STUDI MEKANISME FOKUS BERDASARKAN METODE W-PHASE (STUDI KASUS GEMPABUMI ACEH 26 DESEMBER 2004 DAN GEMPABUMI NIAS 28 MARET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI MEKANISME FOKUS BERDASARKAN METODE W-PHASE (STUDI KASUS GEMPABUMI ACEH 26 DESEMBER 2004 DAN GEMPABUMI NIAS 28 MARET"

Transkripsi

1 STUDI MEKANISME FOKUS BERDASARKAN METODE W-PHASE (STUDI KASUS GEMPABUMI ACEH 26 DESEMBER 2004 DAN GEMPABUMI NIAS 28 MARET 2005) Herfina, Dr. Sugeng Pribadi, M.DM dan Drs. Darwin Harahap, M.Si Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kejadian gempabumi besar yang akan dibahas pada penelitian ini adalah gempabumi Aceh 26 Desember 2004 yang memicu tsunami besar dan gempabumi Nias 28 Maret Pada penulisan ini penulis akan membahas karakterisasi mekanisme fokus gempabumi di wilayah Aceh dan Nias melalui penerapan metode inversi W-Phase. Latar belakang dipilihnya penerapan metode inversi W- Phase sebagai analisa mekanisme fokus (Kanamori dan Rivera 2008) memiliki sistem analisa dan hitungan yang lebih cepat dalam waktu 20 menit setelah OT (origin time) dan relatif akurat dibandingkan dengan inversi Global CMT. Data gempabumi yang digunakan diperoleh dari katalog gempabumi Global CMT (Global Centoid Moment Tensor) dan data sinyal seismik (SEED). Hasil inversi W-Phase (solusi WCMT) dari penerapan data far-field (IRIS-DMS) diperoleh data berupa episenter, magnitudo momen, momen seismik, dan juga parameter mekanisme fokus antara lain; strike, dip, slip (nodal-plane) dari bidang nodal 1, bidang nodal 2 untuk gempabumi Aceh 26 Desember 2004 dan gempabumi Nias 28 Maret 2005 yang diteliti menunjukkan hasil relatif berkesesuaian dengan moment magnitudo, seismic moment, fokal mekanisme dari Global CMT (solusi GCMT). Kata kunci : Mekanisme fokus, inversi W-Phase, Global CMT ABSTRACT The significant earthquake that will be discussed in this study is December 26, 2004 Aceh earthquake that triggered a massive tsunami and Nias earthquake March 28, In this paper the authors will discuss abaout the characterization of focal mechanisms of earthquakes in the region of Aceh and Nias through the implementation of W-Phase inversion method. Background chosen application W-Phase inversion method as an analysis focusing mechanism (Kanamori and Rivera, 2008) has a system of analysis and count are more rapidly within 20 minutes after the OT (origin time) and relatively accurate than the inversion Global CMT. Earthquake data used were obtained from earthquake catalogs Global CMT (Global Centoid Moment Tensor) and seismic signal data (SEED). W-Phase inversion results (solution WCMT) of the application data is far-field (IRIS-DMS) data obtained in the form of the epicenter, the magnitude of the moment, seismic moment, and also focusing mechanism parameters, among others; strike, dip, slip (nodal-plane) from the field nodal 1, field nodal 2 for earthquake Aceh December 26, 2004 and the earthquake Nias March 28, 2005 studied 1

2 showed relative yield corresponds with the moment magnitude, seismic moment, focal mechanism of the Global CMT (solution GCMT). Keywords:Focal mechanism, inversion W-Phase, Global CMT 2

3 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aceh dan Nias merupakan wilayah Sumatra yang memiliki struktur interior bumi dan tatanan tektonik yang unik karena terbentuk oleh pertemuan dua lempeng besar yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Dengan adanya lempeng tersebut menyebabkan aktifitas kegempaan yang tinggi di wilayah bagian barat pulau Sumatera pada umumnya di Aceh dan Nias pada khususnya. Berdasarkan data Global CMT selama 30 tahun terakhir, telah terjadi lebih dari 100 kali gempabumi berkekuatan lebih dari Mw 5 dengan kedalaman kurang dari 100 km. Gempabumi signifikan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah gempabumi Aceh 26 Desember 2004 yang memicu tsunami besar dan gempabumi Nias 28 Maret Tujuan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mekanisme fokus gempabumi Aceh 26 Desember 2004 dan gempabumi Nias 28 Maret 2005 melalui penerapan metode inversi W-Phase sehingga dapat membantu mitigasi melalui perhitungan cepat inversi gelombang seismik. 1.3 Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. Menentukan mekanisme fokus gempabumi Aceh dan Nias dengan cepat melalui metode inversi W-Phase 2. Semakin cepat penentuan mekanisme fokus akan membantu InaTEWS dalam memberikan informasi tsunami terhadap daerah terdampak. 3. Mekanisme fokus hasil dari inversi W-Phase sesuai dengan mekanisme fokus hasil dari Global CMT. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Metode W-Phase mampu menentukan mekanisme fokus dalam waktu cepat setelah gempabumi terjadi sehingga dapat dijadikan sistem alternatif peringatan dini gempabumi dan tsunami. 2. Metode W-Phase dapat digunakan untuk mengetahui jenis-jenis gempabumi berpotensi tsunami. 3..Metode W-Phase dapat memperjelas tingkat kerawanan gempabumi dan tsunami di daerah Aceh dan Nias. II. Tinjauan pustaka W-Phase adalah fasa gelombang berperiode panjang ( detik). W-Phase digunakan untuk memperoleh mekanisme fokus gempabumi besar dengan hasil yang cukup baik dalam waktu 20 menit setelah OT (Origin Time) (Kanamori dan Rivera, 2008, Duputel 2011). Beberapa penelitian lain yang menghubungkan W-Phase dengan tsunami adalah penelitian Handayani (2009) yang menggunakan hasil inversi W-phase sebagai masukan awal pemodelan tsunami di Indonesia dengan menggunakan data gempa bumi tahun Pribadi (2014) menggunakan W-Phase untuk menentukan Mw dan mekanisme fokus beberapa gempabumi di indonesia yang berpotensi tsunami yang selanjutnya digunakan untuk mengkarakterisasi gempabumi pembangkit tsunami di Indonesia. 3

4 W-Phase digunakan untuk peringatan dini tsunami di USGS, PTWC, dan IPGS. Pengolahan mekanisme fokus W-Phase lebih cepat dibandingkan solusi Global CMT yaitu 22 menit setelah waktu asal gempa bumi karena hanya menggunakan analisis gelombang badan (Duputel dkk., 2011). W-Phase mampu mendeteksi gempa bumi jenis slow earthquake (gempa bumi berwaktu lambat), tsunami earthquake, gempa bumi besar dan menengah yang tercatat dalam jaringan teleseismik dan berperiode lebar. (Pribadi, 2014). Pada gempabumi Nicaragua, 2 September 1992 (Mw = 7.6) yang digolongkan sebagai tsunami earthquake, sinyal W-phase terlihat mulai awal gelombang P-S dengan pola lurusmendatar. Amplitudo gempa bumi ini lebih rendah dibandingkan gempabumi Mendocino, 25 April 1992 (Mw = 7,2). W-Phase adalah superposisi energi gelombang panjang dari fasa P, PP, PS, S, SS dan SP yang merambat bersamaan dengan fasa gelombang seismik lainnya pada saat gempa bumi pecah di sumbernya. W-phase tidak mengalami difraksi ke struktur inti bumi (core), kecuali pada bagian kerak bumi (mantle). Teori W-Phase disarikan dari Kanamori dan Rivera (2008) mempunyai persamaan gelombang untuk menghitung pergeseran (displacement) terhadap fungsi momen tensor. Persamaan untuk pergeseran yang dipergunakan dalam metode W-phase (Kanamori dan Rivera, 2008) dengan menggunakan persamaan 2.1 sebagai berikut: () = :,, ( ) () 1 exp cos 2 $ % (2.1) Dimana: u(r,t ) = pergeseran tanah di stasiun (10-6 m) () = mode normal l = orde sudut m = azimuth r = jarak epicenter ke stasiun (10 3 m) M = sumber momen tensor = fungsi eigen ( & ) = tensor regangan n nq i = faktor ketergantungan model m nc l = energi seismik (N.m) ρ = densitas batuan di permukaan (3,4 x 10-3 kg.m -3 ) V = volume bumi (1,8 x m 3 ) Untuk menentukan magnitudo maka pengolahan amplitudo maksimum W-phase berdasarkan cara kuadrat terkecil. Sedangkan elemen momen tensor Mij yang dipergunakan dalam W-phase (Kanamori dan Rivera, 2008) dirumuskan sebagai berikut seperti pada persamaan 2.2 ) ( ( ' +,+ *+ +,+ *% +,+ *, %,% *+ %,% *% %,% *, : : : : +,+ *- *+ *% ) *, 0 ( / : ' *-. %,% *- %,, *+ %,, *% %,, *, : : 0 ) / ( / %,, *-. ++ %%,, / = ' 33. (2.2) 4

