1. Akad 1.1. Pengertian Akad

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Akad 1.1. Pengertian Akad"

Transkripsi

1 1. Akad 1.1. Pengertian Akad BAB II AKAD IJARAH Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, setiap manusia perlu membuat kesepakatan atau dengan pihak lain dalam interaksi sosialnya sebagai anggota masyarakat. Kesepakatan atau perjanjian itu tidak dapat terlaksana tanpa ada kerjasama, tolong menolong dan pertukaran kebutuhan berupa barang dan jasa (manfaat). Kesepakatan atau perjanjian untuk melakukan tukar menukar kebutuhan berupa barang atau jasa itu dalam Hukum Islam disebut akad. Kata akad berasal dari bahasa Arab aqada-ya qidu- aqdan yang secara bahasa berarti membuat ikatan, perjanjian dan kesepakatan, baik ikatan itu secara konkrit (nyata) seperti mengikat tali, maupun secara abstrak (maknawi) seperti membuat ikatan atau kesepakatan jual beli ( aqdu al-bai ), ikatan perkawinan ( aqdu al-zawaj), ikatan atau kesepakatan sewa menyewa ( aqdu al-ijarah). Dalam bahasa Indonesia kata aqdan ditulis menjadi Akad Makna akad secara bahasa (etimologi) ini berkembang menjadi makna istilah (terminologi) dalam hukum Islam. Makna akad menurut istilah ulama secara umum berarti : segala sesuatu yang diniatkan atau ditekadkan didalam hati setiap orang yang melakukannya, baik niat atau tekad itu muncul dari keinginan satu pihak tanpa membutuhkan persetujuan atau keinginan pihak lain, seperti niat atau tekad untuk mewakafkan sesuatu, keinginan atau tekad untuk membebaskan hutang dari seseorang, niat atau tekad untuk menjatuhkan talak, maupun niat 14

2 15 atau tekad itu muncul dari satu pihak dan membutuhkan persetujuan atau kesepakatan pihak lain, seperti akad jual beli, keinginan pembeli untuk membeli suatu barang atau jasa membutuhkan persetujuan atau kesepakatan penjual untuk menjual barang/jasanya pada harga yang disepakati bersama Rukun dan Syarat akad Rukun Akad Menurut mayoritas ulama syafi iyah, malikiyah dan hanabilah, rukun akad ada tiga : a) Al- Muta aqidaini, dua pihak yang melakukan akad (subjek), kalau dalam akad al-ijarah terdiri dari pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa. b) Al-Ma qud alaih, yaotu yang menjadi objek dalam akad, terdiri dari bang yang disewakan dan sewa. c) Al-shighat, yaitu format akad yang terdiri dari ijab (kesediaan mengadaksan ikatan atau kesepakatan) dan qabul (kesediaan menerima ikatan atau kesepakatan). Menurut ulama Hananfiyah, rukun akad hanya satu, yaitu shighat ijab dan qabul, yaitu ungkapan yang digunakan sebagai pernyataan dari kerelaan dan kemauan kedua pihak, baik berupa ucapan, maupun berupa perbuatan, tulisan atau isyarat (Bahar 2014, 4) Syarat Akad Aqid (orang yang berakat), pihak-pihak yang melakukan akad itu telah cakap bertindak hukum (mukallaf) atau jika

3 16 objek akad itu merupakan milik orang yang belum cakap bertindak hukum, maka harus dilakukan oleh walinya(haroen 2000, 101) Ma qud alaih (objek akad), disyaratkan : a) Sesuatu yang disyariatkan ada dalam akad, maka tidak sah melakukan akad terhadap sesuatu yang tidak ada, seperti jual beli buah-buahan masih dalam putik. Akan tetapi para fuqahah mengecualikan ketentuan ini untuk ada salam, ijarah, hibah, dan istisna, meskipun barangnya belum ada ketika akad, akadnya sah karena dibutuhkan manusia. b) Objek akad adalah sesuatu yang dibolehkan syariat, suci, tidak najis atau mutanajis (benda yang becampur najis). Tidak dibenarkan melakukan akad terhadap sesuatu yang dilarang agama (mal ghairu mutaqawwim) seperti jual beli darah, narkoba dan lain sebagainya c) Objek akad dapat diserahterimakan dalam akad. Apabila barang tidak dapat diserah terimakan ketika akad, maka akadnya batal, seperti jual beli burung di udara d) Objek yang diakadkan diketahui oleh kedua belah pihak yang berakat. Caranya dapat dilakukan dengan menunjukan barang atau mengetahui objek yang diakadkan. e) Bermanfaat, baik manfaat yang akan diperoleh berupa materi ataupun immateri. Artinya, jelas kegunaan yang terkandung dari apa yang diakadkan tersebut.

4 Shighat akad, merupakan sesuatu yang bersumber dari dua orang yang akan melakukan akad yang menunjukan tujuan kehendak batin mereka yang mekukan akad. Sighat terdiri dari ijab dan qabul. Ijab dan qabul disyaratkan : Jelas menunjukan ijab dan qabul, artinya masing-masing dari ijab dan qabul jelas menunjukan maksud dari kehendak dua orang yang berakad Bersesuaian antara ijab dan qabul. Kesesuaian itu dikembalikan kepada setiap yang diakadkan. Bila seeorang mengatakan jual maka jawabannya adalah beli atau sejenisnya. Bila tejadi perbedaan antara ijab dan qabul, akad tidak sah Bersambumng antara ijab dan qabul. Ijab dan qabul terjadi pada satu tempat yang sama jika kedua belah pihak hadir bersamaan. Atau pada suatu tempat yang diketahui oleh pihak yang tidak hadir dengan adanya ijab(rozalinda 2016, 51) Bentuk Shighat (ijab dan qabul) : Ungkapan tentang kehendak akad bisa diwujudkan dengan dengan menggunaa shighat yang menunjukan keinginan untuk membentuk suatu akad. Shighat tersebut bisa berbentuk ucapan, perbuatan, isyarah, atau tulisan Lafal atau ucapan Lafal, ucapan atau perkataan merupakan cara alamiah untuk mengungkapkan kehendak yang terkandung dalam hati, yang banyak digunakan oleh manusia karena mudah dan jelas. Bahasa dan redaksi yang digunakan adalah bahasa dan redaksi yang dapat

