BAB II IJARAH MENURUT HUKUM ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II IJARAH MENURUT HUKUM ISLAM"

Transkripsi

1 BAB II IJARAH MENURUT HUKUM ISLAM 2.1. Pengertian Ijarah dan Dasar Hukum Ijarah Pengertian Ijarah Ijarah adalah perjanjian sewa-menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, atau ijarah adalah transaksi sewamenyewa atas suatu barang atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. Menurut dr. Muhammad Syafi i Antonio, ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tampa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Sedangkan menurut kompilasi hukum ekonomi syari ah, ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran. (Mardani, 2013: 70) Menurut bahasa, ijarah berarti upah atau ganti dan imbalan, ijarah ini mempunyai lafaz ijarah mempunyai pengertian umum yang meliputi atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan, atau upah karena melakukan suatu kegiatan. Maka sewa-menyewa diartikan sesuatu barang untuk diambil manfaatnya saja tetapi harus dipahami dalam arti luas. Dalam arti luas, ijarah bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat sesuatu benda, bukan menjual ain dari benda itu sendiri. (Karim, 1997: 29) Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang artinya menurut bahasa ialah al- iwadh yang artinya dalam bahasa Indonesianya ialah ganti atau upah (Suhendi, 2014: 114). Ali Fikri mengartikan ijarah menurut bahasa yaitu sewa-menyewa atau jual beli manfaat (Muslich, 2013: 316), sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda pendapat mendefenisikan ijarah, antara lain adalah sebagai berikut: 12

2 13 1. Menurut Hanafiah bahwa ijarah adalah: Akad untuk membolehkan pemilika manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. 2. Menurut Malikiyah bahwa ijarah adalah: Nama bagi akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan.(suhendi 2014,114) 3. Menurut Syafi iyah bahwa ijarah adalah: Definisi akad ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang dimaksud dan tertentu yang bisa diberikan dan dibolehkan dengan imbalan tertentu. 4. Menurut Hanabilah bahwa ijarah adalah: Ijarah adalah suatu akad atas manfaat yang bisa sah dengan lafal ijarah dan kara dan semacamnya. Dari definisi-definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip di antara para ulama, dalam mengartikan ijarah atau sewa-menyewa, dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa ijarah atau sewa-menyewa adalah akad atas manfaat dengan imbalan. Dengan demikian, objek sewa-menyewa adalah manfaat atas suatu barang (bukan barang). (Muslich 2013, 317) Dasar Hukum Dasar hukum ijarah adalah firman Allah QS. Al-Baqarah: 233 sebagai berikut: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak

3 14 ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Ayat di menjadi dasar hukum adanya sistem sewa dalam Hukum Islam, seperti yang diungkapkan dalam ayat bahwa seseorang itu boleh menyewa orang lain untuk menyusui anaknya. (Mardani 2013, 246) Para fuqaha sepakat bahwa ijarah merupakan akad yang dibolehkan oleh syara, kecuali beberapa ulama, seperti Abu Bakar Al-Asham, Isma il bin Aliyah, Hasan Al-Bashri, Al-Qasyani, Nahrawani, dan Ibnu Kisan. Mereka tidak membolehkan ijarah, karena ijarah adalah jual beli manfaat, sedangkan manfaat pada saat dilakukannya akad, tidak bisa diserahkan terimakan. Setelah beberapa waktu barulah manfaat itu dapat dinikmati sedikit demi sedikit, sedangkan sesuatu yang tidak ada pada waktu akad tidak boleh diperjualbelikan, akan tetapi, pendapat tersebut disanggah oleh Ibnu Rusyd, bahwa manfaat walaupun pada waktu akad belum ada, tetapi pada galibnya. Ia (manfaat) akan terwujud, dan inilah yang menjadi perhatian serta pertimbangan syara. Alasan jumhul ulama tentang dibolehkannya ijarah adalah: a. QS. Ath-Thalaq (65) ayat 6 Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya. b. QS Al-Qashash (28) ayat 26 dan 27 :

4 15 Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita ) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Berkatalah dia (Syu aib): Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberanti kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik. c. Hadis Aisyah : Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra. Istri Nabi berkata : Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang laki-laki dari suku Bani Ad- Dayl, petunjuk jalan yang mahir, dan ia masih memeluk agama orang kafir Quraisy. Nabi dan Abu Bakar kemudian menyerahkan kepadanya kendaraan mereka, dan mereka berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di Gua Tsaur dengan kendaraan mereka setelah tiga hari pada hari selasa.(hr Al-Bukhari) d. Hadis Ibnu Abbas : Dari Ibnu Abbas ia berkata: Nabi berbekam dan beliau memberikan kepada tukang bekam itu upahnya.( HR. Al-Bukhari) e. Hadis Ibnu Umar : Dari Ibnu Uma ia berkata: Rasulullah bersabda: Berikanlah kepada tenaga kerja itu upahnya sebelum keringatnya kering. (HR. Ibnu Majah).

5 16 Ayat-ayat Al-qur an dan beberapa hadis Nabi tersebut menjelaskan bahwa akad ijarah, atau sewa-menyewa hukumnya dibolehkan, karena memang akad tersebut dibutuhkan oleh masyarakat. Di samping Alquran dan Sunnah, dasar hukum ijarah adalah ijma. Sejak zaman sahabat sampai sekarang ijarah, telah disepakati oleh para ahli hukum Islam, kecuali beberapa ulama yang telah disebutkan di atas. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sangat membutuhkan akad ini. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, ada orang yang memiliki beberapa rumah yang tidak ditepati, di sisi lain ada orang yang tidak memiliki tempat tinggal, dengan dibolehkannya ijarah maka orang yang tidak memiliki tempat tinggal bisa menepati rumah orang lain, yang tidak memiliki tempat tinggal bisa menempati rumah orang lain, yang tidak digunakan untuk beberapa waktu tertentu, dengan memberikan imbalan berupa uang yang disepakati bersama, tanpa harus membeli rumahnya. (Muslich 2013, ) 2.2 Rukun dan Syarat Ijarah dan Macam-macam Ijarah Rukun Ijarah Menurut Hanafiah, rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul, yaitu pernyataan dari orang yang menyewa dan menyewakan, sedangkan lafaz yang digunakan adalah lafaz ijarah ( ), isti jar ( ),iktira ( ) dan ikra ( ). Sedangkan menurut jumhur ulama, ijarah itu ada empat yaitu: a. Aqid, yaitu mu jir( orang yang menyewakan) dan musta jir ( orang yang menyewa), b. Shiqhat, yaitu ijab dan qabul, c. Ujrah (uang sewa atau upah), dan d. Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan tenaga dari orang yang bekerja. (Muslich 2013, )

