan lain lain masih belum ada, Cuma kalau untuk sosialisasi itu sudah kita giatkan terus, setiap penyuluhan kita selipkan terus seperti ikut program UKS untuk di sekolahan disana diselipkan penkes tentang pencegahan DBD untuk anak-anak. Dikarenakan aktivitas

10 65 nyamuk Ae. aegypti yang aktif pada pagi sampai siang yang merupakan jam sekolah, jadi penting sekali pencegahan di lingkungan sekolah (IT 1) Aspek Process (Proses) Pemberian pendidikan kesehatan Pemberian pendidikan kesehatan terkait bahaya DBD sangat diperlukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melakukan program pencegahan, adapun pendidikan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Penyuluhan Penyuluhan mengenai cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan elemen penting dalam pencegahan dan pengendalian DBD, karna dengan adanya penyuluhan maka masyarakat secara luas dapat mengetahui bagaimana cara untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk terutama dengan menggunakan metode 3M Plus, namun sayangnya penyuluhan tidak dilakukan secara langsung kepada masyarakat seperti yang diungkapkan informan berikut: Itu biasanya melalui ketua RT saja yang turun ke lapangan untuk penyuluhan, kemudian ketua RT menyampaikan ke masyarakat. Namun titidak semua ketua RT mau menyampaikan ke masyarakat dengan alasan sibuk ini-itu dan lain lain.. (IU 1) Ada pula informan yang menyatakan pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung mekipun hanya satu kali

11 66 Pernah satu kali, selama saya tinggal di sini itu satu kali pernah diadakan. Itu warga dikumpilkan di suatu tempat.(iu 3) Bahkan ada yang menyatakan bahwa penyuluhan itu tidak ada diberikan Kalau di RT sini tidak ada. (IU 4) b. Konseling Konseling adalah proses bimbingan antara konselor kepada masyarakat sebagai upaya menjalankan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Konseling dapat dilakukan secara individual (perorangan) kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Konseling yang sifatnya perorangan membuat masyarakat kurang familiar bahkan informan menganggapnya tidak ada konseling dari puskesmas, seperti yang diungkapkan informan berikut: Jarang juga, mungkin di tempat lain ada, tapi di lingkungan kami tidak ada (IU 7). Namun ada pula informan yang pernah melakukan konseling, sebagai berikut: Konseling itu ada, bisa kita yang datng ke puskesmas atau pihak puskesmas yang mendatangi, namun pihak puskesmas akan datang jika ada salah satu warga kita yang kena DBD.. (IU 5).

12 67 Hal serupa juga diungkapkan oleh informan triagulasi, sebagai berikut: kalau untuk masalah bimbingan jarang kalau yang datang ke puskesmas yang sadar handak minta abate lumayan tapi waktu dia mengambil abate kita beri tau dan yang biasa mengambil abate dari sini itu orang yang sudah tahu bagaimana caranya menngunakan abate, bagaimana cara 3Mnya, itu biasanya masyarakat yang sudah diberi penyuluhan dan sadar pentingnya pencegahan DBD. (IT 1) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) oleh kader jumantik Tugas utama kader jumantik adalah untuk memastikan lingkungan tempat tinggal masyarakat terbebas dari jentik nyamuk yang berpotensi menyebabkan DBD. Di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah terdapat kader jumantik yang di pilih untuk memantau jentik di rumah warga, meskipun menurut informan kader jumantik masih belum optimal dalam menjalankan tugasnya, seperti yang diungkapkan informan berikut: Ada. Tapi memeriksanya itu tidak serius, kadang hanya datang ke rumah kemudian menanyakan apakah ada jentik di rumah bapak? begitu saja tapi tidak masuk dan memeriksa lansung ke dalam. Padahal kan seharusnya masuk dulu kemudian diperiksa penampungan air yang ada. Jadi jumantik itu ada tapi tidak bekerja maksimal.(iu 4)