5 18 dipahami oleh kedua belah pihak yang melakukan akad yang menunjukan kerelaan sesua dengan adat kebiasaan yang telah dikenal dan berlaku dikalangan masyarakat Akad dengan perbuatan Dalam istilah fiqh, akad semacam ini disebut akad bil mu athah atau at-ta ati atau al-murawadhah. Pengertian akad bil mu athah didefenisikan oleh Wahbah Zuhaili sebagai berikut : Artinya : Akad bil mu athah adalah suatu akad dengan cara tukar menukar langsung dengan perbuatan yang menunjukan kerelaan tanpa melafalkan dengan ijab dan qabul. Dari defenisi terdapat dapat dipahami bahwa akad bil mu athah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua orang dengan perbuatan langsung tanpa menggunakan ijab dan qabul. Para ulama berbeda pendapat tentang keabsahan akad bil mu athah : a. Menurut mazhab Hanafi dan Hanbali, akad bil mu athah dalam hal-hal yang telah dikenal oleh manusia hukumnya sah bauk barangna itu tidak begitu berharga (murah), seperti telur dan roti, maupun berharga (mahal), seperti rumah, tanah, mobil dan sebagainya. Dalam hal ini disyaratkan harga barang yang dijadikan objek akad telah diketahui dengan

6 19 jelas. Apabila harganya tidak diketahui maka akadnya menjadi fasid (rusak). Disamping itu, syarat lainnya bahwa tindakan ta athi bukan menggambarkan ketidakrelaannya atas akad yang dilakukan. b. Menurut mazhab Maliki dan asal Ahmad, akad dengan perbuatan atau bil mu athah hukumnya sah, apabila perbuatan tersebut secara jelas menunjukan kerelaan kedua belah pihak baik adanya sudah dikenal orang banyak atau belum. Pendapat yang kedua ini lebih luas dan longgar dari pada pendapat pertama yang membatasi dalam akad yang sudah dikenal oleh manusia. Dengan demikian menurut akad ini semua jenis akad, baik jual beli, ijarah, syirkah, wakalah dan akad-akad yang lain, kecuali akad nikah hukumnya sah dengan jalan mu athah. Hal ini karena landasannya adalah adanya sesuatu yang menunjukan kehendak ke dua belah pihak untuk membuat akad dan menunjukkan kerelaan keduanya, serta kesungguhannya. c. Menurut mazhan Syafi i, syi ah dan zahiriyah akad dengan perbuatan atau bil mu athah hukumnya tidak sah, karena tidak menunjukan keseriusan dalam bertransaksi. Hal ini oleh karena kerelaan adalah sesuatu yang samar, yang tidak bisa ditunjukkan kecuali dengan perkataan (lafal). Sedangkan perbutan memungkinkan adanya maksud lain dari akad, sehingga tidak bisa dipegangi sebagai akad. Oleh karena itu, disyaratkan untuk terwujudnya akad harus melalui lafal yang jelas atau kinayah atau semacamnya seperti isyarah.

7 Akad dengan isyarah Bagi orang yang mampu berbicara tidak dibenarkan akad dengan isyarat, melainkan menggunakan lisan atau tulisan. Adapun bagi mereka yang tidak dapat berbicara, boleh menggunakan isyarat, tetapi jika tulisannya bagus dianjurkan menggunakan tulisan. Hal itu dibolehkan apabila ia sudah cacat sejak lahir. Jika tidak sejak lahir, ia harus berusaha untuk tidak menggunakan isyarat Akad dengan tulisan Dibolehkan akad dengan tulisan, baik bagi orang yang mampu berbicara ataupun tidak, dengan syarat tulisan tersebut harus jelas, tampak dan dapat dipahami oleh keduanya. Sebab tulisan sebagaimana dalam kaedah fiqhiyah (tulisan Bagaikan Perintah) Ulama syafi iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa akad dengan tulisan adalah sahjika dua orang yang akad tidak hadir, akan tetapi jika yang akad itu hadir, tidak dibolehkan memakai tulisan sebab tulisan tidak dibutuhkan (Syafei 2001, 51) Macam-macam Akad Menurut ulama fiqh akad dibagi menjadi: Keabsahannya menurut syara terbagi pada (Haroen 2000, 107): 1) Akad sahih yaitu akad yang memenuhi rukun dan syaratnya. Hukum dari akad sahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad itu dan mengikat bagi pihak-pihak yang berakad. 2) Akad yang tidak sahih yaitu akad yang terdapat kekurangan pada rukun dan syaratnya, sehingga akibat hukum yang ditimbulkan tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakat.

8 21 Ulama Hanafiyah membagi akad yang tidak sahih ini kepada dua macam yaitu : akad yang batil dan akad yang fasad. Suatu akad dikatakan batil apabila akad itu tidak memenuhi salah satu rukunnya atau ada larangan langsung dari syara. Sedangkan akad fasid menurut mereka adalah suatu akad yang pada dasarnya disyariatkan, tetapi sifat yang diakadkan itu tidak jelas. Menurut ulama Hanafiyah akad Fasid ini bisa dianggap sah apabila unsur yang menyebabkn kefasidannya itu dihilangkan Segi penamaan terbagi pada(mas adi 2002, 106) a) Al- uqud al-musammah Yaitu akad yang telah ditentukan namanya oleh syara serta dijelaskan hukum-hukumnya, seperti jual beli, sewa menyewa, wasiat dan perkawinan dll. b) Al-uqud ghair al-musammah Yaitu akad-akad yang penamaannya dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan keperluan mereka disepanjang zaman dan tempat, seperti istisna dll. 2. IJARAH 2.1. Pengertian Ijarah dan Dasar Hukum Ijarah Pengertian Ijarah Ijarah berasl dari kata al-ajru, berarti al-iwadhu (ganti) dan diartikan sebagai upah yaitu pengupah seseorang atau beberapa orang yang mengerjakan suatu pekerjaan (Mujieb, Tholhah 1994, 114). Adapun secara terminologi, para ulama berbeda pendapat mendefenisikan ijarah, antara lain adalah sebagai berikut :