6 17 Maka dapat diperincikan rukun ijarah ini menurut jumhul ulama. a. Mu jir dan Musta jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah. Mu jir adalah yang memberikan upah dan yang menyewakan, Musta fir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu, disyaratkan pada mu jir dan musta jir adalah baliqh, berakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta), dan saling meridhai. Allah Swt. Berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.( Al- Nisa: 29). Bagi orang yang berakad ijarah juga disyaratkan mengetahui manfaat barang, yang diakadkan dengan sempurna sehingga dapat mencegah terjadinya perselisihan. b. Shighat ijab dan kabul antara mu jir dan musta jir, ijab dan kabul sewa-menyewa dan upah-mengupah, ijab kabul sewa-menyewa minsalnya: Aku sewakan mobil ini kepadamu setiap hari Rp.5.000,00, maka musta jir menjawab Aku terima sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap hari. Ijab kabul upahmengupah misalnya: seseorang berkata, Kuserahkan kebun ini kepadamu untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp. 5000,00. Kemudian musta jir menjawab Aku akan kerjakan pekerjaan itu sesuai dengan apa yang engkau ucapkan. c. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah.

7 18 d. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upahmengupah, disyaratkan pada barang yang disewakan dengan beberapa syarat berikut: 1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa, dan upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya. 2) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan upahmengupah, dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikutnya kegunaannya ( Khusus dalam sewa-menyewa). 3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh), menurut Syara bukan hal yang dilarang (diharamkan). 4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal ain (zat)-nya hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.( Suhendi 2014, ) Rukun dan syarat ijarah Agar transaksi sewa-menyewa atau upah-mengupah menjadi sah, harus terpenuhi rukun dan syaratnya, adapun yang menjadi rukun ijarah menurut Hanafiyah adalah ijab dan kabul dengan lafaf ijarah atau isti jar. Sedangkan rukun ijarah menurut jumhur ulama ada tiga yaitu aqidam yang terdiri dari mu jir dan musta jir, ma qud alaih yang terdiri dari ujrah dan manfa at, shighat yang terdiri dari ijab dan Kabul. Berikut akan diuraikan rukun dan syarat dari ijarah: a. Dua orang yang berakad (mua jir danmusta jir) disyaratkan: 1) Berakal dan mumayiz, namun tidak dipersyaratkan baligh. Ini berarti para pihak yang melakukan akad ijarah harus sudah cakap bertindak hukum, sehingga semua perbuatannya dapat dipertanggung jawabkan. Maka tidak dibenarkan memperkerjakan orang gila, anak-anak yang belum mumaiz dan tidak berakal.

8 19 2) An-taradin, artinya kedua belah pihak berbuat atas kemauan sendiri, sebaliknya tidak dibenarkan melakukan transaksi ijarah, karena paksaan oleh salah satu pihak ataupun dari pihak lain. b. Sesuatu yang diakadkan (barang dan pekerjaan), disyaratkan: 1) Objek yang diijarahkan dapat diserah-terimakan baik manfaat maupun bendanya, maka tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak dapat diserahterimakan ketentuan ini sama, dengan dilarangnya melakukan jual beli yang tidak dapat diserahterimakan. 2) Manfaat dari objek yang diijarahkan harus sesuatu yang dibolehkan agama (mutaqawwimah), seperti menyewa buku untuk dibaca, menyewa rumah untuk didiami, atas dasar itu fuqaha sepakat menyatakan tidak boleh melakukan ijarah, terhadap perbuatan maksiat seperti menggaji seseorang untuk mengajarkan ilmu sihir. 3) Manfaat dari objek yang akan diijarahkan, harus diketahui sehingga perselisihan dapat dihindari. 4) Manfaat dari objek yang akan diijarahkan, dapat dipenuhi secara hakiki, maka tidak boleh mengijarahkan sesuatu yang tidak dapat dipenuhi secara hakiki, seperti menyewa orang bisu untuk berbicara. 5) Jelas ukuran dan batas waktu ijarah, agar terhindar dari perselisihan. 6) Perbuatan yang diijarahkan bukan perbuatan yang fardhu atau diwajibkan kepada muajir (penyewa), seperti sholat, puasa, haji. 7) Manfaat yang diijarahkan menurut kebiasaan dapat diijarahkan seperti menyewakan toko, computer, maka tidak boleh menyewakan pohon untuk menjemur pakaian, karena hal itu di luar kebiasaan.

9 20 c. Upah atau imbalan, disyaratkan: 1) Upah atau imbalan berupa benda, yang diketahui yang dibolehkan memanfaatkannya (malmutaqawwim). 2) Sesuatu yang beharga atau dapat dihargai, dengan uang sesuai dengan adat kebiasaan setempat. 3) Upah atau imbalan tidak disyaratkan dari jenisyang diakadkan, misalnya sewa rumah dengan sebuah rumah, upah mengerjakan sawah dengan sebidang sawah syarat seperti ini sama dengan riba. 4) Shiqat, disyaratkn berkesesuaian dan menyatunya majelis akad, seperti yang disyaratkan dalam akad jual beli, maka akad ijarah tidak sah bila antara ijab dan kabul tidak berkesesuain, seperti tidak berkesesuain antara objek akad atau batas waktu. (Rozalinda 2005, ) Syarat ijarah Syarat ijarah terdiri empat macam, sebagaimana syarat dalam jual beli, yaitu syarat al-inqad (terjadinya akad), syarat an-nafadz (syarat pelaksanaan akad), syarat sah, dan syarat lazim Syarat terjadi akad Syarat in inqad (terjadi akad) berkaitan dengan aqid, zat akad, dan tempat akad. Sebagaimana telah dijelaskan dalam jual beli, menurut ulama hanafiyah, aqid (orang yang melakukan akad) disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (minimal 7 tahun), serta tidak disyaratkan harus baligh. Akan tetapi, jika bukan barang miliknya sendiri, akad ijarah anak mumayyiz, dipandang sah bila telah diizinkan walinya. Ulama Malikiyah berpendapat bahwa tamyiz adalah syarat ijarah dan jual beli, sedangkan baligh adalah syarat penyerahan.dengan demikian, akad anak mumayyiz adalah sah, tetapi bergantung atas keridaan walinya.sedangkan ulama Hanabilah dan Syafi iyah

