MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 LAMPIRAN KEPUTUSAN NOMOR 54 / HUK / 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BANTUAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA TAHUN 2012

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Kesejahteraan Sosial di bidang rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA memiliki peranan penting dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Untuk mengurangi kesulitan pembiayaan dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial di lembaga rehabilitasi sosial milik masyarakat, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar. Sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib lapor bagi Pecandu Narkotika, dan peningkatan kualitas pelayanan pada Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) serta meningkatkan kemandirian bagi bekas penyalahguna, Kementerian Sosial melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2012 memandang perlu memberikan bantuan sosial antara lain : 1. Asistensi sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial; 2. Bantuan sarana dan prasarana bagi LKS Korban Penyalahgunaan NAPZA; 3. Bantuan operasional Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL); 4. Bantuan operasional LKS Korban Penyalahgunaan NAPZA; 5. Bantuan sosial pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) bekas korban penyalahgunaan NAPZA. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; 6. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; 9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 56/HUK/2009 tentang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA; 10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI; 11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 03/HUK/2012 tentang Standar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA; 12. Keputusan Menteri Sosial Nomor 78/HUK/2010 tentang Penunjukkan Panti/Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. 1

3 C. Pengertian 1. Asistensi Sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah asistensi (bantuan) langsung yang diberikan melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk meningkatkan penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang dilayani di dalam dan/atau di luar lembaga dan merupakan tambahan biaya pemenuhan kebutuhan dasar bagi penerima manfaat. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan yang dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 3. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 4. Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah seseorang yang menggunakan NAPZA tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. 5. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. 6. Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) adalah pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah. 7. Bekas Korban Penyalahgunaan NAPZA (BKPN) adalah korban penyalahgunaan NAPZA yang telah mengikuti program rehabilitasi sosial baik yang diselenggarakan oleh pusat/panti sosial milik pemerintah maupun oleh panti sosial milik masyarakat. 8. Praktek Belajar Kerja (PBK) adalah proses pembelajaran kerja bagi Bekas Korban Penyalahgunaan NAPZA agar mereka dapat bekerja secara mandiri sehingga kembali melaksanakan fungsi sosial dalam masyarakat. 9. Sheltered Workshop Vocational (SWV) adalah bengkel kerja yang melakukan bimbingan lanjut (after care) terhadap bekas korban penyalahgunaan NAPZA atau yang telah mengikuti program rehabilitasi sosial agar mereka dapat melaksanakan peran sosial ekonomi melalui kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 10. Usaha Ekonomi Produktif adalah serangkaian kegiatan pemeliharaan pemulihan melalui bidang usaha ekonomi produktif oleh bekas korban penyalahgunaan NAPZA yang telah mengikuti program rehabilitasi sosial. 2

4 11. Petugas Penanggung jawab adalah pejabat/pegawai pada Dinas/Instansi Sosial Provinsi yang ditetapkan oleh Menteri Sosial melalui usulan Dinas/Instansi Sosial Provinsi. 12. Aparat Pengawas/Pemeriksa adalah pejabat Pengawas Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Daerah/Provinsi, Inspektorat Provinsi/Daerah yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyaluran asistensi sosial bagi penerima manfaat melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial. 3

5 BAB II PELAKSANAAN A. Asistensi Sosial Melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial 1. Pengertian Asistensi Sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) adalah asistensi sosial langsung yang diberikan melalui LKS untuk meningkatkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA yang ditampung atau dilayani di dalam dan/atau di luar LKS, dan merupakan tambahan biaya pemenuhan kebutuhan dasar bagi penerima manfaat. Pelayanan yang diselenggarakan oleh LKS dapat diberikan kepada penerima manfaat dalam Lembaga atau melalui Lembaga dengan mengutamakan pelayanan dalam Lembaga (contoh: penerima manfaat yang tinggal di luar Lembaga tetapi mendapat pelayanan dan bimbingan secara rutin dari Lembaga); 2. Tujuan Tujuan pelaksanaan pemberian asistensi sosial melalui LKS adalah untuk memberikan asistensi sosial pemenuhan kebutuhan dasar dalam rangka peningkatan gizi dan penunjang kebutuhan dasar penerima manfaat guna mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial melalui lembaga kesejahteraan sosial. 3. Syarat Penerima Asistensi Sosial melalui LKS Lembaga kesejahteraan sosial penerima asistensi sosial adalah lembaga yang memenuhi syarat sebagai berikut : a) memiliki Akta Notaris; b) terdaftar pada Dinas/Instansi Sosial setempat dan memiliki ijin operasional yang masih berlaku; c) menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza didalam dan/atau diluar lembaga; d) memiliki Kantor, Struktur Organisasi, AD dan ART, Pengurus, dan alamat yang jelas; e) memiliki rekening pada bank pemerintah atas nama lembaga, bukan atas nama pimpinan/pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial; f) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama Lembaga. 4

6 4. Tahap Pelaksanaan Asistensi sosial a. Seleksi dan Pengusulan Lembaga Kesejahteraan Sosial Calon Penerima Asistensi Sosial Tahapan seleksi dimaksudkan untuk mempersiapkan kelengkapan administrasi Lembaga Kesejahteraan Sosial calon penerima asistensi sosial. Usulan Penetapan Lembaga Kesejahteraan Sosial calon penerima aistensi sosial dilakukan oleh dinas/instansi Sosial kabupaten/kota ke dinas/instansi sosial provinsi dengan tahapan sebagai berikut : 1) Lembaga Kesejahteraan Sosial mengajukan usulan Asistensi Sosial bagi Penerima Manfaat sesuai dengan form A-01, dan ditujukan kepada dinas/instansi sosial kabupaten/kota setempat. Usulan tersebut dilampiri dengan : a) foto copy ijin operasional dari dinas/instansi sosial; b) daftar penerima asistensi sosial (Form A-02) (rangkap dua); c) fotocopy NPWP Lembaga Kesejahteraan Sosial (rangkap dua); d) fotocopy akte notaris pendirian Lembaga Kesejahteraan Sosial (rangkap dua); e) fotocopy rekening bank pemerintah yang masih aktif atas nama Lembaga Kesejahteraan Sosial (rangkap dua). 2) Dinas/instansi sosial kabupaten/kota melakukan seleksi administrasi dan fisik Lembaga Kesejahteraan Sosial, guna mengetahui kebenaran dan keberadaan Lembaga Kesejahteraan Sosial di wilayahnya masing-masing, dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas dengan memperhatikan: a) jumlah penerima manfaat; b) identitas/legalitas Lembaga Kesejahteraan Sosial; c) bangunan fisik; d) kapasitas tamping. Apabila tidak sesuai dengan ketentuan dimaksud, Lembaga Kesejahteraan Sosial tersebut tidak dapat diusulkan sebagai penerima asistensi sosial. b. Tata cara pengusulan LKS: 1) Dalam mengusulkan jumlah penerima asistensi sosial, memperhatikan asas pemerataan, proporsional, dan kelayakan serta ketersediaan dana. 2) Usulan diajukan dengan surat pernyataan dari Kepala Dinas/Instansi Sosial Kabupaten Kota tentang kelayakan Lembaga Kesejahteraan Sosial yang diajukan untuk menerima asistensi sosial 3) Dinas/instansi sosial provinsi melakukan seleksi administratif, dengan memperhatikan berkas usulan Lembaga Kesejahteraan Sosial yang diajukan oleh Dinas/Instansi SosialKabupaten/Kota, untuk diusulkan kepada Kementerian Sosial Cq. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA, sebagai calon penerima asistensi sosial dengan memperhatikan kriteria tersebut di atas. 5

