TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PEGAWAI BANK BTN. Oleh : M FARIS ABDILLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PEGAWAI BANK BTN. Oleh : M FARIS ABDILLAH"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PEGAWAI BANK BTN Oleh : M FARIS ABDILLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK NAMA : M FARIS ABDILLAH NIM : PROGRAM STUDI JUDUL TUGAS AKHIR Tanggal...Juli 2017 : DIPLOMA III AKUNTANSI : PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP PEGAWAI BANK BTN Dosen Pembimbing Tugas Akhir (Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si. Ak) NIP : Tanggal...Juli 2017 Ketua Prodi Diploma III Akuntansi (Mutia Ismail, SE., MM., Ak.CA) NIP : Tanggal...Juli 2017 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Prof. Dr. Ramli, SE., MS) NIP :

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR NAMA : M FARIS ABDILLAH NIM : PROGRAM STUDI JUDUL TUGAS AKHIR TERHADAP : DIPLOMA III AKUNTANSI : PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PEGAWAI BANK BTN Medan, Juli 2017 (M FARIS ABDILLAH) NIM:

4 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan karena atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir yang berjudul Perhitungan Pajak Penghasilan Terhadap Pegawai Bank BTN yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan DIII Akuntansi Fakultas Ekonomi. Dalam rangka penyelesaian tugas akhir ini penulis menyadari bahwa penyajianya masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis telah berusaha dengan sungguh sungguh agar tugas akhir ini dapat disajikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan yang berarti bagi tugas tugas selanjutnya. Dari awal sampai selesai penulisan tugas akhir ini telah banyak menerima bimbingan moril maupun material dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Ibu Mutia Ismail, SE., MM., Ak, CA selaku Ketua Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatra Utara. 2. Bapak Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si. Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 3. Dosen Pembimbing saya yaitu Bapak Abdillah Arif Nasution, SE., M.Si. Ak, yang telah memberikan Bimbingan kepada saya dan masukanmasukan yang berguna dalam penyusunan tugas akhir ini. i

5 4. Bapak Dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Terimakasih kepada Ayah dan Ibuku tersayang Suarman, Amd dan Vivin Tri Handayani atas kasih sayang, doa, nasehat, dorongan dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi. 6. Terimakasih kepada Kakak saya Vina Arman Dhita, Amd sekaligus Subjek dalam penelitian Tugas Akhir penulis atas dukungan dan bantuannya. 7. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku (Agin, Nana, Fira, Danu, Salomo, Roy, Rizky, Dean, Jakob, Theo, Citra, Sandra, Ryan, Sayed, Ardi) yang memberikan dukungan dan bantuan semangat. 8. Terimakasih kepada teman-teman satu angkatan Akuntansi stambuk 2014 yang telah bekerja sama selama ini. 9. Terimakasih atas dukungan teman-teman dilingkungan kerja Skywave Production dan Tim GYG. ii

6 Atas segala bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik yang telah diberikan selama mengerjakan tugas akhir, maka penulis ucapkan terimakasih dan hanya dapat memanjatkan doa semoga kebaikan tersebut dibalas dengan pahala yang berlipat ganda dan merupakan suatu amal kebaikan disisi Allah SWT. Akhir kata penulis berharap agar upaya ini dapat mencapai maksud yang diinginkan dan dapat menjadi tulisan yang berguna bagi semua pihak. Medan, 2017 Penulis M Faris Abdillah Nim iii

7 DAFTAR ISI HAL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian... 2 E. Teknik Pengumpulan Dan Pengelolaan Data... 3 F. Jadwal Kegiatan dan Penulisan Laporan... 4 BAB II PROFIL BANK BTN... 6 A. Sejarah Singkat Bank BTN... 6 B. Kegiatan Usaha... 8 C. Struktur Organisasi... 9 D. Deskripsi Pekerjaan E. Kinerja Usaha Terkini BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Pajak B. Pajak Penghasilan C. Pajak Penghasil Pasal D. Hasil Evaluasi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

8 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis pajak adalah PPh 21. PPh pasal 21 merupakan pajak terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi yang bekerja pada satu pemberi kerja (pegawai/ karyawan) untuk membayarnya. Penghasilan yang dimaksud disini adalah penghasilan yang berupa penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang di terima atau di peroleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorium, komisi, bonus, gratifikasi,gratifikasi,uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lain. Di sebut PPh pasal 21 karena ketentuan perpajakan berkenaan dengan penghasilan karyawan yang diatur dalam Undang-undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 21. Pajak dapat menggerakkan peran yang sangat besar dalam menghasilkan penerimaan dalam negeri yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sistem administrasi pajak sangat besar bagi Badan Usaha untuk mengetahui gambaran yang sebenarnya mengenai laporan keuangan perusahaan. Peran sistem administrasi pajak sangat penting karena hasil dari analisis digunakan oleh berbagai pihak baik intern maupun ekstern perusahaan dalam pengambilan keputusan sehingga kondisi keuangan yang sebenarnya terjadi dapat diketahui, khususnya dalam dalam hal ini Pajak Penghasilan Pasal 21. 1

9 2 Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai yang diterapkan oleh Bank BTN sehingga penulis menetapkan sebagai tugas akhir yang berjudul Penghitungan Pajak Penghasilan Terhadap Pegawai Bank BTN." B. Perumusan Masalah Masalah utama yang akan dibahas oleh penulis dalam penulisan tugas akhir ini adalah Apakah Penghitungan Pajak Penghasilan Terhadap Pegawai Bank BTN telah sesuai dengan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penghitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Pegawai Bank BTN telah sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penghitungan pajak penghasilan pasal 21 atas gaji Pegawai tetap. 2. Dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi Pegawai tetap yang melakukan penghitungan pajak penghasilan pasal 21.