10 21 mensyaratkan orang yang akad harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal, sedangkan anak mumayyiz belum dapat dikategorikan ahli akad Syarat Pelaksanaan (an-nafadz) Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh aqid atau ia memiliki kekuasaan penuh untuk akad (ahliah), dengan demikian, ijarahal-fudhul (ijarah yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kekuasaan atau tidak diizinkan oleh pemiliknya) tidak dapat menjadikan adanya ijarah Syarat Sah Ijarah Ijarah sangat berkaitan dengan aqid (orang yang akad), ma qud alaih (barang yang menjadi objek akad), ujrah (upah), dan zat akad (nafsal- aqad), yaitu: a. Adanya keridaan dari kedua pihak yang akad Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.(qs. An-Nisa : 29) b. Ma qud Alaih bermanfaat dengan jelas Adanya kejelasan pada ma qudalaih (barang) menghilangkan pertentangan diantara aqid, sedangkan untuk mengetahui ma qud alaih (barang) adalah dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa seseorang.

11 22 c. Penjelasan manfaat Penjelasan dilakukan agar benda yang disewa benar-benar jelas, tidak sah mengatakan, Saya sewakan salah satu dari rumah ini. d. Penjelasan waktu Jumhur ulama tidak memberikan batasan maksimal atau minimal. Jadi, dibolehkan selamanya dengan syarat asalnya, masih tetap ada dalil yang mengharuskan untuk membatasi, sedangkan menurut ulama Hanafiyah tidak mensyaratkan untuk penetapan awal waktu akad, dan juga menurut Syafi iyah mensyaratkannya sebab bila tak dibatasi, hal itu dapat menyebabkan ketidaktahuan waktu yang wajib dipenuhi. e. Sewa bulanan Menurut ulama Syafi iyah seseorang tidak boleh menyatakan, Saya menyewakan rumah ini setiap bulan Rp ,00 sebab pernyataan seperti ini membutuhkan akad baru setiap kali membayar. Akad yang betul adalah dengan menyatakan, Saya sewa selama setahun, sedangkan menurut jumhur ulama akad tersebut dipandang sah akad pada bulan pertama, sedangkan pada bulan sisanya bergantung pada pemakaiannya, dan paling penting adalah adanya keridaan dan kesesuaian dengan uang sewa. f. Penjelas Jenis Pekerjaan Penjelasan tentang jenis pekerjaan sangat penting dan diperlukan ketika menyewa orang, untuk bekerja sehingga tidak terjadi kesalahan atau pertentangan.

12 23 g. Penjelas Waktu Kerja Tentang batas waktu kerja sangat bergantung pada pekerjaan dan kesepakatan dalam akad. h. Ma qud Alaih (barang) harus dapat memenuhi secara syara Dipandang tidak sah menyewa hewan untuk berbicara dengan anaknya, sebab hal itu sangat mustahil atau dipandang tidak sah menyewa seorang perempuan, yang sedang haid untuk membersihkan mesjid sebab diharamkan syara. i. Kemanfaatan benda dibolehkan menurut syara Pemanfaatan barang harus digunakan untuk perkaraperkara yang dibolehkan syara, seperti menyewakan rumah untuk ditepati atau menyewakan jaringan untuk memburu, dan lain-lain. j. Tidak menyewa untuk pekerjaaan yang diwajibkan kepadanya Di antara contohnya adalah menyewa orang untuk sholat fardu, puasa, dan lain-lain, juga dilarang menyewa istri sendiri untuk melayaninya sebab hal itu merupakan kewajiban istri. k. Tidak mengambil manfaat bagi diri orang yang disewa Ketaatan tersebut adalah untuk dirinya, juga tidak mengambil manfaat dari sisa hasil pekerjaannya, seperti menggiling gandum dan mengambil bubuknya atau tepungnya untuk dirinya, hal itu didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Daruquthni bahwa Rasulullah SAW. Melarang untuk mengambil bekas gilingan gandum. Ulama Syafi iyah menyepakati, sedangkan Ulama Hanabilah dan Malikiyah membolehkan jika ukurannya jelas, sebab hadis di atas dipandang tidak sahih.

13 24 l. Manfaat ma qud alaih sesuai dengan keadaan yang umum Tidak boleh menyewa pohon untuk dijadikan jemuran atau tempat berlindung, sebab tidak sesuai dengan manfaat pohon yang dimaksud dalam ijarah Syarat Kelaziman a. Ma qud alaih (barang sewaan) terhindar dari cacat jika terdapat cacat pada ma qud alaih (barang sewaan), penyewa boleh memilih antara meneruskan dengan membayar penuh atau membatalkan. b. Tidak ada uzur yang dapat membatalkan akad. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa ijarah batal karena adanya uzur sebab kebutuhan, atau manfaat akan hilang apabila ada uzur. Uzur adalah sesuatu yang baru menyebabkan kemadaratan bagi yang akad. (Syafe I 2001, ) Macam-macam Ijarah Ijarah ada dua macam: Hukum ijarah Atas Manfaat (Sewa-menyewa) Akad sewa-menyewa dibolehkan atas manfaat yang mubah, seperti rumah untuk tempat tinggal, toko dan kios untuk tempat berdagang, mobil untuk kendaraan atau angkutan, pakaian dan perhiasan untuk dipakai. Adapun manfaat yang diharamkan maka tidak boleh disewakan, karena barangnya diharamkan, dengan demikian, tidak boleh mengambil imbalan untuk manfaat yang diharamkan, seperti bangkai dan darah. a) Cara menetapkan hukum akad ijarah Menurut Hanafiah dan Malikiyah, ketetapan hukum akad ijarah (sewa-menyewa) berlaku sedikit demi sedikit atau setahap demi setahap, sesuai dengan timbulnya objek akad yaitu manfaat. Karena manfaat dari suatu benda yang disewa tidak bisa dipenuhi