7 SPM-LS SK Penetapan SP2D Kementerian Sosial RI Seleksi Administrasi KPPN Penyaluran Dana Bantuan Dinas/Instansi Sosial Provinsi Penyaluran Dana Bantuan Seleksi Administrasi dan Fisik Bank Persepsi Dinas/Instansi Sosial Kab/Kota Panti Sosial Usulan Gambar 1 Mekanisme Penetapan Penerima dan Penyaluran Dana Asistensi sosial 5. Tugas dan Tanggung Jawab a. Kementerian Sosial 1) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial : a) menetapkan kebijakan penyelenggaraan asistensi sosial bagi penerima manfaat melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial; b) menetapkan Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima asistensi sosial; c) bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan asistensi sosial secara menyeluruh. 2) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza: a) mengkoordinasikan asistensi sosial sosial untuk LKS yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Napza sesuai dengan kriteria penerima asistensi sosial; b) menerima dan melakukan seleksi administrasi atas usulan Dinas sosial Provinsi; c) melakukan verifikasi LKS ke lapangan; d) mengusulkan LKS calon penerima asistensi sosial kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial untuk mendapatkan penetapan Surat Keputusan Menteri Sosial RI sebagai LKS penerima asistensi sosial; 6

8 e) mengajukan SPP kepada pejabat penandatangan SPM untuk diterbitkan SPM-LS; f) melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; g) menerima sisa dana yang tidak terserap kemudian menyetorkan ke Kas Negara melalui bendahara. b. Lembaga/Instansi Sosial di Tingkat Provinsi Dinas/Instansi Sosial Provinsi adalah pelaksana program di tingkat provinsi/wilayah, dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1) menyiapkan data base Asistensi Sosial LKS yang mencakup profil LKS dan penerima by name by address, dan mengirimkan ke Sekretariat Ditjen Rehabsos melalui webmail Kemensos (Panduan teknis); 2) menghimpun, mengolah, dan menetapkan daftar usulan Lembaga Kesejahteraan Sosial calon penerima asistensi sosial untuk diusulkan kepada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial cq. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA; 3) melakukan koordinasi dengan dinas/instansi sosial kabupaten/kota. c. Lembaga/Instansi Sosial Kabupaten/Kota Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota adalah pelaksana program di kabupaten/kota, dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1) menghimpun, mengolah, dan menetapkan daftar usulan Lembaga Kesejahteraan Sosial calon penerima asistensi sosial untuk diusulkan kepada dinas/instansi sosial provinsi; 2) melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program; 3) melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Provinsi. d. Pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Penanggung jawab penggunaan dana asistensi sosial pada LKS penerima asistensi sosial adalah Pimpinan LKS dengan tugas dan tangung jawab sebagai berikut: 1) membuat dan mengirimkan surat pernyataan Telah menerima Dana Asistensi sosial yang ditandatangani oleh pimpinan LKS selambat-lambatnya 7 hari setelah dana asistensi sosial masuk ke rekening bank LKS dengan melampirkan foto copy print out tabungan bank ke Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA; 2) penggunaan dana asistensi sosial yang telah diterima untuk kepentingan penerima manfaat; 3) menyusun dan menyerahkan laporan setiap triwulan pertanggungjawaban penggunaan pemanfaatan dana asistensi sosial yang dilengkapi fotokopi rekening penarikan dana kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza dengan tembusan kepada dinas/instansi sosial provinsi dan dinas/instansi sosial kabupaten/kota; 7

9 4) apabila terjadi perubahan jumlah penerima maupun pemberhentian penggunaan dana dikarenakan alasan operasional (tidak ada penerima manfaat ataupun tidak operasionalnya LKS), pengelola segera membuat laporan kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza dengan tembusan kepada dinas/instansi sosial provinsi dan dinas/instansi sosial kabupaten/kota. 6. Pemanfaatan Asistensi Sosial a. Penambahan nutrisi gizi; b. Pemenuhan kebutuhan dasar lainnya (transport berobat/pakaian/rekreasi). 7. Indikator Keberhasilan a. Terpenuhinya layanan pemenuhan nutrisi gizi pada penerima manfaat; b. Meningkatnya kualitas kesehatan penerima manfaat; c. Terpenuhinya akses terhadap kebutuhan sosial dasar (transport berobat/pakaian/rekreasi) bagi penerima manfaat. 8. Pelaporan Mekanisme pelaporan ditetapkan sebagai berikut : a. Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima dana asistensi sosial membuat dan mengirim laporan kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza dengan tembusan kepada dinas/instansi sosial provinsi dan dinas/instansi sosial kabupaten/kota dengan melampirkan data penerima manfaat korban penyalahgunaan NAPZA dan bukti pertanggungjawaban pengeluaran keuangan serta foto copy rekening tabungan atas nama Lembaga. b. Selanjutnya apabila ditemukan masalah dalam pelaporan tentang penggunaan dana, maka Direktorat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Napza membuat surat tertulis kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial dengan tembusan kepada dinas/instansi sosial provinsi dan dinas/instansi sosial kabupaten/kota untuk dapat mengatasi masalahnya dibawah bimbingan dinas/instansi sosial kabupaten/kota. c. Selanjutnya dinas/instansi sosial kabupaten/kota menganalisis laporan yang diterima dari Lembaga Kesejahteraan Sosial, dan apabila ditemukan masalah dinas/instansi sosial kabupaten/kota menginformasikan masalah tersebut ke Lembaga Kesejahteraan Sosial bersangkutan untuk membantu mengatasi penyelesaiannya. d. Batas waktu penyampaian laporan : 1) Laporan triwulan sudah diterima Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA paling lambat pada minggu pertama triwulan berikutnya (lampiran V). 2) Apabila Lembaga Kesejahteraan Sosial tetap tidak melaporkan setelah diberikan teguran secara tertulis, tahun berikutnya tidak dapat diajukan sebagai penerima dana asistensi sosial. 8