10 3 E. Teknik Pengumpulan Dan Pengelolaan Data 1. Jenis Data Data adalah informasi atau keterangan mengenai sesuatu hal yang dapat berbentuk angka yang berhubungan dengan masalah. Data dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan jenis data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian tanpa pengolahan lebih lanjut. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan tugas akhir ini teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data dan informasi adalah : a. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Disini penulis memperoleh data atau keterangan dengan menemui pegawai Bank BTN secara langsung untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. b. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke perusahaan sehingga mendapatkan hasil yang dibutuhkan. 3. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan.

11 4 F. Jadwal Kegiatan dan Penulisan Laporan 1. Jadwal Kegiatan Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membuat jadwal kegiatan yang digunakan untuk menyusun waktu yang diperlukan agar penyelesaian tugas akhir ini dapat berjalan dengan teratur dan selesai dengan tepat waktu. Jadwal survei, penulisan sampai dengan tugas akhir ini selesai mulai pada tanggal 09 Mei 2017 dan berakhir pada tanggal 16 Juni Survei dilakukan pada Kantor Cabang Bank BTN Medan Jl. Pemuda No.10A Medan untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan PPh pasal 21. Tabel 1.1 Jadwal Tugas Akhir No Kegiatan Mei Juni I II III IV I II III IV 1 Persiapan 2 Pengumpulan Data 3 Penulisan 4 Penyelesaian 2. Penulisan Laporan Laporan penelitian terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas akhir yang telah ditetapkan bahwa susunan tugas akhir harus praktis dan sistematis. Oleh karena itu, laporan penelitian tugas akhir ini disusun sebagai berikut:

12 5 BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan ditutup dengan jadwal survei dan penulisan laporan. BAB II : PROFIL BANK BTN Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai sejarah ringkas Bank BTN, jaringan kegiatan instansi, struktur organisasi, job description, kinerja usaha terkini. BAB III : PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan meguraikan mengenai pengertian pajak, pengertian Pajak Penghasilan dan pengertian pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 serta hasil evaluasi. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, berisi kesimpulan yang diperoleh dari bab topik penelitian setelah dibandingkan dengan hipotesis dan saran berupa tindakan-tindakan perbaikan yang mungkin dapat diterapkan pada Bank BTN agar permasalahan tidak sampai terjadi atau setidaknya dapat dikurangi.

13 Bab II PROFIL BANK BTN A. Sejarah Singkat Bank BTN Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada tahun Pada tahun 1942, sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini. Sejarah BTN: No. Tahun Keterangan BTN berdiri dengan nama "Postpaarbank" pada masa pemerintah Belanda Berubah nama menjadi Chokin Kyoku Perubahan nama menjadi "Bank Tabungan Pos" oleh Pemerintah RI Berganti nama menjadi Bank Tabungan Negara Ditunjuk pemerintah sebagai satu-satunya institusi yang menyalurkan KPR bagi golongan masyarakat menengah kebawah Memulai operasi sebagai bank komersial dan menerbitkan obligasi pertama 6

14 Memperoleh izin untuk beroperasi sebagai Bank Devisa Ditunjuk sebagai bank komersial yang fokus pada pembiayaan rumah komersial Sekuritisasi KPR melalui Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) pertama di Indonesia Bank BTN melakukan Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) dan listing di Bursa Efek Indonesia Bank BTN melakukan Right Issue Visi Bank BTN Menjadi Bank yang terdepan dalam pembiayaan perumahan. Misi Bank BTN - Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah. - Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk,jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini. - Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,profesional dan memiliki integritas tinggi. - Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prisip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shereholder Value. - Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

15 8 B. Kegiatan Usaha 1. KPR dan Perbankan Konsumer Produk kredit konsumer terbagi menjadi empat yaitu KPR Bersubsidi, KPR Non Subsidi, Kredit Perumahan lainnya dan Kredit Konsumer. Produk simpanan juga terbagi menjadi tiga yaitu Giro, Tabungan dan Deposito. NO JENIS LAYANAN PENJELASAN 1 Mortgage Menyediakan layanan pembiayaan berbasis rumah atau hunian. 2 Consumer Loan i. Memberikan layanan pembiayaan konsumer dan peronal loan. ii. Pengembangan bisnis consumer loan dan value chain perumahan. 3 Consumer Funding i. Memberikan layanan produk dana dan jasa yang berorientasi pada nasabah individual. ii. Pengembangan bisnis wealth management. 2. Perumahan dan Perbankan Komersial Produk kredit komersial terbagi menjadi tiga yaitu Kredit Konstruksi, Kredit Mikro dan Usaha Kecil Menengah serta Kredit Korporasi lainnya. Produk simpanan didominasi oleh dua hal yaitu Giro dan Deposito. NO JENIS LAYANAN PENJELASAN 1 Commercial loan Mengelola bisnis commercial loan termasuk kredit konstruksi. 2 SME Memberikan layanan pembiayaan bagi segmen mikro dan kecil. 3 Commercial & Institusional Funding Memberikan layanan jasa dan produk dana yang berorientasi kepada nasabah korporasi dan institusional.