5 dimana, M kl = Momen tensor pada titik k-l M ij = Momen tensor pada titik i-j k, u l wi (t ) = Pergeseran sintetik di stasiun i u wi t (10-6 m) = Pergeseran observasi di stasiun i (10-6 m) III. Metodologi 3.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk Mekanisme Fokus daerah Aceh dan Nias adapun wilayah yang diteliti memiliki batasan koordinat antara LU dan BT dan LU dan BT 3.2 Variabel data Dalam penelitian ini, terdapat dua kejadian gempabumi yang terjadi di Aceh tanggal 24 Desember 2004 dengan kekuatan Mw 9.0 kedalaman 10 km dan gempabumi Nias tanggal 28 Maret 2005 dengan kekuatan Mw 8.6 kedalaman 30 km. Data gempabumi diperoleh dari katalog gempabumi Global CMT (Global Centoid Moment Tensor) Sinyal seismogram yang digunakan merupakan data rekaman broadband seismograf dari jaringan seismik global dan jaringan seismik regional. Data rekaman broadband seismograf dari jaringan seismik global merupakan penerapan data far-field yang diunduh dari database IRIS-DMS (Incorporated Research Institution for Seismology - Data Management System) diperoleh melalui website htm. Data far-field mempunyai jarak minimum 10 dari episenter terhadap stasiun pencatat. 3.3 Teknik pengumpulan data Inversi W-Phase Data sinyal teleseismik gempa bumi untuk pengolahan parameter sumber gempa bumi menggunakan metode inversi W-Phase diperoleh dari jaringan Incorporated Research Institutions for Seismology Data Management Center (IRIS-DMC). Sinyal seismik yang digunakan adalah satu sample-per-second rekaman komponen LHZ, LHN, dan LHE.. Data sinyal yang diunduh yaitu 1 menit sebelum dan 10 menit sesudah gelombang P. Format data yang diunduh adalah format SEED (Standard for the Exchange of Earthquake Data) dari jaringan stasiun GSN (Global Seismograph Network). Seluruh data harus dikonversi kedalam format SAC (Seismic Analysis Code) menggunakan program RDSEED. 3.4 Teknik Pengolahan Data Terdapat dua tahap pengolahan data, yaitu pengolahan inversi W-Phase untuk mendapatkan parameter sumber gempabumi. 1. Menyiapkan data Global CMT yaitu data CMT solution sebagai PDE. 2. Akuisisi data SEED SEED (Standard for the Exchange of Earthquake Data) diperoleh dari jaringan stasiun GSN (Global Seismograph Network) adalah ekstraksi sinyal waveform seluruh stasiun yang mencatat kejadian gempabumi Aceh 2004 dan Nias 2005 da;am bentuk digital. 3. Konversi data SAC 5

6 Konversi data SAC ditujukan untuk mengubah data ekstrak SEED mejadi sinyal waveform seluruh stasiun. Data seismogram hasil download dari database IRIS-DMC merupakan data format SEED yang merupakan raw-data asli dari rekaman broadband seismograf long periode. Dalam format ini, data harus diubah dari bentuk RDSEED ( Reads and Interprets Standard for the Exchange of Earthquake Data) kedalam bentuk data SAC (Seismic Analysis Code) dengan menggunakan peranti lunak Linux. 4. Dekonvolusi instrument respons Dekonvolusi instrument respons adalah suatu proses untuk menghilangkan pengaruh dari respon instrument. Proses dekonvolusi ini berguna untuk memisahkan seismogram dari faktor instrument respons, sehingga diharapkan data akhir yang dihasilkan adalah data murni dari sumber seismik. Kemudian diterapkan filter bandpass pada data observasisehingga menghasilkan mahnitudo gempabumi yang cocok yang sesuai dengan sebenarnya. 5. Pembuatan Sinyal Sintetis seismogram Setelah seluruh data observasi terconvert kemudian dilakukan proses dekonvolusi data. Data seismogram hasil download merupakan gabungan dari parameter sumber seismik, struktur bagian dalam bumi dan impuls instrument respons seismometer. 6. Pencocokan data sintetis dengan observasi (Fitting waveform) Pencocokan data dilakukan dengan cara inversi menggunakan forward modeling dan inverse modeling. 7. Parameter inversi W-Phase Hasil parameter dari inversi W- Phase berupa hasil nilai data, gambar sinyal, mekanisme focus, dan sebaran stasiun. 8. Pencocokan hasil inversi W-Phase dengan Global CMT Jika data yang dihasilkan tidak cocok, dilakuakan pengulangan (iterasi) pengolahan W-Phase kembali ke proses dekonvolusi. IV. Hasil dan pembahasan 4.1 Hasil Hampir seluruh rekaman seismik gempabumi yang terjadi di Aceh dan Nias tercatat di seluruh seismograf broadband jaringan seismik global IRIS-DMS, Akan tetapi dalam penelitian ini hanya terbatas radius kurang dari 90. Hal ini dikarenakan sifat dari getaran gelombang itu sendiri, gelombang (waveform) yang tercatat pada seismograf dengan jarak > 90 merupakan gelombang very longperiode, berupa gelombang Rayleigh, yaitu salah satu gelombang permukaan (Kanamori,1993). Dari batas jarak yang telah ditentukan, didapatkan sejumah catatan waveform (gelombang) yang bervariasi dari setiap kejadian gempabumi yang berbeda terhadap jaringan stasiun global dalam lingkup jarak < Hasil inversi W-Phase gempabumi Aceh 26 Desember

7 Hasil inversi W-Phase (solusi WCMT) dari penerapan data far-field (IRIS-DMS) diperoleh data berupa episenter, magnitudo momen, momen seismik, dan juga parameter mekanisme fokus antara lain; strike, dip, slip (nodalplane) dari bidang nodal 1, bidang nodal 2 untuk gempabumi Aceh 26 Desember 2004 yang diteliti menunjukkan hasil relatif berkesesuaian dengan moment magnitudo, seismic moment, fokal mekanisme dari Global CMT (solusi GCMT). Pengolahan gempabumi Aceh menggunakan data 106 stasiun yang memberikan catatan waveform (gelombang) yaitu pada dengan ketersedian 191 channel komponen yang diproses. Stasiun-stasiun tersebut merupakan stasiun jaringan seismik global IRIS-DMS Dengan tersediaan catatan waveform (gelombang) dari stasiun-stasiun tersebut, selanjutnya dilakukan retrieve W- Phase dengan menggabungkan data observasi Green s function yang kemudian dilakukan proses inversi. Parameter awal yang digunakan sebagai acuan titik centroid adalah data parameter gempabumi dari data awal Global CMT sebagai PDE (Preliminary Determination of Epicenter) dari katalog Global CMT solusi (GCMT). Gambar 4. 1 Hasil inversi W-Phase (bulat kiri) dan Global CMT (bulat kanan) gempabumi Aceh 26 Desember. Ditampilkannya pembahasan hasil dari event gempabumi 26 Desember 2004 dikarenakan memiliki fitting (kesesuaian) yang relatif baik antara solusi WCMT (W- Phase) baik dengan penggunaan data IRIS, terhadap solusi GCMT dengan cakupan stasiun-stasiun yang digunakan cukup beragam ( 106 stasiun ). Sebagai validasi akan keakuratan data yang digunakan sehingga menghasilkan kesesuaian antara solusi mekanisme fokus WCMT dan GCMT untuk event gempabumi maka ditunjukkan dengan kesesuaian (fitting) data dari stasiun-stasiun yang digunakan melalui proses inversi W-Phase ditampilkan pada gambar 4.2 7

8 CMT akan kita dapat hasil yang sesuai diantara kedua metode tersebut Gambar 4. 2 Beberapa stasiun far-field (IRIS-DMS) yang memproses inversi W- Phase untuk gempabumi Aceh, 26 Desember Fitting (kesesuaian) sinyal sintetik (garis merah) dengan sinyal observasi (garis hitam). Sisi kiri peta dimana episenter (bintang merah) dan stasiun yang merekam sinyal seismik (titik merah) dan beberapa stasiun yang lain (titik hijau). Dari gambar 4.2 terlihat bahwa sinyal seismik yang diproses dengan baik melalui metode inversi W-Phase yaitu data yang didapatkan dari stasiun IRIS-DMS, jarak yang terdekat dengan episenter ( =15.5 ) yaitu stasiun PALK (LHZ) dengan azimuth ( Ф = ) dan jarak yang terjauh dengan episenter ( =22.7 ) yaitu stasiun KMI (LHE) dengan azimuth ( Ф= 16.5 ). Penelitian ini melakukan pengolahan data gempabumi yang berupa sinyal seismik (seismogram velocity) dengan mengggunakan metode W-Phase berdasarkan data far-field, yaitu data gempabumi-gempabumi yang tercatat oleh jaringan global (IRIS-DMS). Dari hasil pengolahan data gempabumi Aceh 26 Desember 2004 diperoleh fitting (kesesuaian) antara bola fokus berupa arah jurus (strike), kemiringan (dip), dan pergeseran sesar (rake) jika membandingkan hasil inversi W-Phase dengan hasil inversi Global- Gambar 4. 3 Plot gempabumi Aceh 26 Desember 2004 mekanisme fokus hasil inverse W-Phase (biru) terhadap hasil mekanisme focus Global CMT (merah). Gambar 4.3 adalah plot mekanisme focus hasil inversi W-Phase warna biru dengan mekanisme fokus hasik Global CMT warna merah menunjukkan hasil yang sesuain (fitting) antara kedua mekanisme tersebut. Hasil kesesuaian (fitting) setiap chanel (LHE, LHN, LHZ) data tersebut dengan menampilkan kesesuaian amplitudo observasi dengan amplitudo sintetik setiap stasiun yang terintegrasi dengan baik berdasarkan jarak dari episenter ke stasiun bertahap dari yang terdekat menuju yang terjauh (10 < < 90 ) untuk gempa Aceh ditunjukkan dalam gambar 4.4, 4.5, 4.6 Gambar 4. 4 Komponen LHE, kesesuaian antara amplitudo W-Phase 8

9 observasi ( hitam) dan sintetik ( merah) dari beberapa stasiun untuk gempabumi Aceh 26 Desember Gambar 4. 5 Komponen LHN, kesesuaian antara amplitudo W-Phase observasi (garis hitam) dan sintetik (garis merah) dari beberapa stasiun untuk gempabumi Aceh 26 Desember 2004 Gambar 4. 6 Komponen LHZ, kesesuaian antara amplitudo W-Phase observasi (garis hitam) dan sintetik (garis merah) dari beberapa stasiun untuk gempabumi Aceh 26 Desember 2004 Adanya variasi kesesuaian sinyal observasi dan sintetik dari setiap komponen (LHE, LHN, LHZ) ini menunjukkan bahwa tidak semua komponen tersebut yang digunakan sebagai input dari setiap stasiun dapat diproses, beberapa data sinyal (seismogram velocity) yang tidak memenuhi kualifikasi dari proses yang dijalankan metode W-Phase tidak akan digunakan. Dalam praktisnya, komponen vertikal (LHZ) memperlihatkan kerapatan antar stasiun (Gambar 4.6) untuk gempabumi Aceh 26 Desember 2004, hal ini berarti komponen vertikal lebih banyak yang terproses dibandingkan dari setiap komponen yang digunakan (LHE, LHN, LHZ) 4.3 Hasil inversi W-Phase gempabumi Nias 28 Maret 2005 Hasil inversi W-Phase (solusi WCMT) dari penerapan data far-field (IRIS-DMS) diperoleh data berupa episenter, magnitudo momen, momen seismik, dan juga parameter mekanisme fokus antara lain; strike, dip, slip (nodalplane) dari bidang nodal 1, bidang nodal 2 untuk gempabumi Nias 28 Maret 2005 yang diteliti menunjukkan hasil relatif berkesesuaian dengan moment magnitudo, seismic moment, fokal mekanisme dari Global CMT (solusi GCMT). Gempabumi Nias menggunakan data sejumlah 101 stasiun yang memberikan catatan waveform (gelombang) dengan ketersediaan 232 channel komponen yang diproses. Stasiun-stasiun tersebut merupakan stasiun jaringan seismik global IRIS-DMS Dengan tersediaan catatan waveform (gelombang) dari stasiun-stasiun tersebut, selanjutnya dilakukan retrieve W- Phase dengan menggabungkan data observasi Green s function yang kemudian dilakukan proses inversi. Parameter awal yang digunakan sebagai acuan titik centroid adalah data parameter gempabumi dari data awal Global CMT sebagai PDE (Preliminary Determination of Epicenter) dari katalog Global CMT solusi (GCMT). 9

10 Gambar 4. 7 Hasil inversi W-Phase (bulat kiri) dan Global CMT (bulat kanan) gempabumi Nias 28 Maret 2005 Ditampilkannya pembahasan hasil dari event gempabumi 28 Maret 2005 dikarenakan memiliki kesesuaian (fitting) yang relatif baik antara solusi WCMT (W- Phase) baik dengan penggunaan data IRIS, terhadap solusi GCMT dengan cakupan stasiun-stasiun yang digunakan cukup beragam ( 101 stasiun ). Dari gambar terlihat bahwa sinyal seismik yang diproses dengan baik melalui metode inversi W-Phase yaitu data yang didapatkan dari stasiun IRIS- DMS, jarak yang terdekat dengan episenter ( =13.2 ) yaitu stasiun KSM (LHZ, LHN) dengan azimuth ( Ф =92.4 ) dan jarak Penelitian ini melakukan pengolahan data gempabumi yang berupa sinyal seismik (seismogram velocity) dengan mengggunakan metode W-Phase berdasarkan data far-field, yaitu data gempabumi-gempabumi yang tercatat oleh jaringan global (IRIS-DMS). Dari hasil pengolahan data gempabumi Nias 28 Maret 2005 diperoleh fitting (kesesuaian) antara bola fokus berupa arah jurus (strike), kemiringan (dip), dan pergeseran sesar (rake) jika membandingkan hasil inversi W-Phase dengan hasil inversi Global-CMT akan kita dapat hasil yang sesuai diantara kedua metode tersebut. Gambar 4. 8 Beberapa stasiun far-field (IRIS-DMS) yang memproses inversi W- Phase untuk gempabumi Nias, 28 Maret Fitting (kesesuaian) sinyal sintetik (garis merah) dengan sinyal observasi (garis hitam). Sisi kiri peta dimana episenter (bintang merah) dan stasiun yang merekam sinyal seismik (titik merah) dan beberapa stasiun yang lain (titik hijau). Gambar 4. 9 Plot gempabumi Nias 28 Maret 2005 mekanisme fokus hasil inverse W-Phase (biru) terhadap hasil mekanisme focus Global CMT (merah). 10

11 Gambar 4.9 adalah plot mekanisme focus hasil inversi W-Phase warna biru dengan mekanisme ffokus hasik Global CMT warna merah menunjukkan hasil yang sesuain (fitting) antara kedua mekanisme tersebut. Hasil kesesuaian (fitting) setiap chanel (LHE, LHN, LHZ) data tersebut dengan menampilkan kesesuaian amplitudo observasi dengan amplitudo sintetik setiap stasiun yang terintegrasi dengan baik berdasarkan jarak dari episenter ke stasiun bertahap dari yang terdekat menuju yang terjauh (10 < < 90 ) untuk gempabumi Nias ditunjukkan pada gambar 4.10, 4.11 dan 4.12 yang terjauh dengan episenter. Gambar Komponen LHN, kesesuaian antara amplitudo W-Phase observasi (garis hitam) dan sintetik (garis merah) dari beberapa stasiun untuk gempabumi Nias 28 Maret Gambar Komponen LHZ, kesesuaian antara amplitudo W-Phase observasi (garis hitam) dan sintetik (garis merah) dari beberapa stasiun untuk gempabumi Nias 28 Maret Gambar Komponen LHE, kesesuaian antara amplitudo W-Phase observasi (garis hitam) dan sintetik (garis merah) dari beberapa stasiun untuk gempabumi Nias 28 Maret Adanya variasi kesesuaian sinyal observasi dan sintetik dari setiap komponen (LHE, LHN, LHZ) ini menunjukkan bahwa tidak semua komponen tersebut yang digunakan sebagai input dari setiap stasiun dapat diproses, beberapa data sinyal (seismogram velocity) yang tidak memenuhi kualifikasi dari proses yang dijalankan metode W-Phase tidak akan digunakan. Dalam praktisnya, komponen vertikal (LHZ) memperlihatkan kerapatan antar stasiun (Gambar 4.11) untuk gempabumi Nias 28 Maret 2005, hal ini berarti komponen vertikal lebih banyak yang terproses dibandingkan dari setiap komponen yang digunakan (LHE, LHN, LHZ) 4.4 Pembahasan Penelitian ini melakukan pengolahan data gempabumi yang berupa sinyal seismik (seismogram velocity) dengan mengggunakan metode W-Phase berdasarkan data far-field, yaitu data 11

12 gempabumi-gempabumi yang tercatat oleh jaringan global (IRIS-DMS). Dari hasil pengolahan data gempabumi Aceh 26 Desember 2004 dan gempabumi Nias 28 Maret 2005 diperoleh fitting (kesesuaian) antara bola fokus berupa arah jurus (strike), kemiringan (dip), dan pergeseran sesar (rake) jika membandingkan hasil inversi W-Phase dengan hasil inversi Global-CMT akan kita dapat hasil yang sesuai diantara kedua metode tersebut. Uji kebenaran W-Phase dengan Global CMT dengan data teleseismik dapat dilihat pada (tabel 4.1). Perbandingan hasil parameter nilai dan bentuk mekanisme fokus dari solusi Gloal CMT dan Centroid W-Phase dapat dilihat pada (tabel 4.2). Tabel 4. 1 Uji kebenaran metode inverse W-Phase dan Global CMT dengan data teleseismik. Lokasi Tahun RMSW RMSG Gap Epsilon RFC Sta Aceh 26 Des ,410 0,867 44,6 0,25 0,90 44 Nias 28-Mar-05 0,311 0,314 31,0 0,08 1,14 44 Rata-rata 0,3605 0, ,8 0,165 1,02 44 Keterangan : RMSW =Standar deviasi moment tensor W-Phase dengan observasi RMSG = Standar deviasi moment tensor Global CMT dengan observasi Gap =Kekoksongan distribusi azimuth stasiun pada jaringan seismik Epsilon = Standar kesalahan data RFC =Perbandingan bola okus GCMT dengan WCMT (W- Phase) Sta = Jumlah stasiun Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Global CMT dan Centroid W-Phase No Global CMT W phase To Mw Mo Long/Lat Strike/dip/slip D To Mw Mo Long/Lat Strike/dip/slip D ,3/3,1 329/8/ , ,26/2,89 325/7/ , ,1/1,7 333/8/ , ,67/1,67 332/10/ Keterangan : To = Rupture duration (detik) Mw = Magnitudo moment Mo =Moment seismik (10 pangkat 26 dyne.cm) D = Keadalaman bumi (km) Long/Lat = koordinat bujur/lintang Strk/dip/slp = Susut sesar strike/dip.slip Dari pengolahan data kedua kejadian gempabumi yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuaia berdasarkan teori bahwa metode W-Phase efektif diterapkan pada gempabumi-gempabumi tele (far-field) yang memiliki fase gelombang berperiode panjang hingga 1000 detik sebelum tiba fase gelombang S (Kanamori, 2008). Memperkuat pernyataan teori tersebut yang dikaitkan dengan hasil pengolahan dua kejadian, bahwa penggunaan data IRIS-DMS (far-field) menunjukkan hasil yang sesuaian dengan hasil Global CMT sebagai acuan global. Hal ini dipengaruhi karena keberadaan stasiun-stasiun IRIS yang hampir 360 mencakup lingkup wilayah gempabumi yang diteliti. Untuk menjawab keberhasilan dalam pengolahan data kedua gempabumi tersebut dengan metode W-Phase maka dilakukan peninjauan secara validitas diantaranya adalah dengan membandingkan kesesuaian (fitting) antara sinyal observasi dan sintetik pada masingmasing stasiun yang diperoleh melalui pengolahan masing-masing data event 12

13 gempabumi dengan metode W-Phase. Tingkat validitas memberikan pengaruh terhadap nilai magnitudo moment, seismic moment, episenter, besar sudut strike,dip,slip bidang nodal pertama dan bidang nodal ke dua (nodal-plane). Dalam kenyataannya dengan mendapatkan kesesuaian yang baik antara sinyal observasi dan sintetik memperkuat kesesuaian antara hasil yang ditunjukkan oleh solusi WCMT (W-Phase) dengan solusi GCMT (Global CMT). Hasil pengolahan dengan metode W-Phase pada kedua kejadian gempa tersebut memiliki patahan naik (reverse fault) oleh karena itu, W-Phase bisa digunakan dalam penentuan cepat sumber mekanisme fokus suatu gempabumi. V. Kesimpulan dan saran 5.1 Kesimpulan Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut : 1. Solusi W-Phase menggunakan data jaringan global (IRIS-DMS) diperoleh hasil yang sesuaian dengan solusi GCMT. 2. Kualitas solusi yang bervariasi juga disebabkan oleh variasi dari jarak pengukuran kelokasi sumber gempabumi. Secara teoritis, inversi W-Phase bagus untuk gempa jauh (tele earthquake). 3. Dari kedua event gempabumi yang diteliti dengan menggunakan metode W-Phase, diketahui mekanisme gempabumi Aceh dan Nias memiliki pola patahan yang sama yaitu berpola patahan naik (Reverse Fault), hal ini diakibatkan oleh proses di zona subduksi. 5.2 Saran Metode inversi W-Phase perlu dipelajari lebih lanjut dengan memberikan pengenalan pada perkuliahan seismologi lanjutan, karena metode inversi W-Phase dapat memecahkan masalah gempa yang berpotensi tsunami (tsunami earthquake) gempa lambat (slow earthquake) maupun perhitungan cepat moment tensor oleh karena itu metode W-Phase bagus untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam pemberian informasi cepat InaTEWS. VI. Daftar pustaka Benavente, R., Cummins, P., 2013, Simple and Reliable Finite Fault Solutions for Large Earthquakes using the W-Phase : The Maule (Mw=8.8) and Tohoku (Mw=9.0) Earthquakes, Geophys. Res. Lett, Vol. 40, , doi: /grl.50648, Benavente, R., Cummins, P., dan Dettmer, J., 2014, W-Phase Estimation of First-Order Rupture Distribution for Megathrust Earthquakes, Geophysical Research Abstracts, Vol. 16, EGU , Duputel, Z., Rivera, L., Kanamori, H., Hayes, G.P., Hirshorn, B., dan Weinstein, S., 2011, Real-time W- Phase Inversion during the 2011 off the Pacific coast of Tohoku Earthquake, Earth Planet Space, 63, Duputel, Z., Rivera, L., Kanamori, H., dan Hayes, G.P., 2012, W- Phase Source Inversion for Moderate to Large Earthquakes ( ), Geophysical Journal International, doi : /j X x. 13

14 Dziewonski, A.M., dan Anderson, D.L., 1981, Preliminary Reference Earth Model (PREM), Phys. Earth Planet. Inter., 25, Hayes, G.P., Rivera, L., dan Kanamori, H., 2009, Source Inversion of the W-Phase: Real Time Implementation and Extension to Low Magnitudes, Seis. Res. Let., Vol. 80, No. 5, doi:10,1785/gssrl,80,5,817. Hutchings, L., dan Viegas, G., 2012, Application of Empirical Green's Functions in Earthquake Source, Wave Propagation and Strong Ground Motion Studies, Earthquake Research and Analysis. Ibrahim, G., dan Subardjo, 2005, Pengetahuan Seismologi, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Kanamori, H., 1993, W-Phase, Geophys. Res. Lett., 20(16), Kanamori, H., dan Rivera, L., 2008, Source Inversion of W-phase, Speeding Up Seismic Tsunami Warning, Geophys. J. Int., 175, , doi: 10,1111/j, X, x. Kane, D.L., Kilb, D.L., dan Vernon, F.L., 2013, Selecting Empirical Green s Functions in Region of Fault Complexity : a Study of Data from the San Jacinto Fault Zone, Southern California, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 103, No. 2A, pp Latief, H., Puspito, N.T., dan Imamura, H., 2000, Tsunami Catalog and Zones in Indonesia, J. Nat. Dis. Science., Vol. 22 No. 1, Japan. Nurokhim, A., 2011, Reanalisis Gempa Bumi Mentawai dengan Dekonvolusi-Inversi W-Phase sebagai Acuan Prediksi Tsunami, Skripsi, Program Sarjana Sains, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pribadi, S., 2014, Karakteristik Gempabumi Pembangkit Tsunami di Indonesia Berdasarkan Analisis Parameter Sumber, Disertasi, Program Doktor, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Satake, Kenji, 2006, Tsunami and Earthquake, Geological Survey of Japan, National Institute of Advance Industrial Science and Technology, International Institute of Seismology and Engineering (IISEE), Tsukuba, Japan. Suardi, I., 2013, Analysis of Source Rupture Process of the September 2, 2009 Tasikmalaya Earthquake by using The Joint Inversion Method of Near Field and Teleseismic Data, Disertasi, Program Doktor, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Sunarjo, Gunawan, G., dan Pribadi, S., Gempabumi Edisi Populer, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, d/mengenang-gempa-nias-2005/ Mengenang Gempabumi Nias blogspot.co.id/2012/05/kajian-pustakatentang-perbedaaan-gempa.html Kajian Pustaka Tentang Perbedaan Gempabumi Aceh 26 Deseember 2004 Dengan 11 Aril

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report)

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report) Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT) (Preliminary Scientific Report) Oleh: Dr. Muzli Email : muzli@bmkg.go.id (updated 07 Oktober 2015) Gempabumi Sorong terjadi pada tanggal 25 September

Lebih terperinci

Estimasi Moment Tensor dan Pola Bidang Sesar pada Zona Subduksi di Wilayah Sumatera Utara Periode

Estimasi Moment Tensor dan Pola Bidang Sesar pada Zona Subduksi di Wilayah Sumatera Utara Periode JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-1 Estimasi Moment Tensor dan Pola Bidang Sesar pada Zona Subduksi di Wilayah Sumatera Utara Periode 2012-2014 Lilis

Lebih terperinci

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu 364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan

Lebih terperinci

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!! S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!! 14 Mei 2011 1. Jawa Rawan Gempa: Dalam lima tahun terakhir IRIS mencatat lebih dari 300 gempa besar di Indonesia, 30 di antaranya terjadi di Jawa. Gempa Sukabumi

Lebih terperinci

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi karena pergeseran batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. Pergerakan tiba-tiba

Lebih terperinci

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR Rian Mahendra 1*, Supriyanto 2, Ariska Rudyanto 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta

Lebih terperinci

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 3 (1) 53-57 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya Sandy Nur Eko Wibowo a,b*, As

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Vertical Displacement Intensitas II MMI: Cisarua Intensitas II-III MMI: Jakarta Intensitas III-IV MMI: Bandung dan Pangandaran (Suryanto, 2012) LOKASI GEMPA

Lebih terperinci

Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi Dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010

Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi Dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 1 Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi Dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010 Moh Ikhyaul Ibad dan Bagus Jaya

Lebih terperinci

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun 1977 2010 Fitri Puspasari 1, Wahyudi 2 1 Metrologi dan Instrumentasi Departemen Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010

Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010 86 Pemodelan Tsunami Berdasarkan Parameter Mekanisme Sumber Gempa Bumi dari Analisis Waveform Tiga Komponen Gempa Bumi Mentawai 25 Oktober 2010 Moh Ikhyaul Ibad dan Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

ANALISIS COULOMB STRESS GEMPA BUMI DELI SERDANG 16 JANUARI 2017

ANALISIS COULOMB STRESS GEMPA BUMI DELI SERDANG 16 JANUARI 2017 DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.09 ANALISIS COULOMB STRESS GEMPA BUMI DELI SERDANG 16 JANUARI 2017 Tio Azhar Prakoso Setiadi a), Yusuf Hadi Perdana, Supriyanto Rohadi Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH KONFIGURASI STASIUN SEISMIK TERHADAP HASIL ESTIMASI PARAMETER SUMBER GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE INVERSI WAVEFORM TIGA KOMPONEN

PENGARUH KONFIGURASI STASIUN SEISMIK TERHADAP HASIL ESTIMASI PARAMETER SUMBER GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE INVERSI WAVEFORM TIGA KOMPONEN Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) Volume 06 Nomor 02 Tahun 2017, hal 18-22 PENGARUH KONFIGURASI STASIUN SEISMIK TERHADAP HASIL ESTIMASI PARAMETER SUMBER GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE INVERSI WAVEFORM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan terjadi gempabumi karena berada pada pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas kegempaan

Lebih terperinci

Studi Karakterisasi Gempa Pembangkit Tsunami

Studi Karakterisasi Gempa Pembangkit Tsunami Program Riset ITB tahun 2012 Studi Karakterisasi Gempa Pembangkit Tsunami Berdasarkan Rasio Energi-Momen Seismik Nanang T. Puspito, Afnimar, Sugeng Pribadi FTTM - ITB www.company.com Major tsunami disasters

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat

Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat Integrasi Jaringan InaTEWS Dengan Jaringan Miniregional Untuk Meningkatan Kualitas Hasil Analisa Parameter Gempabumi Wilayah Sumatera Barat Oleh: Tri Ubaya PMG Pelaksana - Stasiun Geofisika Klas I Padang

Lebih terperinci

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi) ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi) Cloudya Gabriella Kapojos 1), Gerald Tamuntuan 1), Guntur Pasau 1) 1)

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Emilia Kurniawati 1 dan Supriyanto 2,* 1 Laboratorium Geofisika Program Studi Fisika FMIPA Universitas Mulawarman 2 Program

Lebih terperinci

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Marlisa 1,*, Dwi Pujiastuti

Lebih terperinci

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA

STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA Listya Dewi Rifai 1, I Putu Pudja 2 1 Akademi Meteorologi dan Geofisika 2 Puslitbang BMKG ABSTRAK Secara umum, wilayah Sumatera di

Lebih terperinci

ESTIMASI KARAKTERISTIK DURASI RUPTURE PADA GEMPA PEMBANGKIT TSUNAMI STUDI KASUS: GEMPA BUMI NIAS, 28 MARET 2005

ESTIMASI KARAKTERISTIK DURASI RUPTURE PADA GEMPA PEMBANGKIT TSUNAMI STUDI KASUS: GEMPA BUMI NIAS, 28 MARET 2005 Estimasi Karakteristik Durasi... ESTIMASI KARAKTERISTIK DURASI RUPTURE PADA GEMPA PEMBANGKIT TSUNAMI STUDI KASUS: GEMPA BUMI NIAS, 28 MARET 2005 Sayyidatul Khoiridah, Widya Utama Jurusan Teknik Geomatika,

Lebih terperinci

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DENGAN MAGNITUDO 5,0 DI WILAYAH SUMATERA UTARA PERIODE TAHUN

RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DENGAN MAGNITUDO 5,0 DI WILAYAH SUMATERA UTARA PERIODE TAHUN Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) Volume 06 Nomor 02 Tahun 2017, hal 23-27 RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DENGAN MAGNITUDO 5,0 DI WILAYAH SUMATERA UTARA PERIODE TAHUN 2012-2016 Isnaini 1), Madlazim

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI TENGGARA DENPASAR BALI Oleh Trisnawati*, Moehajirin*, Furqon Dawwam R*,Ariska Rudyanto*,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnitudo Gempabumi Magnitudo gempabumi adalah skala logaritmik kekuatan gempabumi atau ledakan berdasarkan pengukuran instrumental (Bormann, 2002). Pertama kali, konsep magnitudo

Lebih terperinci

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG Rasmid 1, Muhamad Imam Ramdhan 2 1 Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA 2 Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, INDONESIA

Lebih terperinci

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2

RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2 RELOKASI SUMBER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE MARET 2018 Oleh ZULHAM SUGITO 1, TATOK YATIMANTORO 2 1 Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh 2 Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Pendahuluan

Lebih terperinci

Analisa Receiver Function Teleseismic untuk Mendeteksi Moho pada Stasiun Bkb Data Meramex

Analisa Receiver Function Teleseismic untuk Mendeteksi Moho pada Stasiun Bkb Data Meramex ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 195 Oktober 2013 Analisa Receiver Function Teleseismic untuk Mendeteksi Moho pada Stasiun Bkb Data Meramex Rian Amukti, Wiwit

Lebih terperinci

ESTIMASI POLA BIDANG SESAR DAN MOMENT TENSOR GEMPA BUMI JEPANG PADA TAHUN 2003 MENGGUNAKAN ANALISIS INVERSI WAVEFORM 3 KOMPONEN

ESTIMASI POLA BIDANG SESAR DAN MOMENT TENSOR GEMPA BUMI JEPANG PADA TAHUN 2003 MENGGUNAKAN ANALISIS INVERSI WAVEFORM 3 KOMPONEN 126 ESTIMASI POLA BIDANG SESAR DAN MOMENT TENSOR GEMPA BUMI JEPANG PADA TAHUN 2003 MENGGUNAKAN ANALISIS INVERSI WAVEFORM 3 KOMPONEN Eka Jaya Wifayanti dan Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA, Institut

Lebih terperinci

FORMULA EMPIRIS PENENTUAN MAGNITUDO MENGGUNAKAN TIGA DETIK PERTAMA GELOMBANG P (STUDI KASUS STASIUN CISI, GARUT JAWA BARAT)

FORMULA EMPIRIS PENENTUAN MAGNITUDO MENGGUNAKAN TIGA DETIK PERTAMA GELOMBANG P (STUDI KASUS STASIUN CISI, GARUT JAWA BARAT) FORMULA EMPIRIS PENENTUAN MAGNITUDO MENGGUNAKAN TIGA DETIK PERTAMA GELOMBANG P (STUDI KASUS STASIUN CISI, GARUT JAWA BARAT) Azhari Himawan *1, Agus Marsono 1, Muzli 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-74

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-74 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-74 Estimasi Centroid Moment Tensor (CMT), Bidang Sesar, Durasi Rupture, dan Pemodelan Deformasi Vertikal Sumber Gempa Bumi

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA

ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.16 ANALISIS PERUBAHAN POLA DEKLINASI PADA GEMPA BUMI SIGNIFIKAN (M 7.0) WILAYAH SUMATERA Indah Fajerianti 1,a), Sigit Eko Kurniawan 1,b) 1 Sekolah Tinggi Meteorologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskripsi analitik dari data gempa yang diperoleh. Pada awalnya data gempa yang akan digunakan berasal dari katalog

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gempabumi Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Selama peradaban manusia, gempa bumi telah dikenal sebagai fenomena alam yang menimbulkan efek bencana yang terbesar, baik secara moril maupun materiil. Suatu gempa

Lebih terperinci

d = G m...(1) Kata Kunci - Gempa Tohoku-Oki, focal mechanism, momen tensor, reverse fault, normal fault, strike slip fault dan zona subduksi.

d = G m...(1) Kata Kunci - Gempa Tohoku-Oki, focal mechanism, momen tensor, reverse fault, normal fault, strike slip fault dan zona subduksi. 1 Estimasi Moment Tensor, Pola Bidang Sesar dan Mekanisme Fokus Gempa Tohoku-Oki Pada Tahun 2011 dengan Memanfaatkan Inversi Wavefrom Tiga Komponen Menggunakan Progam ISOLA Depta Mahardika S, Prof.Dr.rer.nat.Bagus

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Memodelkan Deformasi Dasar Laut Akibat Sesar Dengan Slip Homogen Atau Bervariasi

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Memodelkan Deformasi Dasar Laut Akibat Sesar Dengan Slip Homogen Atau Bervariasi RINGKASAN EKSEKUTIF Pembuatan Perangkat Lunak Untuk Memodelkan Deformasi Dasar Laut Akibat Sesar Dengan Slip Homogen Atau Bervariasi Indonesia merupakan benua maritim dengan aktivitas kegempaan yang sangat

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA Oleh Artadi Pria Sakti*, Robby Wallansha*, Ariska

Lebih terperinci

PENENTUAN KEDALAMAN KERAK BUMI DENGAN TEKNIK STACKING H- MENGGUNAKAN MATLAB PADA DATA SINTETIK RECEIVER FUNCTION

PENENTUAN KEDALAMAN KERAK BUMI DENGAN TEKNIK STACKING H- MENGGUNAKAN MATLAB PADA DATA SINTETIK RECEIVER FUNCTION PENENTUAN KEDALAMAN KERAK BUMI DENGAN TEKNIK STACKING H- MENGGUNAKAN MATLAB PADA DATA SINTETIK RECEIVER FUNCTION Wiwit Suryanto 1, Drajat Ngadmanto 2, Pupung Susilanto 2 1 Laboratorium Geofisika, Jurusan

Lebih terperinci

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Rencana Evakuasi (Evacuation Plan) Pendekatan Geografi

Kondisi Kestabilan dan Konsistensi Rencana Evakuasi (Evacuation Plan) Pendekatan Geografi DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i PERNYATAAN... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix INTISARI... xii ABSTRACT... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1. 1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA A ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI DELISERDANG SUMATRA UTARA Oleh Fajar Budi Utomo*, Trisnawati*, Nur Hidayati Oktavia*, Ariska Rudyanto*,

Lebih terperinci

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1

PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI Oleh ZULHAM SUGITO 1 PENENTUAN HIPOSENTER GEMPABUMI DI WILAYAH PROVINSI ACEH PERIODE JANUARI 2018 Oleh ZULHAM SUGITO 1 1 PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh Pendahuluan Aktifitas tektonik di Provinsi Aceh dipengaruhi

Lebih terperinci

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun 1976 2016 Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire Rido Nofaslah *, Dwi Pujiastuti Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN ESTIMASI NILAI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN SKENARIO GEMPA BUMI DI WILAYAH SIBERUT DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN SI AND MIDORIKAWA (1999) Denisa Syafriana 1, Dwi Pujiastuti 1, Andiyansyah

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL KECEPATAN LOKAL 1-D GELOMBANG P DAN S SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN DI WILAYAH SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN METODE INVERSI ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN MODEL KECEPATAN LOKAL 1-D GELOMBANG P DAN S SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN DI WILAYAH SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN METODE INVERSI ALGORITMA GENETIKA PENENTUAN MODEL KECEPATAN LOKAL 1-D GELOMBANG P DAN S SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN DI WILAYAH SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN METODE INVERSI ALGORITMA GENETIKA Aprillia Dwi Ardianti Pembimbing: Dr.Madlazim, M.Si

Lebih terperinci

DEAGREGASI SEISMIC HAZARD KOTA SURAKARTA`

DEAGREGASI SEISMIC HAZARD KOTA SURAKARTA` DEAGREGASI SEISMIC HAZARD KOTA SURAKARTA` Deaggregation Seismic Hazard of Surakarta City SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA

ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Arif Budiman 1, Riva Nandia 1, dan Moh. Taufik Gunawan 2 1 Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

β = kecepatan gelombang S = μ / ρ, μ =

β = kecepatan gelombang S = μ / ρ, μ = ANALISIS DATA GEOFISIKA MONITORING GUNUNGAPI BERDASARKAN PENGEMBANGAN PEMODELAN ANALITIK DAN DISKRIT (BAGIAN III) : SUATU STUDI KONSEP MEKANISME SUMBER GEMPA Hendra GUNAWAN Sari Pada prinsipnya seismogram

Lebih terperinci

VARIASI SPASIAL GETARAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI (STUDI KASUS: RANGKAIAN GEMPABUMI SUMATERA UTARA 9-13 FEBRUARI 2017)

VARIASI SPASIAL GETARAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI (STUDI KASUS: RANGKAIAN GEMPABUMI SUMATERA UTARA 9-13 FEBRUARI 2017) DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.15 VARIASI SPASIAL GETARAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI (STUDI KASUS: RANGKAIAN GEMPABUMI SUMATERA UTARA 9-13 FEBRUARI 2017) Sesar Prabu Dwi Sriyanto 1,a), Indah Fajerianti

Lebih terperinci

*

* Jurnal Natural Vol.6, No.2, 26 ISSN 4-853 KAJIAN STATISTIK SEISMISITAS KAWASAN SUMATERA* Warni Asnita*, Didik Sugiyanto 2, Ibnu Rusydy 3 Department of Geophysics Engineering, Syiah Kuala University, Banda

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU Yeza Febriani, Ika Daruwati, Rindi Genesa Hatika Program

Lebih terperinci

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010

LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010 LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2010 1 OUTLINE I. LOKASI GEMPABUMI MENTAWAI SUMATERA BARAT II. 1. TIME LINE GEMPABUMI MENTAWAI SUMATERA BARAT.

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42 Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42 STUDI PROBABILITAS GEMPA DAN PERBANDINGAN ATENUASI PERCEPATAN TANAH METODE JOYNER DAN BOORE (1988), CROUSE (1991) DAN SADIGH (1997)

Lebih terperinci

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Tenggara Barat, Tahun 1973-215 Seismotectonic and Earthquake Periodicity

Lebih terperinci

LAPORAN GEMPABUMI Manokwari, 4 Januari Pusdatin Geofisika Tim Penyusun

LAPORAN GEMPABUMI Manokwari, 4 Januari Pusdatin Geofisika Tim Penyusun LAPORAN GEMPABUMI Manokwari, 4 Januari 2009 Pusdatin Geofisika Tim Penyusun 1. Laporan Gempabumi 1.1. Lokalisasi Parameter Hypocenter Telah terjadi gempabumi tektonik pada hari Minggu, 4 Januari 2009 jam

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN ESTIMASI PARAMETER TSUNAMI MENGGUNAKAN SOFTWARE EARLY-EST DAN JOKO TINGKIR UNTUK GEMPA BUMI DI INDONESIA

ANALISIS PERBEDAAN ESTIMASI PARAMETER TSUNAMI MENGGUNAKAN SOFTWARE EARLY-EST DAN JOKO TINGKIR UNTUK GEMPA BUMI DI INDONESIA Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, hal 68-72 ANALISIS PERBEDAAN ESTIMASI PARAMETER TSUNAMI MENGGUNAKAN SOFTWARE EARLY-EST DAN JOKO TINGKIR UNTUK GEMPA BUMI DI INDONESIA

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS Bayu Baskara ABSTRAK Bali merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di wilayah pertemuan

Lebih terperinci

RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH SUMATRA BARAT MENGGUNAKAN METODE MODIFIED JOINT HYPOCENTER DETERMINATION

RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH SUMATRA BARAT MENGGUNAKAN METODE MODIFIED JOINT HYPOCENTER DETERMINATION RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH SUMATRA BARAT MENGGUNAKAN METODE MODIFIED JOINT HYPOCENTER DETERMINATION THE RELOCATION OF EARTHQUAKE HYPOCENTER OF WEST SUMATRA REGION USING MODIFIED JOINT HYPOCENTER

Lebih terperinci

MODEL KECEPATAN 1-D GELOMBANG P DAN RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI BENGKULU MENGGUNAKAN METODE COUPLED VELOCITY HIPOCENTER

MODEL KECEPATAN 1-D GELOMBANG P DAN RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI BENGKULU MENGGUNAKAN METODE COUPLED VELOCITY HIPOCENTER Jurnal Fisika. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, hal 69-73 MODEL KECEPATAN 1-D GELOMBANG P DAN RELOKASI HIPOSENTER GEMPA BUMI DI BENGKULU MENGGUNAKAN METODE COUPLED VELOCITY HIPOCENTER Jihan Nia Shohaya,

Lebih terperinci

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017 KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI 2016 15 DESEMBER 2017 Oleh ZULHAM. S, S.Tr 1, RILZA NUR AKBAR, ST 1, LORI AGUNG SATRIA, A.Md 1

Lebih terperinci

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik B0 Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik Pambayun Purbandini 1, Bagus Jaya Santosa 1, dan Bambang Sunardi 1 Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS. Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika

SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS. Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika SISTEM KONTROL KONDISI PERALATAN SEISMOGRAPH JARINGAN INATEWS Oleh : Bidang Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Peralatan Geofisika I. PENDAHULUAN Indonesia terletak didaerah yang memiliki resiko bencana

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik

Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik di Papua pada Periode 1960-2010 Lilik Wahyuni Purlisstyowati, Madlazim, Tjipto Prastowo Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Anomali Gayaberat Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi Padang 2016 Mw 7,8 Menggunakan Citra Satelit GRACE

Analisis Perubahan Anomali Gayaberat Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi Padang 2016 Mw 7,8 Menggunakan Citra Satelit GRACE Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017 Analisis Perubahan Anomali Gayaberat Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi Padang 2016 Mw 7,8 Menggunakan Citra Satelit GRACE Analysis of Gravity Anomaly Change

Lebih terperinci

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA

ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA ENERGI POTENSIAL GEMPABUMI DI KAWASAN SEGMEN MUSI, KEPAHIANG-BENGKULU EARTHQUAKE POTENTIAL ENERGY IN THE MUSI SEGMENT, KEPAHIANG-BENGKULU AREA Sabar Ardiansyah Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu, Jl.Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tektonik, Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng mikro Filipina. Interaksi antar lempeng mengakibatkan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 1 Estimasi Centroid Moment Tensor (CMT), Bidang Sesar, Durasi Rupture, dan Pemodelan Deformasi Vertikal Sumber Gempa Bumi Sebagai Studi Potensi Bahaya Tsunami Di Laut Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP PARAMETER SUMBER GEMPA DI SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP PARAMETER SUMBER GEMPA DI SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP PARAMETER SUMBER GEMPA DI SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT Muhlis, Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATAPENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017

Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai November 2017 Analisis Kejadian Rangkaian Gempa Bumi Morotai 18 27 November 2017 Sesar Prabu Dwi Sriyanto Stasiun Geofisika Kelas I Winangun, Manado Pada hari Sabtu, 18 November 2017 pukul 23:07:02 WIB telah terjadi

Lebih terperinci

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-129 Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik Samsul Aprillianto 1, Bagus

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI

ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI Helmy Darjanto 1 Adhi Muhtadi 2 1 Dosen & Praktisi, Anggota Himpunan Ahli Teknik Tanah

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp. 41-47 ISSN: 2477-7870 41 PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT Marinda Noor Eva, Riski

Lebih terperinci

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : Astari Dewi Ratih, Bambang Harimei, Syamsuddin Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Persebaran Hiposenter Maluku Selatan Menggunakan Metode Double Difference

Persebaran Hiposenter Maluku Selatan Menggunakan Metode Double Difference JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11 Persebaran Hiposenter Maluku Selatan Menggunakan Metode Double Difference Ryandi Bachrudin Yusuf, Bagus Jaya Santosa. Jurusan

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SEISMISITAS Bayu Baskara 1, I Ketut Sukarasa 1, Ardhianto Septiadhi 1 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... iii KATA PENGANTAR.... iv ABSTRAK.... v ABSTRACT.... vi DAFTAR ISI.... vii DAFTAR GAMBAR.... ix DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

PEMODELAN MEKANISME SUMBER GEMPA BUMI RANSIKI 2012 BERKEKUATAN MW 6,7

PEMODELAN MEKANISME SUMBER GEMPA BUMI RANSIKI 2012 BERKEKUATAN MW 6,7 PEMODELAN MEKANISME SUMBER GEMPA BUMI RANSIKI 2012 BERKEKUATAN MW 6,7 1 Yopi Ruben Serhalawan, 2 Dimas Salomo J. Sianipar 2 1 Stasiun Geofisika Sorong, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),

Lebih terperinci

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.

Lebih terperinci

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR Aswin 1*), Gunawan Ibrahim 1, Mahmud Yusuf 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan 2

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA SURVEY TSUNAMI PANTAI BARAT SUMATERA - BENGKULU

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA SURVEY TSUNAMI PANTAI BARAT SUMATERA - BENGKULU BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA LAPORAN SURVEY TSUNAMI PANTAI BARAT SUMATERA - BENGKULU TIM SURVEY BMG Jakarta, September 27 Tsunami Bengkulu, 12 September 27 PENDAHULUAN Gempa yang terjadi pada tanggal

Lebih terperinci

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST Oleh : Rahmat Triyono,ST,MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id Sejak Gempabumi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Analisa data gempa melalui inversi waveform tiga komponen dilakukan dengan menggunakan software ISOLA yang bertujuan untuk mengestimasi CMT (Centroid Moment Tensor)

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)

Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014) Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014) Ekarama Putri 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Irma Kurniawati

Lebih terperinci

Analisa Shakemap dan Jenis Sesar Studi Kasus: Gempa bumi Terasa di Purworejo Jawa Tengah

Analisa Shakemap dan Jenis Sesar Studi Kasus: Gempa bumi Terasa di Purworejo Jawa Tengah ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.1 halaman 10 April 2017 Analisa Shakemap dan Jenis Sesar Studi Kasus: Gempa bumi Terasa di Purworejo Jawa Tengah Nugroho Budi Wibowo

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS SOFTWARE JOKO TINGKIR UNTUK DETEKSI DINI BENCANA TSUNAMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN TAHUN 1992-2014.

VALIDITAS DAN RELIABILITAS SOFTWARE JOKO TINGKIR UNTUK DETEKSI DINI BENCANA TSUNAMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN TAHUN 1992-2014. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Volume 04 Nomor 02 Tahun 2015, hal 40-45 VALIDITAS DAN RELIABILITAS SOFTWARE JOKO TINGKIR UNTUK DETEKSI DINI BENCANA TSUNAMI DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN TAHUN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN RECEIVER FUNCTION UNTUK GEMPA JAUH (TELESEISMIC) MENGGUNAKAN MATLAB

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN RECEIVER FUNCTION UNTUK GEMPA JAUH (TELESEISMIC) MENGGUNAKAN MATLAB IMPLEMENTASI PERHITUNGAN RECEIVER FUNCTION UNTUK GEMPA JAUH (TELESEISMIC) MENGGUNAKAN MATLAB Wiwit Suryanto 1, Boko Nurdiyanto 2, Suliyanti Pakpahan 2 1 Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika UGM, Sekip

Lebih terperinci

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018) ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018) Oleh Mariska N. Rande 1, Emi Ulfiana 2 1 Stasiun Geofisika Kelas I Palu

Lebih terperinci

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda?

Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda? Gempabumi Sumba 12 Februari 2016, Konsekuensi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Bawah Busur Sunda Ataukah Busur Banda? Supriyanto Rohadi, Bambang Sunardi, Rasmid Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

SIMULASI PERHITUNGAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG DENGAN METODA EIKONAL : SUATU CONTOH APLIKASI DALAM ESTIMASI KETELITIAN HIPOSENTER GEMPA

SIMULASI PERHITUNGAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG DENGAN METODA EIKONAL : SUATU CONTOH APLIKASI DALAM ESTIMASI KETELITIAN HIPOSENTER GEMPA SIMULASI PERHITUNGAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG DENGAN METODA EIKONAL : SUATU CONTOH APLIKASI DALAM ESTIMASI KETELITIAN HIPOSENTER GEMPA Yasa SUPARMAN dkk Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan

Lebih terperinci

RELOKASI GEMPA BUMI DI MYANMAR DENGAN METODE MJHD: AFTERSHOCKS DARI GEMPA BESAR DAN SEISMISITAS SEPANJANG PATAHAN SAGAING

RELOKASI GEMPA BUMI DI MYANMAR DENGAN METODE MJHD: AFTERSHOCKS DARI GEMPA BESAR DAN SEISMISITAS SEPANJANG PATAHAN SAGAING TUGAS SKRIPSI RELOKASI GEMPA BUMI DI MYANMAR DENGAN METODE MJHD: AFTERSHOCKS DARI GEMPA BESAR DAN SEISMISITAS SEPANJANG PATAHAN SAGAING OLEH: Fakhry Dwi Sulistio (13.12.2767) Firzy Reza Gema Ramadhan (13.12.2766)

Lebih terperinci