13 68 Ada, Kalau sampai saat ini menurut saya cukup aktif namun masih harus ditingkatkan lagi, dan kader harus di genjot lagi. Dalam pelaksanaannya kader jumantik masih ada beberapa kendala diantaranya masyarakat yang menolak kedatangan kader jumantik dengan bermacam macam alasan. Untuk menganggulanginya kami dari puskesmas telah memberikan id card untuk kader untuk meyakinkan warga, namun masih ada saja masyarakat yang masih tidak kooperatif (IT 1). Terdapat pula beberapa informan yang menyatakan tidak ada kader jumantik yang memeriksa jentik di rumahnya, seperti yang dinyatakan berikut: Tidak ada!, kalau di sini tidak ada (IU 1). Itu biasanya kalau ada yang kena baru diperiksa. Kalau pemeriksaan rutin itu tidak ada (IU 3) POKJANAL Adalah lembaga yang didalamnya terdiri dari berbagai lintas sektor yang dibentuk dalam tujuan pengembangan dan pembinaan desa dan kelurahan dalam memberantas DBD. Lembaga ini diakui tidak ada secara khusus, hanya saja digabungkan dengan lembaga lainnya. Kalau untuk kelompok kerja khusus DBD tidak ada hanya saja penanganan DBD dimasukan kedalam kelompok kerja kesehatan lingkungan (IT 1). Informan juga merasa asing dengan istilah pokjanal

14 69 Kelompok itu juga tidak ada. Memang sebenarnya ada hanya saja kenyataannya tidak ada, Cuma teori, Cuma untuk pelengkap laporan saja (IU 1) Tidak ada di sini, hanya ada jumantik saja, itupun saya tidak kenal orangnya (IU 4) Aspek Output (Keluaran) Partisipasi kepala keluarga dalam Pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Meluasnya daerah yang terjangkit DBD antara lain disebabkan masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam melakukan PSN secara mandiri di lingkungan sekitar tempat tinggal. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) inipun terkendala oleh kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan 3M Plus, seperti yang dinyatakan oleh informan berikut: Iya seperti misalkan memakain lotion anti nyamuk atau obat nyamuk. Melakukan penyemproran dengan semprotan serangga di tenda-tenda tempat nyamuk bersarang. Kemudian penaburan bubuk abate yang dibagikan oleh puskesmas. (IU 3) kalau saya sendiri, secara umum itu tadi seperti menguras menutup mengubur, menyemprot dengan anti serangga, begitu.(iu 4) Kesadaran masyarakat memang belum sepenuhnya terbangun seperti yang diungkapkan oleh informan triagulasi sebagai berikut:

15 70 Masyarakat secara umum masiih belum (IT 1) Gotong-royong Gotong royong membersihkan lingkungan merupakan cara mencegah perkembangbiakan nyamuk yang sebaiknya dilakukan secara rutin, namun beberapa informan mengungkapkan bahwa gotong royong tidak dilakukan secara rutin. ada tapi tidak rutin, kalau ada pengumuman baru kita gotong-royong, tapi itu pun hanya membersihkan di masing masing rumah.(iu 3). ada tapi tidak rutin, kadang kadang kalau ada himbauan dari walikota atau pihak terkait baru di adakan gotong rotong untuk membersihkan lingkungan.(iu 4). Di daerah perkotaan memang sulit untuk mengadakan gotong royong karna setiap warga memiliki kesibukan yang sulit ditinggalkan, sehinga tidak diadakan gotong royong di lingkungannya, seperti diungkapkan informan dibawah ini: Haha.. kalau di kota ini gotong royong itu susah, jadi kalau gotong royong itu kita bersihkan rumah masing-masing. Alasan lain itu karna di kota ini kan banyak yang sibuk jadi untuk gotong royong itu sangat susah kalau di kota.(iu 1) Hmm.. kalau gotong-royong hampir tidak ada, apalagi sekarang ini kan ketua RT pada sibuk sendiri-sendiri (IU 2).