14 25 sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit, tetapi menurut Syafi iyah dan hanabilah, ketetapan hukum akad ijarah (sewamenyewa) itu berlaku secara kontan sehingga masa sewa, dianggap seolah-olah seperti benda yang tampak. Perbedaan antara Ulama disatu pihak dan di pihak lain, timbul perbedaan mereka dalam masalah berikutnya: (1) Hubungan antara uang sewa dengan akad Menurut Syafi iyah dan Hanabilah, uang sewa (ujrah) dapat dimiliki dengan semata-mata telah dilakukan akad, karena ijarah adalah akad mu awadhah, yang apabila tidak dikaitkan dengan syarat, secara otomatis menimbulkan hak milik atas kedua imbalan (manfaat dan sewa) begitu akad selesai, persis seperti timbulnya hak milik dalam jual beli. Sedangkan menurut Hanafiah dan Malikiyah, uang sewa tidak bisa dimiliki hanya semata-mata dengan akad saja, melainkan diperoleh sedikit demi sedikit sesuai dengan manfaat yang diterima. (2) Penyerahan barang yang disewakan setelah akad Menurut Hanafiyah dan Malikiyah, mu jir (orang yang menyewakan) diwajibkan untuk menyerahkan barang yang disewakan kepada musta jir (penyewa) setelah dilakukan akad, dan (mu jir) tidak boleh menahannya dengan tujuan untuk memperoleh pembayaran uang sewa. Hal tersebut menurut mereka upah itu tidak wajib dibayar hanya semata-mata karena akad, melainkan karena diterimanya manfaat, sedangkan pada waktu akad manfaat itu belum ada. Manfaat baru diterima sedikit demi sedikit setelah barang yang disewa mulai digunakan.

15 26 (3) Ijarah dikaitkan dengan masa yang akan datang Menurut Hanafiah, Malikiyah dan Hanabilah, ijarah boleh disandarkan kepada masa yang akan datang, misalnya, kata orang yang menyewakan: Saya sewakan rumah ini kepada anda selama satu tahun, dimulai bulan Januari 2008 sedangkan akad yang dilakukan pada bulan November Hal tersebut dikarenakan akad ijarah itu berlaku sedikit demi sedikit, sesuai dengan timbulnya ma qud alaih yaitu manfaat. Sebenarnya akad ijarah disandarkan kepada saat adanya manfaat, tetapi menurut Syafi iyah, ijarah tidak boleh disandarkan kepada masa yang akan datang, karena ijarah merupakan jual beli atas manfaat yang dianggap ada pada waktu akad. b) Cara memanfaatkan barang sewaan (1) Sewa rumah, toko, dan semacamnya Apabila seseorang menyewa rumah, toko, atau kios, maka ia boleh memanfaatkannya sesuai dengan kehendaknya, baik dimanfaatkan sendiri, atau untuk orang lain, bahkan boleh disewakan lagi, atau dipinjamkan kepada orang lain. (2) Sewa tanah Dalam sewa tanah, harus dijelaskan tujuannya, untuk pertanian dan disebutkan pula jenis yang ditanamnya, seperti bayam, padi, jagung atau lainnya, bangun bengkel, atau warung, dan sebagainya. (3) Sewa Kendaraan Menyewa kendaraan, baik hewan maupun kendaraan lainnya, harus dijelaskan salah satu dari dua hal, yaitu waktu dan tempat, demikian pula barang yang akan dibawa, dan benda atau orang yang akan diangkut harus dijelaskan, karena

16 27 semuanya itu nantinya akan berpengaruh kepada kondisi kendaraan. c) Memperbaiki barang sewaan Menurut Hanafiyah, apabila barang yang disewa itu mengalami kerusakan, seperti pintu yang rusak, atau tembok yang roboh, maka yang berkewajiban memperbaikinya adalah pemiliknya, bukan penyewa. Karena barang yang disewa itu milik mu jir, dan yang harus memperbaiki adalah pemiliknya. d) Kewajiban penyewa setelah selesainya akad ijarah Apabila masa sewa telah habis, maka kewajiban penyewa adalah sebagai berikut. (1) Penyewa (musta jir) harus menyerahkan kunci rumah atau toko kepada pemiliknya (mu jir) (2) Apabila yang disewa itu kendaraan, maka penyewa (musta jir) harus mengembalikaan kendaraan yang telah disewanya ke tempat asalnya. (3) Manfaat dari benda tersebut tanpa memindahkan kepemilikan benda tersebut, baik benda bergerak Hukum ijarah atas pekerjaan (upah-mengupah) Ijarah atas pekerjaan upah mengupah adalah suatu akad ijarah untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, misalnya membangun rumah, menjahit pakaian, mengangkut barang ketempat tertentu, memperbaiki mesin cuci, atau kulkas, dan sebagainya. Orang yang melakukan pekerjaan disebut ajir atau tenaga kerja. Ajir atau tenaga kerja ada dua macam: a) Ajir (tenaga kerja) khusus, yaitu orang yang bekerja pada satu orang untuk masa tertentu, dalam beliau tidak boleh bekerja untuk orang lain selain orang yang telah memperkerjakannya.