10 B. Bantuan Sarana dan Prasarana bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Pemberian bantuan sosial sarana dan prasarana bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) adalah upaya pemerintah yang diarahkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana fisik guna peningkatan kinerja Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA. 1. Pengertian Bantuan sarana dan prasarana bagi LKS Korban Penyalahgunaan NAPZA, adalah upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas rehabilitasi, dan kinerja LKS yang sudah ditetapkan sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL); 2. Tujuan a. meningkatnya program dan kegiatan LKS dalam pelaksanaan wajib lapor korban penyalahgunaan NAPZA secara optimal dan profesional; b. meningkatnya kualitas pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA; c. terpenuhinya hak dasar korban penyalahgunaan NAPZA sesuai dengan harkat dan martabatnya. 3. Syarat LKS Penerima Bantuan Sosial LKS yang sudah ditetapkan sebagai IPWL berdasarkan Keputusan Menteri Sosial. 4. Mekanisme Pengusulan Penerima Bantuan Sosial LKS IPWL korban penyalahgunaan NAPZA yang dapat memperoleh bantuan sosial, harus memenuhi ketentuan yaitu mengajukan permohonan bantuan dalam bentuk proposal kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguanaan NAPZA yang dilengkapi dengan: a. Akta Notaris b. Ijin operasional c. Rencana Anggaran Biaya d. AD dan ART e. No. Rekening Bank Pemerintah dan NPWP atas nama lembaga f. Struktur Organisasi IPWL g. Jadwal pelaksanaan kegiatan 5. Tahapan Pelaksanaan Bantuan Sosial a. Menginventarisasi proposal yang masuk b. Menyeleksi berkas permohonan LKS IPWL sesuai dengan persyaratan; c. Membuat telaahan proposal yang masuk; d. Menentukan calon LKS IPWL penerima bantuan e. Menetapkan LKS IPWL penerima bantuan sosial melalui surat keputusan Menteri Sosial RI; f. Membuat surat pernyataan, berita acara serah terima bantuan dan pembuatan laporan penggunaan dana bantuan. 9

11 6. Pemanfaatan Bantuan Bantuan dapat digunakan untuk antara lain: a. Peralatan perkantoran (komputer, printer, meja komputer, kursi, filling cabinet); b. Perlengkapan asrama (tempat tidur, bantal guling, sprey, kasur); c. Peralatan medis (tempat tidur periksa dan perlengkapannya); d. Peralatan keterampilan. 7. Tugas dan Tanggung Jawab a. Kementerian Sosial 1) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial : a) Menetapkan LKS IPWL penerima bantuan. b) Bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan bantuan secara menyeluruh 2) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA : a) Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan bantuan sosial. b) Mengalokasikan anggaran per jenis bantuan sosial. c) Menyelenggarakan sosialisasi dan publikasi d) Mengkoordinasikan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. e) Menerima dan melakukan verifikasi usulan LKS IPWL f) Melakukan seleksi data usulan LKS IPWL penerima bantuan g) Mengusulkan LKS IPWL calon penerima bantuan sosial kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial h) Mengajukan Surat Perintah Pembayaran (SPP) kepada pejabat penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) untuk diterbitkan Surat Perintah Pembayaran - Langsung (SPM-LS). i) Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan j) Menerima dan menyetorkan sisa dana yang tidak terserap ke Kas Negara melalui rekening bendahara pengeluaraan disertai berita acara b. Pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Penanggungjawab penggunaan dana bantuan sosial pada LKS IPWL penerima bantuan sosial adalah Pimpinan sebagai berikut: 1) Membuat dan mengirimkan surat pernyataan telah menerima dana bantuan sarana dan prasarana yang ditandatangani oleh pimpinan LKS selambatlambatnya 7 hari setelah dana asistensi sosial masuk ke rekening bank LKS dengan melampirkan foto copy print out tabungan bank ke Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2) Menyusun dan menyerahkan laporan perkembangan pemanfaatan dana bantuan sosial tentang pelaksanaan pengadaan sarana peralatan LKS IPWL, dan disampaikan ke Direktur Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dengan tembusan Dinas/Instansi sosial kabupaten maupun provinsi. 10

12 8. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan a. Monitoring 1) Ruang lingkup monitoring b. Ketepatan penggunaan bantuan sosial c. Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan d. Ketepatan pemanfaatan bantuan sosial e. Prosedur pencairan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban bantuan sosial berdasarkan ketentuan yang berlaku e) Transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan bantuan sosial 2) Tujuan a) Mengetahui bantuan sosial yang telah diterima sesuai dengan peruntukan. b) Mengidentifikasi masalah yang timbul pada setiap alokasi bantuan sosial agar langsung dapat diatasi. c) Mengetahui pola penggunaan bantuan sosial sesuai dengan pengorganisasian yang ada dalam LKS IPWL. 3) Sasaran monitoring meliputi: a) Pimpinan LKS IWPL sebagai penanggung jawab bantuan sosial. b) Pelaksana bantuan sosial; c) Penerima manfaat; 4) Pelaksana Monitoring Monitoring dilakukan oleh Kementerian sosial RI berkoordinasi dengan Dinas sosial Provinsi/Kabupaten/Kota. b. Evaluasi 1) Ruang lingkup Evaluasi a) Jumlah dan jenis bantuan (input) b) Proses pelaksanaan pemberian bantuan c) Hasil yang dicapai (output/oucome) 2) Tujuan a) Melihat ketepatan jumlah dan jenis bantuan yang diberikan b) Memberikan penilaian terhadap proses pemberian bantuan sosial c) Memberikan penilaian terhadap hasil (output, outcome dan dampak) apakah sesuai dengan tujuan pemberian bantuan. 3) Indikator Keberhasilan a) Penggunaan bantuan sesuai dengan apa yang diusulkan dalam proposal pengajuan b) Jenis bantuan yang telah diadakan digunakan sesuai dengan kebutuhan c) Bantuan yang diberikan dapat mempunyai dampak positif berupa meningkatnya mutu pelayanan kepada klien yang dibinanya. 11

13 4) Sasaran Evaluasi a) Pimpinan LKS IPWL sebagai penanggung jawab bantuan sosial untuk mengetahui hasil bantuan sosial b) Pelaksana bantuan sosial, untuk mengetahui proses bantuan social c) Penerima manfaat untuk mengetahui ketepatan manfaat. 5) Pelaksana evaluasi Evaluasi dilakukan oleh Kementerian Sosial RI berkoordinasi dengan Dinas sosial Provinsi Kabupaten/Kota. c. Pelaporan Mekanisme pelaporan ditetapkan sebagai berikut : 1. Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima bantuan membuat dan mengirim laporan kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah bantuan diterima dengan tembusan kepada Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota dengan melampirkan data penerima manfaat korban penyalahgunaan NAPZA dan bukti pertanggungjawaban pengeluaran keuangan serta foto copy rekening tabungan atas nama Lembaga. 2. Selanjutnya apabila ditemukan masalah dalam pelaporan tentang penggunaan dana, maka Direktorat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Napza membuat surat tertulis kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial dengan tembusan kepada Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota untuk dapat mengatasi masalahnya dibawah bimbingan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota. 3. Selanjutnya Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menganalisis laporan yang diterima dari Lembaga Kesejahteraan Sosial, dan apabila ditemukan masalah Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota menginformasikan masalah tersebut ke Lembaga Kesejahteraan Sosial bersangkutan untuk membantu mengatasi penyelesaiannya. C. Bantuan Operasional Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Salah satu hal yang mendapat perhatian dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pelaksanaan wajib lapor Pecandu Narkotika yang perlu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah sebagai sebuah upaya untuk memenuhi hak Pecandu Narkotika dalam mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. 1. Pengertian Bantuan operasional Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) adalah bantuan operasional yang diperuntukkan bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial yang telah ditunjuk sebagai IPWL korban penyalahgunaan NAPZA. 12

14 2. Tujuan a. Meningkatnya program dan kegiatan IPWL secara optimal dan profesional. b. Meningkatnya kualitas pelayanan dan rehabilitasi di dalam IPWL. c. Terpenuhinya hak dasar pecandu narkotika sesuai dengan harkat dan martabatnya. d. Terlaksananya pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Syarat Penerima Bantuan a. Lembaga Rehabilitasi Sosial KPN yang berhak menerima bantuan adalah lembaga yang telah ditetapkan/ditunjuk oleh Menteri Sosial sebagai Istitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). b. Mengajukan permohonan kepada Kementerian Sosial RI dalam bentuk proposal yang bertujuan untuk mendapatkan pengajuan dana dalam hal bantuan sosial operasional c. Memiliki Akta Notaris/Pengesahan dari Kemenhukham. d. Memiliki visi dan misi. e. Terdaftar di Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai lembaga rehabilitasi narkotika, f. Memiliki NPWP atas nama LKS g. Mempunyai Nomor Rekening Bank (Bank Umum Pemerintah) atas nama lembaga bukan atas nama perorangan/pengurus LKS. h. Mempunyai Kantor, i. Memiliki Struktur organisasi, Pengurus. j. Memiliki AD/ART, k. Domisili tetap dan memiliki kantor/sekretariat IPWL. 4. Tahapan Pelaksanaan Bantuan a. Tahap persiapan 1) Menginventarisasi proposal yang masuk 2) Menyeleksi berkas permohonan IPWL sesuai dengan persyaratan 3) Mengecek lokasi, dan keberadaan fisik IPWL serta kegiatannya 4) Menentukan calon IPWL penerima bantuan 5) Menetapkan besaran bantuan sosial yang akan diterima. 6) Membuat telaahan proposal kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi dan Rehabilitasi Sosial 7) Menetapkan IPWL penerima bantuan sosial melalui surat keputusan Menteri Sosial RI yang ditandatangani Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial RI. 8) Membuat surat pernyataan, surat perintah kerja, berita acara serah terima bantuan dan surat perjanjian. b. Tahap Penyaluran Bantuan Sosial Dana bantuan sosial operasional bagi IPWL disalurkan secara langsung melalui rekening bank masing-masing LKS penerima bantuan, dengan cara sebagai berikut: 13

15 1) Penyaluran dana kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial sebagai IPWL a) PPK mengajukan SPP kepada penanda tangan SPM untuk diterbitkan SPM-LS, dengan melampirkan fotocopy nomor rekening dan fotocopy NPWP Lembaga Kesejahteraan Sosial. b) Pejabat penanda tangan SPM mengajukan SPM-LS kepada KPPN Jakarta II dengan melampirkan : i. Surat Keputusan Menteri Sosial tentang Penetapan Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima bantuan rehabilitasi sosial; ii. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) c) Sesuai alokasi dana yang telah ditetapkan dengan SK Menteri Sosial RI atau Pejabat yang ditunjuk, PPK mengajukan SPM-LS atas nama LKS. Pejabat Penerbit dan Penanda Tangan SPM kemudian menerbitkan SPM, dengan melampirkan SK Menteri Sosial RI atau Pejabat yang ditunjuk tentang LKS penerima bantuan sosial. d) Berdasarkan SPP-LS dan SPM tersebut, KPPN Jakarta II menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas nama masing-masing LKS kepada Bank Operasional KPPN Jakarta II, yang selanjutnya Bank tersebut menyalurkan dana ke masing-masing rekening LKS. e) Penerima bantuan melakukan pengeluaran sesuai ketentuan, mencatat semua pengeluaran dalam Buku Kas serta melaporkan dan menyimpan seluruh bukti pembayaran asli untuk keperluan pemeriksaan keuangan oleh pihak terkait. f) LKS penerima bantuan mencairkan dana yang tersimpan pada Bank Pemerintah sesuai kebutuhan dan dicatat dalam Buku Kas LKS (lihat lampiran). 5. Tugas dan Tanggung Jawab a. Kementerian Sosial 1) Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial : a) Menetapkan kebijakan penyelenggaraan bantuan sosial bagi penerima manfaat melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial. b) Menetapkan Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima bantuan. c) Bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan bantuan sosial secara menyeluruh 2) Direktur Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA : a) Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan bantuan sosial. b) Mengalokasikan anggaran per jenis bantuan sosial. c) Menyelenggarakan sosialisasi dan publikasi d) Mengkoordinasikan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. e) Menerima dan melakukan verifikasi usulan Lembaga Kesejahteraan Sosial. f) Melakukan seleksi data usulan LKS penerima bantuan g) Mengusulkan LKS calon penerima bantuan sosial kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial 14

16 h) Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan i) Menerima dan menyetorkan sisa dana yang tidak terserap ke Kas Negara melalui rekening bendahara pengeluaraan disertai berita acara b. Lembaga/Instansi Sosial di Tingkat Provinsi 1) Melakukan supervisi ke Lembaga Kesejahteraan Sosial sebagai IPWL. 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/ Kota c. Lembaga/Instansi Sosial Kabupaten/Kota Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota adalah penanggungjawab pelaksanaan banuan sosial di kabupaten/kota, sebagai berikut : 1) Melakukan supervisi ke Lembaga Kesejahteraan Sosial sebagai IPWL 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Provinsi d. Pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Penanggungjawab penggunaan dana bantuan social pada Lembaga Kesejahteraan Sosial sebagai IPWL adalah Pimpinan sebagai berikut: 1) Memanfaatkan dana bantuan sosial yang telah diterima Lembaga Kesejahteraan Sosial sesuai dengan peruntukannya. 2) Menyusun dan menyerahkan laporan perkembangan pemanfaatan dana bantuan sosial operasional IPWL. 3) Apabila terjadi perubahan jumlah penggunaan dana bantuan social biaya operasional, maka pengelola segera membuat laporan kepada Kementerian Sosial Cq. Direktorat RSKP NAPZA dan tembusan kepada Dinas/Instansi Sosial provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Pemanfaatan Bantuan Operasional IPWL Bantuan sosial operasional diperuntukkan dalam pelaksanaan dan kelancaran pelaksanaan wajib lapor bagi pecandu narkotika untuk mengikuti rehabilitasi sosial yaitu : a. Pembuatan kartu identitas wajib lapor. b. Pengadaan formulir assesmen. c. Pengadaan alat tulis untuk keperluan pelayanan d. Honorarium petugas lembaga e. Transport untuk merujuk ke lembaga lain f. Biaya dokumentasi dan pelaporan 7. Indikator Keberhasilan a. Tersosialisasikannya Program IPWL b. Terlayaninya 10 (sepuluh) orang KPN/keluarga KPN yang melaporkan diri ke IPWL c. KPN yang telah melaporkan diri dapat mengikuti rehabilitasi sosial. d. Bantuan sosial dapat dipergunakan sesuai peruntukkannya 15

17 8. Pelaporan a. Ruang lingkup pelaporan 1) Input kegiatan (jumlah dan jenis bantuan) 2) Seluruh pelaksanaan pada setiap tahapan kegiatan 3) Keberhasilan yang dicapai, baik pada setiap tahap kegiatan maupun hasil dari seluruh kegiatan 4) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan. b. Tujuan 1) Untuk memberikan gambaran tentang pemanfatan bantuan operasional secara tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) tersedianya fakta, data, dan informasi lengkap tentang pemanfaatan bantuan operasional sesuai peruntukannya. c. Sasaran Pelaporan 1) Pimpinan IPWL sebagai penanggung jawab pelaporan bantuan operasional 2) Pelaksana bantuan sosial, sebagai pembuat pelaporan bantuan operasional. d. Mekanisme dan Waktu Pelaporan Laporan tentang bantuan operasional dilakukan secara berjenjang dari mulai laporan pelaksana, penanggungjawab dan laporan ke Kementerian Sosial RI.Cq. Direktorat RSKP NAPZA, dengan tembusan ke Dinas/instansi sosial Provinsi, Kab/Kota. Pelaporan pertanggungjawaban bantuan operasional disampaikan 2 bulan sekali setelah terima bantuan operasional diterima sampai dengan akhir Bulan November D. Bantuan Operasional Lembaga Kesejahteraan Sosial NAPZA 1. Pengertian Bantuan yang diberikan kepada organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi korban penyelahgunaan NAPA yang dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum 2. Tujuan Memberikan bantuan untuk menunjang kegiatan operasional bagi LKS khususnya yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA 3. Syarat Penerima Bantuan a. Memiliki Akta Notaris; b. Terdaftar pada Dinas/Instansi Sosial setempat dan memiliki ijin operasional yang masih berlaku; c. Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA d. Memiliki Kantor, Struktur Organisasi, AD dan ART, Pengurus, dan alamat yang jelas; 16

18 e. Memiliki rekening pada bank pemerintah atas nama lembaga, bukan atas nama pimpinan/pengurus lembaga Kesejahteraan Sosial. 4. Pemanfaatan Bantuan Operasional Pemanfaatan bantuan operasional digunakan antara lain untuk: a. Sosialisasi keberadaan LKS KPN pada masyarakat. b. Pendataan bekas korban penyalahgunaan NAPZA c. Pertemuan berkala pengurus LKS KPN d. Rapat pengurus LKS KPN e. Bimbingan dan motivasi kepada bekas korban penyalahgunaan NAPZA dan keluarganya f. Pengadaan ATK Sekretariat g. Merespon kasus-kasus yang terkait dengan penanganan bekas korban penyalahgunaan NAPZA h. Menyusun laporan pemanfaatan bantuan operasional secara berkala kepada Kementerian Sosial RI dan Dinas/Instansi Sosial Prov/Kab/Kota i. Kegiatan lainnya yang dianggap prioritas dan terkait dengan permasalahan bekas korban penyalahgunaan NAPZA 5. Tahapan Pelaksanaan Bantuan a. Tahap persiapan 1) Menginventarisasi proposal yang masuk 2) Menyeleksi berkas permohonan LKS sesuai dengan persyaratan 3) Mengecek lokasi, dan keberadaan fisik LKS serta kegiatannya 4) Menentukan calon LKS penerima bantuan 5) Menetapkan besaran bantuan sosial yang akan diterima. 6) Membuat telaahan proposal kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi dan Rehabilitasi Sosial 7) Menetapkan LKS penerima bantuan sosial melalui surat keputusan Menteri Sosial RI yang ditandatangani Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial RI. 8) Membuat surat pernyataan, surat perintah kerja, berita acara serah terima bantuan dan surat perjanjian. b. Tahap Penyaluran Bantuan Sosial Dana bantuan sosial operasional bagi LKS disalurkan secara langsung melalui rekening bank masing-masing LKS penerima bantuan, dengan cara sebagai berikut: 1) Penyaluran dana kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial : a) PPK mengajukan SPP kepada penanda tangan SPM untuk diterbitkan SPM-LS, dengan melampirkan fotocopy nomor rekening dan fotocopy NPWP Lembaga Kesejahteraan Sosial. b) Pejabat penanda tangan SPM mengajukan SPM-LS kepada KPPN Jakarta II dengan melampirkan : 17

19 i. Surat Keputusan Menteri Sosial tentang Penetapan Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima bantuan rehabilitasi sosial; ii. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) c) Dalam hal pencairan dana dilaksanakan kepada beberapa LKS yang mempunyai rekening pada bank sejenis, Pejabat Penanda Tangan SPM menerbitkan SPM-LS dengan melampirkan rekapitulasi pembayaran kepada LKS yang memuat sekurang-kurangnya nama LKS, jumlah uang, nama bank dan nomor rekening masing-masing penerima. d) Sesuai alokasi dana yang telah ditetapkan dengan SK Menteri Sosial RI atau Pejabat yang ditunjuk, PPK mengajukan SPM-LS atas nama LKS. Pejabat Penerbit dan Penanda Tangan SPM kemudian menerbitkan SPM, dengan melampirkan SK Menteri Sosial RI atau Pejabat yang ditunjuk tentang LKS penerima bantuan sosial. e) Berdasarkan SPP-LS dan SPM tersebut, KPPN Jakarta II menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas nama masing-masing LKS kepada Bank Operasional KPPN Jakarta II, yang selanjutnya Bank tersebut menyalurkan dana ke masing-masing rekening LKS. f) Penerima bantuan melakukan pengeluaran sesuai ketentuan, mencatat semua pengeluaran dalam Buku Kas serta melaporkan dan menyimpan seluruh bukti pembayaran asli untuk keperluan pemeriksaan keuangan oleh pihak terkait. g) LKS penerima bantuan mencairkan dana yang tersimpan pada Bank Pemerintah sesuai kebutuhan dan dicatat dalam Buku Kas LKS (lihat lampiran). 6. Tugas dan Tanggung Jawab a. Kementerian Sosial 1) Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial : a) Menetapkan kebijakan penyelenggaraan bantuan sosial. b) Menetapkan Lembaga Kesejahteraan Sosial penerima bantuan. c) Bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan bantuan sosial secara menyeluruh. 2) Direktur Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA : a) Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan bantuan sosial. b) Mengalokasikan anggaran per jenis bantuan sosial. c) Menyelenggarakan sosialisasi dan publikasi d) Mengkoordinasikan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. e) Menerima dan melakukan verifikasi usulan Lembaga Kesejahteraan Sosial. f) Melakukan seleksi data usulan LKS penerima bantuan g) Mengusulkan LKS calon penerima bantuan sosial kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial. h) Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. 18

20 i) Menerima dan menyetorkan sisa dana yang tidak terserap ke Kas Negara melalui rekening bendahara pengeluaraan disertai berita acara. b. Lembaga/Instansi Sosial di Tingkat Provinsi 1) Melakukan supervisi ke Lembaga Kesejahteraan Sosial. 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/ Kota c. Lembaga/Instansi Sosial Kabupaten/Kota Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota adalah penanggungjawab pelaksanaan bantuan sosial di kabupaten/kota, sebagai berikut : 1) Melakukan supervisi ke Lembaga Kesejahteraan Sosial. 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Provinsi d. Pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Penanggungjawab penggunaan dana bantuan social pada Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah Pimpinan sebagai berikut: 1) Memanfaatkan dana bantuan sosial yang telah diterima Lembaga Kesejahteraan Sosial sesuai dengan peruntukannya. 2) Menyusun dan menyerahkan laporan perkembangan pemanfaatan dana bantuan sosial operasional. 3) Apabila terjadi perubahan jumlah penggunaan dana bantuan social biaya operasional, maka pengelola segera membuat laporan kepada Kementerian Sosial Cq. Dit. RSKP NAPZA dan tembusan kepada Dinas/Instansi Sosial provinsi dan Kabupaten/Kota. 7. Indikator Keberhasilan a. Meningkatnya pemahaman keluarga dan masyarakat terhadap resiko penyalahgunaan NAPZA b. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA c. Tersedianya data korban penyalahgunaan NAPZA d. Terselenggarakannya pertemuan rutin pengurus LKS e. Tersedianya perlengkapan kesekretariatan LKS f. Adanya respon terhadap kasus-kasus yang terkait dengan penanganan bekas korban penyalahgunaan NAPZA g. Tersusunnya laporan pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA 8. Pelaporan a. Laporan pertanggungjawaban bantuan operasional LKS disampaikan kepada Direktur Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Kementerian Sosial RI secara tertulis dengan tembusan kepada Dinas/Instansi Sosial Prov/Kab/Kota b. Laporan bantuan operasional LKS tersebut harus diterima paling lambat pada minggu pertama bulan berikutnya 19

21 c. Apabila LKS dimaksud tidak mengirimkan laporan bantuan operasional setelah diberikan secara tertulis maka untuk tahun berikutnya tidak dapat diajukan sebagai penerima bantuan operasional LKS. E. Bantuan Sosial Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BSP-UEP) 1. Pengertian Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif adalah bantuan yang diberikan kepada penerima manfaat bekas korban penyalahgunaan NAPZA yang sudah mempunyai usaha UEP untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya. 2. Sasaran Bekas Korban Penyalahgunaan Napza telah mengikuti program rehabilitasi sosial baik yang diselenggarakan oleh pusat/panti sosial milik pemerintah maupun oleh panti sosial milik masyarakat (Lembaga/Yayasan/Organisai Sosial). 3. Tujuan Bantuan Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP) bagi Bekas Korban Penyalahgunaan Napza bertujuan: a) Melengkapi alat dan/atau bahan yang dibutuhkan oleh Usaha Ekonomi Produktif (UEP) b) Meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) agar berkesinambungan dan dapat bersaing secara wajar, sehat, serta profesional. c) Mempertahankan kelangsungan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) d) Meningkatkan penghasilan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) e) Meningkatkan kemandirian Bekas Korban Penyalahgunaan Napza f) Menjaga dan memelihara kepulihan dari kecanduan Penyalahgunaan Napza g) Mengembangankan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sesuai dengan kebutuhan pasar berdasarkan usaha yang dijalankan. 4. Syarat Penerima Bantuan Sosial. Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP) bagi Bekas Korban Penyalahgunaan Napza, dengan syarat sebagai berikut: a) Bekas Korban Penyalahguna Napza telah memiliki usaha sendiri dan masih menjalankan usahanya; b) Bekas Korban Penyalahguna Napza telah memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang masih berlaku; c) Bekas Korban Penyalahguna Napza telah memiliki Nomor Rekening Bank atas nama pemilik UEP d) Bekas Korban Penyalahguna Napza berusia antara tahun (usia produktif) 5. Tahapan Pelaksanaan Bantuan Tahapan Pelaksanaan Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif (BPUEP) bagi Bekas Korban Penyalahgunaan Napza, sebagai berikut: 20