9 Menurut Ulama Hanafiyah (Suhendi 2010, 114). Artinya : Ijarah adalah akad kepemilikan manfaat yang Diketahui dan dengan dimaksud dari benda yang disewa dengan imbalan Menurut Syafi iyah (Syafe i 2001, 122) Artinya: Ijarah akad atas manfaat yang diketahui untuk maksud tertentu serta menerima ganti yang dibolehkan sebagai imbalan Menurut Malikiyah(Rozalinda 2016, 130). Artinya: Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti ( imbalan) Menurut Sayyiq Sabiq Artinya: Ijarah secara Syara ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. (Syafe I 2001, 121) Menurut Hasbi Ash-Sidiqie

10 23 Artinya: Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat. Berdasarkan pendapat para ulama di atas tidak ditemukan perbedaan yang mendasar tentang defenisi ijarah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ijarah adalah menukar sesuatu manfaat berupa barang maupun jasa dalam waktu tertentu melalui imbalan berupa sewa atau upah. Berdasarkan pengertian dan pendapat ulama diatas ijarah dapat dibagi atas dua macam yaitu: a) Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa menyewa. Dalam ijarah bagian pertama ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu benda. b) Ijarah atas pekerjaan, disebut juga upah-mengupah. Dalam ijarah bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau pekerjaan seseorang. Pihak pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah. Ajir atau tenaga kerja terbagi menjadi dua macam a. Ajir (tenaga kerja) khusus, yaitu orang yang bekerja pada satu orang untuk masa tertentu. dalam hal ini ia tidak boleh bekerja untuk orang lain selain orang yang mempekerjakannya. Contohnya seseorang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada orang tertentu.

11 24 b. Ajir (tenaga kerja) musytarak, yaitu orang yang bekerja untuk untuk lebih dari satu orang, sehingga mereka bersekutu didalam memanfaatkan tenaganya. Hukumnya adalah ia (ajir musytarak) boleh bekerja untuk semua orang, dan orang yang menyewa tenaganya bekerja kepada orang lain. Ia (ajir musytarak) tidak berhak atas upah kecuali dengan bekerja (Muslich 2013, ) Dasar Hukum Ijarah Landasan Al-Quran Para ulama fiqih mengatakan yang menjadi dasar kebolehan akad ijarah adalah berdasarkan Al-Quran, Sunnah dan Ijma. a) Surat Al-Thalaq ayat 6: :.... Artinya : Apabila wanita-wanita itu menyusukan anakmu, maka berikanlah upahnya. (Departemen Agama RI 2001, 310) b) Surat Al-Baqarah ayat 233 :

12 25... : Artinya :.Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama RI 2001, 29) c) Surat Az-Zukhruf ayat 32 : ) Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (Departemen Agama RI 2001, 392). d) Surat Al-Qashas ayat :

13 26 Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu putriku ini, atas dasar kamu bekerja denganku delapan tahun, dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak ingin memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (Deprtemen Agama RI 2001, 310) Landasan Sunnah Para ulama mengemukakan alasan kebolehan ijarah salah satunya terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Sebagai berikut : :

14 27 Artinya : Hadits dari Musdad akhbarana Yazid Ibn Jurai Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi SAW pernah mengupah seorang tukang bekam kemudian membayar upahnya. (H.R Bukhari) Hadis di atas menjelaskan tentang kebolehan mengupah. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah. Artinya: Dari Ibn Umar semoga Allah merihdoinya sesungguhnya Rasul SAW bersabda, berikanlah upah sebelum keringat buruh atau pekerja itu kering (HR. Ibnu Majah) (Masyur 1992, 516). Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mempekerjakan harus menyegerakan pembayaran upah kepada pekerja secepatnya. Adapun hadis lain : Artinya: Barang siapa yang mempekerjakan seseorang menjadi buruh, maka beritahulah upah mereka (HR. Abd Razaq dan Abu Hurairah) (Az-Zuhaili 1989, 730) Hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi SAW memerintahkan untuk menentukan jumlah upah terhadap

15 28 orang yang dipekerjakan, sehingga tidak terjadi perselisihan pada kedua belah pihak, serta tidak ada pihak yang merasa dirugikan Landasan Ijma Mengenai kebolehan ijarah para ulama sepakat. Tidak ada seorangpun ulama yang membantah kesepakatan (Ijma ) ini sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang berbeda pendapat akan tetapi itu tidak dianggap (Sabiq 1987, 11). 2.2 Rukun Dan Syarat Ijarah Rukun Ijarah Layaknya sebuah transaksi ijarah dapat dikatakan sah apabila memenuhi sebuah rukun dan syarat. Agar transaksi upah mengupah menjadi sah, harus memenuhi rukun dan syaratnya. Menurut ulama Hanafiyah rukun dari ijarah hanya satu ijab dan qabul. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang berakad, imbalan, manfaat termasuk kedalam syarat-syarat ijarah, bukan rukunnya (Haroen 2000, 231). Sedangkan menurut jumhur ulama rukun ijarah ada empat yaitu : orang yang berakad, adanya upah, manfaat kerja sama, serta adanya shighat (ijab dan qabul). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut : Orang yang berakad. Mu'jir dan Musta'jir. Mu'jir adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk

16 29 mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Musta'jir adalah orang yang menyumbangkan tenaganya atau orang yang menjadi tenaga kerja dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari hasil kerjanya itu Objek Transaksi. Pekerjaan yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki manfaat yang jelas seperti : menyelesaikan pekerjaan proyek, membajak sawah dan sebagainya. Sebelum melakukan sebuah akad ijarah hendaknya manfaat yang akan menjadi objek ijarah harus diketahui secara jelas agar terhindar dari perselisihan di kemudian hari baik jenis, sifat barang yang akan disewakan ataupun pekerjaan yang akan dilakukan. Apabila manfaat yang akan menjadi objek ijarah tersebut tidak jelas maka akadnya tidak sah. Misalnya. Menyewakan motor hanya untuk duduk di atasnya, atau karena dilarang oleh agama Islam. Seperti menyewa seseorang untuk membinasakan orang lain. Perjanjian sewa menyewa barang atau suatu pekerjaan yang manfaatnya tidak dibolehkan oleh ketentuan agama adalah tidak sah atau wajib untuk ditinggalkan. (Rusyd TTh, 218) Imbalan atau upah yang akan diterima oleh buruh dari hasil kerjanya. Dapat kita ketahui bahwa ijarah adalah sebuah akad yang mengambil manfaat dari barang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Syara' yang berlaku. Oleh

17 30 sebab itu pelaksanaan sewa atau imbalan mesti jelas dengan ketentuan awal yang telah disepakati Shighat yaitu ijab dan qabul. Shighat pada akad merupakan suatu hal yang penting sekali karena dari shighatlah terjadinya ijarah. Karena shighat merupakan suatu bentuk persetujuan dari kedua belah pihak untuk melaksanakan ijarah. Dalam shighat ada ijab dan qabul. Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu'jir) untuk menyewakan barang atau jasa sedangkan qabul merupakan jawaban persetujuan dari pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu'jir. Misalnya anda bersedia bekerja pada proyek ini dalam waktu dua bulan dan dengan upah perharinya Rp ,- dan jenis pekerjaannya yaitu pekerjaan jalan? kemudian buruh menjawab "ya", saya bersedia." (Syarifuddin 2003, ) Syarat Ijarah Syarat merupakan sesuatu yang bukan bagian dari akad, tapi sahnya sesuatu tergantung kepadanya. Adapaun syarat-syarat transaksi ijarah yaitu : Dua orang yang berakad (Mu'jir dan Musta'jir) disyaratkan : a) Berakal dan mumayiz, namun tidak disyaratkan baligh, Maka tidak dibenarkan mempekerjakan anak yang belum mumayiz dan belum berakal. Ini berarti para pihak yang melakukan akad ijarah harus sudah cakap bertindak

18 31 hukum, sehingga semua perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan (Rozalinda 2005, 105) b) Kerelaan ( An-Tharadhin) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaanya untuk melakukan akad ijarah. Dan para pihak berbuat atas kemauan sendiri. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. Karena Allah melarang penindasan atau intimidasi sesama manusia tapi dianjurkan saling meridhai sesamanya (Ghazaly, Ihsan, Shidiq 2012, 279). Sebagaimana Firman Allah dalam Surat An-Nissa ayat 29: ( : ) Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (Departemen Agama RI 2001, 65) Sesuatu yang diakadkan ( pekerjaan) disyaratkan : a) Manfaat dari pekerjaan harus yang dibolehkan syara, maka tidak boleh ijarah terhadap maksiat seperti mempekerjakan seseorang untuk mengajarkan ilmu sihir

19 32 atau mengupah orang untuk membunuh orang lain (Haroen 2007, 233). b) Manfaat dari pekerjaan harus diketahui oleh kedua pihak sehingga tidak muncul pertikaian dan perselisihan di kemudian hari. Baik jenis, sifat dan ketentuan dari barang yang akan disewakan ataupun pekerjaan yang akan dilakukan. Apabila manfaat yang akan menjadi objek ijarah tersebut tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Misalnya menyewakan durian untuk dicium baunnya atau karena adanya larangan agama seperti menyewakan seseorang untuk membinasakan orang lain. Perjanjian sewa menyewa barang atau suatu pekerjaan yang manfaatnya tidak dibolehkan oleh ketentuan agama adalah tidak sah atau wajib untuk ditinggalkan (Haroen 2007, 231). c) Manfaat dari objek yang akan diijarahkan seseuatu yang dapat dipenuhi secara hakiki. d) Jelas ukuran dan batas waktu ijarah agar terhindar dari persengketaan atau perbantahan. e) Jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh tukang dan pekerja. Penjelasan ini diperlukan agar antara kedua belah pihak tidak terjadi perselisihan. Misalnya pekerjaan membangun rumah sejak fondasi sampai terima kunci, dengan model yang tertuang dalam gambar. Atau pekerjaan menjahit baju jas lengkap dengan celana, dan ukurannya jelas (Muslich 2013, ).

20 33 f) Perbuatan yang diijarahkan bukan perbuatan yang diwajibkan bagai musta'jir seperti Sholat, puasa dan lainlain g) Pekerjaan yang diijarahkan menurut kebiasaan dapat diijarahkan (Rozalinda 2005, 106) Upah atau imbalan disyaratkan a) Upah berupa benda yang diketahui yang dibolehkan manfaatnya. Sehubungan dengan ini Nabi SAW menjelaskan bahwa : :. : Artinya : "Dari abu Sa'id al-khudri R A menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda : Barang siapa yang mempekerjakan seseorang maka hendaklah menyebutkan upahnya." (HR. Abd Razaq dan Abu Hurairah) (Az-Zuhaili 1989, 730) b) Sesuatu yang berharga atau dapat dihargai dengan uang sesuai dengan adat kebiasaan setempat. c) Upah atau imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang diakadkan misal sewa rumah dengan rumah, upah menegerjakan sawah dengan sebidang sawah. Syarat seperti ini sama dengan riba. (Mas adi 2002, 187) d) Upah harus seimbang dengan jasa yang diberikan atau sepadan dengan kondisi pekerjaannya (Rahman 1996, 42).

21 34 e) Imbalan atau upah itu benar-benar memberikan manfaat baik berupa barang atau jasa, sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama sehingga kedua belah pihak saling merasa puas dan tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lainnya. Artinya terhadap janji yang dibuat oleh kedua belah pihak tersebut memang mesti ditunaikan sebagaimana firman Allah SWT. Yang mengatakan tentang perjanjian dalam surat Al-Maidah ayat 1: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqadaqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya ( QS. Al-Maidah ayat : 1). f) Keberadaan upah dan hubungannya dengan akad Menurut ulama Syafi iyah dan Hanabilah, keberadaan upah bergantung pada adanya akad. Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, upah dimiliki berdasarkan akad itu sendiri, tetapi diberikan sedikit demi sedikit, bergantung pada kebutuhan aqid (Syafe i 2001, 132)

22 Shighat (ijab dan qabul) disyaratkan berkesesuaian dan menyatunya majelis akad seperti yang disyaratkan dalam akad jual beli. Maka akad ijarah tidak sah jika antara ijab dan qabul tidak sesuai seperti antara objek akad atau batas waktu (Rozalinda 2016, 133). 2.3 Bentuk-bentuk Ijarah dan Berakhirnya Ijarah Bentuk-bentuk Ijarah Dari segi objeknya ijarah terbagi kepada dua macam yaitu : a) Ijarah yang bersifat manfaat. Pada ijarah ini khusus akad sewa menyewa manfaat benda, misalnya sewa menyewa rumah, toko, kendaraan dan lain-lain. b) Ijarah yang bersifat pekerjaan (jasa). Yaitu dengan mempekerjakan seseorang melakukan suatu pekerjaan. Menurut ulama fiqih ijarah seperti ini adalah boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas. (Rozalinda 2016, 131) Ijarah ini berlaku dalam beberapa hal seperti menjahit pakaian, membangun rumah, dan lain-lain. Ijarah ala al-a mal (upah mengupah) terbagi kepada dua yaitu : a) Ijarah Khusus Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya orang yang bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang memberinya upah. b) Ijarah Musytarak Yaitu ijarah yang dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerjasama. Hukumnya dibolehkan bekerja sama dengan orang lain. (Syafe i 2001, 133) Contohnya

23 36 orang yang bekerja di perusahaan atau bekerja di bawah komando seorang pemborong Berakhirnya Ijarah Akad ijarah akan berakhir apabila : Objek dari akad tersebut hilang atau musnah, seperti rumah yang disewakan terbakar atau seseorang menjahitkan bajunya kepada tukang jahit kemudian hilang Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir, apabila yang disewakan rumah maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang maka ia berhak menerima upahnya. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqih Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad dalam akad ijarah, maka tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak batal dengan wafatnya salah seorang yang berakad karena manfaat, menurut mereka boleh diwariskan dan ijarah sama dengan jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan disita negara karena terkait hutang yang banyak, maka akad ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat membatalkan akad ijarah, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis (bangkrut). Akan tetapi menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan akad ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu

24 37 hilang, seperti terbakar dan di terjang banjir (Haroen 2007, 237). 2.4 Kewajiban dan Hak-hak dalam Ijarah Dengan terpenuhinya rukun dan syarat yang dijelaskan di atas maka akan menimbulkan adanya hubungan hukum antara mu'jir dan musta'jir sehingga akan melahirkan hak dan kewajiban. Secara sederhana tujuan mu'jir mempekerjakan musta'jir adalah untuk mendapatkan keuntungan dari hasil kerja musta'jir, kewajiban musta'jir adalah hak bagi mu'jir. Misalnya seorang pimpinan proyek mempekerjakan buruh bertujuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya tepat pada waktunya, dan itu adalah hak bagi pimpinan proyek. Untuk mendapatkan haknya itu mu'jir harus menunaikan juga kewajibannya terhadap musta'jir. Jika mu'jir hanya menuntut haknya sedangkan kewajiban tidak ditunaikan maka ini adalah dzalim. Dzalim di sini maksudnya mu'jir menganiaya musta'jir dengan mengeksploitasi tenaganya untuk memperoleh keuntungan dari hasil kerja tanpa memberikan hak mereka. Dan untuk itu pekerja juga harus menunaikan kewajibannya. Adapun kewajiban musta'jir dengan adanya hubungan hukum tersebut adalah sebagai berikut : a) Mengerjakan atau menunaikan pekerjaan yang diperjanjikan. b) Benar-benar bekerja sesuai perjanjian c) Mengerjakan pekerjaan dengan tekun dan teliti d) Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya. Untuk dikerjakannya, sedangkan kalau pekerjaan itu berupa

25 38 urusan, mengurus urusan itu dengan semestinya (Pasaribu, 156). e) Mengganti kerugian kalau ada barang yang rusak, apabila kerusakan ini dilakukan dengan kesengajaan atau kelengahannya. Sedangkan yang menjadi hak musta'jir yang wajib dipenuhi oleh mu'jir adalah : a) Hak atas upah sesuai dengan yang diperjanjikan b) Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan c) Hak atas jaminan sosial, terutama sekali menyangkut bahaya yang dialami oleh pekerja dalam melakukan pekerjaan (Pasaribu, 156). Secara umum dapat disimpulkan hak-hak musta'jir adalah sebagai berikut : a) Pekerja berhak menerima upah memungkinkan baginya menikmati kehidupan yang layak. Jika majikan membayar upah buruh dengan upah yang kurang atau membebani mereka dengan pekerjaan yang berat atau mempekerjakan mereka di luar batas kemampuannya, atau mempekerjakan di luar batas waktu tanpa ada ganti rugi atau tambahan atas kelebihan pekerjaan yang dilakukannya(rahman 1995, 390). b) Tidak diberikan pekerjaan di luar batas kemampuan fisiknya dan jika pekerja dipercayakan untuk menangani pekerjaan yang sangat berat, maka harus diberi bantuan moril atau materil.

26 39 c) Penentuan upah yang layak harus dibuat untuk pembayaran atas jasa dan jerih payah bagi mereka. d) Para mu'jir harus menyediakan akomodasi yang layak agar efisiensi kerja mereka tak terganggu e) Musta'jir harus diberlakukan dengan baik dan sopan. Menurut Syafi i dan Ahmad, imbalan berhak didapatkan dengan akad itu sendiri. Jika orang yang menyewakan menyerahkan barang atau jasa, maka dia berhak mendapatkan seluruh sewa. Orang yang menyewa sudah lah memiliki hak atas manfaat dengan akad penyewaan. Karenanya, sewa wajib dia serahkan agar penyerahan barang kepadanya bersifat mengikat. Dalam fikih sunnah Sayyid Sabiq menjelaskan ada beberapa ketentuan untuk memperoleh hak atau menerima upah dalam transaksi ijarah, hak tersebut adalah (Sabiq 2009,267). a) Pekerjaan telah selesai dikerjakan. Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda berikanlah upah sebelum keringat buruh atau pekerja itu kering b) Mendapatkan manfaat apabila akad dilakukan pada barang. Apabila barang tersebut rusak sebelum diambil manfaatnya dan masa penyewaan belum berlalu, maka penyewaan batal c) Adanya kemungkinan untuk mendapatkan manfaat. Jika masa sewa berlangsung, ada kemungkinan untuk mendapatkan manfaat dari barang sewaan meskipun tidak sepenuhnya.

27 40 d) Mendahulukan pembayaran sewa. Atau kesepakatan bersama untuk menangguhkan biaya sewa. 2.5 Penentuan Upah Kerja dan Pembayarannya Masalah yang paling penting dalam ijarah adalah menyangkut pemenuhan hak-hak musta'jir, terutama sekali hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan, hak-hak atas jaminan sosial, dan hak atas upah yang layak. Untuk itu perlu dikaji tentang ketentuan hakhak musta'jir terutama tentang upah. Persoalan upah hanya secara umum yang ada dalam Al-Qur'an, diantaranya yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 90 sebagai berikut : Artinya : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang melakukan perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran". : Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan untuk berlaku adil dan berbuat dermawan kepada kaum kerabat. Menurut Chairul Pasaribu dalam bukunya Perjanjian Kerja menyatakan bahwa kata "kerabat" dalam ayat di atas dapat diartikan dengan "tenaga kerja", sebab pekerja tersebut sudah merupakan bagian dari suatu perusahaan kalau bukan karena jerih payah pekerja tidak mungkin majikan dapat berhasil menyelesaikan pekerjaannya(pasaribu, 157).

28 41 Jadi Allah melarang penindasan dengan mempekerjakannya tetapi tidak membayarkan upahnya. Disamping itu Rasulullah sendiri pernah melakukan pengupahan terhadap seorang bekam, namun Nabi karena telah menggunakan jasanya tetap menunaikan upahnya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits sebagai berikut : : Artinya : "Hadits dari Yazid, Ibn jura'ijarah Khalid dari Ikrimah,serta Ibn Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengupah seorang tukang bekam kemudian membayar upahnya"( H.R Abu Daud)(Sham, 210) Dalam hadits berikutnya juga dijelaskan bahwa di akhirat ada tiga golongan yang diancan dan dimusuhi Allah kelak. Salah satu diantaranya adalah majikan yang mempekerjakan seorang buruh kemudian tidak memberikan haknya secara layak, tidak membayar upahnya padahal buruh telah memenuhi kewajibannya dengan semestinya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut : Artinya : "Dari Yusuf bin Muhamad berkata menyampaikan kepada ku Yahya bin Salam dari Ismail bin Aminah dari Sa'id bin Abi Sa'id dari Abu Hurairah R.A dari Nabi SAW bersabda :" Allah SWT berfirman ada tiga orang yang aku musuhi di hari kiamat yaitu :

29 42 orang yang berjanji dengan nama-ku, kemudian dia berkhianat, orang menjual manusia merdeka kemudian memakan harganya, dan orang yang mempekerjakan buruh lalu ia ambil tenaganya dengan cukup tetapi tidak membayar upahnya"( H.R Bukhari) (Al Bukhari, 24). Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Allah membenci orang yang mempekerjakan buruh sesuka hatinya, menyuruh buruh bekerja lalu tidak menunaikan upah sesuai dengan perjanjian padahal jika seseorang telah melakukan akad kerjasama maka harus ditunaikan sesuai dengan firman Allah dalam surat al-maidah ayat 1 : : ) Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu" (Departemen Agama RI, 84) Ayat ini mengandung maksud bahwa jika majikan dengan pekerja melakukan akad kerja sama, misalnya majikan akan membayar upah pekerja setiap minggu, membayar upah Rp ,- perhari, maka majikan wajib menunaikan akad yang telah disepakati itu maka tidak boleh mengingkarinya, melalaikannya atau tidak membayarkan sama sekali. Salah satu norma ditentukan Islam adalah memenuhi hak-hak pekerja. Islam tidak membenarkan jika seseorang pekerja mencurahkan jerih payahnya dan keringatnya sementara upah tidak didapatkan, dikurangi, dan ditunda-tunda(qardawi 1997, 403). Pada dasarnya semua kegiatan manusia akan diberikan balasan yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Seorang hamba tidak akan dirugikan dan tidak merugikan. Sesuai dengan Al-Ahqaaf ayat 19 sebagai berikut :

30 43 Artinya : " Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka, sehingga mereka tiada dirugikan." Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dari kata "Allah mencukupkan balasan sehingga mereka tiada dirugikan" berarti ada jaminan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dan jaminan tentang upah yang layak (cukup) kepada setiap pekerja. Jadi jika ada pengurangan dalam upah mereka tanpa adanya pengurangan kinerja pekerjaannya maka hal itu dianggap ketidakadilan dan penganiayaan. Ayat ini memperjelas bahwa upah kerja ditentukan berdasarkan kerjanya dan sumbangsihnya dalam proses produksi, untuk itu harus upah mereka harus dibayar dan tidak dikurangi dan juga tidak lebih dari apa yang dikerjakannya. Selanjutnya, perlu diketahui juga kapan upah harus dibayarkan oleh para majikan. Untuk menjawab itu nabi SAW mengatakan dalam haditsnya sebagai berikut : ( ) Artinya : "Dari Abdullah Bin Umar berkata : Rasulullah SAW Bersabda Bayarkanlah upah buruh sebelum keringatnya".(h.r Ibnu Majah)

31 44 Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi SAW memerintahkan, bayarkanlah upah buruh itu sebelum kering keringatnya, artinya upah pekerja dibayarkan secepatnya (selesai bekerja buruh langsung menerima upahnya). Jenis ini sering digunakan untuk buruh kasar seperti kuli bangunan, tukang angkat, buruh tani dan yang sejenis dengannya. Dan juga dapat diberikan pengertian bahwa pekerja menerima upahnya sebelum keringatnya artinya, pekerja menerima upah menurut kebiasaan daerah setempat. Ataupun menurut aturan yang berlaku bagi pegawai negeri yang menerima gaji perbulan. Sedangkan bagi pekerja yang tidak ada aturan yang mengaturnya perlu adanya perjanjian kerja dan dilaksanakan sesuai dengan perjanjian itu. Untuk itu dalam perjanjian kerja mu'jir harus menetapkan kapan dan berapa jumlah upah yang akan diterima musta'jir sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut : : ( : ). Artinya : "Dari Abu Sa'id al-khudri R.A menceritakan bahwa Nabi SAW bersabda barang siapa yang mempekerjakan seorang maka hendaklah menyebutkanlah upahnya." (H.R. Bukhari) (Muhammad, 24) 2.6 Tujuan Upah-mengupah Setiap hukum yang ditetapkan oleh Allah ada tujuannya, sebagai seorang mujtahid harus mengetahui tujuan hukum itu. Sebagaimana ungkapan Fathurahman dalam bukunya Filsafat Hukum Islam sebagai berikut: Tujuan hukum harus diketahui oleh mujtahid dalam rangka mengembangkan pemikiran dalam Islam secara umum dan menjawab

32 45 persoalan-persoalan hukum kontemporer, yang khususnya tidak didapatkan secara ekspilit dalam al-qur an dan Sunnah. Selain itu tujuan hukum harus diketahui dalam rangka mengetahui apakah suatu kasus masih dapat diterapkan berdasarkan satu kesatuan huum, karena adanya perubahan struktur sosial, hukum tersebut tidak dapat diterapkan (Djamil 1999, 124). Kutipan di atas dapat diketahui bahwa seorang mujtahid harus mengetahui tujuan disyari atkannya hukum untuk dapat dikembangkan sesuai dengan zamannya, yaitu dalam masalah muamalah, termasuk tujuan disyariatkannya akad ijarah (upahmengupah). Tujuan dari hukum itu adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari dari mudharat, baik di dunia dan ahkirat. Begitu juga disyariatkan akad ijarah (upah-mengupah), yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan di dunia dan ahkirat. Untuk mewujudkan kemaslahatan itu ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan, kelima unsur pokok itu adalah agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Jadi tujuan disyari atkannya ijarah adalah untuk memelihara harta agar manusia tidak mengambil harta orang lain dengan cara yang bathil. Karena mengambil harta orang lain secara bahtil itu dilarang oleh Allah, karena akan menimbulkan mafsadat yaitu terancamnya eksistensi harta menjadi harta yang haram. 2.7 Hikmah Ijarah Hikmah disyari atkanya ijarah dalam bentuk pekerjaan atau upah mengupah adalah karena dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri.

33 46 Apabila seseorang ingin mendirikan rumah tentu ia tidak akan bisa sendiri, walaupun ada yang bisa dan ini pun akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Perlu adanya buruh untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu, di samping itu buruh juga butuh upah untuk biaya hidup dan untuk menghidupi keluarganya. Tujuan dibolehkan ijarah pada dasarnya adalah untuk mendapatkan keuntungan materil. Namun itu bukanlah tujuan akhir karena usaha yang dilakukan dan upah yang diterima merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun hikmah diadakannya ijarah antara lain yaitu : a. Membina ketenteraman dan kebahagiaan Dengan adanya ijarah akan mampu membina kerja sama antara mu'jir dan musta'jir. Sehingga akan menciptakan kedamaian di hati mereka. Dengan diterimanya upah dari orang yang memakai jasa, maka yang memberikan jasa dapat memenuhi kebutuhan sehariharinya. Apabila kebutuhan hidup terpenuhi maka musta'jir tidak lagi resah ketika hendak beribadah kepada Allah. b. Memenuhi nafkah Keluarga Salah satu kewajiban seorang muslim adalah memberikan nafkah kepada keluarganya, yang meliputi istri, anak-anak dan tanggung jawab lainnya. Dengan adanya upah yang diterima musta'jir maka kewajiban tersebut dapat terpenuhi. Kewajiban itu sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 233 sebagai berikut : ( : )..

34 47 Artinya : Dan kewajiban Ayah memberi makan dan pakaian kepada (istri-istri) dengan cara yang ma ruf. ( al-baqarah 233) c. Memenuhi hajat hidup masyarakat Dengan adanya transaksi ijarah khususnya tentang pemakaian jasa, maka akan mampu memenuhi hajat hidup masyarakat baik yang ikut bekerja maupun yang menikmati hasil proyek tersebut. Maka ijarah merupakan akad yang mempunyai unsur tolong menolong antar sesama. d. Menolak kemungkaran Di antara tujuan ideal berusaha adalah dapat menolak kemungkaran yang kemungkinan besar akan dilakukan oleh yang menganggur. Pada intinya hikmah ijarah yaitu untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ya qub 1994, 47).

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Ijarah Upah dibahas pada bab ijarah, yaitu sewa menyewa. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran semakna dengan kata al-iwad

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA 61 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. Rukun dan syarat yang berakad Catonan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang 60 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH A. Aspek Hukum Tentang Ijarah Ijarah dalam istilah terminologi merupakan akad atas manfaat yang di perbolehkan penggunaanya,

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h 169 Al-Qur an / BAB Hadist I al-zukhruf/ 43: 32 Lampiran Terjemahan Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 29/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH Menimbang

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO A. Analisis terhadap Mekanisme Upah Borongan Buruh Hukum Islam terus hidup dan harus terus

Lebih terperinci

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO A. Analisis Perubahan Harga dalam Jual Beli Cabe dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG A. Analisis Implementasi Penetapan Tarif oleh Kondektur Bis Surabaya- Semarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ARISAN, AKAD DAN PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ARISAN, AKAD DAN PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ARISAN, AKAD DAN PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM 1. Tinjauan Umum Tentang Arisan 1.1. Sejarah Arisan Hampir seluruh penduduk di pelosok tanah air mengenal yang namanya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Handphone Black Market di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA 54 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA A. Analisis Pelaksanaan Komersialisasi Doa di Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Komersialisasi doa dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG Pengembangan Bisnis Melalui Model Waralaba Syari ah di Laundry Polaris Semarang Di dalam konteks fiqh klasik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 23 BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Sewa Menyewa (Ija>rah) Sebelum dijelaskan pengertian sewa-menyewa dan upah atau ija>rah, terlebih dahulu akan dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO A. Analisa Hukum Islam Terhadap Akad Jasa Iklan Perseroan Terbatas Radio Swara Ponorogo Dalam bisnis jasa periklanan,

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM

BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM 1. Prinsip-prinsip Muamalah Dalam Islam Agar kegiatan muamalah seseorang sejalan dengan ketentuan agama maka dia harus menyelaraskan dengan prinsip-prinsip muamalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi Bisnis database pin konveksi adalah sebuah bisnis dimana objek yang diperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul. RINGKASAN Manusia sebagai hamba Allah yang statusnya makhluk sosial, dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk memenuhi haknya diperlukan adanya suatu tatanan hukum yang mampu mengatur dan mengayomi hubungan

Lebih terperinci

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Batu Bata yang Terjadi di Kampung Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan pemaparan terkait Pembayaran Hutang dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka 1 IBNU KHOLDUN (10220052) PENDAPAT TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG PIUTANG PANENAN KOPI (Studi Kasus Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Pada akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama islam adalah agama yang penuh kemudahan dan menyeluruh meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang

Lebih terperinci

Perdagangan Perantara

Perdagangan Perantara Perdagangan Perantara Diriwayatkan dari Hakim bin Hazzam dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Biarkan Allah memberi rizki kepada sebagian manusia dari sebagian yang lain. Maka, jika seorang

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB II IJARAH MENURUT HUKUM ISLAM

BAB II IJARAH MENURUT HUKUM ISLAM BAB II IJARAH MENURUT HUKUM ISLAM 2.1. Pengertian Ijarah dan Dasar Hukum Ijarah 2.1.1 Pengertian Ijarah Ijarah adalah perjanjian sewa-menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa,

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Dewan Syariah Nasional setelah, PENJADWALAN KEMBALI TAGIHAN MURABAHAH Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli Secara bahasa, kata bai berarti pertukaran secara mutlak. Masing-masing dari kata bai dan syira digunakan untuk mennjuk sesuatu yang ditunjuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Semarang 1. Analisis akad qardh wal ijarah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI MINDRINGAN DI DESA BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP Dalam kehidupan masyarakat, jual beli yang sering digunakan adalah jual beli yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Suku Cadang Motor Honda

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle L/C Impor Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya. 49 BAB IV TINJAUAN SADD AZ -Z ARI> AH TERHADAP PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI RAK ANTARA PRODUSEN DAN PEDAGANG PENGECER DI JALAN DUPAK NO. 91 SURABAYA A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Umum Akad Ijarah Dalam istilah fiqh, akad secara umum merupakan sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf,

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UJRAH Pengertian Ujrah

BAB III KONSEP UJRAH Pengertian Ujrah 32 3.1. Pengertian Ujrah BAB III KONSEP UJRAH Pengertian upah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayaran tenaga yang sudah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN A. Analisis tentang Pelaksanaan Utang Piutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring Utang piutang

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia,

Lebih terperinci

Penyewaan Benda-benda

Penyewaan Benda-benda Penyewaan Penyewaan adalah akad atas manfaat (jasa) dengan penukar (imbalan). Di dalamnya ada tiga bentuk: Bentuk pertama, yaitu yang akad di dalamnya terjadi pada jasa benda-benda, seperti menyewa rumah,

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya

Lebih terperinci

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution. Bagi Hasil: Mudharabah Musyakarah SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity POOLING DANA Alhamdulillah... Pembiayaan/Jual Beli: Murabahah Angsuran Murabahan Sekaligus Sewa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 31/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PENGALIHAN HUTANG Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan

Lebih terperinci

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang BAB II LANDASAN TEORI Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang mendasari dan mendukung penelitian. A. Pengertian Koperasi Di dalam ilmu ekonomi, pengertian Koperasi adalah suatu

Lebih terperinci

Konversi Akad Murabahah

Konversi Akad Murabahah Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Konversi Akad Murabahah Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021) Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta 10320 Telp. (021) 392 4667 Fax: (021) 391 8917 FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang SALE AND LEASE BACK ( )

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu menyajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh (calon) peneliti. Relevan yang (calon) peneliti maksud

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan: Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan Dari: Dani, Sulawesi Selatan (disidangkan pada hari Jum at, 23 Jumadilakhir 1432 H / 27 Mei 2011 M) As-salaamu alaikum wr. wb. Divisi

Lebih terperinci

Pedoman Umum Asuransi Syariah

Pedoman Umum Asuransi Syariah Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pedoman Umum Asuransi Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal. Sebagaimana Firman Allah SWT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Wasiat 1. Pengertian Wasiat Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat merupakan pesan terakhir dari seseorang yang mendekati

Lebih terperinci

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah MODUL PERKULIAHAN Perbankan Syariah Akuntansi Ijarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi 13 Reskino, SE.,MSi., AK., CA Afrizon, SE.,MSi., AK., CA Abstract

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA Bab ini merupakan puncak pembahasan dari penulis. Penulis akan menganalisis tentang

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3 Orang yang makan (mengambil) riba ti DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 30/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA 68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA A. Analisis Terhadap Praktik Gadai Ganda Kendaraan Bermotor di Kelurahan

Lebih terperinci