17 28 b) Ajir (tenaga kerja) musytarak, yaitu orang yang bekerja untuk lebih dari satu orang, sehingga mereka bersekutu di dalam memanfaatkan tenaganya. (Muslich ) 2.3 Bentuk-bentuk dan serta Hak-hak dalam Ijarah Bentuk-bentuk Ijarah Dilihat dari objek ijarah berupa manfaat suatu benda maupu tenaga manusia ijarah itu terbagi kepada dua bentuk yaitu: a) Ijarah ain, yakni ijarah yang berhubungan dengan penyewaan benda, yang bertujuan untuk mengambil menyewa kendaraan maupun benda tidak bergerak, seperti sewa rumah. b) Ijarah amal, yakni ijarah terhadap perbuatan atau tenaga manusia yang diistilahkan dengan upah-mengupah. Ijarah ini digunakan untuk memperoleh jasa dari seseorang dengan membayar upah atau jasa dari pekerjaan yang dilakukannya. (Rozalinda 2016,131) Hak-hak dalam Ijarah Hak menerima upah Hak menerima upah dalam sewa-menyewa dapat ditentukan sebagaimana berikut: a. Pekerjaan telah selesai dikerjakan. Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering. b. Mendapatkan manfaat apabila akad dilakukan pada barang, apabila barang tersebut rusak sebelum diambil manfaatnya dan masa penyewaan belum berlalu, maka penyewaan batal. c. Adanya kemungkinan untuk mendapatkan manfaat, jika masa sewa berlangsung, ada kemungkinan untuk mendapatkan manfaat dari barang sewaan meskipun tidak sepenuhnya.

18 Dengan apa imbalan berhak didapatkan Imbalan berhak didapatkan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Penyelesaian pekerjaan. Dalilnya adalah sabda Nabi saw, Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya mongering. b. Pengambilan manfaat secara sempurna apabila akad dilakukan pada barang, apabila barang tersebut rusak sebelum diambil manfaatnya dan masa penyewaan belum berlaku sedikitpun maka penyewaan batal. c. Kemungkinan untuk mengambil manfaat secara sempurna, yaitu ketika telah berlalu suatu masa yang di dalamnya manfaat mungkin diambil secara sempurna, meskipun manfaat tidak benar-benar diambil. d. Pendahuluan imbalan atau kesepakatan dua orang yang berakad untuk mendahulukan imbalan. Apakah upah terhapus karena kerusakan barang pada akad pengupahan? Apabila pekerja bekerja ditempat pengupah atau dihadapannya maka dia berhak mendapatkan upah, karena dia berada dibawah kekuasaan pengupah. Setiap kali dia mengerjakaan sesuatu, hasil pekerjaannya itu langsung diterima oleh pengupah. Sementara apabila pekerjaan tersebut ada ditangan pekerja maka dia tidak berhak mendapatkan upah, ketika barang yang ada ditangannya itu rusak karena dia belum menyerahkan hasil pekerjaan. Menurut para ulama mazhab Syafi i dan Hambali berpendapat adalah:

19 30 a. Mengupah Inang Seorang laki-laki tidak boleh mengupah istrinya untuk menyusui anaknya sendiri, karena ini merupakan suatu kewajiban, atasnya dalam hubungan antara dia dan Allah swt. Boleh mengupah inang selain ibu dengan upah tertentu, boleh juga dengan imbalan makanan yang dimakannya dan pakaian yang dipakainya, ketidak jelasan upah dalam kondisi ini tidak akan menimbulkan perseketaan. Biasanya pengupah bermurah hati dan bersikap dermawan, kepada inang demi kasih sayangnya kepada sang anak. Allah swt. Berfirman, Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (al Baqarah [2]: 233) Inang menepati posisi sebagai pekerja khusus sehingga dia tidak boleh menyusui bayi lain, kewajiban inang adalah menyusui bayi dan mengerjakan semua yang dibutuhkannya, seperti memandikannya, mencuci pakaiannya, dan memasak makanannya. Sementara kewajiban bapak adalah membiayai makanan dan semua yang dibutuhkan oleh bayi, seperti wewangian dan minyak. b. Mempekerjakan orang dengan imbalan makanan dan pakaian Para ulama berselisih pendapat tentang hukum mempekerjakan orang, dengan imbalan makanan yang dimakannya dan pakaiannya, sebagian dari mereka membolehkannya dan sebagian yang lain melarangnya. Dalil mereka yang membolehkan adalah riwayatdari Utbah bin Nuddar bahwa dia berkata, kami berada di tempat Nabi saw. Lalu beliau bersabda:

20 31 Sesungguhnya Musa mempekerjakan dirinya selama delapan atau sepuluh tahun dengan imbalan kesucian kemaluannya dan makanan perutnya. Hadis ini juga diriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, dan Abu Musa, ini adalah pendapat yang di anut oleh Maliki dan para ulama mazhab Hambali, sedangkan Abu Hanifah membolehkannya pada inang, tanpa pembatu. Sementara Syafi i Abu Yusuf, Muhammad, para ulama Hadawiyah, dan Manshur Billah menganggapnya tidak sah karena ketidak jelasan upah. Para ulama mazhab Maliki yang yang membolehkan untuk mempekerjakan pekerjaan, dengan imbalan makanan yang dimakannya dan pakaian yang dipakainya, berpendapat bahwa hal itu disesuaikan dengan tradisi yang berlaku. c. Penyewaan tanah Penyewaan tanah dibolehkan, di dalamnya disyaratkan penjelasan tentang tujuan penyewaan tanah tersebut, apakah untk pertanian atau pembangunan. Apabila penyewaan tanah adalah untuk pertanian, maka harus dijelaskan apa yang akan ditanam, kecuali apabila pemilik tanah mengizinkan penyewa untuk menanam apa saja yang dikehendakinya. Apabila syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka penyewaan, batal karena manfaat tanah berbeda seiring dengan perbedaan penggunaanya, untuk pembangunan atau pertanian, sebagaimana umur tanaman juga berbeda satu sama lain. Penyewa boleh menanami tanah dengan selain tanaman yang telah disepakati, asalkan kerugian yang ditimbulkannya sama dengan kerugian yang ditimbulkan oleh tanaman yang

21 32 disepakati atau lebih kecil darinya, sementara Dawud mengatakan bahwa dia tidak boleh melakukan hal itu. d. Penyewaan binatang Penyewaan binatang dibolehkan karena didalamnya disyaratkan penjelasan tentang masa dan tempat penyewaan, sebagaimana juga disyaratkan penjelasan tentang tujuan penyewaan binatang tersebut, apakah untuk angkutan atau tunggangan, serta penjelasan tentang barang apa yang akan diangkut di atasnya dan siapa yang akan menungganginya. Ketika binatang yang disewakan untuk angkutan dan tunggangan mati, apabila sebelumnya ia memiliki cacat lalu mati maka penyewaan tidak batal. Pemilik binatang wajib mendatangkan binatang lainnya, dia tidak memiliki hak untuk membatalkan akad, karena penyewaan berlaku pada manfaat dalam tanggungan, dia mampu menunaikan apa yang menjadi kewajibannya berdasarkan akad, ini disepakati oleh fugaha empat mazhab. e. Penyewaan rumah untuk tempat tinggal Akad penyewaan rumah untuk tempat tinggal membolehkan pemanfaatannya untuk ditinggali, baik penyewa sendiri yang tinggal di dalamnya maupun dia menepatkan orang lain, di dalamnya dengan meminjamkannya atau penyewaannya lagi. Hanya saja, rumah tersebut tidak boleh ditinggali oleh orang yang dapat membahayakan bangunan atau merusaknya, seperti tukang besi dan sejenisnya. Pemilik rumah wajib melengkapi segala sesuatu yang memungkinkan penyewa, untuk memanfaatkannya, sesuai dengan tradisi yang berlaku.

22 33 f. Penyewaan barang sewaan Penyewa boleh menyewakan lagi barang yang disewakannya, apabila barang tersebut adalah binatang maka ia harus disewakan untuk pekerjaan, yang sama atau mendekati pekerjaan yang untuknya ia disewa, pada kali pertama sehingga ia tidak ditimpa bahaya. Penyewa boleh menyewakan barang sewaan setelah dia menerimanya, dengan sewa yang sama atau lebih besar, dan lebih kecil dari pada sewa yang telah dibayarkannya. Dan dia boleh mengambil apa yang dinamakan dengan persen. g. Kerusakaan barang sewaan Barang sewaan adalah amanat ditangan penyewa karena dia telah menerima barang tersebut, untuk mengambil manfaat yang manjadi haknya. Apabila barang tersebut rusak maka dia tidak wajib mengganti, kecuali apabila dia bertindak lalim atau lalai dalam menjaganya. Barang siapa menyewa binatang untuk ditunggangi olehnya, lalu dia mengekang binatang tersebut dengan tali kekang sebagaimana yang berlaku dalam tradisi, maka dia tidak wajib menganti apabila binatang tersebut mati. h. Pekerja (Ajir) Pekerja ada dua macam: pekerja khusus dan pekerja umum. (a) Pekerja khusus Pekerja khusus adalah orang yang di upahkan untuk bekerja selama masa yang diketahui, apabila masanya tidak diketahui maka pengupahan tidak sah, masing-masing dari pekerja dan pengupah boleh membatalkannya kapan saja dia mengkehendaki. Apabila pekerja telah menyerahkan dirinya kepada pengupah selama waktu tertentu,maka dia

23 34 tidak berhak mendapatkan selain upah yang wajar atas waktu yang di dalamnya dia bekerja. Selama masa yang disepakati dalam akad, pekerja khusus tidak boleh bekerja untuk selain mengupah selama masa ini, maka upahnya dikurangi sesuai dengan kadar pekerjaanya. Pekerjaan khusus berhak mendapatkan upah setelah dia menyerahkan dirinya, dan tidak menolak melakukan pekerjaan yang untuknya dia diupah, pekerja khusus sama seperti wakil dalam kapasitasnya, sebagai orang yang diberi amanat untuk melaksanakan pekerjaan yang ada di tangannya. Dia tidak bertanggung jawab atas apa yang rusak dari pekerjaannya, kecuali apabila bertindak lalim atau lalai, apabila dia bertindak lalim atau lalai maka dia bertanggung jawab. (b) Pekerja umum Pekerjaan umum adalah orang yang bekerja untuk lebih dari satu orang dan mereka semuanya, memiliki bagian yang sama dalam mengambil manfaat darinya, seperti tukang celup, tukang jahit, tukang besi, tukang kayu, dan tukang setrika. Orang yang mengupahnya untuk bekerja untuk orang lain, dan dia tidak berhak mendapatkan upah kecuali setelah mengerjakan pekerjaan. (Sabiq 2009, ) 2.4 Ketentuan dalam Berakhirnya Ijarah Ijarah berakhirnya karena sebab-sebab sebagai berikut: Menurut Hanafiyah, akad ijarah berakhir dengan meninggalnya salah seorang dari dua orang yang berakad. Ijarah hanya hak manfaat maka hak ini tidak dapat diwariskan, karena kewarisan berlaku untuk benda yang dimiliki. Jumhur ulama berpendapat sifat akad ijarah

24 35 adalah akad lazim (mengikat para pihak), seperti halnya dengan jual beli, atas dasar ini mayoritas fugaha berpendapat, ijarah tidak dapat dibatalkan dengan meninggalkannya para pihak yang berakad. Ijarah berakhir dengan berakhirnya waktu akad, oleh karena itu, manfaat dari ijarah dapat diwariskan sampai berakhirnya waktu akad Akad ijarah berakhir dengan iqalah (menarik kembali). Ijarah adalah akad mu awadhah, di sini terjadi proses pemindahan benda dengan benda sehingga memungkinkan untuk iqalah, seperti pada akad jual beli Sesuatu yang disewakan hancur atau mati, misalnya hewan sewaan mati atau rumah sewaan hancur Manfaat yang diharapkan telah terpenuhi atau pekerjaan telah selesai, kecuali ada uzur atau halangan. Apabila ijarah telah berakhir waktunya, penyewa wajib mengembalikan barang sewaan utuh, seperti semula, bila barang sewaan sebidang tanah pertanian yang ditanami dengan tanaman, boleh ditangguhkan sampai buahnya bisa dipetik, dengan pembayaran yang sebanding dengan tenggang waktu yang diberikan.(rozalinda 2016,140) Sebenarnya, tentang penghabisan ijarah telah disinggung pada pembahasan terdahulu. Namun demikian, akan dijelaskan kembali: a. Menurut ulama Hanafiyah, ijarah dipandang habis dengan meninggalnya salah seorang yang akad, sedangkan ahli waris tidak memiliki hak untuk meneruskannya. Adapun menurut jumhur ulama, ijarah itu tidak batal, tetapi diwariskan. b. Pembatalan akad c. Terjadi kerusakan pada barang yang disewa. Akan tetapi, menurut ulama lainnya kerusakan pada barang sewaan tidak menyebabkan habisnya ijarah, tetapi harus diganti selagi masih dapat diganti. d. Habis waktu, kecuali kalau ada uzur.(syafi i 2001,137)

25 36 Pembatalan dan berakhirnya ijarah, ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak membolehkan adanya fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah merupakan akad pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan fasakh. Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut. a. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menadi runtuh dan sebagainya c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma jur alaih), seperti baju yang diupahkan untuk dijahitkan d. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan e. Menurut Hanafiyah, boleh fasakhijarah dari salah satu pihak, sepertinya yang menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan memanfasakhkan sewaan itu. (Suhendi 2014,122) Sedangkan menurut para ulama fiqh menyatakan bahwa akad alijarah akan berakhir, dan ada juga menurut para ulama ini berbedabeda pendapat tentang sifat akad al-ijarah, apakah besifat mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa akad al-ijarah itu bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur, dari salah satu pihak yang berakad seperti, salah satu pihak wafat, atau kehilangan kecakapan bertindak dalam hukum. Adapun jumhur ulama dalam hal ini mengatakan bahwa akad alijarah, itu bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang, itu tidak boleh dimanfaatkan, akibat perbedaan pendapat ini dapat diamati dalam kasus apabila seorang meninggal dunia. Menurut ulama Hanafiyah, apabila salah seorangmeninggal dunia maka akad al-

26 37 ijarahbatal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, Jumhur Ulama mengatakan, bahwa manfaat itu boleh diwariskan karena termasuk harta (al-maal). Oleh karena itu kematian salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad al-ijarah. (Ghazaly et all. 2010,283) Dan para fiqh menyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir apabila: a. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang dijahitkan hilang. b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir, apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang, maka ia berhak menerima upahnya. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh. c. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad al-ijarah, menurut mereka, tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-ijarah tidak batal dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat, menurut mereka, boleh diwariskan dan al-ijarah sama dengan jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad. d. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan disita Negara, karena terkait utang yang banyak, maka akad al-ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat membatalkan akad al-ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumur di suatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah kedesa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan akad al-ijarah, itu hanyalah apabila obyeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir. (Haroen 2007, 237)

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Ijarah Upah dibahas pada bab ijarah, yaitu sewa menyewa. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran semakna dengan kata al-iwad

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang 60 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH A. Aspek Hukum Tentang Ijarah Ijarah dalam istilah terminologi merupakan akad atas manfaat yang di perbolehkan penggunaanya,

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA 61 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. Rukun dan syarat yang berakad Catonan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat sangat berpengaruh dalam

Lebih terperinci

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI 63 BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI A. Analisis Mekanisme Pengupahan Pemolong Cabe Di Desa Bengkak Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG A. Analisis Implementasi Penetapan Tarif oleh Kondektur Bis Surabaya- Semarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 23 BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Sewa Menyewa (Ija>rah) Sebelum dijelaskan pengertian sewa-menyewa dan upah atau ija>rah, terlebih dahulu akan dikemukakan

Lebih terperinci

Dalam ketiga bentuk penyewaan ini, sesuatu yang diakadkan adalah jasa yang terdapat dalam masing-masing darinya. Jadi, sesuatu yang padanya terjadi

Dalam ketiga bentuk penyewaan ini, sesuatu yang diakadkan adalah jasa yang terdapat dalam masing-masing darinya. Jadi, sesuatu yang padanya terjadi Pekerja Akad penyewaan yang terjadi pada jasa pekerjaan dan jasa oranglah yang berkaitan dengan pekerja. Pekerja adalah orang yang menyewakan dirinya. Syara telah membolehkan penyewaan manusia demi jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka 1 IBNU KHOLDUN (10220052) PENDAPAT TOKOH AGAMA TERHADAP UTANG PIUTANG PANENAN KOPI (Studi Kasus Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Pada akhir-akhir ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Semarang 1. Analisis akad qardh wal ijarah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

Penyewaan Benda-benda

Penyewaan Benda-benda Penyewaan Penyewaan adalah akad atas manfaat (jasa) dengan penukar (imbalan). Di dalamnya ada tiga bentuk: Bentuk pertama, yaitu yang akad di dalamnya terjadi pada jasa benda-benda, seperti menyewa rumah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO A. Analisa Hukum Islam Terhadap Akad Jasa Iklan Perseroan Terbatas Radio Swara Ponorogo Dalam bisnis jasa periklanan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK A. Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli Secara bahasa, kata bai berarti pertukaran secara mutlak. Masing-masing dari kata bai dan syira digunakan untuk mennjuk sesuatu yang ditunjuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Praktik Transaksi Pulpulan Antara Pemilik Kapal dan Nelayan di Desa Paloh Kecamatan Paciran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Batu Bata yang Terjadi di Kampung Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan pemaparan terkait Pembayaran Hutang dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO A. Analisis Perubahan Harga dalam Jual Beli Cabe dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Mesin Rusak Dengan Sistem Borongan Penulis telah menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

Perdagangan Perantara

Perdagangan Perantara Perdagangan Perantara Diriwayatkan dari Hakim bin Hazzam dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Biarkan Allah memberi rizki kepada sebagian manusia dari sebagian yang lain. Maka, jika seorang

Lebih terperinci

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah MODUL PERKULIAHAN Perbankan Syariah Akuntansi Ijarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi 13 Reskino, SE.,MSi., AK., CA Afrizon, SE.,MSi., AK., CA Abstract