16 9 3. Perbankan Syariah Produk pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu, Pembiayaan Konsumer Syariah dan Pembiayaan Komersial Syariah. Produk pendanaan terbagi menjadi tiga yaitu Giro Syariah, Tabungan Syariah dan Deposito Syariah. NO JENIS LAYANAN PENJELASAN 1 Badan Usaha Syariah Menyediakan layanan produk dan jasa syariah yang menciptakan sinergi bisnis Bank BTN. 4. Treasury & Asset Management Menyediakan layanan jasa dan produk treasury. Mengelola bisnis DPLK. C. Struktur Organsasi Setiap Bank BTN Indonesia masing-masing memiliki struktur organisasi yang berbeda-beda. Demikian juga dengan PT. Bank BTN Cabang Medan yang memiliki struktur Organisasi yang melibatkan seluruh sumber daya yang memiliki struktur Organisasi yang melibatkan seluruh sumber daya yang ada dan bertanggung jawab terhadap maju mundurnya Organisasi. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang diharapkan Organisasi tercapai dengan sebagaimana mestinya.

17 10 BM (Branch Manager) DBM Commercia DBM Consumme DBM Suppore Commercial Consumer General Banking Funding Unit Funding Unit Administration Housing Morrgage Loan Commercian Consumer Administration Loan Unit Lending Unit Transaction Processing Loan Consumer Work Out Gambar 2.1. Struktur Organisasi Bank BTN Cabang Medan Sumber. Bank Tabungan Negara (BTN) D. Deskripsi Pekerjaan a. Branch Manager 1. Branch Manager bertanggung jawab untuk menjamin berlangsungnya operasional bank. 2. Menciptakan pengawasan internal yang efektif dan efisien. 3. Memantau serta mengelola resiko yang dihadapi bank. 4. Memelihara iklim yang mendukung terciptanya produktivitas. 5. Mengelola sumber daya manusia menjaga profesionalisme. 6. Menyampaikan laporan tentang kinerja Bank secara menyeluruh kepada para Direksi.

18 11 b. Deputy Branch Manager Commercial 1. Menyusun kebijakan dan strategi dalam pencapaian target dana dan Kredit Komersial (Lembaga). 2. Meningkatan tata kualitas kelola perusahaan khususnya dalam pencapaian target dana dan kredit komersial / lembaga. 3. Mengevaluasi dan memutus kredit komersial sesuai dengan wewenang memutus. Deputy Branch Manager Commercial membawahi : Commercial Funding Unit (CFU) Unit ini bertugas menghimpun dana pihak ketiga baik tabunan, giro ataupun deposit yang bersifat Komersial / Lembaga. Mortgage Commercial Lending Unit Head (MCLU) Unit ini bertugas mencari dan merealisasi Kredit Komersial / Lembaga yang berkualitas sehingga dapat memenuhi target kebutuhan kantor cabang. c. Deputy Branch Manager Consumer 1. Menyusun Kebijakan dan strategi dalam mencapai dana dan kredit consumer (perorangan). 2. Meningkatakan kualitas tata kelola perusahaan khususnya dalam mencapai target dana dan kredit consumer / Perorangan. 3. Mengevaluasi dan memutuskan kredit consumer sesuai dengan batas wewenang memutus. 4. Mengevaluasi standar pelayanan Dana maupun kredit consumer. Deputy Branch Manager membawahi :

19 12 Commercial Funding Unit (CFU) Unit ini bertugas menghimpun dana pihak ketiga baik tabungan, giro ataupun deposit yang bersifat Komersial / Lembaga. Mortgage Commercial Lending Unit Head (MCLU) Unit ini bertugas mencari dan merealisasi Kredit Komersial / Lembaga yang berkualitas sehingga dapat memenuhi target kebutuhan kantor cabang. Costumer Care Bertugas me-maintance nasabag baru maupun nasabah lama, memberi pelayanan terbaik bagi Nasabah dalam hal melayani, Pembukaan Tabungan, Giro, dan Deposito Nasabah. d. Deputy Branch Support 1. Menyusun kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sumber SDM dan Operasional Bank. 2. Mengevaluasi penempatan sumber SDM sehingga menghasilkan SDM yang berkualitas dan produktif. Deputy Branch Support membawahi : General Admin Bertugas untuk melakukan perekrutan karyawan apabila diperlukan, memonitoring karyawan melalui kehadiran, kinerja, dan pembayaran gaji karyawan.

20 13 Transaction Proseccing Bertugas melakukan transaksi-transaksi yang bersifat back office seperti melakukan kliring, maintance ATM, penyediaan Bilyet, Giro dan Cek Loan Consumer Work Out Bertugas melakukan penagihan untuk debitur-debitur bermasalah, dan melakukan lelang apabila debitur sudah tidak tertagih lagi. E. Kinerja Usaha Terkini Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Increasing the Quality of Human Recource) Bank BTN menyadari bahwa kualitas sumber daya memiliki peran yang sangat penting sebagai mitra penunjang keberhasilan kegiatan usaha Bank BTN. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia dilakukan secara terencana dan berkesinambungan agar setiap karyawan dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap kinerja Bank BTN. Sebagai langkah penting dalam pembinaan sumberdaya manusia adalah dengan menetapkan budaya perusahaan, yaitu melakukan internalisasi nilai-nilai perusahaan yang wajib dilakukan oleh setiap karyawan. Nilai perusahaan yang harus dijadikan landasan kerja adalah : menjunjung tinggi integritas, bekerja secara professional, serta memegang amanah tanggung jawab. Dengan trilogi nilai perusahaan yakni integrity, professionalism & responsibility karyawan akan mampu memberikan kontribusi yang baik untuk perusahaan. Sedangkan dalam rangka meningkatkan profesionalisme kerja, maka telah dilaksanakan berbagai pelatihan perbankan secara intensif sebagai berikut : guna mendukung pertumbuhan usaha terutama dalam meningkatkan daya saing dalam pengembangan produk serta peningkatan layanan yang aman, cepat, efektif, akurat dan real-time online, maka Bank BTN menerapkan 2 (dua)

21 14 sistem core banking, yakni Inhouse Aplication SAID inter-branch (SAID IB) dan Core Banking System (CBS) ini telah diterapkan sebagai pilot project. Dengan sistem teknologi yang ada data ini, Bank BTN sudah dapat melayani transaksi dengan menggunakan ATM melalui kerjasama jaringan ATM Bersama, sehingga nasabah dapat menggunakan ATM dilebih dari jaringan ATM bersama. Untuk mempermudah nasabah melakukan transaksi pembayaran seperti tagihan listrik, tagihan air, tagihan kartu kredit melalui ATM.

22 Bab III PEMBAHASAN A. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kepentingan umum. Pajak merupakan pungutan wajib atau dipaksakan kepada rakyat. Ada definisi pajak menurut undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan adalah : "Pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas negara yang sifatnya dapat dipaksakan (diatur dalam undang-undang) dan tanpa bisa dirasakan jasa timbal baliknya secara langsung dan digunakan untuk membiayai segala pengeluaran pemerintah." Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak : 1) Merupakan Iuran rakyat kepada negara yang dipungut oleh negara kepada warga negara. 2) Dipungut berdasarkan Undang-undang. 3) Tanpa dapat dirasakan jasa timbal balik secara langsung. 4) Serta digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 1. Fungsi Pajak Fungsi pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu negara berharap kesejahteraan ekonomi 15

23 16 masyarakatnya selalu meningkat. Dengan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara diharapkan banyak melakukan ekspansi terutama dalam pembangunan sesuai dengan tujuan negara. Fungsi pajak dibagi menjadi 2 yaitu : a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. b. Fungsi Reguler (Pengatur) Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Sebagai contoh penerapan pajak sebagai fungsi mengatur adalah pihak yang tinggi dikenakan atas barang-barang mewah. 2. Syarat Pemungutan Pajak a. Adil Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata tanpa ada diskriminasi diantara wajib pajak. b. Diatur dalam undang-undang Penetapan pajak harus transparan dan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di negara tersebut.

24 17 c. Efisien Biaya pemungutan pajak yang timbul diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak. d. Sederhana Pemungutan pajak tidak boleh menyulitkan wajib pajak dalam pembayaran pajak. e. Tepat waktu Pajak harus dipungut saat yang tepat bagi wajib pajak, misalnya saat wajib pajak menerima penghasilan atau hadiah. 3. Teori Pemungutan Pajak a. Asuransi Wajib pajak membayar premi atas jaminan perlindungan dan subsidi. b. Kepentingan Harta dan jiwa masyarakat dan negara harus dilindungi. Agar kepentingan tersebut dapat terlaksana dengan baik, biaya yang dikeluarkan pemerintah dibebankan kepada masyarakat. c. Daya Pikul Pajak yang dibayar adalah menurut daya pikul dengan ukuran besarnya penghasilan dan pengeluaran seseorang atau badan. d. Bakti Wajib pajak menyadari bahwa membayar pajak merupakan suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara agar negara dapat berjalan dengan baik.

25 18 e. Daya Beli Kemampuan wajib pajak dalam bertransaksi dengan pihak lain. Pajak yang berhubungan dengan transaksi ini dikenal dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). 4. Asas Pemungutan Pajak a. Asas Domisili Negara berhak memungut pajak setiap wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia. b. Asas Sumber Negara berhak memungut pajak setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan di Indonesia. c. Asas Kebangsaan Negara berhak memungut pajak setiap wajib pajak yang berkebangsaan warga negara Indonesia. 5. Cara Pemungutan Pajak a. Stelsel Pemungutan Pajak 1) Stelsel Nyata Cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengenakan pajak berdasarkan penghasilan yang diterima secara nyata sehingga pemungutan baru bisa dilakukan setelah akhir tahun pajak berakhir.

26 19 2) Stelsel Anggapan Cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengenakan pajak berdasarkan anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya penghasilan tahun ini dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga penetapan pajak penghasilan dilakukan di awal tahun. 3) Stelsel Campuran Cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengenakan pajak berdasarkan suatu anggapan (pada awal tahun) kemudian pada akhir tahun di sesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. b. Sistem Pemungutan Pajak 1) Official Assesment System Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 2) Self Assesment System Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. 3) With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

27 20 6. Tarif Pajak a. Tarif Proporsional Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya paajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh : Untuk penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean akan diberikan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%. b. Tarif Tetap Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap. Contoh : Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp.1000 c. Tarif Progresif Persentase yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar Contoh: Pasal 17 Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan. d. Tarif Degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

28 21 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp % Diatas Rp s.d Rp % Diatas Rp s.d Rp % Diatas Rp % Tabel Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi B. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya. 2. Subjek Pajak Penghasilan Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah sebagai berikut : a. Orang Pribadi b. Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak

29 22 c. Badan d. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subjek pajak badan Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek Pajak Dalam Negeri 1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria antara lain : a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja. c. Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. d. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. e. Pembukuaannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. 3) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang berhak.

