ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KENDAL TENTANG HIBAH LEBIH DARI SEPERTIGA (STUDI PUTUSAN NO 11/PDT.P/2008/PA.KDL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KENDAL TENTANG HIBAH LEBIH DARI SEPERTIGA (STUDI PUTUSAN NO 11/PDT.P/2008/PA.KDL)"

Transkripsi

1 ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KENDAL TENTANG HIBAH LEBIH DARI SEPERTIGA (STUDI PUTUSAN NO 11/PDT.P/2008/PA.KDL) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Progaram Strata 1 (S 1) Program Ahwalus Syahsiah Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Oleh : MUH. SAEHUDIN ANWAR N I M : JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

2

3

4 MOTTO لن ت ن ال و ا ا ل بر ح ت ى ت ن ف قو ا م م ا ت ح ب و ن و م ا ت ن ف قو ا م ن ش ي ء ف ا ن االله به ع ل ي م Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. Ali Imran: 92) 1 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Depok : Cahaya Quran, hlm.62

5 PERSEMBAHAN Saya persembahkan untuk : Ibunda dan Ayahanda tercinta dan tersayang Kasih sayang, tuntunan, dukungan dan do a dari kalian Selalu menerangi langkah penuh cita dan cinta putramu. Para Kiai, Guru, Dosen dan Asatiid Ilmu dan bimbingan dari kalian menuntun saya untuk menjadi insan yang ta at dan berbakti. Kakek dan Nenek yang saya ta dzimi Nasehat dan do amu mengobarkan semangat cucumu. Seluruh keluarga Dukungan kalian tak akan pernah saya sia-siakan. Dan untuk teman-teman yang selalu menemani Bersama kita raih cita-cita kita. Saya dedikasikan karya ini untuk kalian semua...

6 DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, 13 Juni 2011 Deklarator M. SAEHUDIN ANWAR NIM:

7 ABSTRAK Salah satu bentuk taqarrub kepada Allah SWT dalam rangka mempersempit kesenjangan sosial serta menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan kepedulian sosial adalah hibah atau pemberian. Hibah, dilihat dari aspek vertikal (hubungan antara manusia dengan Tuhan) memiliki dimensi taqarrub, artinya dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan seseorang. Semakin banyak berderma dan bershadaqah akan semakin memperkuat dan memperkokoh keimanan dan ketakwaan, inilah aspek vertikal hibah. Yang menjadi perumusan masalah, bagaimana dasar penetapan hakim dalam putusan No.11/ Pdt.P/2008/PA.Kdl kebolehan hibah yang lebih dari sepertiga?. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang Putusan No. 11/ Pdt.P/2008/PA.Kdl Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan dengan data primer, yaitu berkas Putusan Pengadilan Agama Kendal No. 11/ Pdt.P/2008/PA.Kdl, sedangkan data sekunder, yaitu literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi atau studi dokumenter yaitu dengan meneliti sejumlah kepustakaan (library research). Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis yakni menggambarkan dan menganalisis Dasar Penetapan Hakim Dalam Putusan No. 11/ Pdt.P/2008/PA.Kdl Terhadap Hibah Yang Lebih Dari Sepertiga. Pada dasarnya hibah tidak ada kaitannya dengan kewarisan kecuali nyata bahwa hibah itu mempengaruhi hak ahli waris, maka dalam hal ini perlu adanya pembatasan maksimal hibah tidak melebihi sepertiga. Dalam permasalahan ini bahwa alm Romdo tidak mempunyai ahli waris yang mana saudara laki-lakinya dan istri telah meninggal sehingga yang ada hanya anak angkatnya saja (pemohon) yang kemudian separuh tanah pekarangan beserta rumah di atasnya dihibahkan kepada pemohon, karena pihak Pemohon (anak angkat) semasa hidupnya telah mengabdikan dirinya kepada bapak Romdo hingga akhir hayatnya. Karena dalam permasalahan ini hibah tidak mempengaruhi hak-hak ahli waris maka hibah tersebut menurut penulis sah menurut hukum Islam. Bahwa kalau ternyata hibah itu mempengaruhi kepentingan dan hak-hak ahli waris maka perlu ada batas maksimal hibah tidak melebihi sepertiga harta seseorang. Akan tetapi bila menyangkut hak-hak ahli waris maka hibah perlu ada batasan. Hasil pembahasan menunjukkan, sebagaimana yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 210 bahwa Orang yang telah berumur sekurangkurangnya 21 tahun berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 (sepertiga) Kompilasi Hukum Islam memberikan batasan dalam pemberian hibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari hartanya penghibah.

8 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, Yang Maha pengasih lagi maha penyayang yang telah menyinari jalan-jalan orang yang bertauhid, menunjukkan hati orang-orang mukmin kepada kebenaran dan kebaikan. Sehingga pada akhirnya skripsi ini bisa hadir di hadapan kita, adapun motivasi mendasar yang mendorong bagi penulis untuk berusaha keras menyelesaikan skripsi ini selain dari pada kewajiban yang harus dilaksanakan dan merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana adalah semata-mata karena ingin berperan dan ikhtiar membangun hari esok yang lebih baik lagi, sekalipun hasilnya ternyata hanya sekedar mampu menawarkan sebutir pasir pada pantai lautan. Dengan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Prof. DR. H.Muhibin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. H.Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang. 3. Ibu Dra,Hj.Endang Rumaningsih M.Hum, selaku Pembimbing I, dan ibu Nur Hidayati setyani SH,MH, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Syari'ah yang telah membekali pengetahuan kepada penulis pada jenjang pendidikan sarjana ( S-1 ) 5. Segenap karyawan Fakultas Syari'ah, pegawai perpustakaan IAIN, perpustakan Fakultas Syari'ah yang telah memberikan layanan yang baik kepada penulis. 6. Bapak Drs.Syarifudin, SH, selaku Hakim pembimbing di Pengadilan Agama Kendal yang telah meluangkan waktunya dengan tulus ikhlas kepada penulis selama proses penelitian ini. 7. Segenap staf pegawai di Pengadilan Agama Kendal yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Keluarga penulis, Bapak, Ibu, dan adik-adik penulis yang telah memberikan dorongan baik materiil maupun moril dalam mengarungi lautan keilmuan ini.

9 9. Sahabat-sahabatku tercinta yang ikut memberikan do'a, motivasi, semangat serta palipur lara ketika dalam kegundahan, kelelahan selama studi terutama dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT, membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari mereka berikan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi, metodologi, dan analisisnya. Karennya, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin Semarang, 13 Juni 2011 Penulis, M. SAEHUDIN ANWAR NIM:

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN MOTTO...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v HALAMAN DEKLARASI......vi HALAMAN ABSTRAK...vii HALAMAN KATA PENGANTAR...viii HALAMAN DAFTAR ISI...ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Pokok Permasalahan...9 C. Tujuan Penulisan Skripsi...9 D. Tela'ah Pustaka...10 E. Metode Penulisan Skripsi...13 F. Sistematika Penulisan Skripsi...17 BAB II :TINJAUAN UMUM TETANG HIBAH A. Pengertian Hibah...19 B. Dasar Hukum Hibah...23 C. Rukun dan Syarat-syarat Hibah Rukun hibah Syarat Hibah...30