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Jual Beli Suku Cadang Motor Honda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution. Bagi Hasil: Mudharabah Musyakarah SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity POOLING DANA Alhamdulillah... Pembiayaan/Jual Beli: Murabahah Angsuran Murabahan Sekaligus Sewa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA 54 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA A. Analisis Pelaksanaan Komersialisasi Doa di Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Komersialisasi doa dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila dalam melakukan transaksi dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB III SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. Dilihat dari buku-buku fiqih yang membahas tentang sewa menyewa ( al-ijarah),

BAB III SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. Dilihat dari buku-buku fiqih yang membahas tentang sewa menyewa ( al-ijarah), BAB III SEWA MENYEWA DALAM ISLAM Dilihat dari buku-buku fiqih yang membahas tentang sewa menyewa ( al-ijarah), pembahasannya menyangkut tentang sewa menyewa yang berhubungan dengan benda, baik benda itu

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al 48 BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al Qardh Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG AKAD SEWA-MENYEWA

BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG AKAD SEWA-MENYEWA BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG AKAD SEWA-MENYEWA A. Pengertian Akad Sewa-Menyewa 1. Pengertian akad Islam merupakan ajaran Allah SWT yang bersifat universal yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP IJARAH DALAM HUKUM ISLAM. Terdapat dua macam definisi tentang Ija>rah. Idris Ahmad dalam

BAB II KONSEP IJARAH DALAM HUKUM ISLAM. Terdapat dua macam definisi tentang Ija>rah. Idris Ahmad dalam BAB II KONSEP IJARAH DALAM HUKUM ISLAM A. Ijarah 1. Definisi Ijarah Terdapat dua macam definisi tentang Ija>rah. Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul fiqh syafi i, berpendapat bahwa Ija>rah berarti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Handphone Black Market di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN A. Analisis Praktek Sistem Ngijo di Desa Sebayi Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Praktik Hutang Piutang Pupuk Dalam Kelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Umum Akad Ijarah Dalam istilah fiqh, akad secara umum merupakan sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA A. Analisis Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Tanah Milik Anak yang Dilakukan

Lebih terperinci

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA WEBSITE UNTUK PENGHIMPUNAN DONASI ONLINE DI KITABISA A. Analisis Status Hukum Sewa Website Kitabisa Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu menyajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh (calon) peneliti. Relevan yang (calon) peneliti maksud

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa

Lebih terperinci

1. Akad 1.1. Pengertian Akad

1. Akad 1.1. Pengertian Akad 1. Akad 1.1. Pengertian Akad BAB II AKAD IJARAH Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, setiap manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA Bab ini merupakan puncak pembahasan dari penulis. Penulis akan menganalisis tentang

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia Dalam praktek kekinian akan banyak dijumpai muamalah yang terkait

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG AKAD IJARAH

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG AKAD IJARAH BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG AKAD IJARAH A. Pengertian dan Dasar Hukum Al-Ijarah 1. Pengertian Al- Ijarah Al-ijarah diambil dari kata ا ل أ ج ز yang artinya ال ع و ض (imbalan), dari pengertian ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah

Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah Pertanyaan Dari: Sigit Bachtiar, NBM 977.029, SMK Muhammadiyah 02 Tangerang selatan-

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA A. Tinjauan Terhadap Praktik Perpanjangan Sewa-Menyewa Mobil Secara Sepihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain tugasnya hanya ibadah kepadanya. Dalam ekosistemnya, Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- Syafi i telah diuraikan dalam bab-bab yang lalu. Dari uraian tersebut telah jelas mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari Secara teknis menahan salah satu harta peminjam yang memiliki

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Mudharabah (Qiradh) Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN KERJA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB II HUBUNGAN KERJA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB II HUBUNGAN KERJA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Pesangon adalah sebuah kewajiban yang harus dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja sebagai akibat

Lebih terperinci

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG Djamila Usup ABSTRAK Kegiatan ekonomi yang sering dilakukan kebanyakan masyaraka adalah jual beli, karena jual beli adalah suatu usaha untuk mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA 68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA A. Analisis Terhadap Praktik Gadai Ganda Kendaraan Bermotor di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang 59 BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Berdasarkan Landasan teori dan Penelitian yang peneliti peroleh di Kelurahan Ujung Gunung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS 21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG Pengembangan Bisnis Melalui Model Waralaba Syari ah di Laundry Polaris Semarang Di dalam konteks fiqh klasik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum bagi Pelaku Usaha dalam Praktik Rental Play

BAB V PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum bagi Pelaku Usaha dalam Praktik Rental Play BAB V PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum bagi Pelaku Usaha dalam Praktik Rental Play Station di Home Game PS2 Desa Ngoran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II PENGUPAHAN DALAM ISLAM. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran

BAB II PENGUPAHAN DALAM ISLAM. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran ض BAB II PENGUPAHAN DALAM ISLAM A. Pengertian Ijarah Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran semakna dengan kata al-iwadh yang mempunyai arti ganti dan upah, dan juga dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban ritual ibadah berupa shalat, puasa zakat dan lain-lainya, Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban ritual ibadah berupa shalat, puasa zakat dan lain-lainya, Islam juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang memperhatikan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.untuk itu, disamping memerintahkan ummatnya untuk melaksanakan kewajiban ritual

Lebih terperinci

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189) Kitab Hudud 1. Hudud pencurian dan nisabnya Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189) Hadis

Lebih terperinci

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah

Lebih terperinci

BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. jasa dari suatu benda disebut ijarat al- ain atau sewa-menyewa, seperti sewa

BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. jasa dari suatu benda disebut ijarat al- ain atau sewa-menyewa, seperti sewa BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM A. Pengertian Sewa-menyewa (Ijarah) Ijarah secara sedehana diartikan dengan transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Bila yang terjadi objek transaksi

Lebih terperinci

Konversi Akad Murabahah

Konversi Akad Murabahah Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Konversi Akad Murabahah Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Sri (2009:2), akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan 66 BAB IV MEKANISME PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUNDAAN WAKTU PENYERAHAN BARANG DENGAN AKAD JUAL

Lebih terperinci