30 23 Subjek Pajak Luar Negeri 1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indoensia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. 2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indoensia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak Menurut pasal3 Undang-undang pajak penghasilan No. 36 tahun 2008 yang tidak termasuk subjek pajak adalah : 1) Kantor perwakilan negara asing 2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari begara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara indonesia dan di indonesia tidak menerima dan memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

31 24 3) Organisasi-organisasi internasional dengan syarat - Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut. - Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari indonesia selain memberi pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. 4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana di maksud pada No. 3 di atas, dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak menjaankan usaha, kegiatan, atas pekerjaan lain untuk memperoleh pengasilan dari indonesia. 3. Objek Pajak Penghasilan Menurut pasal 4 ayat (1) UU PPh 36 Tahun 2008 yang menjadi objek pajak adalah Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dalam bentuk apapun, termasuk : a) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalandalam bentuk lainnya, kecuali yang di tentukan lain dalam Undang-undang ini. b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. c) Laba usaha d) Keuntungan karena penjualan atau karna pengalihan harta

32 25 e) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah di bebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. f) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. g) Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. h) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak. i) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j) Peneriman atau perolehan sementara. k) keuntungan karena pembebasan utang, kecuali karna jumlah tertentu yang di tetapkan dengan peraturan pemerintah. l) Keuntungan selisih kurs mata uang asing. m) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n) Premi angsuran. o) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atu pekerjaan bebas. p) Tambahan kekayaan neto yang bersal dari penghasilan yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. q) Penghasilan dari usaha berbasis syariah. r) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan. s) Surplus Bank Indonsia.

33 26 C. Pajak Penghasilan Pasal Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan No.36 tahun 2008 pengertian pajak penghasilan pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. 2. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Terdapat 5 macam tarif yang berlaku serta penerapannya menurut ketentuan dalam pasal 21 Undang-undang pajak penghasilan adalah sebagi berikut: a. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut : 1) Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan kena pajak dari : a) Penghasilan kena pajak dari pegawai tetap, penerima pensiun, pensiunan dibayar bulanan, pegawai tidak tetap, calon pegawai, distributor multilevel marketing (Direct Selling) dan kegiatan sejenisnya. PPh Pasal 21 = Penghasilan Kena Pajak x Tarif pasal 17 UU PPh

34 27 b) Tarif PPh 21 atas penghasilan bruto berupa : Honorium, uang saku, hadiah dengan nama atau bentuk apapun, komisi dan pembayaran-pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa (kegiatan yang di berikan). Honorium yang diterima atau di peroleh Anggiota Dewan Komisaris dan Anggota Dewan Pengawai, yang tidak merangkap sebagai perusahaan yang tetap pada perusahaan yang sam Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, yang diterima atau diperoleh mantan pegawai Penarikan dana untuk peserta program pensiun pada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x Tarif pasal 17 UU PPh 2) Tarif sebesar 15% diterapkan atas perkiraan penghasilan yang dibayar atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitektur,dokter, konsultan, notaris, penilai, aktuaris). Besarnya perkiraan penghasilan adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun. PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto x 15%) x 15%

35 28 3) Tarif sebesar 15% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp ,- sehari. PPh Pasal 21 sehari = (Penghasilan Bruto Sehari - Rp ) x 15% 4) Tarif sebesar 15% dan bersifat final ( tidak dapat dikreditkan atau ditambahkan dengan pajak yang lainya. Tarif 15% final diterapkan atas penghasilan berupa honorium dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh pejabat Negara, PNS (TNI/POLRI) yang sumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keunagn daerah, kecuali dibayarkan oleh PNS golongan II/D kebawah dan anggota TNI/ POLRI berpangkat oembantu Letnan I kebawah atau Ajun Inspektur tingkat I kebawah. 5) Tarif progresif final adalah tarif yang diterpakan pada orang yang menerima uang pensiun,jaminan hari tua secara sekaligus. 3. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang termasuk kedalam Subjek PPh Pasal 21 yaitu sebagai berikut : a) Pegawai, yaitu setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaannya berdasarkan suatu perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tiadak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik

36 29 Daerah (BUMD). Pegawai dapat di bedakan menjadi dua yaitu opegawai tetap dan pegawai lepas. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam waktu tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara lansung, sedangkan pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja. b) Penerima pensiun, yaitu orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk oarang pribadi atau ahli warisnya yang menerima pensiun, tabungan hari tua atau tunjangan hari tua. c) Penerimaan honorium, yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukaknya. d) Penerima upah, yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borogan, atau upah satuan. e) Orang pribadi lainya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan, dari pemotong pajak 4. Tidak Termasuk Subjek Pajak Pasal 21 Menurut Pasal 3 ayat (1) Undang-undang NO.36 tentang Pajak Penghasilan yang tidak termasuk pengertian penerima penghasilan yang di potong Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu sebagai berikut :

37 30 a) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat hukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima tau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. b) Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang tidak termasuk sebagai subjek pajak penghasilan yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No.601/KMK.03/2005 denagn syarat bukan warga negara indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. 5. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebagai berikut : a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, tunjangan

38 31 beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun. b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun, atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap. c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dari upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang merupakan calon pegawai. d. Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja. e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, terdiri atas : 1) Tenaga ahli yaitu terdiri atas pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; 2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

39 32 3) Olahraga; 4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderator; 5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah; 6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial; 7) Agen iklan; 8) Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu penelitian dan peserta sidang atau rapat; 9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan; 10) Peserta perlombaan; 11) Petugas penjaja barang dagangan; 12) Petugas dinas luar asuransi; 13) Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan sebagai calon pegawai; 14) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya. f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya. g. Penghasilan yang dipotong Pasal 21 di atas pada butir a sampai dengan f termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya

40 33 dengan nama apa pun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus. h. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah imbalan sebagaimana dimaksud pada butir a sampai dengan g dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. i. Dalam hal pemberi jasa pada butir e nomor 6 dalam memberikan jasa yang bersangkutan mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya, maka penghasilan yang diterima atau diperoleh pemberi jasa tersebut tidak dipoting PPh Pasal 21, melainkan dipotong Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. 6. Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Yang termasuk dalam bukan objek pajak penghasilan Penghasilan Pasal 21 dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan yaitu sebagai berikut : a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh wajib pajak atau Pemerintah, kecuali yang diatur dalam penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 pada butir g di atas.

41 34 c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja. d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. 7. Pengurangan yang diperbolehkan dalam menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 a. Pengurangan yang diperbolehkan untuk menghitung Penghasilan Netto. Besarnya penghasilan netto pegawai tetap ditentukan berdasarkan Penghasilan Bruto dikurangi dengan : 1) Biaya Jabatan Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk perhitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pegawai tetap sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3) Undang-Undang No. 17 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto. Setinggi-tingginya Rp ,00 setahun atau Rp ,00 sebulan (PMK 250/2008). 2) Biaya Pensiun Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan

42 35 dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.Besarnya biaya pensiunan yang dapat dikurangkan dari penghasilan-penghasilan bruto untuk biaya perhitungan pemotongan pajak penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto. Setinggi-tingginya Rp ,00 setahun atau Rp ,00 sebulan (PMK 250/2008). b. Pengurangan yang diperbolehkan untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) Besarnya Penghasilan Kena Pajak yaitu Penghasilan Netto setahun dikurangi dengan Penghasilan Kena Pajak (PTKP). NO KETERANGAN SETAHUN 1 Diri Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi Rp Tambahan Untuk Wajib Pajak Yang Rp Kawin 3 Tambahan Untuk Seorang Istri Yang Penghasilannya Digabung dengan Rp Penghasilan Suami 4 Tambahan Untuk Setiap Anggota Rp Keluarga

43 36 8. Cara Menghitung PPh Pasal 21 a. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan hal yang harus dilakukan : 1) Pegawai terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi gaji, segala tunjangan dan segala pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur dan pembayaran sejenisnya. 2) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua dan/atau Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara Program Jamsostek.Penghasilan netto sebulan kemudian dikalikan dua belas bulan untuk menghasilkan penghasilan netto setahun. 3) Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif pasal 17 UU No.36 Tahun 2008, yaitu Penghasilan Netto setahun dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 4) Setelah diperoleh Pajak Penghasilan Terhutang dengan menerapkan tarif pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan terhadap Penghasilan Kena Pajak, selanjutnya dihitung Pajak

44 37 Penghasilan Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan/atau disetor ke kas negara, yaitu sebesar Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 setahun dibagi dengan 12 bulan. b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang Tidak Teratur Bagi Pegawai Tetap Apabila pada pegawai tetap yang diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara sebagai berikut : 1) Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya. 2) Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem, jasa produksi dan sebagainya 3) Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan nomor 1 dan nomor 2 adalah PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi dan sebagainya.

45 38 9. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Menurut UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang termasuk kedalam pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah : a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

46 39 Berdasarkan keterangan di atas, maka perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang telah dilakukan Pada Pegawai Bank BTN adalah : Nama Pegawai : Vina Arman Dhita, Amd NPWP : Golongan : Grade 9 Status : Tidak Kawin Rincian Penghasilan dan Perhitungan PPh Pasal 21 Sebagai Berikut : Penghasilan Bruto Gaji Pokok Rp Tunjangan lainnya, Uang lembur, dan sebagainya Rp Premi Asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp Tantiem, Bonus, Gratifikasi, Jasa produksi dan THR Rp Jumlah Penghasilan Bruto Rp

47 40 Pengurangan Biaya jabatan (5% x ) Rp Iuran pensiunan Rp Jumlah Pengurangan Rp Penghasilan Neto Sebulan Rp Penghasilan Neto Setahun Rp Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) Rp Penghasilan Kena Pajak (PKP) (Dibulatkan) Rp PPh 21 Terutang Dalam Setahun 5% x = Rp PPh 21 Terutang Dalam Sebulan = Rp D. Hasil Evaluasi Setelah penulis melakukan penelitian pada Bank BTN, maka penulis dapat menganalisa dan mengevaluasi mengenai kebijakan yang diterapkan dalam penetapan Pajak Penghasilan Pasal 21 seperti yang ditetapkan pada Undang- Undang No. 36 Tahun 2008 dan juga mengenai kesesuaian dan kepatuhan terhadap penetapan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Bank BTN, maka adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan dalam melakukan survei di Bank BTN adalah sebagai berikut :

48 41 1. Penentuan Pajak Penghasilan Pajak penghasilan dihitung dari penghasilan kena pajak dengan tarif penghasilan yang berlaku khusus bagi setiap pegawai Bank. Berikut ini yang ditemukan oleh peneliti pada perusahaan, berkaitan dengan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut UU No. 36 Tahun 2008 : Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1) Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap gaji Pegawai Bank BTN 2) Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap gaji/honor. 2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 di Bank BTN Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Pegawai Tetap Bank BTN yang terdiri dari: Karyawan Bank BTN 3. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 di Bank BTN Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Bank BTN terdiri dari : a. Gaji Pokok b. Tunjangan lainnya, Uang lembur, dan sebagainya c. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja d. Tantiem, Bonus, Gratifikasi, Jasa produksi dan THR 4. Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap Pada Bank BTN Adapun cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan Pegawai Tetap adalah sebagai berikut :

49 42 1) Penghasilan Bruto terdiri dari gaji pokok ditambah dengan tunjangantunjangan, serta pendapatan lainnya yang dibayar perusahaan. 2) Beberapa unsur pengurangan dalam penghitungan PPh Pasal 21 yaitu biaya jabatan (5 % x Penghasilan Bruto) maksimum Rp ,00/bulan, iuran pensiun 3) Penghasilan netto sebulan diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan unsur pengurang 4) Untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak adalah dengan cara penghasilan netto dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak. 5) Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Penghasilan Kena Pajak x Tarif untuk mendapatkan Pajak Penghasilan Pasal 21 setahun 6) Untuk mendapatkan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebulan, yakni dengan cara Pajak Penghasilan Pasal 21 setahun dibagi dengan 12.

50 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa : 1. Perhitungan dan prosedur pemotongan PPh pasal 21 pada Bank BTN sebagai pemungut Pajak Penghasilan pasal 21 telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan waktu dan tarif yang ditentukan. 2. Sistem administrasi PPh Pasal 21 pada Bank BTN telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan UU Nomor 36 Tahun Penerapan PPh Pasal 21 telah dilaksanakan dengan baik karena pemotongan utang pajak telah dilakukan langsung terhadap daftar gaji pegawai. Sehingga pembayaran pajak penghasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh penulis pada Pegawai Bank BTN, penulis ingin menyampaikan saran kepada pihak Bank BTN yaitu: 1. Perlu diadakannya penyuluhan dan sosialisasi apabila terjadi perubahan ketentuan perundangan perpajakan khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap wajib pajak. 2. Perlu adanya peningkatan koordinasi antara Pegawai Bank dengan pihak yang memotong PPh pasal

51 DAFTAR PUSTAKA Waluyo, Perpajakan Indonesia: Salemba Empat.Jakarta Resmi Siti Perpajakan Teori dan KasusEdisi 4: Salemba Empat.Jakarta Suandy, Erly hukum pajak: Salemba Empat.Jakarta btn.co.id

52

53

54

55

56

57

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Soemitro (Mardiasmo, 2012:7) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

Lebih terperinci

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21 Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya setipa masyarakat yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak.

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Pajak Penghasilan Pasal 21/26 Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA Contributed by Administrator Friday, 07 August 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-545/PJ/2000 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS

MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS A. Pajak Penghasilan Pasal 21 Adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991) Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Pratama Bandung Cicadas di Bagian Pelayanan, Tempat Pelayanan Terpadu

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Pratama Bandung Cicadas di Bagian Pelayanan, Tempat Pelayanan Terpadu BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulisan pelaksanaan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas di Bagian Pelayanan, Tempat Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PPh Pasal 21 Menurut PER-31/PJ/2012 Pasal 1 ayat 2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat atas penghasilan berupa gaji,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Fungsi, Pembagian, dan Sistem Pemungutan Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 SUSUNAN SATU NASKAH PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 57/PJ/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JEDNERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN Thomas Sumarsan Goh Dosen FE Universitas Methodist Indonesia ABSTRAK PPh Pasal 21 merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Dengan maksud memasyarakatkan giat menabung, Pemerintah Hindia

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Dengan maksud memasyarakatkan giat menabung, Pemerintah Hindia BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah PT.Bank BTN Cabang Medan Dengan maksud memasyarakatkan giat menabung, Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 Tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan POSTPAARBANK,

Lebih terperinci

Pengertian Pajak Penghasilan 21

Pengertian Pajak Penghasilan 21 Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Pajak Penghasilan Pasal 21/26 Pajak Penghasilan Pasal 21/26 PPh PASAL 21/26 PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN - PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA, KEGIATAN ORANG PRIBADI PENGHASILAN BERUPA : - GAJI, BONUS, THR, GRATIFIKASI,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Pembagian dan Sistem Pemungutan Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Siti Resmi, 2011:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan sumber terpenting dalam penerimaan negara dan dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan Keputusan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN A. Definisi dan Unsur Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Umum Perpajakan Ketentuan umum dan tata cara perpajakan diatur dalam undang-undang No. 6 tahun 1983 yang telah di ubah dengan undang-undang No.9 tahun 1994 dan terakhir

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 1 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 Adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi, yaitu pajak atas penghasilan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Perpajakan 1. Pengertian pajak Menurut Rochmat Soemitro seperti dikutip oleh Waluyo ( 2007 : 3 ) mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir) SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir) 1. PT ABC mempekerjakan Tuan A (Status K3, tanpa NPWP) seorang tukang bangunan, untuk mengganti lantai keramik

Lebih terperinci

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com 1 PPh PASAL 21 Pemotongan pajak atas penghasilan yg diterima/diperoleh WP Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B) Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B) Pertemuan 2 48 P2.1 Tq8eori Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM Disusun oleh : 1. Nanda Rosyid F0311082 2. Nur Aini Kusumaningrum F0311087 3. Nur Chayati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991;747) yaitu: Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. wajib, berupa uang dan/atau barang, yang dipungut oleh penguasa. berdasarkan norma-norma hukum, guna untuk menutup biaya produksi

BAB II DASAR TEORI. wajib, berupa uang dan/atau barang, yang dipungut oleh penguasa. berdasarkan norma-norma hukum, guna untuk menutup biaya produksi BAB II DASAR TEORI A. Pengertian pajak Menurut Soemahamidjaja dalam Suandy (2009: 9) pajak adalah iuran wajib, berupa uang dan/atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna

Lebih terperinci

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1adalah kontribusi wajib kepada negara

Lebih terperinci

AGENDA. PPh Pasal 26

AGENDA. PPh Pasal 26 1 AGENDA 1. PPh Pasal 21 2. PPh Pasal 26 2 Landasan Hukum: UU No 36 Th 2008, Psl 21 UU PPh Peraturan Dirjen Pajak No. PER-31/ PJ/ 2012 3 DEFINISI Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam Negeri

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN Pertemuan 1 6 P1.1 Teori Pajak Penghasilan Umum Dan Norma Perhitungan Pajak Penghasilan A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Visi & Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero) tbk: Mengembangkan human capital yang berkualitas dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Visi & Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero) tbk: Mengembangkan human capital yang berkualitas dan memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT Bank Tabungan Negara (Persero) tbk adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas. Sejak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai

BAB II LANDASAN TEORI. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum 6 BAB II LANDASAN TEORETIS 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum Undang-undang pajak, sebagai bagian dari hukum yang mengikat warga negara merupakan elemen penting dalam menunjang pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengantar Perpajakan Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak menurut Soemitro (Resmi, 2016:1) merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak menurut Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) 3.1.1 Dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri

BAB II LANDASAN TEORI. pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Pajak Secara Umum II.1.1 Definisi Pajak Menurut Mardiasmo (2006) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II. rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak digunakan untuk membiayai. untuk membiayai penyelenggaraan negara.

BAB II. rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak digunakan untuk membiayai. untuk membiayai penyelenggaraan negara. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar-Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Dalam suatu Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara, baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1 Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. panjang di industri perbankan di Indonesia. Bank BTN telah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. panjang di industri perbankan di Indonesia. Bank BTN telah berdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata serta partisipasi masyarakat dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar 11 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Wajib Pajak Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang menjadi Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB PAJAK PAJAK . PAJAK yang dibayarkan digunakan untuk kegiatan Penyelenggaraan Negara, dan Membiayai pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung sekolah, Sarana Kesehatan (rumah sakit), sarana umum, pembangunan

Lebih terperinci

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5424 EKONOMI. Pajak. Penghasilan. Usaha. Peredaran Bruto. Tertentu. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 106) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Adriani (2002:4) yaitu: Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajaknya menurut peraturan-peraturan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab ini berisi kajian landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang. digunakan untuk menjawab masalah penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab ini berisi kajian landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang. digunakan untuk menjawab masalah penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi kajian landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. 2.1 Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II BAB II BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Dasar Dasar Perpajakan II. 1.1. Definisi, Unsur dan Fungsi Pajak Menurut Undang-Undang RI No.6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak memilki dimensi yang berbeda beda menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak memilki dimensi yang berbeda beda menurut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memilki dimensi yang berbeda beda menurut Mangkoesoebroto (Timbul Hamonangan, 2012: 9) pajak adalah suatu pungutan yang

Lebih terperinci

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sejarah Bank BTN (Persero) BTN berdiri dengan nama "Postpaarbank" pada masa pemerintah Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sejarah Bank BTN (Persero) BTN berdiri dengan nama Postpaarbank pada masa pemerintah Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Bank Tabungan Negara berikut ini: Sejarah pada Bank Tabungan Negara secara singkat dapat dilihat dalam tabel No. Tahun Keterangan Tabel 1.1 Sejarah Bank BTN (Persero)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang. Pengertian pajak tersebut juga tercantum dalam pasal 1 angka 1 UU No.28 tahun 2007

Lebih terperinci

PENGARUH TARIF PAJAK DAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK BARU TERHADAP PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGARUH TARIF PAJAK DAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK BARU TERHADAP PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGARUH TARIF PAJAK DAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK BARU TERHADAP PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI HARTANTI Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Jl.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Beberapa istilah atau pengertian umum dalam membicarakan perpajakan sesuai pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 adalah

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pengertian PPh PASAL 21/26 TATA CARA PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DIATUR DALAM PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR : PER-31/PJ/2012 PAJAK PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengungkapan beberapa para ahli mengenai pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Pengungkapan beberapa para ahli mengenai pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pajak Pengungkapan beberapa para ahli mengenai pajak sebagai berikut : Menurut P.J.A Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Definisi dan Fungsi Pajak Definisi atau pengertian pajak yang mengacu pada pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam bidang perpajakan memberikan definisi yang berbeda menegenai pajak. Namun demikian, berbagai definisi tersebut pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan Di Indonesia, pajak atas penghasilan sudah dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu. Dimulai dari dikenalkannya Paten Recht

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 7 Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan pungutan dari negara terhadap rakyatnya. Pemungutan pajak untuk saat ini harus memenuhi berbagai syarat agar pajak tersebut diterima oleh

Lebih terperinci

MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21

MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21 PRISMA UTAMA CONSULTANT MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21 SERI PERPAJAKAN Ivan Christian K, S.E., M.M. 2010 J L. J U P I T E R U T A M A N O. 10 B A N D U N G 4 0 2 8 6 PENGERTIAN PPh PASAL 21

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20 /PJ/2012 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan A. Sejarah Perusahaan Bank Tabungan Pensiunan Nasional terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958

Lebih terperinci