11 BAB III : PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KENDAL TENTANG HIBAH LEBIH DARI SEPERTIGA PUTUSAN NO 11/Pdt.P/2008/PA.K.dl A. Profil Pengadilan Agama Kendal Sekilas tentamg Pengadilan Agama Kendal Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama Kendal Hakim Pengadilan Agama...51 B. Dasar Penetapan Hakim Dalam Memutus Perkara No 11/Pdt.P/2008/Pa.Kdl Putusan Pengadilan Agama Kendal No 11/Pdt.P/2008/Pa.Kdl Dasar Pertimbangan Dan Penetapan Hakim Memutus PerkaraNo11/Pdt.P/2008/Pa.Kdl...63 BAB IV : ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NOMOR 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl TENTANG HIBAH A. Analisis Terhadap Dasar penetapan Hakim Dalam Putusan Perkara Nomor 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl...68 B. B. Tinjauan Hukum Islam Putusan Perkara Nomor 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl...73 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...81 B. Saran-saran C.Penutup...83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hibah merupakan fenomena yang umum dan lazim terjadi dalam masyarakat, tetapi fenomena ini menarik ketika dihadapkan pada permasalah baru di masyarakat, misalnya pemberian hibah yang lebih dari sepertiga dimana para ulama berbeda pendapat mengenai kadar pemberian hibah, begitu juga dalam hukum positif Indonesia (Kompilasi Hukum Islam) yang mengatur tegas pada pasal 210, bahwa pada dasarnya besarnya hibah itu maksimal adalah sepertiga dari milik penghibah. Kata hibah berasal dari kata hubuuburriib yang berarti (muruuruha) perjalanan angin. Kemudian kata hibah dengan maksud ialah memberikan sesuatu kepada orang lain,baik harta ataupun lainnya. 1 Secara pengertian syara hibah berarti pemberian harta milik seeorang kepada orang lain saat ia masih hidup tanpa adanya imbalan. Secara umum pengertian hibah adalah a) Ibraa, yakni menghibahkan utang kepada yang berhutang; b) Sedekah, yakni menghibahkan sesuatu dengan mengharapkan pahala di akhirat; c) Hadiah yakni pemberian yang menurut orang yang diberi itu untuk memberi Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz 4.terjemahan,(Jakarta:Pena pundit aksara, 2006),hlm 1

13 2 imbalan. 2 Hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. Setiap orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tidak adanya paksaan dalam menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta bendanya kepada orang lain atau kepada suatu lembaga untuk dimiliki. 3 Hibah harus dilakukan dihadapan dua orang saksi dan harta yang dihibahkan itu haruslah barang-barang milik pribadi (hak milik) orang yang memberi hibah. Dalam Al-qur an, penggunaan kata hibah digunakan dalam konteks pemberian anugerah Allah kepada utusan-utusannya, doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-hambanya, terutama para nabi, dan menjelaskan sifat Allah Yang Maha memberi Karunia. Untuk itu mencari dasar hukum tentang hibah seperti yang dimaksud dalam kajian ini secara ekplisit tidak ditemukan. Namun dapat digunakan petunjuk dan anjuran secara umum, agar seseorang memberikan sebagian rezekinya kepada orang lain, misalnya QS. Al baqarah, 2:262 4 y ΨÏã öνèδãô_r& öνçλ ; ]Œr& Iωuρ $xψtβ (#θà)x Ρr&!$tΒ tβθãèî7 Gミω ΝèO«!$# È Î6y Îû öνßγs9 uθøβr& tβθà)ï Ζãƒt Ï%!$# šχθçρt óstƒ öνèδ ŸωuρóΟÎγøŠn=tæ ì öθyz ŸωuρöΝÎγÎn/u 1998)hlm Ibid, hlm Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Presindo, 2008) hlm Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia,( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

14 3 Artinya: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, Kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Menurut mayoritas ulama bahwa seseorang dibolehkan untuk menghibahkan semua yang dimilikinya kepada orang lain. Muhammad Ibnu Hasan dan sebagian kalangan Hanafi berkata, tidak sah menghibahkan semua harta meskipun dengan tujuan kebaikan. Mereka menganggap bahwa orang yang berbuat demikian itu sebagai orang bodoh yang wajib dibatasi tindakannya. Dalam masalah ini orang yang mampu bersabar atas kemiskininan dan kekurangan harta, maka tidak mengapa baginya menyedekahkan sebagian besar atau bahkan semua hartanya. Barangsiapa yang besar kemungkinan memintaminta kepada manusia pada saat memerlukan, maka tidak dibolehkan menyedekahkan semua atau atau sebagian besar hartanya. 5 Islam memperbolehkan seseorang memberikan atau menghadiahkan sebagian atau seluruhnya harta kekayaan ketika masih hidup kepada orang lain. Pemberian semasa hidup itu lazim dikenal dengan sebutan hibah. Di dalam Hukum Islam jumlah harta seseorang yang dapat dihibahkan itu tidak terbatas. Berbeda halnya dengan pemberian seseorang melalui surat wasiat yang terbatas pada sepertiga dari harta peninggalan yang bersih. 5 Sayyid Sabiq, Op.cit, hlm 388

15 4 Hibah pada dasarnya memang tidak ada kaitannya dengan kewarisan, karena berdasarkan pelaksanaan sudah jauh berbeda. Hibah diberikan ketika si penghibah masih hidup sedangkan kewarisan dilakukan setelah adanya kematian. Namun dengan adanya permasalahan yang ada yaitu, ketika terdapat seseorang yang menghibahkan seluruh hartanya kepada orang lain, agar hartanya bisa bermanfaat, karena si pemberi hibah takut hartanya kelak akan jatuh ke tangan ahli warisnya yang tak bisa di pertanggung jawabkan nantinya, dan kelak harta tersebut akan sia-sia. Dan andainya perbuatanya itu (menghibahkan seluruh harta) menyebabkan sanak keluarganya dalam keadaan tidak mempunyai harta (miskin) maka sama halnya ia menjerumuskan sanak keluarganya ke gerbang kefakiran, sebab fakir itu merupakan salah satu penyebab kekafiran. Sehingga pemberian hibah harus ada batasan dalam pemberiannya, dengan maksud agar sanak keluarga sejahtera. Selain itu batasan hibah juga melindungi hak-hak ahli waris supaya tidak ada yang dirugikan dalam hal pewarisan, dan juga menghindari dari timbulnya perselisihan. Mengutip pendapat Muhammad Ibnu Hasan, bahwa seseorang boleh menghibahkan hartanya kepada selain ahli waris, namun tidak sah jika ia menghibahkan seluruh hartanya walaupun untuk kebaikan. meskipun secara kepemilikan itu adalah harta si penghibah, yang dia bisa bebas melakukan apa saja dengan hartanya. ketika ia menghibahkan seluruh hartanya, maka ia tak memiliki lagi harta untuk dibagikan kepada ahli warisnya, dan bisa berakibat pula

16 5 pada perselisihan antar keluarga, maka disini mafsadahnya lebih besar daripada maslahatnya. Meskipun dalam masalah tadi si pemberi hibah berniat baik agar kelak hartanya terkelola dengan baik,dan Allah telah memerintahkan kita untuk menyedekahkan harta kita dalam firman Nya 6 Surat Al-Baqarah:195 (#þθãζå ômr&uρ Ïπs3è=öκ J9$# n<î) ö/ä3ƒï ƒr'î/ (#θà)ù=è? Ÿωuρ«!$# È Î6y Îû(#θà)Ï Ρr&uρ =Ïtä t ÏΖÅ ósßϑø9$#!$# βî) Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dengan kemaslahatan pihak keluarga dan ahli warisnya, sungguh tidak dibenarkan sebab didalam syariat Islam diperintahkan agar setiap pribadi untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Dalam konteks ini ada kewajiban pada diri masing-masing untuk menyejahterakan keluarga. Apabila perbuatan itu dilakukan dan menyebabkan keluarganya jatuh dalam keadaan miskin, maka samalah halnya ia menjerumuskan sanak keluarganya ke gerbang kekafiran. 6 Ibid., hlm.387