16 Pembahasan Aspek Input (Masukan) Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen utama dalam program pencegahan DBD dibandingkan dengan elemen lain seperti uang, teknologi, dan modal, karna manusia itu sendiri yang mengendalikan elemen yang lain. Oleh karna itu pengelolaan sumber daya manusia dalam pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus sangat penting. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualiatas sumber daya manusia yang didapat dari informan terpilih ditunjukan dalam bentuk tangggapan informan terhadap bahaya DBD dan perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Penelitian yang dilakukan oleh Erni Nuryanti (2013) dalam jurnal kesehatan masyarakat menunjukan bahwa pengetahuan, sikap, ketersediaan informasi, dan peran petugas kesehatan berpengaruh terhadap perilaku pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di masyarakat. Hasil ini juga bersesuaian dengan literatur yang mengungkapkan bahwa meluasnya daerah yang terjangkit DBD antara lain disebabkan masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di berbagai daerah endemis DBD (Soedarto, 2012) Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang di dapat dari penelitian ini diantaranya adalah pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana, serta peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

17 72 Pengetahuan akan mempengaruhi cara berfikir tentang pentinnya pencegahan DBD harus dilakukan agar dapat terhindar dari penyakit DBD yang mematikan yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nicolas Duma (2007, dalam Arsin, 2013), bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kejadian DBD. Kepala keluarga yang memiliki pengatahuan uang baik tentu akan dapat melakukan tindakan pencegahan yang baik pula. Sikap masyarakat dalam melakukan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD. Hal ini dudukung oleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan penyakit Demam Berdarah Dengue dan tindakan pencegahan vektor dan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap penyakit Demam Berdarah Dengue dan tindakan pencegahan vektor (Ayudhya, Ottay, Kaunang, Kandou, & Pandelaki, 2014). Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang baik adalah kinerja petugas kesehatan dalam sosialisasi kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas. Hal ini bersesuaian dengan hasil penelitian Nuryanti (2013), yang menunjukkan bahwa responden yang peran petugas kesehatan aktif perilaku pemberantasan sarang nyamuk baik sebesar 72,3 % dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk kurang baik sebesar

18 73 27,7%. Adanya rangsangan dari luar (peran petugas kesehatan) akan mempengaruhi perubahan perilaku seseorang Pendanaan Dana untuk melakukan pencegahan DBD telah disediakan oleh dinas kesehatan kota Banjarmasin untuk tindakan Plus seperti pemberian bubuk abate dan obat tetes untuk membunuh jentik nyamuk. Untuk dana yang digunakan dalam melakukan program pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus dirasa tidak diperukan karna peralatan yang digunakan untuk berpartisipasi di dalam pencegahan 3M Plus sudah ada di rumah masing-masing di tiap rumah warga Sarana dan prasarana yang digunakan dalam sosialisasi pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus. Sarana dan prasarana dalam sosialisasi program pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus akan lebih baik dan mudah dipahami oleh masyarakat jika disematkan media dalam penyluhan baik dalam bentuk audio, visual, maupun dalam bentuk laik seperti leaflet, buku panduan dan sebagainya. Ini senada dengan hasil yang di dapat dalam penelitian yaitu Terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual (Kapti, Rustina, & Widyatuti, 2013). Ini menunjukan bahwa pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat ditingkatkan menggunakan sarana berupa media.

19 Aspek Process (Proses) Penyuluhan mengenai 3M Plus Penyuluhan mengenai 3M Plus adalah penyuluhan kesehatan yang berfokus pada pencegahan dan pengendalian DBD. Literatur menyebutkan bahwa Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan dengan tujuan tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Hadi, 2012). Dalam upaya pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus penyuluhan memegang peranan penting dalam sosialisasi kepada masyarakat bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2012) yang menunjukan Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, terjadi peningkatan perilaku siswa terutama pada kognitif dan afektif sebagian besar menjadi baik, namun pada psikomotor masih setengah dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan untuk melakukan pencegahan demam berdarah. Tujuan akhir penyuluhan kesehatan masyarakat adalah terjadinya perubahan perilaku sasaran. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap maupun tindakan atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut. Agar kegiatan

20 75 penyuluhan dapat mencapai hasil maksimal, maka metode dan teknik penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar pula (Kementrian Kesehatan RI, 2011) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) oleh kader Jumantik Kader jumantik merupakan kelompok kerja kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang ada di desa atau kelurahan. Jumantik adalah petugas yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela bertanggung jawab dalam melakukan pemantauan jentik di rumah warga, serta melaporkan hasil yang di dapatkan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Menurut pandangan para informan terpilih, kinerja kader jumantik perlu ditingkatkan lagi dalam melakukan pemantauan jentik di lingkungan rumah warga. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa peran kader jumantik dalam menanggulangi DBD antara lain sebagai anggota Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di di rumah-rumah dan tempat-tempat umum; memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat; mencatat dan melaporkan hasil PJB kepada dusun atau puskesmas secara rutin minimal mingguan dan bulanan; melakuan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti pemberian bubuk abate dan ikan pemakan jentik (Pratamawati, 2014). Perlunya peningkatan mutu para kader jumantik bukan tanpa alasan, bersesuaian dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini DBD. Keaktifan kader jumantik dalam memantau lingkungannya merupakan langkah penting untuk

21 76 mencegah meningkatnya angka kasus DBD (Pratamawati, 2014). Oleh karna itu, diperlukan keaktifan jumantik dalam menjalankan tugasnya guna mengendalikan dan menurunkan angka kejadia DBD di wilayah kerja Puskesmas Sungai Jingah POKJANAL DBD Pembentukan kelompok kerja operasional (POKJANAL) DBD telah di tapkan sebagai Program Nasional Penanggulangan DBD oleh Kementrian Kesehatan RI melalui Kepmenkes No yang terdiri dari 8 pokok program meliputi: surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB; pemberantasan vektor, penatalaksanaan kasus, penyuluhan, kemitraan dalam wadah kelompok kerja operasional (POKJANAL) DBD, peran serta masyarakat: juru pemantau jentik (jumantik), pelatihan, dan penelitian (Pratamawati, 2012). Hasil penelitian ini yang di dapat dari para informan terpilih menunjukan bahwa tidak terdapat kelompok kerja operasional (POKJANAL) DBD di wlayah kerja Puskesmas Sungai Jingah yang seharusnya dimiliki dan telah diatur pembentukannya dalam KEPMENDAGRI No. 31-VI 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim Pembina LKMD Tingkat Pusat (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Hal ini sangat disayangkan mengingat tugas penting POKJANAL DBD yang telah diatur oleh Kementrian Kesehatan RI sebagai berikut: 1) Menyiapkan data dan

22 77 informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan; 2) Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi Pokja DBD/POKJANAL DBD; 3) Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah; 4) Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program; 5) Menginformasikan masalah yang dihadapi kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah; 6) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/daerah pada tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurangkurangnya setiap 3 bulan (Kementrian Kesehatan RI, 2011) Aspek Output (Keluaran) Partisipasi kepala keluarga dalam Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Partisipasi dalam melakukan pencegahan DBD sangat penting dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes yang merupakan vektor yang menyebabkan DBD, terutama pada daerah perkotaan yang padat penduduk, karna nyamuk Aedes akan lebih mudah menyebarkan virus dari satu orang ke orang lainnya. Hal ini sejalan dengan literatur yang menyebutkan bahwa di daerah perkotaan penyakit DBD penyebarannya lebih cepat daripada daerah pedesaan, karena kepadatan penduduk lebih tinggi, sehingga jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat dekat. Nyamuk Ae. aegypti yang bersifat domestik, yang memiliki jarak terbang sejauh 100 meter, lebih mudah

23 78 menyebarkan virus dengue dari satu ke orang lainnya. Mobilitas penduduk yang sangat tinggi di kota lebih mempercepat penularan penyakit (Soedarto, 2012). Dari hasil wawancara mendalam kepada informan dapat disimpulkan bahwa partisipasi kepala keluarga masih harus ditingkatkan untuk mencegah perkembangan nyamuk DBD, karna dengan meningkatnya partisipasi kepaka keluarga maka akan diiringi dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi dalam pencegahan DBD oleh angguta keluarga yang lain. Hal ini sejalan dengan literatur yang menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat adalah suatu proses yang melibatkan setiap individu, keluarga, dan masyarakat dalam perencanaan dan pemberantasan vektor di rumahnya (Mumpuni & Lestari, 2015). Partisipasi masyarakat akan menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat secara aktif berkontribusi dalam pembangunan (Departemen Kesehatan RI, 2005 dalam Mumpuni & Lestari, 2015) Gotong-royong Gotong-royong yang yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah suatu tindakan kerjasama yang dilakukan masyarakat di wilayah kerja Puskesman Sungai Jingah Banjarmasin secara suka rela dalam rangka menjaga kebersihan dan penatalaksanaan lingkungan agar terhindar dari jentik nyamuk yang berkembangbiak pada sampah padat yang ada di lingkungan sekitar. Dari hasil yang di dapat melalui wawancara menunjukan bahwa untuk melakukan gotong-royong di perkotaan sangatlah sulit dikarenakan kesibukan masing-masing yang dimiliki warganya. Padahal pengendalian DBD dapat

24 79 dilakukan dengan pengendalian vektor salah satunya pengendalian lingkungan dengan gotong-royong. Untuk meningkatkan motivasi warga dalam pemberantasan jentik, Puskesmas mengadakan lomba bebas jentik dan ketua RT yang mengatur jadwal untuk pelaksanaan gotong royong. Lingkungan RT yang menang akan memdapatkan kenang kenangan untuk lingkungan terebut dan yang kalah atau yang banyak jentiknya akan mensapat sangsi, karna jika tidak diberikan sangsi maka masyarakat akan lalai dan tidak memperhatikan jentik nyamuk yang ada di lingkungannya. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil yang di dapat oleh Anggorowati & Sarmini (2015) pada penerapan gotong royong yang ada di Desa Balun juga tidak terlepas dari adanya upaya yang dilakukan pemerintah desa dalam mempertahankannya. Upaya tersebut yaitu melalui kebijakan desa seperti keplek dan denda. Dalam upaya tersebut terkandung unsur paksaan yaitu seperti penerapan denda dan adanya keplek. Sehingga pelaksaan gotong royong royong saat ini tidak lagi hanya secara sukarela namun juga terdapat unsur paksaan di dalamnya. 4.5 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dapat menimbulkan bias informasi yaitu berupa informan tidak dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang diajukan karna informan harus mengingat kembali pengetahuan atau hal lain yang sudah lampau Mayoritas informan kurang familiar dengan metode pengumpulan data yang berupa wawancara dan wawancara tersebut harus direkam

25 80 menggunakan recorder sehingga calon informan terpilih merasa malu dan tidak bersedia dilakukan wawancara sehingga harus mencari informan lain yang bersedia. 4.6 Implikasi Hasil Penelitian Profesi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan keperawatan dan dapat menambah keberagaman pengetahuan dan informasi dalam bidang keperawatan Kepala keluarga (Masyarakat) Hasil penelitian ini dapat menjadi media pembelajaran bagi kepala keluarga (masyarakat) mengenai cara melakukan pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi penelitian yang lain mengenai partisipasi kepala keluarga dalam pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus Puskesmas Penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan pembekalan untuk puskesmas mengenai gambaran partisipasi kepala keluarga dalam pencegahan DBD menggunakan metode 3M Plus.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI

Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI Lampiran 1 LEMBAR OBSERVASI PARTISIPASI KEPALA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DBD DENGAN MENGGUNAKAN METODE 3M PLUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH TAHUN 2017. A. Identitas Responden Nama : Alamat

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 157 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan metode COMBI di laksanakan untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru dengan

Lebih terperinci

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Denge (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus. Penyakit ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama jumlah penderita DBD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu Penelitian ini mengambil lokasi di Padukuhan VI Sonosewu pada bulan Mei Agustus 2017. Padukuhan VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat 129 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA 1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

Lebih terperinci

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat rohani juga

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 2,5 milyar manusia yang merupakan 2/5 dari penduduk dunia mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya sekitar 50 sampai 100 juta penderita

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di seluruh Indonesia, serta sering menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

Lebih terperinci

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 44-48 44 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP,TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR TAHUN 2011

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Demam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakit

Lebih terperinci

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5.1. PENDAHULUAN Sebagian besar perkotaan di Indonesia merupakan wilayah endemik

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI, Menimbang :a. bahwa Demam Berdarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang sehingga mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa keadaan lokasi penelitian sebagai berikut: 4.1.1Gambaran Umum a. Keadaan Geografi Puskesmas Telaga Biru adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Setiap wilayah yang terdapat nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring bertambahnya waktu maka semakin meningkat juga jumlah penduduk di Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia telah mencapai sekitar 200 juta lebih. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e)

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e) PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Muammar Faiz Naufal Wibawa (Prodi Kesehatan Lingkungan Magetan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Tuhu Pinardi

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) sebagai organisasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah dalam bidang kesehatan. Tugas

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Wulan Sari a dan Tri Puji Kurniawan b a Prodi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk penyakit utama pada negara tropis dan subtropis. DBD terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin Datangnya hujan setelah lama kemarau, tentu menjadi anugerah tersendiri bagi berbagai lapisan masyarakat. Udara yang sebelumnya panas

Lebih terperinci

SUMMARY HASNI YUNUS

SUMMARY HASNI YUNUS SUMMARY HUBUNGAN KEGIATAN SURVEY JENTIK SEBELUM DAN SETELAH ABATESASI TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK DI KELURAHAN BOLIHUANGGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 HASNI YUNUS 811409153 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 108-117 ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG *), Sudiro **), Lucia Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan terhadap perubahan dan penyesuaian paradigma dan praktek

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan terhadap perubahan dan penyesuaian paradigma dan praktek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi melahirkan berbagai tuntutan baru masyarakat dan lingkungan terhadap perubahan dan penyesuaian paradigma dan praktek administrasi negara dan pembangunan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN I PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR KOTA TANJUNG BALAI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia. LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Nik Arif Ridhwan Bin Azemi Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia. Agama : Islam Alamat : I-78, Rumah Awam Kos Rendah Bukit Kuang 2, 24000,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha

UMUM 1. Nama:.. 2. Tanggal Lahir:. 3. Jenis Kelamin: Laki-laki/Perempuan 4. Kelas: 5. Sekolah: SDN Cibogo. Universitas Kristen Maranatha 64 GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU SISWA-SISWI KELAS LIMA DAN ENAM TERHADAP PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI SDN CIBOGO KELURAHAN SUKAWARNA KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. iklim tropis ini hanya memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan juga musim kemarau. Disaat pergantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I 0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK USIA SD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia 32 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Data Umum 4.1.1 Geografi Rukun warga (RW) 03 kelurahan Paseban merupakan salah satu rukun warga di wilayah Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Kotamadya Jakarta Pusat dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI DAEAAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG KESIAPSIAGAAN PENINGKATAN.KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) GUBERNUR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Laladon dan data kependudukan dari Kantor Desa Laladon Kabupaten Bogor. 5 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data diperoleh dari data primer melaui kuisioner yang berisikan daftar pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :...

KUESOINER KECAMATAN :... NAMA SEKOLAH : SD... ALAMAT SEKOLAH :... WILAYAH PUSKESMAS :... TGL. SURVEY :... PETUGAS :... 235 Lampiran 1. KUESOINER EFEKTIFITAS MEDIA KARTU BERGAMBAR DAN LEAFLET PADA PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER KECIL DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN HELVETIA

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR 1 WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA) Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA) UNIT :... NAMA SISTEM INFORMASI :... Petunjuk Wawancara: 1. Ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya diwawancarai.

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah terinfeksi salah satu dari empat subtipe virus dengue (Sulehri, et al.,

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci