BAB I PENDAHULUAN. 1 V. Amelia, Hak-Hak Anak Dalam UU Perlindungan Anak dan UN Convensions on The

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1 V. Amelia, Hak-Hak Anak Dalam UU Perlindungan Anak dan UN Convensions on The"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kekerasan terhadap anak bukan merupakan kasus yang baru di berbagai negara. Ketidakberdayaan anak-anak menjadi salah satu pemicu mereka sering mendapat perlakuan kasar dari mulai orang tua, tetangga, keluarga, hingga teman sebaya. Fakta ini yang antara lain menjadi penyebab disepakatinya Konvensi Hak Anak oleh negara-negara di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun Kekerasan terhadap anak yang begitu tinggi di Indonesia telah menarik pemerintah untuk berkomitmen mengurangi angka kekerasan tersebut. Berbagai organisasi internasional hadir untuk melindungi dan menjamin kehidupan anak-anak; mereka bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memberantas kekerasan terhadap anak. United Nations Children s Fund (UNICEF) adalah salah satu organisasi tersebut, yang bertujuan menjamin hak asasi dan kesejahteraan anak-anak. Dalam menjalankan program-programnya UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, dengan harapan program-program tersebut bisa diimplementasikan dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah sehingga nantinya dapat mencapai hasil yang maksimal dalam rangka memberantas kekerasan terhadap anak-anak. Namun demikian, berbagai program, kerja sama, dan aturan hukum yang dibuat oleh UNICEF dengan Indonesia ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan. Angka kekerasan terhadap anak di Indonesia tetap terus meningkat tiap tahunnya. Pada awal tahun 2011 angka kekerasan terhadap 1 V. Amelia, Hak-Hak Anak Dalam UU Perlindungan Anak dan UN Convensions on The Rights of The Child, Scribd.com (daring), 2013, < Hak-Anak-dalam-UU-Perlindungan-Anak-dan-UN-Conventions-on-the-Rights-of-the-Child>, diakses pada 12 Maret

2 anak secara fisik meliputi 94 anak, sementara pada tahun 2014 mencapi 273 anak. Begitu juga kekerasan seksual: pada tahun 2011 berada di angka 216 anak, dan pada tahun 2014 mencapai angka 656 anak. 2 Angka kekerasan yang meningkat tiap tahunnya telah mendorong penulis untuk melihat lebih jauh implementasi program perlindungan anak yang diusung UNICEF. Dalam tesis ini, penulis ingin mengetahui dinamika proses implementasi perlindungan anak untuk menunjukkan sejauh mana program tersebut menemui kendala atau hambatan ketika diimplementasikan di Indonesia. 2. Pertanyaan penelitian Bagaimana program perlindungan anak UNICEF diimplementasikan di Indonesia dalam rangka mengurangi angka kekerasan terhadap anak? 3. Reviu literatur Kajian soal kekerasan terhadap anak pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya, penelitian oleh Irwanto yang berjudul Peran UNICEF Dalam Mengatasi Perdagangan Anak (Children Trafficking) di Indonesia. Irwanto menulis bahwa kasus perdagangan anak semakin meningkat di Indonesia. Terdapat beberapa faktor penyebab perdagangan anak yang dibahas pada penelitian ini, yaitu kemiskinan, pendidikan yang minimal, dan terbatasnya keterampilan. UNICEF sebagai lembaga perlindungan anak merasa perlu untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia guna meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya perdagangan anak. Penilitian Irwanto lebih menekankan pada peran UNICEF dalam menangani perdagangan anak di Indonesia. Ia menggunakan kerangka pemikiran fungsi (role) untuk menjelaskan peran UNICEF sebagai organisasi internasional. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa dalam melakukan penanggulangan kejahatan perdagangan manusia di Indonesia, UNICEF 2 P. Rahayu, <puji.kpai@yahoo.co.id>, No Subject, pribadi kepada V. Dasadwiastaning, <nad28.valentia@gmail.com>, 1 Desember

3 menjalankan fungsi dan perannya seperti halnya sebuah organisasi internasional, yaitu secara normatif, pengawasan dan pelaksanaan peraturan, serta operasional dan informasi. 3 Kemudian, terdapat pula penelitian Putra Yusuf Barus tentang Peran UNICEF Dalam Implementasi Konvensi Hak Anak PBB di Indonesia. Skripsi Putra Barus ini menjelaskan tentang sejarah dan definisi Konvensi Hak Anak menurut PBB serta penerapan konvensi tersebut di Indonesia. Melihat banyak anak mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya, UNICEF sebagai salah satu organisasi internasional yang bergerak di bidang penegakan hak anak menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam penelitian ini Putra Barus melihat UNICEF sebagai fasilitator penerapan Konvensi Hak Anak di Indonesia. Putra Barus menyimpulkan bahwa UNICEF memiliki peran dalam ratifikasi Konvensi Hak Anak di Indonesia. Penelitian ini juga memuat tentang kerja sama UNICEF dan pemerintah Indonesia dalam implementasi Konvensi Hak Anak; struktur, tujuan dan sasasan UNICEF; serta sedikit tentang pandangan UNICEF terhadap anak-anak korban bencana alam. 4 Terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perencanaan di Nigeria yang dibiayai oleh UNICEF dan berkaitan dengan perlindungan terhadap anak dengan judul Promoting Synergies between Child Protection and Social Protection in Nigeria. Dalam penelitian ini, membangun sebuah perlindungan sosial untuk mengurangi resiko kerentanan merupakan sesuatu yang penting, terutama dalam konteks negara berkembang. Walaupun perlindungan terhadap anak merupakan salah satu pilar sektor penting dalam pembangunan Nigeria, namun sangat sulit untuk dijalankan atau diimplementasikan. Kesulitan implementasi program perlindungan terhadap anak ini juga disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia dan 3 Irwanto, Peran UNICEF Dalam Mengatasi Perdagangan Anak (Children Trafficking) di Indonesia, Digital Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (daring), 2011, < t19726.pdf>, diakses pada 17 Februari P.Y. Barus, Peran UNICEF Dalam Implementasi Konvensi Hak Anak PBB di Indonesia, Universitas Sumatra Utara (daring), 2009, < diakses pada 17 Februari

4 keuangan. Dikatakan juga bahwa perlindungan terhadap anak hanya mencakup kebutuhan akan perlindungan yang spesifik, yang menyebabkan sering tumpang tindihnya antara perlindungan sosial dengan perlindungan terhadap anak. Diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk mensinergikan kedua hal tersebut agar bisa diimplementasikan dengan baik. Di dalam penelitian ini juga ditulis bahwa salah satu penyebab kekerasan adalah keadaan sosial dan ekonomi yang memang harus diselesaikan dengan tuntas. 5 Penelitian ini membantu penulis untuk mengidentifikasi bahwa agar perlindungan terhadap anak bisa berjalan dengan baik, perlu juga melihat perlindungan sosial yang berjalan di suatu negara, terutama negara berkembang. Lingkup sosial juga bisa mempengaruhi tindak kekerasan terhadap anak. UNICEF menerbitkan sebuah buku yang berkaitan dengan perlindungan terhadap anak dengan judul Standar Minimum Perlindungan Anak Dalam Aksi Kemanusiaan. Walaupun buku ini lebih banyak menekankan pada perlindungan anak di lingkup yang berkaitan dengan bencana maupun pengungsi, tetapi ia juga memaparkan secara garis besar standar minimum perlindungan terhadap anak. Buku ini menegaskan bahwa perlindungan terhadap anak dari kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran adalah prioritas utama bagi semua orang. Para pelaksana program perlindungan anak harus melakukan berbagai usaha dengan cepat, terencana, dan efektif, serta perlu mengukur apakah usaha tersebut berhasil menjangkau anak dan melindungi mereka dengan baik. Mengacu pada Minimum Standards for Child Protection in Humanitarian Action yang diterbitkan secara global pada tahun 2012, standar dalam buku ini menjadi acuan dalam melakukan perlindungan terhadap anak dari berbagai tindak kekerasan. Buku ini juga membantu pemerintah untuk memberi respon secara efektif dalam menerapkan perlindungan terhadap anak. Terdapat juga indikator-indikator aksi dan hasil yang digunakan untuk 5 N. Jones, E. Presler-Marshall, N. Cooke & B. Akinrimisi, Promoting Synergies between Child Protection and Social Protection in Nigeria, Overseas Development Institute, London, 2012, pp

5 mengukur keberhasilan perlindungan anak. Setiap standar dilengkapi dengan aksi kunci, pengukuran (termasuk indikator dan target), dan catatan panduan. Standar dalam buku ini juga ditujukan untuk membantu para aktor yang terlibat dalam mengimplementasikan perlindungan anak. 6 Terdapat pula buku dengan judul Ethical Principles, Dilemmas and Risks in Collecting Data on Violence Againts Children. Di dalamnya terdapat beberapa kode etik penerapan perlindungan terhadap anak untuk melawan kekerasan terhadap anak. Panduan dalam buku inni juga bisa digunakan untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan saat pengumpulan data kekerasan. Fokus pada buku ini ialah pada kode etik terkait dengan pengumpulan data pada tindak kekerasan terhadap anak. Dijelaskan juga pada buku ini risiko yang mungkin terjadi apabila pengambilan data dengan menggunakan korban sebagai narasumber serta bagaimana memberikan informasi yang benar kepada anak maupun orangtua terkait kasus kekerasan terhadap anak. Penulis bisa menggunakan buku ini sebagai acuan dalam pengambilan data peenelitian agar sesuai dengan kode etik yang disarankan. Terakhir adalah penelitian yang ditulis oleh Suradi dengan judul Problema dan Solusi Strategis Kekerasan terhadap Anak dan diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini memaparkan tentang kekerasan anak di Indonesia yang meningkat tiap tahunnya. Kekerasan pada anak terjadi tidak hanya di perkotaan, namun juga di pedesaan. Menurut penelitian ini, terdapat dua hal yang menyebabkan meningkatnya angka kekerasan pada anak, yaitu faktor kemiskinan dan faktor sosial. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan sosial anak tidak mampu menjamin hak-hak anak. Untuk itu, diperlukan solusi strategis serta pengembangan kebijakan terkait perlakuan kekerasan terhadap anak. Dipaparkan pula oleh Suradi pengertian dari kekerasan terhadap anak dan kategorinya berdasarkan undang-undang yang berlaku serta data-data tabel mengenai pelaku dan jenis kekerasan. Dalam penelitian ini Suradi 6 Child Protection Working Group, Minimum Standards for Child Protection In Humanitarian Action, UNICEF, New York, 2012, pp

6 menggunakan intervensi sosial, yaitu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana oleh pekerja sosial. Simpulan penelitiannya adalah bahwa kekerasan terhadap anak terus meningkat dan perlu tindakan bersama, baik itu dari pemerintah maupun semua unsur masyarakat. Selain itu, perlu juga memasukkan unsur perlindungan anak ke dalam pengajaran dan pendidikan agar mampu dipahami dan dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. 7 Keenam literatur di atas membahas perlindungan terhadap anak serta tindak kekerasan atas mereka dari sudut pandang yang berbeda. Tulisan Irwanto dan Putra Barus akan dijadikan acuan penulis untuk melihat peran UNICEF serta implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia. Penelitian Suradi akan digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data kekerasan terhadap anak di Indonesia serta memahami aspek-aspek yang dapat meningkatkan kekerasan terhadap anak dan apa saja yang termasuk dalam kategori kekerasan terhadap anak. Hasil penelitian di Nigeria dapat memberikan masukan tentang kendala implementasi perlindungan terhadap anak di negara berkembang. Sedangkan buku yang dikeluarkan oleh UNICEF akan digunakan untuk melihat mengapa perlindungan terhadap anak harus mempunyai standar; ia dapat membantu penulis untuk memahami standar perlindungan anak dalam lingkup aksi kemanusiaan. Terakhir, buku mengenai kode etik penelitian data akan penting maknanya bagi pengambilan data terkait dengan kekerasan terhadap anak. 4. Kerangka teoritik/konseptual Perlindungan terhadap anak Terdapat beberapa definisi konsep perlindungan terhadap anak. Menurut Save The Children, salah satu organisasi internasional yang berfokus pada perlindungan dan kesejahteraan anak, The goal of child protection is to promote, protect and fulfil children s rights to protection from abuse, neglect, 7 Suradi, Problema dan Solusi Strategis Kekerasan terhadap Anak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (daring), 12 Desember 2013, < 4587c f62cc5a351afd2a3dfb3.pdf>, diakses pada 8 April

7 exploitation and violence as expressed in the UN Convention on the Rights of the Child and other human rights, humanitarian and refugee treaties and conventions, as well as national laws. Disebutkan pula bahwa Child protection work aims to prevent, respond to, and resolve the abuse, neglect, exploitation and violence experienced by children in all settings. It is a specialist sector in its own right but of necessity works very closely with other sectors. 8 Sementara itu, menurut standar minimum aksi humaniter, Child Protection is the prevention of and response to abuse, neglect, exploitation and violent againts children. 9 Kemudian, disebutkan dalam buku manual UNICEF, bahwa perlindungan anak adalah A broad term to describe philosophies, policies, standards, guidelines and procedures to protect children from both intentional and unintentional harm. In the current context, it applies particularly to the duty of organisations and individuals associated with those organisations towards children in their care. 10 Dari definisi-defininsi di atas penulis menyimpulkan bahwa perlindungan terhadap anak merupakan suatu kebijakan atau program yang bertujuan untuk melindungi anak dari segala bentuk tindak kekerasan yang bertentangan dengan standar internasional maupun Konvensi Hak Anak. Konvensi hak anak terbentuk pada tahun 1989 diadopsi oleh Sidang Majelis Umum dan wajib dipatuhi oleh Negara-negara yang meratifikasi Konvensi tersebut. 11 Perlindungan anak berlaku bagi anak-anak dan sudah ditentukan juga kategori anak yang mendapat perlindungan. Pasal 1 Konvensi Hak Anak menyatakan bahwa seorang anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali di bawah undanguandang yang berlaku bagi anak usia dewasa dicapai lebih awal. Instrumen 8 Save The Children and Child Protection, Save the Children (daring), < on_20071.pdf>, diakses pada 5 Januari Child Protection Working Group, p E. Jackson, Child Protection Policies and Procedures Toolkit, UNICEF (daring), 2005, < diakses pada 17 Februari Inter-Parliamentary Union & UNICEF, Hak Anak Atas Perlindungan, Inter-Parliamentary Union, Swiss, 2004, p. 5. 7

8 lainnya juga menggunakan batasan 18 tahun untuk menentukan kapan seseorang kehilangan haknya atas perlindungan khusus yang menjadi hak seorang anak. Dalam hal ini, UNICEF juga menggunakan batasan 18 tahun sebagai batas perlindungan bagi setiap anak. 12 Konvensi Hak Anak memiliki 41 pasal mengenai perlindungan akan hak anak. Ke-41 pasal tersebut dapat dirangkum secara singkat ke dalam empat kategori: 1. Survival rights: hak hidup tiap anak serta kebutuhan dasarnya seperti tempat tinggal, kesehatan, nutrisi. 2. Development rights: hak untuk bermain, mendapatkan pendidikan, akses informasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan beragama. 3. Protection rights: perlindungan anak terkait tindak kekerasan, eksploitasi, perlindungan dari sistem hukum, perlindungan tenaga kerja anak, serta rehabilitasi anak akibat tindakan kekerasan dan eksploitasi seksual. 4. Participation rights: kebebasan anak berpendapat dan bersekspresi, serta kebebasan untuk mendorong anak berpartisipasi dalam aktivitas sosial. 13 Pasal 27 konvensi mengakui hak setiap anak atas stadar kehidupan yang memadai bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosialnya. Ditambahkan oleh Komite Hak Anak dalam Prinsip Panduan no. 3 tentang kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan sekolah, segala bentuk hukuman fisik terhadap anak melanggar hak-hak yang diakui oleh konvensi. 14 Tujuan dari perlindungan anak adalah menjamin agar semua pihak ikut serta dalam memenuhi hak anak agar terbebas dari segala bentuk tindak kekerasan maupun eksploitasi. Untuk melindungi dan menjamin hak anak, maka pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 pada tanggal 25 Agustus Setelah meratifikasi, maka Indonesia 12 Inter-Parliamentary Union & UNICEF, p The United Nations Convention on The Rights of the Child, The United Nations Conventions on the Rights of the Child (daring), < diakses pada 8 April Inter-Parliamentary Union & UNICEF, p

9 terikat secara yuridis dan politis dengan ketentuan yang tercantum dalam setiap pasal konvensi tersebut. Sebagai perwujudan komitmen negara, Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 15 Program perlindungan terhadap anak diadopsi oleh UNICEF sebagai langkah untuk melakukan perlindungan terhadap hak anak di berbagai negara. UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk menjamin hak anak di Indonesia agar terbebas dari segala bentuk tindak kekerasan. Berikut ini adalah sistem kerja perlindungan terhadap anak yang digunakan oleh UNICEF saat bekerja sama dengan pemerintah negara di mana ia beroperasi: Gambar 1. Sistem perlindungan terhadap anak UNICEF 16 Gambar di atas menjelaskan secara singkat bahwa aktor yang terlibat dalam perlindungan terhadap anak bergerak dalam situasi yang formal maupun non formal. Ia juga menunjukkan bahwa dalam implementasi program perlindungan terhadap anak perlu dilihat hubungan antara sistem dan aktor 15 Tyas, Penelitian Perlindungan Anak, Pusat Penelitian Gender, Anak, Dan Pelayanan Masyarakat (daring), 28 Januari, < diakses pada 8 April F. Wulczyn, et.al., Adapting A Systems Approach to Child Protection: Key Concepts and Considerations, UNICEF, New York, 2010, p

10 yang terlibat, serta membutuhkan manajemen yang baik, sumberdaya dan infrastruktur yang memadai, laporan dan pengumpulan data. Semua hal itu apabila dijalankan sesuai standar bisa mencapai target yang diinginkan. Human Rights Based Approach and Child Rights Based Approach Human Rights Based Approach merupakan pendekatan yang berbentuk kerangka komponen yang menyatukan hukum hak asasi manusia (HAM) internasional dan nasional sebagai dasar penerapan suatu program yang berkaitan dengan perlindungan HAM. Prinsip HAM menjadi tonggak utama UN pada tahun 1997 tetapi Human Rights Based Approach digunakan pertama kali tahun Human Rights Based Approach lahir sebagai kritik terhadap Needs Based Approach. Dimana Needs Based Approach dianggap hanya memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh setiap orang dan biasanya acuan outcomes-nya adalah kepuasan/ketidakpuasan. Sedangkan Human Rights Based Approach menganggap perlunya memenuhi hak setiap orang karena ketika hak seseorang tidak dihormati akan mengacu pada kekerasan sehingga dalam penerapan Human Rights Based Approach memerlukan intervensi untuk memenuhi hak setiap orang. Intervensi yang dimaksud yaitu pemenuhan HAM menjadi tanggung jawab setiap negara 17. Pendekatan ini digunakan oleh berbagai organisasi untuk mengimplementasikan perlindungan hak asasi manusia. Ia juga merupakan acuan utama HAM sebelum diklasifikasikan lebih terinci, misalnya hak anak yang kemudian menjadi basis Child Rights-Based Approach. 18 Berikut ini adalah bagan navigasi Rights-Based Approach yang digunakan UNICEF sebagai acuan perumusan sistem perlindungan terhadap anak: 17 UNFPA,Human Rights Based Approach, Harvard School of Public Health, Cambridge, 2010, p Child Rights Approach, UNICEF, < diakses pada 8 April

11 Gambar 2. Rights-Based Approach Navigator 19 International and National Human Right System Capability to Comply Recognition of duty to act Authority/Legitimacy to act Guardians of Rights: Human Rights Commisions, etc Process Rights: Non-discrimination Right to Participation Duty-bearers Government & Nongovernmental entities Right-holders All citizens Obligations: Respect Protect Fulfil Capability to Access and Claim Recognition of right Authority/Legitimacy to claim Resources to access and claim Human Right Defenders Human Rights NGOs etc. Penerapan Human Rights Based Approach navigator dalam perlindungan anak di Indonesia mengacu kepada hukum HAM internasional dan Konvensi Hak Anak internasional. Yang menjadi pengemban tugasnya adalah pemerintah pusat maupun daerah, KPPPA ( Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak), KPAI (komisi Perlindungan Anak Indonesia), dan NGO yang terkait dengan perlindungan anak, dalam melaksanakan tugasnya 19 P. Burnell, Evaluating Democracy Support Methods and Experiences, International Institute for Democracy and Electoral Assistance, Stockholm, 2007, p

12 di tingkat nasional, pemerintah maupun NGO dibawah pengawasan Komnasham serta Komnas perlindungan anak. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk memenuhi,menghormati, dan melindungi HAM setiap warganya dengan prinsip non diskriminasi hak untuk berpartisipasi dan akuntabilitas. Dalam melaksanakan tugasnya, pemerintah didukung oleh sumber daya dan hukum, sehingga nantinya diharapkan melalui proses tersebut setiap warganya dapat diakui haknya serta mendapatkan akses untuk melaporkan segala bentuk tindak pelanggaran HAM. Child Rights-Based Approach merupakan pendekatan yang digunakan berdasarkan standar hukum interasional yang bertujuan menjamin hak anak berdasar prinsip persamaan, martabat, keamanan, dan partisipasi. Mengadopsi Child Rights-Based Approach berarti menggunakan Konvensi sebagai kerangka kerja untuk melindungi hak setiap anak. Dalam konteks ini, UNICEF mengacu pada tujuh prinsip utama dalam memperjuangkan hak anak, yaitu dignity; best interest of the child; non-discrimination; life, survival and development; participation; interdependence and indivisibility; tranparency and accountability: 20 Dalam implementasi program perlindungan terhadap anak, UNICEF menggunakan Child Rights- Based Approach sebagai prinsip dalam menjamin hak anak. Prinsip ini kelak dapat digunakan untuk memberi batasan mengenai hak apa saja yang bisa dimiliki oleh anak-anak, sementara untuk program keseluruhannya menggunakan Human Rights-Based Approach. Bantuan luar negeri Bantuan asing merupakan salah satu kebijakan luar negeri yang biasa digunakan dalam hubungan internasional. Bantuan luar negeri merupakan transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain atau dari organisasi ke pemerintah yang bisa berupa jasa maupun dana. Bantuan luar negeri juga dapat diartikan sebagai transfer uang, teknologi ataupun nasehat teknis dari donor ke penerima. Bantuan bisa berupa bantuan teknis proyek, 20 Definition of A Child Rights-Based Approach, UNICEF UK (daring), < diakses pada 8 April

13 pinjaman untuk kepentingan pembangunan (hibah), bantuan pembangunan untuk mengurangi kemiskinan, maupun bantuan kemanusiaan. 21 Menurut Van Dee Veen, bantuan luar negeri memiliki kerangka dan tujuan tertentu. Salah satunya adalah kerangka kemanusiaan, di mana bantuan luar negeri mempunyai tujuan promot[ing] the well-being of the poorest groups worldwide; provide humanitarian relief. 22 Bantuan luar negeri yang diberikan oleh suatu organisasi yang bertugas menjamin hak tiap individu berdasarkan konvensi internasional termasuk dalam bantuan luar negeri dalam lingkup humanitarianisme. Kategori inilah yang digunakan oleh organisasi internasional, termasuk UNICEF. Implementasi bantuan yang berupa program atau proyek seringkali kurang maksimal dalam mencapai hasil yang diharapkan. Ini terjadi karena tumpang tindihnya pemberian bantuan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya di suatu negara. Pemberian bantuan oleh banyak organisasi dalam sektor yang sejenis dapat menyebabkan tumpang tindihnya kebijakan yang ingin dijalankan pada sektor tersebut. Walaupun United Nations mempunyai suatu sistem yang bagus dalam memberikan bantuan di suatu negara, namun tetap saja masih sering tumpang tindih dengan organisasi lokal lainnya maupun dengan kebijakan pemerintah setempat. 23 UNICEF dalam konteks ini memberikan bantuan luar negeri berupa transfer sumber daya, dana dan program untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menegakkan hak anak agar terlepas dari segala bentuk tindak kekerasan. 5. Argumentasi utama Perlindungan anak merupakan program yang digunakan UNICEF untuk membantu Indonesia memberantas tindak kekerasan terhadap anak berdasarkan standar Konvensi Anak Internasional. Selain bantuan program perlindungan 21 K.J. Holsti, International Politics: a Framework for Analysis, Prentice Hall, New Jersey, 1995, p A.M. Van Der Veen, Ideas, Interest and Foreign Aid, Cambrigde University Press, Cambridge, 2011, p R.C. Riddell, Does Foreign Aid Really Work? Oxford University Press, Oxford, 2007, p

14 anak, UNICEF juga memberikan bantuan dana dan sumber daya untuk membantu mencapai hasil yang maksimal dalam menurunkan tingkat kekerasan di Indonesia. Perlindungan anak dijalankan sesuai dengan sistem yang telah dirumuskan oleh UNICEF. Dalam menjalankan sistem tersebut diperlukan kesesuaian dengan sistem serupa yang terlibat dalam kegiatan yang sama agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan. UNICEF menggunakan pendekatan berbasis HAM dan hak anak agar dapat mensinergikan kebijakan yang berlaku dengan mengacu pada hukum HAM dan hak anak yang berlaku di tingkat nasional dan internasional. 6. Metode penelitian Untuk mendapatkan data, di samping melalui studi dokumen yang relevan, penulis juga akan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait, terutama bagian Program Perlindungan Anak UNICEF dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 7. Sistematika penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Setelah Bab Pertama ini, Bab Kedua akan memberikan gambaran mengenai faktor pendorong tindak kekerasan, data maupun kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia. Bab ini juga akan menunjukkan kategori pelaku kekerasan, tindak kekerasan, serta hukum yang berlaku terkait kekerasan tersebut. Di dalam Bab Ketiga, penulis akan menjabarkan tentang program perlindungan kepada anak di Indonesia. Bagaimana program itu diterapkan, termasuk kerja sama antara UNICEF dengan instansi pemerintah atau LSM terkait, akan menjadi inti bahasan bab ini. Sementar itu, pada Bab Keempat penulis akan menganalisis dinamika penerapan perlindungan kepada anak di Indonesia oleh UNICEF, program apa saja yang berhasil diterapkan secara maksimal dan mana yang masih belum berhasil, berikut kendala dan hambatan yang muncul. Tesis akan ditutup dengan Bab Kelima yang berisikan kesimpulan dan inferens yang bisa ditarik dari temuan penelitian. 14

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai anggota keluarga warga negara yang sangat rentan terhadap pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT yang

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA? 48 Konvensi Hak Anak: Suatu Fatamorgana Bagi Anak Indonesia KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA? Endang Ekowarni PENGANTAR Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Eksploitasi seksual komersial anak merupakan sebuah bentuk pelanggaran HAM yang terjadi pada anak. Salah satu contoh eksploitasi seksual komersial anak tersebut adalah perdagangan

Lebih terperinci

Perlindungan Anak Menurut KHA Dan UU No.23 Th.2002

Perlindungan Anak Menurut KHA Dan UU No.23 Th.2002 Perlindungan Anak Menurut KHA Dan UU No.23 Th.2002 3/8/2013 1 Perlindungan Anak Sejak dalam kandungan s/d usia 18 tahun 3/8/2013 2 ANAK-ANAK ITU HASIL KARYA CIPTAAN TUHAN YANG PALING INDAH Lindungilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang masalah Negara mempunyai tugas untuk melindungi segenap warga negaranya, hal itu tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ditambah dengan isi Pancasila pasal

Lebih terperinci

Health and Human Rights Divisi Bioetika dan Medikolegal FK USU WHO Definition of Health Health is a state t of complete physical, mental and social well- being and not merely the absence of disease or

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 29 Januari 2008 Pokok Pembahasan 1. Bagaimana ketentuan hukum

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) Konvensi Hak Anak (KHA) Perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan Hak Anak Istilah yang perlu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA DATA & FAKTA DI INDONESIA Hasil Susenas 2012 mencatat 11,13% perempuan menikah di usia 10-15 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan

Lebih terperinci

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM Mengapa Instrumen Internasional? Anak berhak atas perawatan dan bantuan khusus; Keluarga, sebagai kelompok dasar masyarakat dan lingkungan alamiah

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan di Indonesia 1. Undang-Undang 2.1 Undang-Undang nomor 20 tahun 1999 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Bencana gempa bumi dan Tsunami Aceh pada tahun 2004 merupakan salah satu bencana terbesar yang terjadi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu setiap anak

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI Oleh: Gede Yudha Wedantara T.I.P Astiti Hukum Pidana Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNICEF melihat kondisi yang berkembang terhadap kehidupan anak-anak di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh keluarganya untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember 1984 mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang mennunjukan komitmennya untuk

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN Oleh Michael Anthony Wirasasmita Putu Tuni Cakabawa Landra I Gede Pasek Eka Wisanjaya Program Kekhususan Hukum

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS ATURAN HUKUM MENGENAI PROFESI BIDAN DENGAN GENDER LAKI-LAKI DIKAITKAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Setiap manusia memiliki hak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

Pengantar Prinsip Kemanusiaan

Pengantar Prinsip Kemanusiaan Pengantar Prinsip Kemanusiaan TUJUAN PEMBELAJARAN Mengenal Prinsip-prinsip Kemanusiaan Memahami berbagai jenis standar dan akuntabilitas dalam tanggap darurat Dari Mana Prinsip-prinsip Kemanusiaan Berasal?

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ANAK. Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat

PERLINDUNGAN ANAK. Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat PERLINDUNGAN ANAK Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Agus Riyanto, M.Ed. Editor: Agus Riyanto, M.Ed. Perlindungan Anak, sebuah panduan bagi

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Disusun oleh : NAMA : ELI JOY AMANDOW NRS : 084 MATA KULIAH : HAM PENDIDIKAN KHUSUS KEIMIGRASIAN ANGKATAN II 2013

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT Perlindungan hukum merupakan perlindungan yang diberikan oleh negara terhadap warga negaranya dengan menggunakan sarana hukum atau berlandaskan pada hukum dan aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang semakin nyata. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan,

Lebih terperinci

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM Iman Prihandono, Ph.D Ketua Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum, Universitas Airlangga email: iprihandono@fh.unair.ac.id Bagaimanakah bisnis mempengaruhi

Lebih terperinci

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2013 PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK Hak Asasi Manusia atau yang dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial Ringkasan terjemahan laporan Persons with Disabilities in Indonesia: Empirical Facts and Implications for Social Protection Policies (Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk

Lebih terperinci

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web: Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Meningkatnya pendapatan negara dari sektor pariwisata di Thailand merupakan. menyumbang sebagian besar dari pendapatan nasional negara.

BAB V PENUTUP. Meningkatnya pendapatan negara dari sektor pariwisata di Thailand merupakan. menyumbang sebagian besar dari pendapatan nasional negara. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sejak meningkatnya kejahatan eksploitasi dan komersial anak (ESKA) dari tahun 2002, thailand menjadi pusat perhatian publik internasional. Meningkatnya pendapatan negara dari

Lebih terperinci

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Ucapan Selamat Saya atas nama saya pribadi dan ASEAN Foundation mengucapkan:

Lebih terperinci

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN Penegakan hukum tindak pidana pencabulan terhadap anak berdasarkan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (studi di Pengadilan Negeri Sukoharjo) Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S310907004

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) NAMA : HARLO PONGMERRANTE BIANTONG NRS : 094 PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak hak sebagai manusia

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dengan keberlangsungan perjuangan suatu Negara. Oleh karena pentingnya peran anak ini, di dalam

Lebih terperinci

Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015):

Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015): Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015): Panel 1 Intinya tidak ada pertentangan antara The GP dengan legally binding treaty process,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi di masa yang akan datang serta karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Anak adalah tunas-tunas bangsa yang memiliki peran strategis dalam sistem

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan anak-anak merupakan cerminan kehidupan bangsa dan negara, oleh karena itu kehidupan anak-anak yang diwarnai dengan keceriaan merupakan cermin suatu

Lebih terperinci

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta Ifdhal Kasim

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Children), merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang diamanahkan kepada orang tua untuk dicintai dan dirawat dengan sepenuh hati. Anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United Nations Convention on the Right of the Child), Indonesia terikat secara yuridis dan politis

Lebih terperinci

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan Latar Belakang KLA 1. Definisi dan Tujuan KLA Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa anak yang merupakan tunas dan generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang banyak dialami oleh negara-negara di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah satunya adalah masalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia RISALAH KEBIJAKAN Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia LBH Jakarta November 2015 Tim Penyusun: Alldo Fellix Januardy, Yunita, & Riesqi Rahmadhiansyah RISALAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Grand Angkasa Medan, 2-5 Mei 2011 MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

Lebih terperinci

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST

Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST HUMAN RIGHTS ON SUSTAINABLE BUSINESS Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST J a k a r t a, 1 6 M a r e t 2017 fihrrst.org Improving Sustainable Business Actions: Exploring Alternative Way of Public Private Partnership

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA TENTANG EKSPLOITASI SEKS KOMERSIL DAN PERDAGANGAN ANAK

LEMBAR FAKTA TENTANG EKSPLOITASI SEKS KOMERSIL DAN PERDAGANGAN ANAK LEMBAR FAKTA TENTANG EKSPLOITASI SEKS KOMERSIL DAN PERDAGANGAN ANAK Fakta Angka global : Ada sekitar 1.2 juta anak diperdagangkan setiap tahunnya Kebanyakan (anak-anak laki-laki dan perempuan) diperdagangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II KONVENSI HAK ANAK SEBAGAI HUKUM INTERNASIONAL

BAB II KONVENSI HAK ANAK SEBAGAI HUKUM INTERNASIONAL 15 BAB II KONVENSI HAK ANAK SEBAGAI HUKUM INTERNASIONAL Banyak strategi dan panduan hukum internasional yang konkret disusun dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menolak

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan tiasa harus kita jaga Karena dalam dirinya melekat harkat, martabat,dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web: Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SOSIAL. Perlindungan Anak. Kewajiban. Tanggung Jawab. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 sebagai konstitusi negara, digariskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Negara Hukum. Dengan demikian, segala

Lebih terperinci

Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak. Konvensi Hak Anak. FHUI, Juni 2011

Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak. Konvensi Hak Anak. FHUI, Juni 2011 Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak dalam Konvensi Hak Anak FHUI, Juni 2011 CRC Mandala/Bhutan Chapter Konvensi hak anak/ Conventions on the Rights of The Child (CRC)

Lebih terperinci

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan : Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan Hak Asasi Perempuan Pelarangan diskriminasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGHAPUSAN PERDAGANGAN (TRAFIKING) PEREMPUAN DAN ANAK DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Dalam Perlindungan Anak Korban Lumpur Lapindo dapat disimpulkan

BAB III PENUTUP. Dalam Perlindungan Anak Korban Lumpur Lapindo dapat disimpulkan 54 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mengenai Peranan UNICEF Dalam Perlindungan Anak Korban Lumpur Lapindo dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam hal perindungan hak-hak

Lebih terperinci

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Makalah WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan Yogyakarta, 13-15 November 2007 Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Oleh: Ifdhal Kasim, S.H. (KOMNAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dilahirkan dengan keadaan yang berbeda-beda. Tidak semua orang terlahir dengan keadaan yang sempurna. Beberapa orang terlahir dengan keadaan fisik

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGADUAN (KELUHAN) INDIVIDU BERDASARKAN PERSETUJUAN INTERNASIONAL

PEDOMAN PENGADUAN (KELUHAN) INDIVIDU BERDASARKAN PERSETUJUAN INTERNASIONAL Seri Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PEDOMAN PENGADUAN (KELUHAN) INDIVIDU BERDASARKAN PERSETUJUAN INTERNASIONAL Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri

BAB V KESIMPULAN. human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri BAB V KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kondisi human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri masih banyak terjadi, walaupun dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan 3 kajian pustaka. Penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan 3 kajian pustaka. Penelitian yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan 3 kajian pustaka. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti tersebut berada pada tema yang sama yaitu peran organisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan atas Eksploitasi dan Tindak Kekerasan Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

perkebunan kelapa sawit di Indonesia Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci