BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1
|
|
- Hengki Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungan agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk aksebilitas terhadap sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1 Dari pengertian itu, jelaslah bahwa proses pengembangan dan pemberdayaan akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan agar bisa memenuhi kebutuhannya. Inti dari kegiatan pemberdayaan bertujuan untuk mewujudkan perubahan masyarakat yang mandiri untuk terus-menerus melakukan perubahan. Dengan kata lain, dalam setiap upaya pemberdayaan harus terkandung upaya-upaya pembelajaran atau penyelenggaraan pelatihan. Pemberdayaan selalu merujuk pada upaya perbaikan mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi, maupun sosial budayanya. 2 Dapat disimpulkan pendidikan dan pelatihan merupakan suatu komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat, tujuan pendidikan dan pelatihan adalah untuk membimbing dan membantu masyarakat dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang berguna bagi kehidupannya. 1 Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2015), h Aprillia, dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat (Bandung: Alfabeta, 2014), h
2 2 Pemberdayaan masyarakat juga tidak terlepas dari kesadaran masyarakat untuk mau berubah dan ikut berperan aktif, berpartisipasi dalam setiap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan karena keberhasilan suatu program pemberdayaan terletak pada kemauan masyarakat itu sendiri. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Surah Ar-Ra d ayat 11 Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Maksud dari ayat di atas adalah Allah menyerahkan perubahan diri individu atau kelompok tergantung niat mereka sendiri, jika individu atau suatu kaum menginginkan perubahan hidup kearah yang lebih baik maka Allah SWT akan mewujudkannya. Kenikmatan yang dilimpahkan Allah kepada suatu masyarakat, bisa saja hilang dan berubah menjadi adzab apabila masyarakatnya berbuat durhaka dan maksiyat kepada Allah. Begitupun sebaliknya, keadaan yang buruk yang menimpa masyarakat akan berubah menjadi menyenangkan dan penuh nikmat apabila masyarakatnya berlaku takwa dan beramal sholeh.
3 3 Pendidikan sebagai pembangunan lebih mengutamakan sektor ekonomi sehingga sumber daya manusia, produktifitas, efektifitas, kreatifitas selalu menjadi selogan bagi masyarakat yang kuat. Dari hal itu munculah diskriminasi terhadap kaum penyandang cacat, karena penyandang cacat dipandang sebagai warganegara yang tidak produktif, tidak inovatif dan tidak kreatif serta merupakan manusia yang lemah mobilitasnya terbukti adanya pembatasan terhadap gerak mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek, baik aspek ekonomi, pendidikan, keagamaan dan lain-lainnya. Penyandang cacat adalah manusia yang kurang beruntung karena mempunyai kekurangan fisik yang mengganggu mereka untuk melakukan aktifitas sehari-hari di dalam masyarakat. Sebagai warga Negara Indonesia kedudukan hak dan kewajiban penyandang tunanetra adalah sama dengan warga negara lainnya dan sesuai dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, disabilitas terbagi atas tiga kelompok. Pertama, penyandang disabilitas fisik yaitu individu yang mengalami kelainan fisik seperti kerusakan fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, misalnya ganguan penglihatan, pendengaran, gerak dan lain-lain. Kedua, penyandang disabilitas mental yaitu individu yang mengalami kelainan mental dan atau tingkah laku akibat
4 4 bawaan atau penyakit. Ketiga, penyandang disabilitas fisik mental yaitu individu yang mengalami kelainan gabungan antara fisik dan mental. Jumlah anak penyandang tunanetra semakin hari semakin bertambah,bahkan hal ini diperburuk lagi dengan penerimaan keluarga ataupun masyarakat yang kurang baik termasuk upaya-upaya pengucilan. Parahnya, beberapa keluarga atau pihak-pihak lainnya berusaha memanfaatkan keberadaan anak penderita cacat ini dengan motif ekonomi, yakni dengan memaksa/menyuruh anak untuk mengemis. Penyandang cacat juga merupakan penerus dari cita-cita suatu bangsa, yang nantinya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara terhadap pembangunan di masa yang akan datang. Demikian juga para penderita tunanetra harus dipersiapkan agar mereka lebih bertanggung jawab dan berpartisipasi dalam kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu para penderita tunanetra perlu mendapatkan perlakuan yang lebih khusus. Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) juga dinyatakan bahwa: Setiap orang mempunyai hak atas standar hidup yang layak untuk menikmati kesehatan bagi dirinya dan keluarganya, termasuk ketercukupan pangan, pakaian, perumahan, pelayanan medis dan pelayananpelayanan sosial lainnya yang dibutuhkan. 3 Peran pemerintah daerah memang sangat dibutuhkan untuk pencapaian hak hak tunanetra. Kondisi riil penyandang tunanetra selama ini dinilai belum mendapat kesetaraan dengan masyarakat umum lainnya bahkan banyak yang 3 Oman Sukmana, Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial(Malang: Intrans Publishing, 2015), h. 121.
5 5 masih meragukan dan belum mempercayai kemampuan para tunanetra untuk dilibatkan dalam berbagai aktivitas kehidupan, hal tersebut ditujukan ketika para penyandang tunanetra hendak melanjutkan pendidikan ke sekolahsekolah umum seringkali mendapat tanggapan yang kurang proporsional. Pemberdayaan penyandang disabilitas perlu dilakukan secara menyeluruh yang melibatkan berbagai pihak terkait mulai dari: orangtua, agen pemberdayaan, dunia usaha, lembaga sosial kemasyarakatan, pemerintah, masyarakat, dan juga penyandang disabilitasnya. Pemberdayaan ini dilakukan dalam satu visi yang sama, memberikan peran kepada penyandang disabilitas sesuai dengan potensi dan kebutuhannya. 4 Peningkatan kesejahteraan sosial bagi tunanetra dapat dilakukan dengan memberdayakan mereka, menggali potensi yang dimilikinya serta mengembangkan potensi tersebut sehingga mereka menjadi manusia yang produktif tanpa bergantung pada orang lain. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya sendiri proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. 5 Para penyandang cacat mereka mampu mengapresiasikan potensi yang terdapat pada dirinya hanya saja diperlukan sebuah arahan dan bimbingan 140 h Oos M.Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 5 Aprillia Theresia, dkk,pembangunan Berbasis Masyarakat (Bandung: Alfabeta, 2014),
6 6 yang bisa dikemas dalam bentuk pelatihan skill atau program-progaram pendidikan lain, sehingga diupayakan benar-benar menguasi suatu keahlian. Namun pada pelaksanaan di lapangan sering di temukan hambatan-hambatan dalam prosesnya, di antara hambatan tersebut adalah masalah dana dan sumber daya manusia. Mengingat permasalahan tersebut diatas, sebuah lembaga sosial Panti Bina Netra (PSBN) yang bergerak pada bidang pendidikan dan sosial masyarakat, mencoba untuk memberdayakan para penyandang tunanetra dengan memberikan pendidikan dan pelatihan skill. Panti Sosial Bina Netra merupakan usaha pemerintah dalam mempersiapkan dan membekali penyandang tunanetra keahlian di bidang jasa dengan tujuan agar mereka dapat hidup mandiri danberusaha secara ekonomi. Kementerian sosial sebagai pengelola yang mempersiapkan keterampilan bagi penyandang tunanetra telah berupaya memberikan layanan bimbingan yang mengarah pada beberapa keterampilan produktif bagi bekal hidup di masyarakat. Keterampilan tersebut mengacu pada keterampilan jasa yang diberikan dalam bentuk program pelatihan oleh panti. Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Padang di bangun oleh Kantor Wilayah Kementerian Sosial Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 22 Juli 1993 melalui bantuan LOAN OECF Jepang tahun anggaran 1992/1993 dan 1997/1998. Panti mulai operasional pada tanggal 2 Desember 1994 dengan jumlah awal anak binaan 20 orang untuk wilayah kerja Propinsi Sumatera Barat. Terhitung 1 April 1995 jumlah anak binaan di tambah
7 7 menjadi 30 orang dan selanjutnya tanggal 1 April 1996 bertambah lagi menjadi 50 orang. PSBN TuahSakato Padang mempunyai 3 (tiga) wilayah kerja yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan Bengkulu. Anak penyandang tunanetra yang dibina di panti PSBN Tuah Sakato saat ini ada 50 orang anak. Panti Sosial Bina Netra ( PSBN ) Tuah Sakato Padang adalah suatu lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra, mempunyai tanggung jawab mewujudkan dan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan sosial penyandang tunanetra. Anak yang mengalami ketunanetraan dilatih orientasi mobilitasnya dan direhabilitasi fisik, mental, sosial, serta beberapa keterampilan seperti kerajinan tangan, belajar musik, pijat refleksi dan keterampilan lainnya. Panti Sosial Bina Netra menganjurkan agar anak yang keluar dari panti memiliki sebuah keahlian untuk bekal di kehidupan kelak. Masing-masing siswa diberi uang saku Rp5.000 per hari jadi sebulan mereka mendapat Rp Sebanyak Rp diserahkan pada mereka, sementara sisanya diharuskan untuk ditabung agar mereka nanti punya modal awal setelah tamat belajar di PSBN. Semua pelajaran harus mereka kuasai dalam waktu maksimal 3 tahun setelah itu mereka di determinasi (semacamwisuda). Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan bapak kepala panti, sasaran program di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk, Padang adalah:
8 8 a. Menciptakan penyandang cacat netra yang percaya diri. b. Meningkatkan jumlah penyandang cacat netra yang produktif dan potensial sehingga mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. c. Meningkatkan fungsi sosialnya yang kurang memiliki kemauan dan kemampuan bergaul dengan wajar, berkomunikasi melaksanakan kegiatan dan ketergantungan pada pihak lain. d. Keluarga, masyarakat dan lingkungannya ikut berperan aktif 6 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Panti Sosial Bina Netra (PSBN) adalah sebuah lembaga pelayanan sosial yang menampung dan memberdayakan penyandang cacat netra dengan pemberian pendidikan dan pelatihan skill untuk membentuk kepribadian mandiri tunanetra sehingga mampu berkarya menghasilkan sesuatu yang bernilai serta menjadi tunanetra yang percaya diri bersosialisasi dilingkungannya. Tunanetra harus mampu merubah pola pikirnya yang salah bahwa penyandang tunanetra tidak dapat menghasilkan, sebaliknya seorang tunanetra harus bisa berkarya demi merubah hidup ke arah yang lebih baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni Pemberdayaan Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk, Padang. 6 KamisarKamus, KepalaPantiSosialBinaNetra (PSBN) TuahSakato Kalumbuk Padang, Wawancara, tanggal20 Januari 2017
9 9 Dari rumusan masalah tersebut peneliti merumuskan ke dalam beberapa bentuk pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pemberdayaan di PSBN Tuah Sakato Kalumbuk, Padang? 2. Apa dampak pemberdayaan PSBN Tuah Sakato terhadap anggota binaan? 3. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi PSBN Tuah Sakato dalam memberdayakan anggota binaannya? C. TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN)Tuah Sakato, Padang. 2. Untuk mengetahui bagaimana dampak pemberdayaan PSBN Tuah Sakato, Padang terhadap anggota binaanya. 3. Untuk mengetahui bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi PSBN Tuah Sakato, Padang dalam memberdayakan anggota binaannya. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan luar sekolah.
10 10 2. Manfaat praktis Penelitian tentang pemberdayaan tunanetra oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN) diharapkan dapat menjadi : 1. Bahan referensi dan sekaligus merangsang minat peneliti lain untuk mengkaji masalah ini secara lebih mendalam lagi. 2. Bahan referensi dalam rangka mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan kajian kesejahteraan sosial. 3. Bagi Panti Sosial Bina Netra(PSBN) diharapkan dapat sebagai bahan acuan dalam membenahi upaya-upaya yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang, serta acuan apakah usaha yang dilakukan selama ini berhasil atau tidak. E. Penjelasan Judul Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman dan penafsiran serta untuk menyamakan persepsi dalam memahami penelitian ini, maka penulis memandang perlu terlebih dahulu menjelaskan tentang beberapa istilah yang terkandung dalam judul proposal skripsi Pemberdayaan Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuak, Padang yaitu sebagai berikut: Pemberdayaan: Pemberdayaan diartikan sebagai proses yang menekankan pada pemberian kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
11 11 menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. 7 Dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan upaya pemberian daya/kekuatan kepada masyarakat lemah, sehingga mereka mampu menggali potensi yang dimiliki dapat menentukan hidupnya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain dan mampu bersaing di tengah-tengah masyarakat. Tunanetra : Individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan yang baik. 8 Dapat diartikan bahwa tunanetra adalah manusia yang memiliki kekurangan pada alat indera penglihatannya yang menyebabkan gangguan dalam melihat sehingga mereka mengalami kesulitan untuk beraktifitas dan hidup di lingkungan sosialnya. Memberdayaan tunanetra maksudnya adalah memberikan upaya untuk pemberian daya dan kekuatan kepada penyandang tunanetra agar mereka dapat menggali potensi yang ada pada dirinya dan mampu hidup mandiri, tidak bergantung hidup pada orang lain. Panti Sosial Bina Netra : Sebuah lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat netra dibangun oleh Kantor Wilayah Kementerian Sosial Provinsi Sumatera 7 Totok Mardikanto, op.cit, h Luthfiyah Mazidah, Kesejahteraan Psikologis Tunanetra Dewasa Dini, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012). Tidak Diterbitkan
12 12 Barat pada tanggal 22 Juli Panti Sosial Bina Netra mempunyai tanggung jawab mewujudkan dan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan sosial penyandang cacat netra. Dapat disimpulkan pemberdayaan tunanetradi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) adalah suatu usaha melalui pendidikan dan pelatihan skill yang diberikan oleh Panti Sosial Bina Netra (PSBN) kepada tunanetra yang ada di panti tersebut agar tunanetra mampu memberdayakan diri dengan menggali potensi yang dimilikinya, sehingga mereka mampu menemukan harapanharapan baru dan kehidupan yang lebih baik. F. Sistematika Penulisan Agar dapat gambaran yang utuh tentang penelitian ini, penulis akan menampilkan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Menjelaskan dan menguraikan hal-hal sebagai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan. BAB II : Merupakan landasan teori yang berisikan tentang Teori mengenai pemberdayaan yaitu: pengertian pemberdayaan, proses pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kaum disabilitas, dampak pemberdayaan, tentang tunanetra yang terdiri dari pengertian tunanetra, klasifikasi tunanetra, dampak ketunanetraan, dan tentang panti sosial. BAB III : Metode penelitian.
13 13 BAB IV : Hasil penelitian yang mengungkap tentang bagaimana proses pemberdayaan tunanetra di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuak, Padang. BAB V : Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saransaran.
BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak belum tentu dapat dirasakan oleh semua orang. Berbagai macam perlakuan yang tidak layak sering dirasakan hampir pada semua orang, baik dalam pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di tuntut memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas permasalahan yang bersifat krusial seringkali dihadapi para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompleksitas permasalahan yang bersifat krusial seringkali dihadapi para perempuan. Beberapa hal yang menonjol antara lain dihadapkan pada persoalan pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau mewujudkan tujuan tersebut, maka dibutuhkan adanya hal-hal yang menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Semua perusahaan atau organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swasta, publik maupun lembaga sosial kemasyarakatan, tentu mempunyai suatu tujuan yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Munif Chatib yang dikutip oleh Sitiava Rizema Putra menyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara pendidik sebagai
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah anugerah Allah yang tak ternilai bagi manusia. Dengan kesehatan manusia dapat beraktivitas maupun bekerja secara optimal. Kesehatan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas mungkin kurang akrab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obyek Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul
BAB I PENDAHULUAN A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) Kehidupan manusia begitu unik dan rumit, ada kalanya senang, ada kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul permasalahan-permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun
Lebih terperinciDINA YULIANA. dalam pemberdayaan perempuan oleh BPP melalui KWT Mekar Asri di Dusun Mekar
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN OLEH BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) MELALUI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MEKAR ASRI DI DUSUN MEKAR MUKTI DESA PASIRMUKTI KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA DINA YULIANA ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditingkat sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia, sudah sepantasnya
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan sebelum anak memasuki jenjang pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik maupun mental yang sempurna. Namun pada kenyataannya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menjadi seseorang yang memiliki keterbatasan bukan keinginan atau pilihan hidup setiap manusia. Tentunya semua manusia ingin hidup dengan kondisi fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai
69 BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai Rehabilitasi Data hasil penelitian lapangan memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pada awal anak tuna netra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelum istilah Disabilitas mungkin kurang akrab disebagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbunyi: tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan kerja bagi setiap warganegara Indonesia merupakan hak yang dijamin oleh undang-undang dasar Negara kita, khususnya tersebut dalam pasal 27 ayat 2 yang berbunyi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Hal tersebut dapat terjadi pada kondisi fisik dan non fisik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Rakyat menjadi legitimasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagian fisiknya saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pemilik seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, penguasa seluruh alam. Jasad fisik berada dalam genggaman Allah yang menciptakan, dan Dia tidak bergantung
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya untuk anak normal saja, anak berkebutuhan khusus pun mempunyai hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak lepas dari rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang dimiliki oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia diera globalisasi semakin hari semakin pesat yang mengharuskan setiap individu memiliki kemampuan tinggi dan berpotensi misalnya dibidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu lahir dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang utama agar dapat tumbuh utuh secara mental, emosional dan sosial. Pertemuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur secara sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara mengucap rasa syukur, merawat, menjaga, dan. mengembangkan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Karena diluar sana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lain. Maka dari itu manusia hendaknya selalu bersyukur atas pemberian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah di Indonesia memasuki babak baru dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena itu keberhasilan suatu pembangunan sedikit banyak ditentukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Pada tahun 1954 dirintis oleh inspeksi sosial jawa timur dengan nama tempat latihan kerja menetap Budi Mulyo yang bertempat
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di tingkat sekolah merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral, etika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, oleh karena itu dibutuhkan tenaga - tenaga kerja yang terampil dan profesional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun keterampilan yang berguna bagi diri sendiri dan juga berguna untuk orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia pada prinsipnya memiliki masa depan dan mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik bagi masa depannya. Untuk dapat memiliki kehidupan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru, Media Pustaka Poenix, Jakarta, 2012, hlm. 572.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Kesehatan pada umumnya melekat pada diri manusia. Kesehatan adalah modal utama bagi seseorang untuk melakukan segala aktifitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinci2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian
Lebih terperinciUSAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kesejahteraan sosial bagi penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA Rencana Strategis Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat secara lengkap termuat dalam Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan suatu
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
- 107 - BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Lebih terperinciSekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler
Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Drs. Didi Tarsidi I. Pendahuluan 1.1. Hak setiap anak atas pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar seseorang menjadi dewasa dari segi biologis, psikologis dan paedagogis, yang sesuai dengan
Lebih terperinciMengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting
Mengatasi diskriminasi terhadap penyandang cacat: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menguraikan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu tertentu sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor, khususnya sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum upaya pelayanan kesejahteraan sosisal bagi anakanak terlantar diatas menjadi patokan dalam membentuk suatu lembaga pengganti peran dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.
Lebih terperinciEFEKTIVITAS TOKOH AGAMA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ISLAM MASYARAKAT DESA SUKOLILO KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI SKRIPSI
EFEKTIVITAS TOKOH AGAMA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ISLAM MASYARAKAT DESA SUKOLILO KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Lebih terperincimerupakan unit terkecil dari ruang lingkup masyarakat. Kesejahteraan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari pentingnya peran setiap keluarga sebagai masyarakat dari suatu negara. Seperti yang kita ketahui bahwa keluarga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan
Lebih terperinciE-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 221-229 Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinci1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.7 LATAR BELAKANG Seiring perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan di berbagai sector diantaranya perindustrian, transportasi dan kesehatan di Indonesia khususnya di Semarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
Lebih terperinciHAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karakter setiap anak merupakan cerminan lingkungan yang melekat pada anak tersebut. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan masyarakatnya dan paling penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan dalam kehidupan bahwa semua manusia yang lahir perlu mendapatkan pendidikan, karena pendidikan merupakan langkah yang tepat dalam rangka memupuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Penelitian 1. Sejarah Berdiri Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Padang dibangun pada tanggal 22 juli 1993 melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Penciptaan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga Anggaran Pendapatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak cacat adalah anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah anak yang memiliki kekurangan. Anak cacat atau berkelainan juga memiliki klasifikasi. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Selain itu di bidang pendidikan misalnya pendirian sekolah-sekolah
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memberikan kemudahan-kemudahan pelayanan bagi penyandang cacat baik itu di dalam penyediaan fasilitas umum di bidang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. para penyandang cacat netra di Jawa Timur. pelayanan rehabilitasi sosial kepada para penyandang cacat netra di Jawa
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan sosial merupakan keseluruhan usaha yang terorganisir dan mempunyai tujuan yang sama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2013 arah pembangunan kesehatan adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna jasmani dan rohani. Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara wajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Al-Qur`an merupakan pedoman hidup bagi seorang muslim. Semua tata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur`an merupakan pedoman hidup bagi seorang muslim. Semua tata cara dalam berbagai aspek kehidupan di dunia ini terpandu dalam Al-Qur`an. Karena itu seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Allah menciptakan alam semesta dan seisinya itu atas hak dan kehendak dan diperuntukkan bagi manusia agar bersyukur serta dapat mempelajari alam semesta ini guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, sebagai pembimbing dalam memecahkan setiap persoalan yang ada. Sehingga dengan pendidikan akan
Lebih terperinci