22 a) Pendataan dan/atau verifikasi ke Dinas Sosial provinsi/kabupaten/kota atau ke UPT/UPTD/LKS Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza, untuk memperoleh informasi dan data calon petugas pendamping UEPdan bekas KPN yang telah menjalani program rehabilitasi sosial serta sudah memiliki usaha secara mandiri. b) Pemberitahuan ke Dinas Sosial provinsi/kabupaten/kota atau ke UPT/UPTD/LKS Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza hasil Pendataan dan verifikasi, serta calon penerima dan pendamping program pengembangan UEP; c) Pengajuan proposal dari bekas KPN sesuai kebutuhan untuk pengembangan usaha yang sedang dijalankan dan diketahui oleh pendamping, kepada Direktorat Rehsos KPN Kementerian Sosial RI dengan tembusan kepada Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota. d) Seleksi Proposal Bantuan Pengembangan UEP yang telah masuk ke Dit Rehsos KPN Kementerian Sosial RI oleh Tim Pendataan dan Verifikasi. e) Penentuan/penetapan calon penerima Bantuan Pengembangan UEP bekas KPN f) Penanda Tangan Berita Acara Serah Terima Bantuan Pengembangan UEP antara calon penerima dengan Dit Resos KPN; g) Pencairan Bantuan Pengembangan UEP melalui Nomor Rekening Bank atas nama penerima bantuan UEP h) Penyampaian laporan bahwa Bantuan Pengembangan UEP telah diterima oleh penerima bantuan dengan mengirimkan foto copy buku Bank kepada Dit Resos KPN Kemensos RI yang diketahui oleh pendamping i) Penyampaian laporan penggunaan Bantuan Sosial Pengembangan UEP dengan menunjukan bukti pembelian peralatan dan bahan sesuai dengan proposal yang diajukan melalui pendamping kepada Dit Resos KPN Kemensos RI, dengan tembusan kepada dinas sosial Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 30 hari setelah dana diterima. j) Laporan perkembangan UEP oleh Bekas KPN kepada Dit Resos KPN Kemensos RI diketahui oleh pendamping dengan tembusan kepada Dinas Sosial Provinsi/ Kabupaten/Kota, setiap triwulan; k) Laporan pendamping tentang perkembangan UEP dan perubahan perilaku penerima bantuan, kepada Dit Resos KPN Kemensos RI, dengan tembusan kepada Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, setiap triwulan. 6. Tugas dan Tanggungjawab a. Kementerian Sosial 1) Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial : a) Menetapkan kebijakan penyelenggaraan bantuan sosial. b) Bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan bantuan sosial secara menyeluruh. 2) Direktur Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA : a) Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan penyelenggaraan bantuan sosial. b) Mengalokasikan anggaran per jenis bantuan sosial. 21

23 c) Menyelenggarakan sosialisasi dan publikasi d) Mengkoordinasikan monitoring, evaluasi, dan pelaporan. e) Menerima dan melakukan verifikasi usulan Lembaga Kesejahteraan Sosial. f) Melakukan seleksi data usulan penerima bantuan g) Mengusulkan calon penerima bantuan sosial kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial h) Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pelaporan i) Menerima dan menyetorkan sisa dana yang tidak terserap ke Kas Negara melalui rekening bendahara pengeluaraan disertai berita acara b. Lembaga/Instansi Sosial di Tingkat Provinsi 1) Melakukan supervisi ke penerima bantuan. 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/ Kota c. Lembaga/Instansi Sosial Kabupaten/Kota 1) Melakukan supervisi ke penerima bantuan 2) Melakukan koordinasi dengan Dinas/Instansi Sosial Provinsi d. Bekas korban penyalahgunaan NAPZA. 1) Memanfaatkan dana bantuan sosial yang telah diterima sesuai dengan peruntukannya. 2) Menyusun dan menyerahkan laporan perkembangan pemanfaatan dana bantuan sosial. 7. Indikator Keberhasilan a) Terpeliharanyan kepulihan Bekas KPN b) Terpenuhinya kebutuhan pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai proposal yang diajukan c) Tercapainya usahanya secara mandiri. d) Terlaksananya pengadministrasian penggunaan Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif keuangan, peralatan dan bahan secara baik dan benar. e) Berkembangnya UEP Bekas Korban Penyalahgunaan Napza ; 8. Pelaporan Pelaporan merupakan informasi pertanggungjawaban pelaksanaan program kegiatan secara tertulis mengenai hasil pelaksanaan, kendala-kendala yang dihadapi, dan upaya mengatasinya. Mekanisme pelaporan adalah Laporan dikirim langsung ke Direktorat Rehsos KPN Kementerian Sosial RI, dengan tembusan kepada Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/ Kota, yang diketahui oleh pendamping (disesuaikan dengan format-format sebelumnya). 22

24 Formulir I : Kondisi saat menerima bantuan Susun ke bawah No Nama Usaha Pemilik usaha Mulai usaha tahun Modal awal (Rp.) Bantuan pengembangan tahun dan Rp. Perkiraan asset saat setelah terima bantuan (Rp.) Mengetahui: Pendamping,.,. 20 Pemilik UEP,

25 Format II Perkembangan usaha Susun ke bawah No Nama Usaha Pemilik usaha Mulai usaha tahun Modal awal (Rp.) Bantuan pengembangan tahun dan Rp. Perkiraan asset saat ini (Rp.) Mengetahui: Pendamping,.,. 20 Pemilik UEP,

26 Format III Perkembangan usaha a. Pemanfaatan dana Bantuan Pengembangan UEP Nama Pemilik UEP :.. Nama UEP :.. Prov/Kab/Kota :.. Tgl/Bln/Thn :.. Tanggal Uraian/jenis barang yg dibeli Faktur/ Kwitansi Jumlah Rp. Jumlah seluruhnya Mengetahui: Pendamping,.,. 20 Pemilik UEP,

27 b. Posisi Kas/Keuangan BPUEP Nama Pemilik UEP : Nama UEP : Prov/Kab/Kota : Tgl/Bln/Thn : Tgl/Bln /Thn Uraian Saldo awal/bulan lalu Jumlah Penerimaan/pengeluaran Saldo Kas per ahkir bulan ini D (penerimaan) K (pengeluaran) S (saldo) *) Saldo tersebut di atas disimpan pada : Disimpan pada Bank Rp. Disimpan pada Kas Rp. Dalam wujud alat/bahan Rp. Jumlah Rp. Mengetahui: Pendamping,.,. 20 Pemilik UEP,.. Jakarta, 30 Mei 2012 A.N. DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL, ttd. SAMSUDI 26

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI

Lebih terperinci

PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS)

PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) KEMENTERIAN SOSIAL RI DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2014 PEDOMAN ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA MELALUI LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial.

Lebih terperinci

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

2012, No.1156

2012, No.1156 5 2012, No.1156 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KUASA PENGGUNAANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

PERATURAN KUASA PENGGUNAANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) TAHUN ANGGARAN 2014

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) TAHUN ANGGARAN 2014 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) TAHUN ANGGARAN 2014 DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Wajib Lapor. Pecandu Narkotika. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.219, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 PANDUAN PETUNJUK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Hibah. Uang. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Standar. Lembaga. Rehabilitasi Sosial. Narkotika. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LEMBAGA

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.749 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA TATA CARA PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN HASIL JARING ASPIRASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PENYEDIAAN PERALATAN, BAHAN, DAN KELENGKAPAN LAINNYA UNTUK LKS TAHUN 2016

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PENYEDIAAN PERALATAN, BAHAN, DAN KELENGKAPAN LAINNYA UNTUK LKS TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.382, 2016 KEMENAG. PBNP. Biaya. Nikah atau Rujuk. Pengelolaan PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015 KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

PERATURAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

Nomor : 1178/E5.4/HP/ April 2014 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Program Bantuan Simposium Nasional Himpunan Profesi Tahun 2014

Nomor : 1178/E5.4/HP/ April 2014 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Program Bantuan Simposium Nasional Himpunan Profesi Tahun 2014 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Jalan Jenderal Sudirman, Pintu Satu Senayan, Jakarta 10270 Telepon 021-57946100 (Hunting); Faksimili 021-5731846 Laman http://dikti.go.id

Lebih terperinci

No PS 2009 TAHUN Bantuan Persiapan Sertifikasi ISO

No PS 2009 TAHUN Bantuan Persiapan Sertifikasi ISO No. 10 2 PS 2009 TAHUN 2009 Bantuan Persiapan Sertifikasi ISO 9001-2008 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar i dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

2015, No Pembayaran Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2015, No Pembayaran Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1420, 2015 KEMEN-KKP. Tunjangan Kinerja. Pembayaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 I. KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

Kementerian Sosial RI

Kementerian Sosial RI disampaikan pada: Evaluasi Program Rehabilitasi Sosial 2017 dan Sinkronisasi Program Rehabilitasi Sosial 2018 Oleh W. Budi Kusumo Direktur RSKP NAPZA Kementerian Sosial RI Jakarta, 21 Februari 2018 Dasar

Lebih terperinci

PEMBINAAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM

PEMBINAAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM PEMBINAAN GURU DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM www.ummah.net/islam/nusantara/foto/madrasa.gif

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1263, 2015 KEMENKEU. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca Bencana. Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah. Hibah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

DRAFT PETUNJUK TEKNIS DRAFT PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN DANA PENDIDIKAN PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK S-1/D-IV PADA JENJANG PENDIDIK ANAK USIA DINI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI PERUMAHAN MELALUI KPRS/KPRS MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI Nomor : 18 Tahun 2011 Tanggal : 5 Agustus 2011 BAB I PENGERTIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1767, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Biaya Nikah. Rujuk. KUA. Kecamatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Panduan Penyusunan Proposal Bantuan Penyelenggaraan Konferensi Internasional Tahun 2016

Panduan Penyusunan Proposal Bantuan Penyelenggaraan Konferensi Internasional Tahun 2016 Panduan Penyusunan Proposal Bantuan Penyelenggaraan Konferensi Internasional Tahun 2016 Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 102 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PAMERAN PRODUK KREATIF SISWA SMK BESERTA MITRA INDUSTRI KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

Panduan Penyusunan Proposal Bantuan Penyelenggaraan Konferensi Internasional Tahun 2017

Panduan Penyusunan Proposal Bantuan Penyelenggaraan Konferensi Internasional Tahun 2017 Panduan Penyusunan Proposal Bantuan Penyelenggaraan Konferensi Internasional Tahun 2017 Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGHITUNGAN, PENGANGGARAN DALAM APBD, DAN TERTIB ADMINISTRASI PENGAJUAN,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 08/Per/M.KUKM/II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 08/Per/M.KUKM/II/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08/Per/M.KUKM/II/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBIAYAAN PRODUKTIF KOPERASI DAN USAHA MIKRO (P3KUM) POLA

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu target RPJM tahun 2015 2019 Pusat Penyuluhan - BP2SDM adalah pembentukan 250 Lembaga

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI PERUMAHAN MELALUI KPRS/KPRS MIKRO BERSUBSIDI Nomor : 17 Tahun 2011 Tanggal : 5 Agustus 2011 BAB I PENGERTIAN Dalam

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa keberadaan Partai Politik di Kota Blitar adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 54 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017

RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017 Deputi Bidang Pembiayaan Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 21 Februari 2017 KREDIT PROGRAM KUR DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan.

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan. No.1128, 2014 KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2017... TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS UNTUK PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa sumber dana masyarakat yang diterima oleh Kementerian

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

II. KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN

II. KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012. TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PANDUAN PENGUSULAN PROPOSAL PROGRAM BANTUAN SIMPOSIUM NASIONAL HIMPUNAN PROFESI TAHUN 2014

PANDUAN PENGUSULAN PROPOSAL PROGRAM BANTUAN SIMPOSIUM NASIONAL HIMPUNAN PROFESI TAHUN 2014 PANDUAN PENGUSULAN PROPOSAL PROGRAM BANTUAN SIMPOSIUM NASIONAL HIMPUNAN PROFESI TAHUN 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL BANTUAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1339, 2015 KEMEN-PUPR. Perumahan Swadaya. Bantuan Stimulan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PRT/M/2015

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2147, 2016 KEMENKEU. Belanja Bantuan Sosial. K/L. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014 PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014 KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM Jln.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA UNTUK KEGIATAN PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA DAN PASAR DESA DARI

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PERAWATAN DAN FASILITAS KEPADA SEKOLAH SWASTA DAN MADRASAH NEGERI / SWASTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PERHITUNGAN, PENGANGGARAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, PENGAJUAN, PENYALURAN,

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN HASIL JARING ASPIRASI MASYARAKAT MELALUI HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.953, 2015 KEMENSETNEG. Hibah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci