BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi baik perusahaan maupun instansi dalam melakukan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi baik perusahaan maupun instansi dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Bagaimanapun lengkap dan canggihnya sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki oleh suatu perusahaan, tidaklah menjadi jaminan bagi perusahaan tersebut untuk mencapai suatu keberhasilan. Jaminan untuk dapat berhasil, lebih banyak ditentukan oleh sumber daya manusia yang mengelola, mengendalikan dan mendayagunakan sumber daya non-manusia yang dimiliki. Oleh karena itu masalah karyawan merupakan hal yang paling penting, jadi mempertahakan kondisi karyawan merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh setiap perusahaan. Setiap perusahaan harus memperhatihan keselamatan dan kesehatan kerja, karena kesehatan dan keselamatan kerja tidak saja mutlak bagi para pekerja tetapi juga penting bagi perusahaan untuk menekan jumlah kecelakaan kerja. Oleh karena itu perusahaan harus menerapkan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dalam sistem manajemen pada setiap tempat kerja.

2 Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. Tahun 2000 terjadi kasus, tahun 2001 terjadi kasus, tahun 2002 terjadi kasus, tahun 2003 terjadi kasus, tahun 2004 terjadi kasus, tahun 2005 terjadi kasus, tahun 2006 terjadi kasus, dan semester pertama 2007 terjadi sebanyak kasus. ( co.id/berita) Laporan Global Estimates Fatalities in 2002 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sebanyak pekerjaan di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka setiap hari akibat kecelakaan, luka-luka, serta berbagai penyakit ditempat kerja. Selain itu, setiap tahun tercatat sekitar kematian terjadi akibat zatzat berbahaya di tempat kerja. Jumlah ini merupakan bagian dari sekitar dua juta kecelakaan kerja dan 160 juta penyakit yang dialami akibat kerja contoh lain di Indonesia, di wilayah Kantor Wilayah (Kanwil) VI PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang mencakup provinsi Jatim, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan selama tahun 2002 terjadi kasus kecelakaan kerja. Menurut data Jamsostek, selama Januari- September 2003 terdapat kecelakaan kerja dan 9,97 persen atau tenaga kerja diantaranya cacat. Bahkan, dari kasus kecelakaan kerja itu, 71 kasus cacat total tetap dan orang meninggal dunia. Jika rata-rata, setiap hari di Indonesia terjadi 451 kasus kecelakaan kerja, dengan 44 orang korban di antaranya mengalami cacat.

3 Keselamatan dan kesehatan kerja telah dijadikan standar tersendiri pada lembaga-lembaga pemerintah, yaitu dalam peraturan ketenagakerjaan yang dicantumkan dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/Men/1996. Dalam Bab I pasal 1 menyebutkan bahwa; Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembang, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna teciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan suatu system keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Dan Bab III pasal 3 menyebutkan juga bahwa : Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

4 Dalam operasional kerja suatu industri, khususnya industri berat, tentunya mengandung potensi bahaya yang sangat tinggi (hazard). Kecelakaan, penyakit dan cedera dapat mengganggu jalannya suatu pekerjaan, mengganggu rutinitas dan ada akhirnya akan menimbulkan biaya tambahan dan kerugian lainnya. Dalam era globalisasi ini, dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi dunia industri. Namun pemanfaatan teknologi dalam proses industri mengandung berbagai risiko, seperti kemungkinan kecelakaan. Diduga, bahwa terjadi lebih dari 15 juta kecelakaan di seluruh dunia setiap tahunnya. Laporan tahunan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2002, yang diterbitkan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menunjukkan bahwa sektor usaha bangunan atau konstruksi menduduki peringkat ke-4 yang mempunyai kasus kecelakaan tertinggi (5,67%). Data tersebut diperoleh dari data kecelakaan dari tahun 1995 sampai dengan 1999 dengan jumlah kecelakaan kerja kasus dengan nilai kerugian Rp 340 Milyar dan pembayaran santunan dan ganti rugi sebesar kurang lebih Rp 329 Milyar lebih. Kemudian menurut data Depnakertrans, sepanjang tahun 2009, terdapat unit Satgas K3, 440 Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3), 5 perusahaan Badan Audit K3, perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dan sebanyak perusahaan yang nihil kecelakaan kerjanya. ( 2009)

5 Selanjutnya, berdasarkan laporan PT Jamsostek dari 2000 sampai 2008, angka kecelakaan berfluktuasi. Secara umum angka cenderung naik turun, seperti pada tahun 2000 terjadi kasus, tahun 2001 terjadi kasus, tahun 2002 terjadi kasus, tahun 2003 terjadi kasus, tahun 2004 terjadi kasus, tahun 2005 terjadi kasus, tahun 2006 terjadi kasus, tahun 2007 terjadi kasus, dan hingga data November 2008, kasus kecelakaan kerja tercatat kasus atau turun sebesar 55,82 persen dari tahun 2007 (Anshori, 2008). Fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan saat ini tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), bahwa perusahaan telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebanyak perusahaan yang nihil kecelakaan kerjanya, dalam hal ini salah satunya PT. Ultrajaya yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri susu dan keju sekarang memiliki karyawan yang cukup banyak. Proses produksi di PT. Ultrajaya mengandung potensi bahaya kecelakaan yang disebabkan oleh ketidakdisiplinan operator menggunakan perlengkapan perlindungan diri yang telah disediakan oleh perusahaan seperti sarung tangan dan lain-lain. Selain itu lingkungan kerja yang cukup bising dapat mengganggu konsentrasi operator dalam bekerja sehingga dapat meninbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang sering terjadi yaitu di bagian mixing seperti terjepit pintu, luka sayat dan luka memar. Untuk menggurangi kecelakaan kerja maka perusahaan telah memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi perusahaan.

6 Dengan adanya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini diharapkan karyawan akan merasa aman terlindungi dan terjamin keselamatannya sehingga diharapkan dapat mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja. Mengingat sangat pentingnya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini, maka peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul : Analisis Penerapan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) pada PT. Ultrajaya Milk Industry And Trading Company, Tbk Identifikasi Masalah Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja di PT. Ultrajaya? 2. Masalah apa yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja? 3. Bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja dengan menggunakan Seven Tools? 1.3 Pembatasan Masalah Adapun pembatas masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dibatasi pada kecelakaan yang terjadi pada tahun akibat kerja di perusahaan.

7 2. Data yang diambil untuk penelitian ini dibatasi pada kecelakaan kerja yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun Analisa jenis dan penyebab kecelakaan menggunakan Cause and Effect Diagram, Check Sheet dan Histrogram. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan analisis dalam meneliti sejauh mana perusahaan menerapkan Analisis Jenis dan Penyebab Kecelakaan Kerja dengan menggunakan Seven Tools, yang akan digunakan dalam menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Bisnis dan Manajemen, Program Studi Manajemen, Universitas Widyatama Bandung. Tujuan yang dilakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Ultrajaya. 2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Untuk mengetahui solusi dari masalah yang dihadapi perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menggunakan Seven Tools.

8 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan a. Memberikan usulan perbaikan terhadap sistem keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Ultrajaya b. Menjadi salah satu pertimbangan oleh pihak manajerial dalam mengambil keputusan 2. Bagi Penulis a. Menerapkan pengetahuan (tentang keselamatan kerja) yang dimiliki terhadap kenyataan dilapangan. b. Membangun penulis belajar melatih pribadi dalam berpikir logis, terstruktur, dan sistematis. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan bagi pengembangan SMK3 khususnya pada pencegahan dan pengendalian risiko kecelakaan. 1.6 Kerangka Pemikiran Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapai diantaranya adalah memperoleh laba semaksimal mungkin dengan cara menekan biaya kecelakaan kerja dan berusaha untuk memuaskan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut maka berbagai aspek yang ada didalam suatu perusahaan sangat penting.

9 Aspek sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan dituntut untuk memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya manusia yang digunakan (input). Menurut Lembaga Internasional Labour Internasional (ILO), menyatakan bahwa : Production are produced as a result integration of four mayor demands, capital, labour, end organization. Penulis mengartikan : Produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi yang dihasilkan. Sedangkan menurut Lembaga European Productivity Agency (EPA) menyatakan bahwa : Productivity as the degree of the effective utilization of each productivity element Penulis mengartikan : Produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas. Manajemen mutu merupakan bagian dari ilmu manajemen operasional yang membahas sisi mutu dari setiap kegiatan operasi perusahaan dari berbagai sudut pandang. Perhatian penuh kepada mutu akan memberikan dampak positif dari nilai tambah bagi perusahaan. Kondisi ini menimbulkan kecenderungan akan pentingnya corporate image atau citra perusahaan. Khusus pada mutu pengelolaan

10 aspek keselamatan kerja, diperlukan komitmen yang tinggi dari perusahaan sebagai langkah awal penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Rekayasa teknologi keselamatan kerja diterapkan sejak tahap perencanaan, perancangan, kontruksi dan operasi hingga pasca operasi untuk memperbaiki kelemahan sistem dalam mendukung kehandalan operasi. Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui arti dan maksud dari beberapa istilah di atas. Menurut ISO 8402 (Quality Vocabulary) apabila diterjemahkan adalah : Semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimpletasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan mutu (quality planning), pengendalian mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan mutu (quality improvement). Tanggung jawab untuk manajemen ada pada semua level manajemen tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Begitu pula dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi tanggug jawab departemen operasi yang dikendalikan oleh pimpinan perusahaan. Mengenai keselamatan kerja, definisi dari Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja itu sendiri menurut Gempur Santoso (2004;15) adalah : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.

11 SMK3 tidak akan begitu saja dapat meningkatkan produktivitas tetapi pada perakteknya perlu memperhatikan berbagai aspek salah satunya yaitu bahwa SMK3 ini perlu dilaksanakan secara profesional. Menurut M.S. Hidayat (2006;368), menyebutkan bahwa pengertian professional sebagai berikut : Yang menguasai dan menjalankan profesi tertentu dengan penuh tanggung jawab dengan memiliki kejujuran pola prilaku yang menjungjung etika dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat termasuk professional antara lain : guru, tim pengacara, ahli keselamatan dan kesehatan kerja, akuntan, aktris dan olahragawan. Hidayat, M.S. (2006), Kamus Hubungan Industrial dan Manajemen Dumber Daya Manusia, bahwa : Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), terdapat beberapa masalah yang pada umumnya dihadapi oleh perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Adanya beberapa pekerja yang tidak memahami kebijaksanaan keselamatan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. 2. Adanya pekerja yang tidak memahami prosedur kerja. 3. Adanya faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab kecelakaan kerja. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapkan oleh perusahaan tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya pengendalian. Pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan upaya untuk memantau aktivitas dan mematikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan.

12 merupakan : Menurut Sofjan Assauri (2004;25) pengandalian dan pengawasan Kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar perilaku produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan produksi yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksikan, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Upaya pengendalian dalam penerapan SMK3, dapat dilakukan melalui kegiatan audit lapangan. Audit lapangan adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk menentukan sesuatu kegiatan dan hasi-hasil yang berkaitan sesuai dengan pertanyaan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan. Kegiatan pengendalian dalam penerapan SMK 3 yang dilakukan oleh perusahaan, bertujuan agar keselamatan para pekerja dapat terjamin. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mengajukan hipotesis, yaitu : Jika penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan maka akan tercapai efektivitas yang sangat tinggi dalam mengurangi dan mengendalikan risiko bahaya kecelakaan kerja dan bahaya lain yang dapat merugikan seluruh pihak.

13 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran PERUSAHAAN 6 M Man Machine Method Material Money Mother MANAJEMEN MUTU Feed back MAN POAC PENERAPAN SISTEM MANAJEMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SEVEN TOOLS KEPUASAN PELANGGAN JAMINAN MUTU - PEKERJA PERUSAHAAN - PEKERJA MITRA (Sumber: Penulis, 2010)

14 1.7 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2003;54) pengertian mengenai metode deskriptif yaitu: Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, penelitian deskriptif yang dilakukan terbagi atas: 1. Penelitian lapangan merupan suatu penelitian untuk dapat memperoleh data dari perusahaan dengan cara a. Wawancara, yaitu berkomunikasi secara langsung terhadap pihak-pihak yang diperlukan keteranganya untuk mencari data b. Observasi, yaitu mengunjungi secara langsung perusahan dan objek yang diteliti 2. Studi pustaka merupakan suatu penelitian dengan cara mempelajari literaturliteratur, buku-buku, dan sumber lainnya seperti majalah, jurnal, internet, dan Koran yang berhubungan dengan penelitian. 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan penelitian pada PT. Ultrajaya yang berlokasi di Jalan Raya Cimareme 131, Padalarang 40552, Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama bulan September-Oktober 2010.