17 4 6 Pemikiran yang mengatakan bahwa tidak ada salahnya memberikan semua harta yang dimilikinya kepada siapa saja yang dikehendakinya sebagaimana yang dikemukakan oleh jumhur fuqoha bukanlah pendapat seluruhnya salah. Para praktisi hukum dilingkungan Peradilan Agama juga memperhatikan apa yang dikemukakan oleh Muhammad Ibnu Hasan dan sebagian pentahkik mazhab Hanafi bahwa tidak sah menghibahkan semua harta meskipun dalam kebaikan, orang yang berbuat demikian adalah orang yang dungu dan patut dibatasi hukumnya. Pendapat ini adalah sejalan dengan apa yang dibenarkan dalam Kompilasi Hukum Islam yang mengatakan bahwa hibah itu sepertiga dari seluruh harta yang dimilkinya. Apabila ada kelebihan dari hibah yang diterima itu, maka dapat dijadikan bagian warisan yang diterima para ahli waris. Jadi manusia diperintahkan oleh Allah untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah dengan cukup sekedarnya saja. Selain itu ayat Al Qur an Surat Ali-Imran:92 yang berbunyi: ÒΟŠÎ=tæ ϵÎ/!$# βî*sù& ó x«ïβ(#θà)ï Ζè? $tβuρ šχθ 6ÏtéB$ ϑïβ(#θà)ï Ζè? 4 Lym É9ø9$# (#θä9$oψs? s9 Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya Pada lingkungan hukum adat di Indonesia, diakui bahwa proses pewarisan harta seorang pewaris dapat mulai dilaksanakan sejak pewaris masih

18 7 hidup. Meskipun secara umum pembagian harta warisan dilakukan setelah pewaris meninggal, tidak jarang terjadi pembagian tersebut dilaksanakan jauh sebelum pewaris meninggal. Penyerahan harta warisan kepada ahli waris atau seorang yang tidak termasuk ahli waris sebelum pewaris meninggal, disebut hibah. Dalam hal pewaris menghibahkan hartanya kepada bukan ahli waris, penghibahan dibatasi sepanjang tidak merugikan hak para ahli waris. Walaupun hibah terhadap selain ahli waris dibatasi sebanyak- banyaknya 1/3, maka bukan berarti hibah kepada anak-anak si pemberi hibah itu diperbolehkan lebih dari sepertiga. Justru dalam hal ini aspek keadilan kepada semua anak- anaknya harus diperhatikan. Ketika antara umat berbeda pendapat dalam satu hal maka hendaknya manusia menilik kembali firmannya, karena Allah SWT telah meletakkan prinsipprinsip dasar pokok keutamaan agama Islam sebagai agama terakhir yang menjadi naungan umat, dengan ibarat dan ungkapan yang jelas disertai nash-nash yang tegas yang tidak bisa diselewengkan. 7 Semua itu dimuat dalam Al-Qur an sebagai sumber dari segala sumber hukum Ketentuan KHI ( Kompilasi Hukum Islam) dalam hal ini tampak sekali mengakomodasi realitas empiris sebagaimana dikandung dalam nilai-nilai hukum 33 7 Ahmad Qadri Azizi, Islam dan Permasalahan Social, (Yogyakarta: LKIS, 1997), hlm.

19 8 adat yang telah hidup dan mapan di tengah masyarakat. Ketentuan KHI (Kompilasi Hukum Islam) tentang hibah, disamping mempertimbangkan tujuan dan motifnya, yaitu nilai-nilai kemaslahatan, keadilan dan kedamaian tanpa saling cemburu secara sosial dalam pembagian tersebut, juga melakukan revisi sistem aturannya dengan memasukkan sistem pembagian tidak melebihi sepertiga dari keseluruhan harta penghibah. 8 Pada putusan penetapan dalam perkara permohonan pengesahan hibah lebih dari sepertiga oleh Pengadilan Agama Kendal yang tertuang dalam putusan no 11/Pdt.p/2008/PA.Kdl menetapkan, menyatakan sah menurut hukum dan hal ini tidak bertentangan dengan hukum Islam atau maksud dari ketentuan pasal 210 Kompilasi Hukum Islam tersebut. Hukum Islam yang berbentuk keputusan Pengadilan Agama adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama atas permohonan penetapan atau gugatan yang diajukan oleh seseorang atau lebih dan /atau lembaga kepadanya. Keputusan dimaksud, bersifat mengikat pihak-pihak yang berperkara. Selain itu, keputusan pengadilan agama dapat bernilai sebagai yurisprudensi, yang dalam kasus kasus tertentu dapat dijadikan oleh hakim sebagai referensi hukum. 9 8 Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia Dari Nalar Partisipatoris Hingga Emansipatoris,,(Yogyakarta : lkis, 2005 ) hlm Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hlm.5

20 9 Berdasarkan pemaparan kasus dan informasi di atas serta berbagai kontroversi yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk mengangkat dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Kendal Tentang Hibah Lebih Dari Sepertiga (Studi Putusan No 11/Pdt.P/2008/Pa.Kdl Di Pengadilan Agama Kendal) B. Permasalahan Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis memfokuskan penelitian ini dengan merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana dasar penetapan hakim dalam memutus perkara no 11/pdt.p/2008/PA/kdl 2. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap putusan hibah lebih dari sepertiga no 11/pdt.p/2008/PA/kdl C. Tujuan penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dala penelitian ini adalah : 1. Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulisan skripsi ini bertujuan: a. Menjelaskan dasar penetapan yang dilakukan hakim dalam memutus perkara hibah lebih dari sepertiga no 11/pdt.p/2008/PA/kdl b. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap hibah lebih dari sepertiga terhadap putusan no 11/pdt.p/2008/PA/kdl 2. Kegunaan

21 10 Setiap permasalahan membutuhkan kajian secara tuntas dan mendasar agar dapat di peroleh kegunaan dari permasalahan tersebut, yaitu: a. Secara akademik Penulisan ini diharapkan dapat menciptakan pengembangan Ilmu Hukum, sebagai suatu sarana pengendalian masyarakat maupun sebagai sarana perencanaan masyarakat dan menambah hazanah keilmuan mengenai upaya hukum dapat ditempuh apabila terjadi persengketaan terhadap Hibah oleh ahli waris. Maka dengan itu dapat dijadikan salah satu bahan untuk melakukan kajian atau penelitian lanjutan bagi akademis atau penelitian berikutnya. b. Secara praktis Dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara sengketa tentang pembatasan Hibah oleh ahli waris yang mungkin terjadi dikemudian hari. Bagi praktisi hukum, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menemukan aspek-aspek hukum dari hibah yang lebih dari sepertiga. D. Telaah pustaka Pemberian hibah yang lebih dari sepertiga para ulama berbeda pendapat mengenai kadar pemberiannya, begitu juga dalam hukum positif Indonesia (Kompilasi Hukum Islam) yang mengatur tegas pada pasal 210, bahwa pada dasarnya besarnya hibah itu maksimal adalah sepertiga dari milik penghibah.

22 11 1. Buku Karya Ahmad Rofiq Hukum Islam Di Indonesia yang menerangkan bahwa pembatasan yang dilakukan Kompilasi Hukum Islam, baik dari usia maupun sepertiga dari harta pemberi hibah, berdasar pertimbangan bahwa usia 21 tahun telah dianggap cakap untuk memiliki hak untuk menghibahkan benda miliknya itu. Demikian juga batasan sepertiga harta, kecuali jika ahli waris menyetujuinya. Selain itu beliau juga membahas pengertian hibah, dasar hukum hibah, dan hibah hubungannya dengan warisan, hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai warisan (KHI ps.211), masalah penarikan kembali hibah yang menjelaskan tercelanya menarik kembali hibahnya, menunjukan keharaman penarikan kembali hibah atau sadaqah yang lain yang telah diberikan kepada orang lain. Kebolehan menarik kembali hibah hanya berlaku bagi orang tua yang menghibahkan sesuatu kepada anaknya. Kendatipun demikian, menurut hemat penulis kebolehan menarik kembali, dimaksudkan agar orang tua dalam memberikan hibah kepada anak-anaknya memperhatikan nilainilai keadilan Buku karya Abdul Manan Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia menerangkan yang berhubungan kewenangan Peradilan Agama yang sebagaima diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Dalam undang undang ini kewenangan Pengadilan di lingkungan Peradilan Agama diperluas yang sebelumnya hanya pada lingkup 10 Ahmad Rofiq, Op.cit hlm 257

23 12 perkawinan, perwakafan, kewarisan, wasiat, hibah, shodaqoh, hal ini sesuai dengan perkembangan hukum dan kebutuhan hukum masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Perluasan tersebut antara lain meliputi ekonomi syariah Skripsi Karya Abdul Khamid, Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Analisis Pendapat Imam Syafi i Tentang Serah Terima Sebagai Syarat Sah Hibah kontekstualitas pendapat Imam Syafi i tentang serah terima sebagai syarat hibah dengan praktek hibah saat ini masih relevan. Serah terima sebagai salah satu syarat hibah menjadi unsur penting dalam menjaga nilai kekuatan dan pembuktian hibah saat ini. Dalam kontekstualitas dengan praktek hibah saat ini bahwa hibah dilakukan dengan serah terima dihadapan notaris atau pejabat pembuat akta tanah. 4. Skripsi karya Muhammad Munir mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Analisis Pendapat Imam Syafi i Tentang Hukum Pencabutan Kembali Hibah pembahasan Imam Syafi i tentang hukum pencabutan kembali hibah. Menurut Imam Syafi I, Dalam analisisnya bahwa Imam Syafi i berpendapat bahwa hibah tidak boleh dicabut kembali manakala si penghibah memberi hibah dengan sukarela tanpa mengharap imbalan. Sedangkan bila si penghibah memberi hibah dengan maksud mendapat imbalan maka hibah boleh dicabut kembali. Karena hibah merupakan pemberian yang mempunyai akibat hukum perpindahan hak milik, maka pihak pemberi hibah tidak boleh Media, 2006) hlm 2 11 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada

24 13 meminta kembali harta yang sudah dihibahkannya, sebab hal itu bertentangan dengan prinsip-prinsip hibah. Berdasarkan pemaparan pustaka di atas, maka dapat diketahui bahwasannya pustaka-pustaka di atas secara substansi objek kajian memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yang berkaitan dengan hibah, akan tetapi jika dikaji secara khusus maka terdapat perbedaan masalah yaitu Putusan Pengadilan Agama Kendal Terhadap Hibah Lebih Dari Sepertiga, sebagai objek kajian penulis yang akan membedakan antara pustaka-pustaka di atas dengan penelitian yang akan penulis laksanakan. E. Metode penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaaan (library reseach) penelitian yang dilakukan untuk menelaah bahan-bahan dari buku utama yang berkaitan dengan masalah, dan buku penunjang berupa sumber lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji. Sedangkan dalam penelitian ini menitikberatkan kepada dokumen. Penelitian dokumen adalah Penelitian yang dilakukan dengan melihat data yang bersifat praktek, meliputi: data arsip, data resmi pada institusi Pengadilan Agama Kendal, data yang dipublikasikan (putusan pengadilan, yurisprudensi, dan sebagainya) ), hlm P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

25 14 Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah putusan Pengadilan Agama Kendal No: 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl tentang hibah lebih dari sepertiga. 2. Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber yang memberikan informasi secara langsung, serta sumber data tersebut memiliki hubungan dengan pokok penelitian sebagai bahan informasi yang dicari. 13 Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari data-data dalam bentuk dokumen putusan Pengadilan yaitu putusan Pengadilan Agama Kendal No: 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi sumber data yang memuat tentang hibah dalam bentuk buku maupun jurnal. Adapun data sekunder atau data pendukung yaitu wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Kendal dan literatur yang digunakan dalam menjelaskan tentang pokok permasalahan yaitu buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian. Antara lain Sayyid Sabiq (Fiqh Sunah), Chairuman Pasaribu ( Hukum Perjanjian Dalam Islam ), Rachmat syafe I ( Fiqh Muamalah), M. Idris Ramulyo (Perbandingan, Perbandingan Pelaksanaan 13 Saefudin Azwar, Metodologi Penelitian,,(Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), Hlm 91

26 15 Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut Hukum perdata), Cik Hasan Bisri ( Peradilan Agama Di Indonesia) Dari sini setiap data atau informasi yang diperoleh dari masalah demi masalah akan dibandingkan dengan informasi lain yang ada, sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan untuk kemudian dapat diambil suatu kesimpulan sebagai hasil akhir dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis akan menempuh atau menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu sebagai berikut : a. Metode Dokumen (Documentation) Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari data-data dari catatan-catatan, transkip, berkas, surat, majalah, surat kabar dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. 14 Pengumpulan data berupa sumber data tertulis, bentuk tulisan ini adalah tulisan yang diarsipkan atau dikumpulkan. Diantara dokumen yang penulis gunakan adalah putusan Pengadilan Agama Kendal No: 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl hibah lebih dari sepertiga b. Metode Wawancara (Interview) Jakarta, 2006), hlm Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,( Rineka Cipta,:

27 16 Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancarai atau memberikan pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan penelitian penulis. 15 Dalam penelitian ini, interview dilakukan dengan berbagai pihak yang berkompeten dan terkait dengan penelitian. Yaitu hakim yang menangani masalah Putusan Hibah Lebih Dari Sepertiga di lingkungan Pengadilan Agama Kendal dengan menggunakan koesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Adapun wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Kendal sebagai data pendukung. 4. Metode Analisis Data Data-data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitatif, yaitu suatu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Adapun tujuan dari metode tersebut adalah untuk menggambarkan sifat suatu yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan. 16 Jadi analisis deskriptif adalah analisis data yang dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh untuk mengembangkan dan menemukan teori, kemudian hasil analisis tersebut disajikan secara keseluruhan tanpa menggunakan rumusan statistik. 15 Ibid, Hlm Ibid, Hlm. 136

28 17 Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap dengan dua teknik yang berbeda. Analisis yang pertama dilakukan pada data yang telah didapat oleh penulis dari lapangan (hasil wawancara, dan dokumentasi) yang belum diolah. Pengolahan data bedasar pada kaidah deskriptif yakni pengolahan yang meliputi seluruh data yang telah diperoleh yang dilakukan dengan mendasar pada teknik kategorisasi. Maksud dari teknik kategorisasi adalah penulis akan menempatkan data-data yang telah diperoleh sesuai dengan kategori data yang telah dirancang. Hasil dari analisis ini adalah data yang dipaparkan dan menjadi bab III. Sedangkan analisa yang kedua dilakukan dengan mendasar pada kaidah kualitatif. Metode kualitatif yaitu menganalisisnya dengan pemikiran logis, teliti dan sistematis terhadap semua data yang berhasil dikumpulkan untuk memperoleh kesimpulan, dalam penelitian ini penulis menggunakannya untuk menganalisis buku-buku, literatur-literatur dan berkas putusan Pengadilan Agama Kendal. F. Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri atas 5 bab, dalam setiap bab terdapat sub-sub bab permasalahan; yaitu : BAB I : Pendahuluan. Bab ini memuat tentang latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

29 18 BAB II : Ketentuan Umum Tentang Hibah Dalam Bab ini membahas pengertian hibah, dasar hukum hibah, rukun hibah, syarat hukum hibah dan ketentuan hibah menurut ulama dan KHI BABIII : Putusan Pengadilan Agama Kendal tentang hibah lebih dari sepertiga Pada pemaparan bab ini terdapat tiga sub bab A) ulasan mengenai profil Pengadilan Agama Kendal meliputi, sekilas tentang Pengadilan Agama Kendal, Hakim Pengadilan Agama Kendal, tugas dan kewenangan Pengadilan Agama, B) membahas mengenai Bagaimana Dasar Penetapan Hakim dalam memutus perkara no 11/pdt.p/2008/PA/kdl yang meliputi deskripsi putusan hibah lebih sepertiga No. 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl dan dasar penetapan hakim dalam putusan No. 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl C) Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Hibah lebih lebih dari sepertiga no 11/pdt.p/2008/PA/ kdl BAB IV : Bab ini merupakan pokok dari pembahasan penulisan skripsi ini yakni meliputi: A. Analisis Terhadap putusan hakim mengenai putusan perkara hibah lebih dari sepertiga No 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl ditinjau dari Hukum Islam

30 19 B. Analalisis tinjauan Hukum Islam terhadap putusan No. 11/Pdt.P/2008/PA.Kdl tetang hibah lebih dari sepertiga. BAB V : Penutup hasil akhir dari penelitian ini sekaligus merupakan akhir dari rangkaian penulisan skripsi yang akan berisi kesimpulan dan saran dan penutup.

31 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIBAH A. Pengertian hibah Secara etimologi kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba, yang berarti pemberian. Secara terminologis, hibah adalah pemilikan suatu benda melalui transaksi atau akad tanpa mengharap imbalan apa pun dari orang yang diberi ketika si pemberi masih hidup. 1 Dalam hal ini, rumusan Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam Pasal 171 huruf (g) mendefinisikan hibah bahwa Hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. 2 Adapun pengertian hibah menurut para ulama yang dihimpun dalam Kitab al-fiqh ala al-madzahib al-arba ah, karya Abdurrahman Al Jaziri a) Menurut Mazhab Hanafi adalah pemberian benda dengan tanpa ada syarat harus mendapat imbalan ganti, pemberian mana dilakukan pada saat si pemberi masih hidup. Benda yang dimiliki yang akan diberikan itu adalah sah milik si pemberi. 3 1 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah juz IV, (Beirut Dar Fath, 2004), Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia dari nalar Partisipatoris Hingga Emansipatoris,(Yogyakarta : Lkis, 2005 ) hlm Abd al-rahman al-jaziri,, Kitab al-fiqh ala al-madzahib al-arba ah, Beirut: Dar al- Kutub al-ilmiah, t.th, hlm

32 21 b) Menurut Mazhab Maliki, adalah memberikan suatu zat materi tanpa mengharap imbalan, dan hanya ingin menyenangkan orang yang diberinya tanpa mengharap imbalan dari Allah. Hibah menurut Maliki ini sama dengan hadiah. Dan apabila pemberian itu semata-mata untuk meminta ridha Allah dan mengharapkan pahala maka ini dinamakan sedekah. 4 c) Menurut Madzhab Hambali, adalah memberikan hak memiliki sesuatu oleh seseorang yang dibenarkan tasarrufnya atas suatu harta baik yang dapat diketahui atau, karena susah untuk mengetahuinya. Harta itu ada wujudnya untuk diserahkan. Pemberian yang mana tidak bersifat wajib, dan dilakukan pada waktu si pemberi masih hidup dengan tanpa syarat adanya imbalan. 5 d) Menurut Madzhab Syafi i, hibah mengandung dua pengertian: 1) Pengertian khusus, yaitu pemberian hanya sifatnya sunnah yang dilakukan dengan ijab qabul pada waktu si pemberi masih hidup. Pemberian yang tidak dimaksudkan untuk menghormati atau memuliakan seseorang dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan pahala dari Allah atau karena menutup kebutuhan orang yang 4 Ibid, hlm Ibid

33 22 diberikanya. 6 2) Pengertian umum, yaitu hibah dalam arti umum mencakup hadiah dan sedekah. Walaupun rumusan definisi yang dikemukakan oleh keempat madzhab tersebut berlainan redaksinya namun intinya tetaplah sama. Hibah adalah memberikan hak memilik sesuatu benda kepada orang lain yang dilandasi oleh ketulusan hati atas dasar saling membantu kepada sesama manusia dalam hal kebaikan. Adapun pengertian hibah dapat dipedomani definisi-definisi yang diberikan oleh para Ahli hukum Islam, antara lain Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa definisi hibah adalah akad yang pokok persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup, tanpa adanya imbalan. 7 Menurut Saleh Al Fauzan hibah adalah pemberian secara sukarela dari orang yang boleh bertasharruf 8 ketika masih hidup kepada orang lain dengan jumlah yang diketahui Ibid 7 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 5, terjemahan ( Jakarta : Cakrawala Publishing, 2009) hlm 8 Tasyararruf maksudnya mempunyai kemampuan untuk membelajakan harta dan merupakan pemilik dari harta tersebut 9 Saleh Al-Fauzan, Al Mulakhkhasul Fiqhi.( Saudi Arabia: Daar Ibnu Jauzi, t.th)

34 23 Sedangkan Sulaiman Rasyid memberikan definisi sebagai berikut : hibah ialah memberikan barang dengan tidak ada tukaranya dan tidak ada sebabnya. 10 Dari beberapa definisi yang disampaikan oleh para ahli hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa hibah merupakan sesuatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab musababnya) tanpa adanya imbalan dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup, inilah yang membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan sesudah si pewasiat meninggal dunia. Dalam istilah hukum perjanjian yang seperti ini dinamakan juga dengan perjanjian sepihak ( perjanjian unilateral) sebagai lawan dari perjanjian bertimbal balik (perjanjian bilateral). 11 Jadi hibah merupakan pemindahan langsung hak milik itu sendiri oleh seseorang kepada orang yang lain tanpa pemberian balasan. Dalam hibah yang diberikan, ialah harta yang menjadi milik dari orang yang menghibahkan, bukan hasil dari harta itu. 12 Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa hibah merupakan suatu perbuatan yang terpuji karena memberikan harta dengan sukarela tanpa 10 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam Hukum Fiqh Lengkap, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 1994) hlm Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian, ( Jakarta: sinar grafika, 1994) hlm Ilmu Fiqh. (Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam/Iain Di Jakarta Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama,1986)

35 24 mengharapkan balasan, tidak tergantung dan tidak disertai dengan persyaratan apapun juga. B. Dasar Hukum Hibah Dalam Al-qur an, penggunaan kata hibah digunakan dalam konteks pemberian anugrah Allah kepada utusan-utusan-nya, doa yang dipanjatkan oleh hamba-hambanya, terutama para nabi, dan menjelaskan sifat Allah yang Maha Memberi Karunia. Untuk itu mencari dasar hukum hibah seperti yang dimaksud dalam kajian ini, dapat digunakan petunjuk dan anjuran secara umum, agar seseorang dapat membagikan sebagian rizki kepada orang lain. Misalnya, QS. Al baqarah, 2:262: ]Œr& Iωuρ$xΨtΒ (#θà)x Ρr&!$tΒtβθãèÎ7 GムŸω ΝèO«!$# È Î6y Îû öνßγs9 uθøβr& tβθà)ï Ζムt Ï%!$# šχθçρt óstƒ öνèδ Ÿωuρ óοîγøšn=tæ ì öθyz Ÿωuρ öνîγîn/u y ΨÏã öνèδãô_r& öνçλ ; Artinya: Orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, Kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati Departemen Agama RI, Al-Qur an dan terjemahanya, Disempurnakan Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-qur an Departemen Agama RI, Sinar Baru Algensindo, Bandung,

36 4 25 Firman Allah juga dalam surat (QS. Al Munnafiqun 63, ayat 10): Iωöθs9 Éb>u tαθà)u sù ßNöθyϑø9$# ãνä.y tnr& š ÎAù'tƒ βr& È ö6s% ÏiΒ Νä3 oψø%y u $ Β ÏΒ (#θà)ï Ρr&uρ t ÅsÎ= Á9$# z ÏiΒ ä.r&uρ šx ¹r'sù 5=ƒÌs% 9 y_r& # n<î) û Í_s?ö zr& Artinya: Dan infakanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata (menyesali) Ya Tuhanku, sekiranya engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh?. 14 Hibah disyariatkan dan dihukumi mandhub (sunat) dalam Islam berdasarkan Al-Qur an, Sunnah, dan Ijma. 15 Dalam Al-Qur an Surah An-Nisa : 4 yang berbunyi $\ ÿƒí $\ ÿ ÏΖyδ çνθè=ä3sù$t ø tρçµ ΖÏiΒ& ó x«tã öνä3s9t ÏÛ βî*sù Artinya: Kemudian mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu dengan (sebagai hadiah) yang sedap lagi baik akibatnya.(qs.an-nisa ) 16 Adapun dasar hibah menurut Islam adalah firman Allah yang menganjurkan kepada umat Islam agar berbuat baik kepada sesamanya, saling mengasihi dan sebagainya. Islam menganjurkan agar umatnya suka memberi karena memberi lebih baik daripada menerima. Namun pemberian itu harus ikhlas, tidak ada pamrih apa- 14 Ibid., hlm Racmat Syafe i, Fiqh Muamalah ( Bandung: Pustaka Setia, 2001) Hlm Al-Qur an dan terjemahanya, Op. Cit

37 4 26 apa kecuali mencari ridha Allah dan mempererat tali persaudaraan, sebagaimana dalam firman Allah È Î6 9$# t ø $#uρt Å3 yϑø9$#uρ 4 yϑ tgušø9$#uρ4 n1öà)ø9$# ÍρsŒ ϵÎm6ãm 4 n?tã tα$yϑø9$# ta#u uρ Artinya: dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim dan orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir). (QS Al-baqarah ayat 177). 17 $\ ÿ ÏΖyδ çνθè=ä3sù$t ø tρ çµ ΖÏiΒ & ó x«tã öνä3s9 t ÏÛ βî*sù \'s#øtïυ ÍκÉJ s%ß ¹ u!$ ÏiΨ9$# (#θè?#u u uu uρ $\ ÿƒí ÍÍ Í Artinya: Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada peremruan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati. (QS. Annisa, ayat 4). Di dalam Al Qur an maupun Hadist, tidak dapat ditemui perintah yang secara langsung memerintahkan seseorang untuk berhibah. Namun dari ayat-ayat dan hadist di atas dapat dipahami, bahwa Allah dan Rasul-Nya menganjurkan umat Islam untuk suka menolong sesama, melakukan infaq, sedekah dan pemberian-pemberian lain termasuk hibah. Karena itu Hibah dapat meneguhkan rasa kecintaan antara manusia, oleh karena itu Islam mengantar dan memberikan keselamatan secara utuh memiliki ajaran yang sangat lengkap dalam segala aspek kehidupan. Hibah atau pemberian merupakan salah satu bentuk Taqarrub kepada Allah SWT, dalam rangka mempersempit kesenjangan antara hubungan keluarga serta menumbuhkan rasa setia 17 Ibid., hlm. 21

38 27 kawanan dan juga kepedulian sosial. Al-Qur an menganjurkan kepada manusia untuk tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa dan melarang tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan, Hibah dalam Hukum Islam dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, bahkan telah ditetapkan dengan tegas bahwa dalam Hukum Islam, pemberian harta berupa harta tidak bergerak dapat dilakukan dengan lisan tanpa mempergunakan suatu dokumen tertulis. Mengenai bukti-bukti yang cukup tentang terjadinya peralihan hak milik, maka pemberian itu dapatlah dinyatakan dalam tulisan. Jika pemberian tersebut dilakukan dalam bentuk tertulis tersebut terdapat 2 (dua) macam, yaitu : 1. Bentuk tertulis yang tidak perlu didaftarkan, jika isinya hanya menyatakan telah terjadinya pemberian. 2. Bentuk tertulis yang perlu didaftarkan, jika surat itu merupakan alat dari penyerahan pemberian itu sendiri, artinya apabila pernyataan penyerahan benda yang bersangkutan kemudian disusul oleh dokumen resmi tentang pemberian, maka yang harus didaftarkan. 18 C. Rukun dan Syarat Syarat Hibah Hibah adalah salah satu bentuk pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dengan adanya akad, dan dalam hal akad pasti terdapat ikatan-ikatan penjanjian yang disepakati antara seorang dengan orang lain. Dan dalam hal ini hibah mempunyai rukun-rukun serta syarat-syarat yang harus ada, yang menjadi sahnya hibah. 18`Asaf A.A Fyzee, Pokok- Pokok Hukun Islam II ( Jakarta: Tintamas, 1966) Hlm 5

39 28 Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sah suatu pekerjaan 19, sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan. 20 Dalam syari ah, rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu transaksi. Secara definisi rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu. 21 Definisi syarat adalah sesuatu yang bergantung pada keberadaan hukum syar i, dan ia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak ada. 22 Perbedaan antara rukun dan syarat menurut ulama ushul fiqh, bahwa rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum dan ia termasuk dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum, tatapi ia berada di luar hukum itu sendiri. 23 I, hlm Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Edisi III. Cet. III, hlm Ibid Abdul Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar van Hoeve, 1996, hlm Ibid, hlm Ibid, hlm1692

40 29 1. Rukun Hibah Hibah adalah salah satu bentuk pemberian yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dengan adanya akad, dan dalam hal akad pasti terdapat ikatan-ikatan penjanjian yang disepakati antara seorang dengan orang lain. Dan dalam hal ini hibah mempunyai rukun-rukun serta syarat-syarat yang harus ada, yang menjadi sahnya hibah. Menurut ulama Hanafiyah, rukun hibah adalah ijab dan qobul sebab keduanya termasuk akad seperti halnya jual-beli. Selain itu sebagian ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qobul dari penerima hibah bukanlah rukun, dengan demikian dicukupkan dengan adanya ijab dari pemberi. Hal hibah menurut bahasa adalah sekedar pemberian dan qobul hanyalah dampak dari adanya hibah, yakni pemindahan hak milik. 24 Menurut jumhur ulama, rukun hibah ada empat. 25 a. Wahib (pemberi hibah) Wahib adalah pemberi hibah, yang menghibahkan barang miliknya. Jumhur ulama berpendapat, jika orang yang sakit memberikan hibah kemudian ia meningal maka hibah yang dikeluarkan adalah sepertiga dari harta peninggalan (tirkah) b. Mauhub lah (penerima) 24 Fiqh Muamalah, Op. Cit hml Ibid

41 30 Penerima hibah adalah seluruh manusia. Ulama sepakat bahwa seseoarang dibolehkan menghibahkan seluruh harta. c. Mauhub Mauhub adalah barang yang dihibahkan d. Shighat (ijab dan qobul) Shighat hibah adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan ijab dan qobul, seprti dengan lafazh hibah, athiyah (pemberian), dan sebagainya. Ijab dapat dilakukan secara sharih seperti seseorang berkata saya hibahkan benda ini kepadamu, Dalam kitab Bidayatul Mujtahid Karya Ibnu Rusyd disebutkan bahwa rukun hibah Ada Tiga Macam, Yaitu: a. Pemberi hibah (Al wahib), b. Penerima hibah (al mauhub lahu), c. Benda yang dihibahkan. 26 Sayyid Sabiq berpendapat hibah dinyatakan sah dengan adanya ijab dan Kabul dengan ungkapan apapun yang bermakna penyerahan kepemilikan harta tanpa imbalan. Yaitu pihak yang bermakna memberikan hibah mengucapkan; aku hibahkan kepadamu. Atau aku memberikan kepadamu. Dan ungkapan semacamnya. Dan pihak yang menerimanya mengucapkan; Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid juz 3 (Kairo:Musthafa Al-Babi Al Halbiy, 1990) hlm

42 31 aku terima. Malik dan Syafi I berpendapat bahwa dengan penerimaan maka hibah sudah dapat dinyatakan sah. 27 Sebagian penganut mazhab Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup. Inilah pendapat yang paling shahih. Penganut mazhab Hanabali mengatakan, hibah dinyatakan sah dengan adanya pemberian dan penerimaan yang menunjukkan maksud hibah. Sebab, Rosulullah SAW memberi hadiah dan menerima hadiah, demikian pula yang dilakukan para sahabat beliau ( tanpa ungkapan ijab dan Kabul). Dan tidak ada riwayat mereka yang menyatakan bahwa mereka menetapkan syarat ijab dan Kabul serta syarat semacamnya. 28 Para fuqaha sependapat bahwa setiap orang dapat memberikan hibah kepada orang lain, jika barang yang di hibahkan itu sah miliknya. Kemudian fuqaha berselisih pendapat mengenai hal pemberi hibah itu dalam keadaan sakit, bodoh, atau pailit. Mengenai orang yang sakit, jumhur fuqaha berpendapat bahwa ia boleh menghibahkan sepertiga hartanya, karena dipersamakan dengan wasiat. Hibah yang lengkap dengan syarat-syaratnya. 27 Sayyid Sabiq, Op. cit hlm Ibid

43 32 2. Syarat Hibah Hibah terjadi dengan adanya pihak yang memberi, pihak yang menerima hibah, dan barang yang dihibahkan. Masing masing dari nilai semua memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 29 a. Shighat hibah Shighat hibah, ialah kata-kata yang diucapkan oleh orang orang yang melakukan hibah. Karena hibah semacam akad, maka shighat hibah terdiri atas ijab dan qobul. Ijab, ialah kata- kata yang diucapkan oleh penghibah, sedangkan qobul diucapkan oleh orang yang menerima hibah. Malikiyah dan Syafi iyah berpendapat bahwa setiap hibah harus ada ijab dan qobulnya, tidak sah suatu hibah tanpa ada kedua macam shighat hibah itu. b. Syarat syarat yang berkaitan dengan pemberi hibah Pemberi hibah adalah pemilik sah barang yang dihibahkan yang pada saat pemberian itu dilakukan berada dalam keadaan sehat, baik sehat jasmani maupun rohani. 30 Barang yang dapat dihibahkan ialah segala sesuatu yang dapat dimiliki oleh sebab itu hukum Islam mengatur persyaratan bagi pemberi hibah yang diantaranya sebagai berikut: Hlm Ibid, hlm Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006)

44 33 a) Pemberi hibah harus sebagai pemilik barang yang dihibahkan. b) Dia tidak berada dalam kondisi dibatasi kewenangannya lantaran suatu sebab yang menjadikan kewenangannya dibatasi. c) Dia harus berusia baliq, karena anak kecil belum layak untuk melakukan akad hibah. d) Hibah merupakan akad yang ditetapkan padanya syarat ridha terkait keabsahannya. c. Syarat-syarat yang berkaitan dengan penerima hibah Penerima hibah adalah setiap orang, baik perorangan maupun badan hukum serta layak untuk memiliki barang yang dihibahkan. 31 Terhadap pihak yang menerima hibah, ditetapkannya syarat-syarat sebagai berikut: Penerima hibah harus benar-benar ada secara fisik saat pemberian hibah. Jika secara fisik dia tidak ada ditempat atau dia dinyatakan ada tetapi masih dalam keadaan prediksi, yaitu misalnya dia masih berupa janin, maka hibah tidak sah. Ketika pihak yang diberi hadiah ada ditempat pada saat pemberian hibah, namun dia masih dikategorikan sebagai anak kecil, atau gila, maka walinya, atau orang yang mendapat wasiat darinya, atau orang yang mengasuhnya, 31 Ibid,

45 34 meskipun dia pihak lain ( yang tidak terikat hubungan kekerabatan), maka orang itu boleh mewakilinya untuk menerima hadiah. 32 d. Syarat syarat yang berkaitan dengan barang yang dihibahkan Barang hibah sesuatu atau harta yang dihibahkan, syarat-syaratnya ialah: a) Barang hibah itu telah ada dalam arti yang sebenarnya waktu hibah itu dilaksanakan. Tidak sah dihibahkan seperti rumah yang belum dibangun, atau tanah yang belum selesai dibalik nama atas nama penghibah dan sebagainya. b) Barang yang dihibahkan itu adalah barang yang boleh dimiliki secara sah oleh ajaran Islam. c) Harta yang dihibahkan itu dalam keadaan tidak terikat pada suatu perjanjian dengan pihak lain, seperti harta itu dalam keadaan digadaikan atau dibankkan d) Harta yang dihibahkan itu telah terpisah dari harta penghibah, seperti penghibah mempunyai sebidang tanah, yang akan dihibahkan ialah seperempat dari seluruh tanah itu. Di waktu menghibahkan tanah yang seperempat itu telah dipecah atau ditentukan dan tempatnya. e) Barang itu telah menjadi milik sah dari penghibah dalam arti yang sebenarnya. Tidak boleh dihibahkan barang yang belum 32 Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm 554

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIBAH. Secara etimologi kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIBAH. Secara etimologi kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIBAH A. Pengertian hibah Secara etimologi kata hibah adalah bentuk masdar dari kata wahaba, yang berarti pemberian. Secara terminologis, hibah adalah pemilikan suatu benda

Lebih terperinci

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah STUDI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Syariat Islam merupakan ajaran yang universal yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada ummatnya ke dunia ini sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ZAKIYAH SALSABILA

ZAKIYAH SALSABILA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ANAK BEDA AGAMA YANG MENDAPATKAN HARTA PENINGGALAN BERDASARKAN WASIAT WAJIBAH ( Analisis Penetapan Pengadilan Agama Cikarang Nomor 89/Pdt.P/2015/PA.Ckr ) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK A. Pelaksanaan Pemberian Hadiah/ Uang yang Diberikan oleh Calon anggota DPRD

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG 68 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG A. Analisis terhadap pelaksanaan hibah seluruh harta kepada anak angkat

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

DISSENTING OPINION HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG PENGANGKATAN ANAK OLEH KAKEK NENEKNYA

DISSENTING OPINION HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG PENGANGKATAN ANAK OLEH KAKEK NENEKNYA DISSENTING OPINION HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG PENGANGKATAN ANAK OLEH KAKEK NENEKNYA (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Demak No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA SKRIPSI DiajukanuntukMemenuhiTugasdanMelengkapiSyarat GunaMemperolehGelarSarjana Program Strata 1 (S1) Program

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pengelolaan Tabungan Berhadiah Di TPA

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu amalan sunah yang disyari atkan oleh Al- Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, segala sesuatu

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT

STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT STUDI ANALISIS ISTINBATH HUKUM IBNU QUDAMAH TENTANG SAKSI DALAM WASIAT SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah Jurusan Akhwal

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG TIDAK ADANYA PENGGANTIAN AHLI WARIS

STUDI ANALISIS FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG TIDAK ADANYA PENGGANTIAN AHLI WARIS STUDI ANALISIS FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG TIDAK ADANYA PENGGANTIAN AHLI WARIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (SI) Dalam Ilmu Al Ahwal

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG HAPUSNYA HAK MENUNTUT PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM PASAL 78 KUHP

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG HAPUSNYA HAK MENUNTUT PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM PASAL 78 KUHP ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG HAPUSNYA HAK MENUNTUT PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM PASAL 78 KUHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

Oleh : Ima Khozanah NIM

Oleh : Ima Khozanah NIM BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA OLEH POSBAKUM DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG (UU No. 50 Tahun 2009 Pasal 60 C Tentang Perubahan Kedua Atas UU No.7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Analisis Praktik Utang Piutang Hewan Ternak Di Desa Ragang Dari data mengenai proses dan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Studi Lapangan pada PT. Asuransi Purna Artanugraha Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERJANJIAN KERJA (STUDI LAPANGAN DI RB. BAITUL HIKMAH GEMUH)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERJANJIAN KERJA (STUDI LAPANGAN DI RB. BAITUL HIKMAH GEMUH) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERJANJIAN KERJA (STUDI LAPANGAN DI RB. BAITUL HIKMAH GEMUH) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010 ANALISIS TENTANG TIDAK ADANYA PELAPORAN PENGELOLAAN WAKAF OLEH NADZIR KEPADA KANTOR URUSAN AGAMA RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PASAL 220 AYAT 2 ( Studi Kasus di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupannya, yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian. Apabila seseorang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Di dalam hukum Islam dikenal banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK JATENG SYARIAH SKRIPSI

ANALISIS METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK JATENG SYARIAH SKRIPSI ANALISIS METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK JATENG SYARIAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Ekonomi Islam

Lebih terperinci

PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI

PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh: ANNA FATIHA NIM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH

BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH (Analisis Hukum Islam Terhadap Batas Usia Baligh Syarat Saksi Nikah Dalam Pasal 19 Ayat 2 Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru dalam kehidupannya. Dalam arti sosiologis manusia menjadi pengemban hak dan kewajiban, selama manusia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Skripsi Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI BAB IV ANALISIS SADD AL-DHAR@I AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI A. Analisis Praktek Terhadap Jual Beli Kredit Baju Pada Pedagang Perorangan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA DALAM KELUARGA TANPA MAHRAM SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA DALAM KELUARGA TANPA MAHRAM SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG ISTRI PENCARI NAFKAH UTAMA DALAM KELUARGA TANPA MAHRAM (Studi Kasus Pada Keluarga TKW Di Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH RAHIN (STUDY KASUS DI DESA KUMESU KEC. REBAN KAB. BATANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM

ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PERALIHAN WALI NASAB KE WALI HAKIM (Studi Kasus di KUA Kec. Parakan Kab. Temanggung) Skripsi Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011 TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN NISHAB ZAKAT TANAMAN PADI DI DESA KEDUNGWUNGU KECAMATAN TEGOWANU KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual Beli

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sebab perpindahan hak milik menurut pandangan hukum Islam adalah dengan hibah. Dengan menghibahkan suatu benda berarti keluarlah sesuatu itu dari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG SKRIPSI IMPLEMENTASI PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM

STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM STUDI ANALISIS FATWA MUI TENTANG DIHARAMKANNYA DOA BERSAMA MUSLIM DAN NON MUSLIM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010)

TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN. (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) TINJAUAN USHULIYAH TERHADAP STATUS ANAK LUAR KAWIN (Studi Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1) dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

Ida Rahayuningsih FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ANALISIS TERHADAP ZAKAT HASIL BUMI MENURUT PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH Skripsi Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata S.1 dalam ilmu hukum ekonomi islam Ida

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Pertimbangan Hakim Mengabulkan Pengajuan Perwalian

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT AS-SYIRAZI DALAM KITAB AL-MUHAZZAB TENTANG HAK HADHANAH KARENA ISTERI MURTAD DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

ANALISIS PENDAPAT AS-SYIRAZI DALAM KITAB AL-MUHAZZAB TENTANG HAK HADHANAH KARENA ISTERI MURTAD DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM ANALISIS PENDAPAT AS-SYIRAZI DALAM KITAB AL-MUHAZZAB TENTANG HAK HADHANAH KARENA ISTERI MURTAD DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada umumnya tidak lepas dari kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah SWT untuk

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH. (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati)

ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH. (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati) ANALISIS TERHADAP PERNIKAHAN DENGAN MEMALSUKAN IDENTITAS WALI NIKAH (Studi Kasus di KUA Kec. Tayu Kab. Pati) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA A. Analisis Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Tanah Milik Anak yang Dilakukan

Lebih terperinci

PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM

PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para Ulama sepakat bahwa mahar merupakan syarat nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma bahwa dalam rukun Islam

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM 50 BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM A. Analisis Utang-Piutang di Acara Remuh Berdasarkan data mengenai proses dan mekanisme

Lebih terperinci

PANDANGAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TULUNGAGUNG TERHADAP BUNGA BANK KONVENSIOANAL SKRIPSI OLEH MUHAMMAD ULIN NUHA NIM.

PANDANGAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TULUNGAGUNG TERHADAP BUNGA BANK KONVENSIOANAL SKRIPSI OLEH MUHAMMAD ULIN NUHA NIM. PANDANGAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TULUNGAGUNG TERHADAP BUNGA BANK KONVENSIOANAL SKRIPSI OLEH MUHAMMAD ULIN NUHA NIM. 3222113025 JURUSAN HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM INSTITUT AGAMA

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM

STUDI ANALISIS PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM STUDI ANALISIS PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Syari ah Oleh ERNA SUSANTI NIM 1210019

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI OLEH KHAMID MASJIB NIM. 3222113015 JURUSAN HUKUM KELUARGA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara 63 BAB IV STUDI KOMPARASI TERHADAP SISTEM BAGI HASIL PENGELOLAAN LADANG PESANGGEM ANTARA DESA NGEPUNG KECAMATAN LENGKONG DAN DESA SUGIHWARAS KECAMATAN NGLUYU KABUPATEN NGANJUK MENURUT PERPEKSTIF HUKUM

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BLORA NO. 1125/Pdt.G/2013/PA.Bla TENTANG CERAI TALAK (Kedudukan Advokat Perempuan Sebagai Wakil Ikrar Talak) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari ah. Oleh :

Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari ah. Oleh : STUDI ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO.103/Pdt.G/2012/PTA.Smg TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KLATEN NO. 1130/Pdt.G/2011/PA.Klt KARENA GUGATAN KABUR (OBSCUUR LIBEL) Skripsi

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERMOHONAN TALAK SEBAB MURTAD

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERMOHONAN TALAK SEBAB MURTAD ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERMOHONAN TALAK SEBAB MURTAD (Telaah Putusan Pengadilan Agama Wonogiri Nomor : 0080/Pdt.G/2013/PA.Wng dan Nomor : 0838/Pdt.G/2009/PA. Wng) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN KECELAKAAN KERJA (Studi Implementatif Pasal 9 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja di PT Abadi Jaya Manunggal Kendal) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

RELEVANSI MASHLAHAH DENGAN FATWADSN-MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH

RELEVANSI MASHLAHAH DENGAN FATWADSN-MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH RELEVANSI MASHLAHAH DENGAN FATWADSN-MUI NO. 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM ANALISIS ABORSI DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.538/PID.B/2006/PN.SMG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Akademik Guna Memperoleh

Lebih terperinci

KOPERASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

KOPERASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM KOPERASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Analisis Terhadap Pemikiran Taqiyuddin al-nabhani) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKAD AL-QARD WAL MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI KC. BANYUMANIK SEMARANG

IMPLEMENTASI AKAD AL-QARD WAL MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI KC. BANYUMANIK SEMARANG IMPLEMENTASI AKAD AL-QARD WAL MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI KC. BANYUMANIK SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Lebih terperinci

ANALISIS KAWIN HAMIL (STUDI PASAL 53 KHI DALAM PERSPEKTIF SADD AL-DZARI AH) SKRIPSI

ANALISIS KAWIN HAMIL (STUDI PASAL 53 KHI DALAM PERSPEKTIF SADD AL-DZARI AH) SKRIPSI ANALISIS KAWIN HAMIL (STUDI PASAL 53 KHI DALAM PERSPEKTIF SADD AL-DZARI AH) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Al-Ahwal al-syakhsiyyah ABTADIUSSHOLIKHIN

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI. Dalam Ilmu Muamalah

STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI. Dalam Ilmu Muamalah STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memnuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG

ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG ANALISIS IDENTIFIKASI RISIKO PEMBIAYAAN PADA LEMBAGA KEUANGAN BANK BNI SYARI AH CABANG SEMARANG Proposal Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata Sarjana Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN 62 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Pemberian Hibah dalam Keadaan Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci