PASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014"

Transkripsi

1 RENCANA REKLAMASI PASCA TAMBANG BAHAN GALIAN BATUAN ANDESIT IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014 Bahan Galian Batuan Andesit Seluas 11 Ha Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat PT. TRINUSA BANGUN PERKASA

2 KATA PENGANTAR Dokumen rencana reklamasi penambangan batuan andesit di daerah Karang Sari, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat ini disusun oleh PT. Trinusa Bangun Perkasa dalam rangka permohonan mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Operasi-Produksi. Laporan ini menguraikan informasi rencana yang akan dilakukan oleh PT. Trinusa Bangun Perkasa dalam mengelola dan memantau lingkungan yang terganggu oleh adanya kegiatan penambangan batuan andesit. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun agar laporan ini menjadi lebih baik. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya laporan ini. Jakarta, Januari 2015 PT. TRINUSA BANGUN PERKASA H. Jaafar Usman Direktur PT. TRINUSA BANGUN PERKASA i

3 DAFTAR ISI HAL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vii B AB 1 PENDAHULUAN Status Perizinan Lokasi dan Kesampaian Daerah... 1 B AB 2 TATA GUNA LAHAN Tata Guna Lahan sebelum Penambangan Tata Guna Lahan setelah Penambangan Reklamasi yang akan Dilakukan... 4 B AB 3 RENCANA PEMBUKAAN LAHAN Lahan Penambangan Jalan Tambang Fasilitas Penunjang... 9 B AB 4 RENCANA REKLAMASI Reklamasi Lahan PT. TRINUSA BANGUN PERKASA ii

4 4.2. Teknik dan Peralatan dalam Kegiatan Reklamasi Teknik Reklamasi Peralatan yang Digunakan Revegetasi Pemeliharaan B AB 5 RENCANA BIAYA Biaya Langsung Penataan Lahan Persemaian Penanaman Tanaman Pokok Pemeliharaan dan Pemantauan Biaya Tidak Langsung Biaya Reklamasi B AB 6 KESIMPULAN PT. TRINUSA BANGUN PERKASA iii

5 DAFTAR GAMBAR HAL Gambar 1.1. Peta lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa... 1 Gambar 2.1. Peta rona awal permukaan di lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa... 2 Gambar 2.2. Peta blok perhitungan cadangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa... 5 Gambar 3.1. Peta rencana penambangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa... 7 Gambar 3.2. Peta layout areal penambangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa Gambar 4.1. Peta rencana reklamasi areal penambangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa PT. TRINUSA BANGUN PERKASA iv

6 DAFTAR TABEL HAL Tabel 3.1. Rencana luasan lahan terganggu untuk tambang Tahun 2015 s/d Tabel 3.2. Rencana lahan terganggu untuk fasilitas penunjang Tahun 2015 s/d Tabel 4.1. Rencana reklamasi areal penambangan Tahun 2015 s/d Tabel 4.2. Peralatan yang digunakan Tabel 5.1. Jumlah top soil untuk kebutuhan penataan lahan Tabel 5.2. Biaya jaminan untuk lahan yang terganggu Tahun 2015 s/d Tabel 5.3. Jumlah biaya persemaian per hektar lahan Tabel 5.4. Jumlah biaya penanaman tanaman pokok per hektar lahan Tabel 5.5. Jumlah biaya pemeliharaan per hektar lahan untuk setiap tahun Tabel 5.6. Jumlah seluruh biaya revegetasi per hektar untuk setiap tahun Tabel 5.7. Total jumlah seluruh biaya revegetasi Tahun 2015 s/d PT. TRINUSA BANGUN PERKASA v

7 Tabel 5.8. Perhitungan jumlah biaya langsung dalam kegiatan reklamasi, Tahun 2015 s/d Tabel 5.9. Perhitungan jumlah biaya tidak langsung dalam kegiatan reklamasi, Tahun 2015 s/d Tabel Perhitungan biaya jaminan reklamasi PT. Trinusa Bangun Perkasa, Tahun 2015 s/d PT. TRINUSA BANGUN PERKASA vi

8 DAFTAR LAMPIRAN 1. Salinan Dokumen Surat Keputusan Bupati Bandung Barat tentang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 2. Peta Rencana Reklamasi PT. TRINUSA BANGUN PERKASA PT. TRINUSA BANGUN PERKASA vii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Status Perizinan PT. Trinusa Bangun Perkasa adalah salah satu perusahaan penambangan batuan andesit yang telah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi seluas 11 Ha berdasarkan Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor: 545/Kep. 417 BPMPPT/2014 per tanggal 3 September Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif lokasi IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa berada di wilayah Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa ini dapat dicapai dari Kota Bandung dengan kendaraan bermotor roda empat sejauh 64 km atau dengan waktu tempuh ±2 jam perjalanan. Gambar 1.1. Peta lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 1

10 BAB 2 TATA GUNA LAHAN 2.1. Tata Guna Lahan sebelum Penambangan Lokasi Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi PT. Trinusa Bangun Perkasa hampir seluruhnya merupakan semak belukar, berbatu-batu dengan boulder batuan andesit berukuran besar dan terdapat penggalian batu yang diupayakan oleh masyarakat sekitar. Lahan tersebut merupakan lahan milik masyarakat dan bukan termasuk wilayah yang diklasifikasikan sebagai lahan khusus seperti hutan lindung, hutan tanaman industri maupun wilayah pemukiman. Gambar 2.1. Peta rona awal permukaan di lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 2

11 Selama sekian waktu telah terdapat aktivitas penambangan tanpa izin untuk bahan galian batuan andesit, yang umumnya dilakukan oleh masyarakat sekitar. Hal inilah yang menjadi perhatian khusus dari PT. Trinusa Bangun Perkasa sebagai pemegang IUP eksplorasi batuan andesit Tata Guna Lahan setelah Penambangan Tata guna lahan setelah penambangan terdiri dari: a. Permuka Tambang Permuka tambang direncanakan pada wilayah yang memiliki elevasi meter dari permukaan laut. Luas permuka tambang direncanakan 8,62 Hektar. b. Jalan Tambang Jalan pengangkutan bahan galian batuan andesit, akan menghubungkan lokasi penambangan, stockpile dan crushing plant. Direncanakan panjang jalan tambang mencapai meter dengan lebar badan jalan 6 8 meter. c. Fasilitas Penunjang Lahan yang telah dibuka atau terganggu untuk keperluan fasilitas penunjang lainnya antara lain: mess karyawan, kantor, bengkel, gudang. Luas lahan untuk fasilitas penunjang direncanakan 4000 m². PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 3

12 2.3. Reklamasi yang akan Dilakukan Lahan yang dibuka atau terganggu yang telah selesai ditambang seperti lahan bekas tambang, timbunan tanah penutup, jalan tambang dan jalan nontambang yang tidak dimanfaatkan lagi harus segera direklamasi. Dari seluruh lahan yang terganggu seluas ±8,62 Hektar, rencana penimbunan kembali lahan bekas tambang dan bekas sarana penunjangnya akan dilaksanakan secara simultan dan bertahap. Karena kondisi lahan di lokasi IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa adalah semak belukar berbatu-batu yang mengandung tanah humus yang tipis, maka untuk penimbunan pasca tambang akan menggunakan top soil yang didatangkan dari luar lokasi dengan jumlah yang proporsional. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 4

13 Gambar 2.2. Peta blok perhitungan cadangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 5

14 BAB 3 RENCANA PEMBUKAAN LAHAN Rencana pembukaan lahan pada dokumen rencana reklamasi ini untuk kurun waktu 5 tahun yang dirinci setiap tahunnya (terhitung tahun 2015 s/d 2019) Lahan Penambangan Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan batas tambang adalah batasbatas Blok IUP, penyebaran batuan andesit, dimensi lereng aman, rencana produksi, nisbah kupas, jalan raya, serta lahan masyarakat. Faktor-faktor tersebut digunakan sebagai batasan dalam perhitungan cadangan sehingga diperoleh batas areal penambangan sebagaimana digambarkan dalam peta rencana penambangan (gambar 3.1). Pembuatan batas penambangan dilakukan setiap tahun dengan tujuan untuk memperlihatkan kemajuan penambangan baik ke arah lateral (luas bukaan tambang) maupun ke arah vertikal (posisi lantai tambang). Adapun rencana luasan lahan yang terganggu dalam proses penambangan batuan andesit yang direncanakan untuk kurun waktu mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 pada Blok IUP bahan galian batuan andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa adalah sebagai berikut: PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 6

15 Gambar 3.1. Peta rencana penambangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 7

16 Tabel 3.1 Rencana luasan lahan terganggu untuk tambang Tahun 2015 s/d 2019 Tahun Luas Lahan Terganggu Peruntukan ,85 Ha Tambang ,43 Ha Tambang ,82 Ha Tambang ,35 Ha Tambang ,17 Ha Tambang Total 8,62 Ha Tambang 3.2. Jalan Tambang Yang dimaksud dengan jalan tambang adalah jalan yang menghubungkan antara permuka tambang dengan lokasi stockpile dan lokasi penimbunan lapisan penutup (top soil disposal). Jalan tambang disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 35 km/jam. Kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam. Dimensi jalan yang diterapkan sesuai dengan pedoman lebar jalan angkut yang merekomendasikan 4 kali lebar alat angkut terbesar. Di kedua sisi jalan angkut perlu dibuat tanggul setinggi ±0,5 m. Jalan yang akan dibuat untuk pengangkutan bahan galian batuan andesit di areal tambang yang menghubungkan tempat penambangan ke stockpile adalah sepanjang ±470 meter. Jalan yang akan dipergunakan untuk mengangkut hasil tambang ini dibuat baru, mulai dari batas bagian utara Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa. Jalan produksi ini dibuat dengan lebar 6 8 meter, menggunakan timbunan pasir batu. Kondisi jalan yang dibuat untuk kapasitas dump truck berukuran 4 m³ atau 6 ton. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 8

17 Jalan tambang ini perlu dirawat dengan baik untuk menjamin kelancaran operasi pengangkutan. Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan jalan adalah grader dan truk penyiraman jalan Fasilitas Penunjang Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung kegiatan utama penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dapat dilihat pada peta layout tambang (gambar 3.2) dimana terlihat adanya pengkonsentrasian pada daerah tertentu untuk memudahkan pengaturan dan pengawasan kegiatan tambang, yang biasanya dekat dengan daerah penambangan. Lokasi dan tata letak fasilitas penunjang untuk penambangan adalah sebagai berikut : a. Outside Dump Outside dump diperlukan sebagai tempat penimbunan lapisan penutup (top soil disposal). Lokasi outside dump direncanakan di sebelah utara permuka tambang. b. Workshop / Bengkel Bengkel merupakan tempat perawatan dan perbaikan peralatan tambang sehingga alat-alat tersebut dapat beroperasi secara kontinu dan tidak mengalami penurunan produktivitas. Ukuran bengkel akan disesuaikan dengan jumlah dan ukuran alat-alat yang dipergunakan. Gudang berfungsi menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan. Bangunan gudang ini biasanya satu bangunan dengan bengkel dan luasnya rata-rata sepertiga PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 9

18 luas bengkel. Pemilihan lokasi workshop / bengkel ini diusulkan dekat dengan kegiatan penambangan (di dalam daerah penambangan) agar memudahkan dalam perawatan dan perbaikan peralatan yang rusak. c. Sarana Perkantoran Merupakan pusat pengendalian dari kegiatan-kegiatan penambangan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional di lapangan. Ukurannya disesuaikan dengan jumlah karyawan yang bekerja. Lokasi dipilih berdasarkan kemudahan jalan masuk dan keluar daerah tambang. d. Perumahan / Mess Karyawan Sarana ini penting sebagai tempat tinggal bagi para pekerja selama kegiatan penambangan berlangsung. Sarana air bersih, poliklinik, musholla dan kantin juga disediakan dekat mess karyawan. e. Pos Keamanan Lokasinya terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk daerah tambang. f. Tangki Bahan Bakar dan Garasi Untuk lokasi tangki bahan bakar dipilih yang dekat dengan lokasi penambangan, terlindungi dari bahaya petir dan dipagari dengan kawat duri. Kapasitas tangki bahan bakar dibuat untuk stok bahan bakar selama kirakira satu bulan produksi. g. Rumah Genset / Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Merupakan sumber tenaga listrik untuk keperluan penerangan bagi daerah tambang, juga untuk pengoperasian alat-alat listrik serta sumber tenaga bagi PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 10

19 pemompaan air dari dalam tambang ke luar tambang. Besarnya daya pembangkit disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Lokasinya dekat dengan lokasi bengkel dan didistribusikan ke berbagai tempat yang memerlukan listrik, sedangkan untuk keperluan operasi di malam hari di beberapa permuka kerja digunakan genset-prime mover (air cooled) dengan menara lampu. Fasilitas lainnya yang harus disediakan yaitu: tempat pembibitan tanaman untuk reklamasi daerah bekas tambang. Tabel 3.2 Rencana lahan terganggu untuk fasilitas penunjang Tahun 2015 s/d 2019 No Fasilitas Sarana dan Prasarana Penunjang Luasan Lahan Terganggu 1. Kantor PT. Trinusa Bangun Perkasa 0,15 Ha 2. Perumahan / mess karyawan 0,15 Ha 3. Workshop / bengkel 0,07 Ha 4. Rumah genset / PLTD 0,03 Ha 5. Jalan tambang 0,30 Ha 6. Stockpile 0,23 Ha 7. Crushing plant 0,10 Ha 8. Outside dump (top soil disposal) 0,19 Ha 9. Settlingpond 0,02 Ha TOTAL 1,24 Ha PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 11

20 Gambar 3.2. Peta layout areal penambangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 12

21 BAB 4 RENCANA REKLAMASI Rencana reklamasi lahan yang disusun pada dokumen rencana reklamasi ini adalah untuk kurun waktu 5 tahun dengan perincian setiap tahunnya (terhitung mulai tahun 2015 s/d 2019) Reklamasi Lahan Rencana reklamasi lahan untuk kegiatan penambangan bahan galian batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa selama kurun waktu mulai dari tahun 2015 sampai tahun 2019 adalah sebagai berikut: a. Lahan Bekas Tambang Reklamasi akan dilaksanakan pada lahan bekas tambang dengan cara menata elevasi permukaan yang di kemudian hari direncanakan dapat dijadikan kawasan tambak ikan, perkebunan dan persawahan. b. Jalan Tambang Rencana reklamasi dan revegetasi lahan untuk keperluan jalan tambang tidak dilakukan mengingat bahwa jalan tambang menuju ke stockpile / crushing plant masih akan terus digunakan hingga masa produksi selesai. Di kemudian hari jalan tambang ini akan tetap dipergunakan sebagai akses penghubung antar desa bagi masyarakat sekitar. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 13

22 c. Kolam sedimen/kendali erosi lainnya Selama 5 tahun penambangan bahan galian batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa, kolam sedimen dan sarana kendali erosi akan direklamasi dengan cara menutup kembali kolam pengendap tersebut. Pekerjaan tersebut akan dilakukan setiap tahun dengan luasan total ±0,2 Hektar. d. Stockpile dan Crushing Plant Untuk fasilitas stockpile dan crushing plant masih digunakan selama umur tambang dan kegitan produksi serta akan direklamasi dan direvegetasi saat rencana penutupan tambang. e. Fasilitas Penunjang Untuk fasilitas penunjang seperti: kantor, mess, gudang, bengkel dan lain sebagainya, tidak dilakukan kegiatan reklamasi karena masih akan digunakan hingga selesai kegiatan produksi Teknik dan Peralatan dalam Kegiatan Reklamasi Teknik Reklamasi Penutupan area penambangan PT. Trinusa Bangun Perkasa harus mengindahkan aspek pelestarian lingkungan dan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemajuan / progress pekerjaan penambangan (gambar 4.1). PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 14

23 Gambar 4.1. Peta rencana reklamasi areal penambangan batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Trinusa Bangun Perkasa. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 15

24 Paska penambangan selesai akan dilakukan pekerjaan rehabilitasi lahan bekas tambang untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan fisik-kimia dan biologi. Bekas-bekas penambangan akan ditutup kembali dengan tanah penutup dengan membuat jenjang untuk menghindari erosi dan memperkecil kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi. Pada daerah penambangan yang dilakukan dengan cara tambang terbuka akan terjadi perubahan bentang alam. PT. Trinusa Bangun Perkasa akan menerapkan metode back filling dalam operasi penambangannya, hal ini untuk menghemat lahan pembuangan lapisan tanah penutup juga untuk menghindari dampak negatif terhadap bentang alam dan akan memperkecil luas lahan yang akan berlubang. Untuk kepentingan reklamasi, tanah pucuk yang kaya akan unsur hara diusahakan tidak tercampur dengan lapisan lainnya dan pada saat back filling dikembalikan pada posisi paling atas. Untuk memperkecil erosi maka bentang akhir dari sistem back filling dibuat dalam bentuk jenjang atau teras. Tabel 4.1 Rencana reklamasi areal penambangan Tahun 2015 s/d 2019 Tahap Reklamasi Rencana Luasan Reklamasi Keterangan Tahap 1 & 2 0,85 Ha Tahun Tahap 3 & 4 1,43 Ha Tahun Tahap 5 & 6 2,82 Ha Tahun Tahap Akhir 2,35 Ha Tahun Tahap Akhir 1,17 Ha Tahun TOTAL 8,62 Ha PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 16

25 Selain lokasi tambang reklamasi dilakukan pada tempat-tempat terbuka akibat pembuatan jalan tambang, halaman perkantoran dan basecamp, dimana penghijauan dilakukan di tepi kiri dan kana jalan tambang, halaman perkantoran, basecamp dan workshop dengan jenis tanaman setempat yang mudah dan cepat tumbuh. Berdasarkan hasil pembahasan dalam Dokumen Studi Kelayakan PT. Trinusa Bangun Perkasa, maka metode dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan reklamasi adalah sebagai berikut: 1) Reklamasi a. Back Filling Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi outside dump hanya akan dilaksanakan sampai tersedianya daerah bekas penambangan yang cukup luas untuk dapat melaksanakan back filling. Cara seperti ini, selain mengurangi biaya produksi (karena jarak angkut lapisan penutup berkurang) juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat bekas penambangan. Dengan back filling, lubanglubang bekas tambang akan terisi kembali sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera berjalan. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 17

26 b. Water Filling Pelaksanaan water filling dilakukan secara terencana yaitu dengan mengisi lahan bekas penambangan (quarry) dengan air hujan atau air tanah dan pembuatan saluran sirkulasi. c. Penataan Permukaan Tanah Penataan permukaan tanah timbunan dilakukan dengan membuat terasering dan pengaturan elevasi permukaan. d. Penebaran Tanah Pucuk Penebaran tanah pucuk dilakukan pada seluruh bidang datar dari tumpukan waste dump, dengan ketebalan cm. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penimbunan tanah adalah sebagai berikut: Jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja tambang. Tidak mengganggu areal yang akan ditambang. Topografi permukaan berupa lembah. 2) Revegetasi Kegiatan revegetasi atau penanaman kembali ini dilakukan pada tumpukan waste di bekas bukaan tambang yang sudah di-back filling. Jenis tanaman yang digunakan dalam proses revegetasi ini adalah tanaman penutup tanah, yang terdiri dari: tanaman centrocema pubescens, peureraria, javanica, colopogonium munuciodes serta tanaman kayu-kayuan yang diutamakan, misalnya: sengon, meranti, mahoni, dan sungkai. Penanaman kembali ini dapat dilakukan dengan jarak 5x5 meter atau ±400 batang per hektar. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 18

27 Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan reklamasi PT. Trinusa Bangun Perkasa ini antara lain adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Peralatan yang digunakan No. Kegiatan / Alat Tipe Alat Jumlah (Unit) 1. Back Filling OB / Dozer Komatsu D7G 1 2. Back Filling OB / Dump Truck Mitsubishi PS Back Filling OB / Excavator Komatsu PC Revegetasi Lahan bekas tambang yang telah direklamasi ditata kembali sesuai dengan kontur daerah tersebut. Setelah dilakukan penataan areal tersebut ditimbun dengan tanah pucuk dan ditaburi dengan tanaman penutup (cover crop) yaitu: benih centrosema pubescens (CP) dan calopogonium mucunoides (CM) 10 kg/ha dengan maksud untuk memelihara kelembaban tanah serta mengurangi penggerusan erosi. Selanjutnya dilakukan penghijauan dengan pohon lokal, antara lain: sengon (paraserienthes falcataria), meranti, dan tanaman lokal lainnya dengan jarak tanam 5x5 meter. Lokasi revegetasi akan dilakukan di lokasi timbunan outside dump Pemeliharaan Dalam kegiatan pemeliharaan lahan yang telah direklamasi akan dilakukan beberapa kegiatan, antara lain: PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 19

28 1) Pemupukan ulang Pemupukan ulang dilakukan secara berkala dan secara rutin dilakukan apabila kegiatan penanaman telah berjalan dan saat usia tanaman sudah layak untuk dilakukan pemupukan. 2) Pemeliharaan dan pemantauan Pemeliharaan tanaman akan dilakukan secara rutin dan dilakukan oleh beberapa tenaga kerja agar kondisi dan perkembangan tanaman dapat berjalan dengan normal. PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 20

29 BAB 5 RENCANA BIAYA Pada Bab ini akan dijelaskan rencana biaya yang diperlukan untuk mereklamasi lahan yang terganggu dan belum direklamasi pada tahap Operasi- Produksi. Rencana reklamasi ini akan dirinci untuk 5 tahun (2015 s/d 2019). Penghitungan biaya reklamasi dilakukan dalam 5 (lima) tahap, adalah sebagai berikut: 5.1. Biaya Langsung Penataan Lahan 1) Jumlah top soil Lahan yang terganggu akibat kegiatan penambangan harus ditata kembali agar lingkungan hidup dapat pulih kembali. Penataan lahan dilanjutkan dengan kegiatan reklamasi lainnya yaitu penyebaran tanah pucuk yang disebar dan dihitung per hektar dengan ketebalan ±40 cm seperti yang dijelaskan dalam tabel 5.1 di bawah ini: PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 21

30 Tabel 5.1 Jumlah top soil untuk kebutuhan penataan lahan Tahun Lokasi Lahan Terganggu Luas Lahan Terganggu yang Memerlukan Top Soil Ketebalan Top Soil Jumlah Top Soil (Ha) (m 2 ) (m) (BCM) 2015 Blok A 0, , Blok B 1, , Blok C 2, , Blok D 2, , Blok D 1, , TOTAL 8, ) Biaya penebaran top soil Luas lahan terganggu yang harus ditutupi kembali oleh top soil adalah 8,62 Ha. Pekerjaan penebaran top soil ini direncanakan selama 20 (dua puluh) hari kerja dan 8 (delapan) jam kerja per hari. Rincian per tahunnya dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini: Tabel 5.2 Biaya jaminan untuk lahan yang terganggu Tahun 2015 s/d 2019 Tahun Lokasi Lahan Terganggu Luas Lahan Terganggu Biaya Jaminan Total Biaya (Ha) (Rp./Ha) (Rp.) 2015 Blok A 0, , , Blok B 1, , , Blok C 2, , , Blok D 2, , , Blok D 1, , ,- TOTAL 8, ,- PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 22

31 Persemaian Biaya persemaian dapat dihitung per hektar lahan yang akan direvegetasi dengan rincian seperti pada tabel 5.3 di bawah ini: No Komponen Tabel 5.3 Jumlah biaya persemaian per hektar lahan Kebutuhan per Ha *) Satuan Harga Satuan **) Biaya 1. Benih tanaman pokok 400 batang Rp ,- Rp ,- 2. Pengadaan polibag 400 buah Rp ,- Rp ,- 3. Tempat persemaian 2 buah Rp ,- Rp ,- 4. Kapur 100 kg Rp ,- Rp ,- 5. Pupuk 100 kg Rp ,- Rp ,- 6. Pestisida 15 liter Rp ,- Rp ,- 7. Tenaga kerja 10 OH Rp ,- Rp ,- *) Jarak tanam 5x5 meter **) Harga perkiraan (dapat berubah sewaktu-waktu) JUMLAH Rp , Penanaman Tanaman Pokok Biaya penanaman tanaman pokok juga dihitung per hektar lahan yang akan direvegetasi dengan rincian seperti pada tabel 5.4 di bawah ini: No Tabel 5.4 Jumlah biaya penanaman tanaman pokok per hektar lahan Komponen 1. Tanaman Penutup Kebutuhan per Ha *) Satuan Harga Satuan **) Biaya a. Benih 200 kg Rp ,- Rp ,- b. Kapur 250 kg Rp ,- Rp ,- c. Pupuk 200 kg Rp ,- Rp ,- d. Tenaga kerja 10 OH Rp ,- Rp ,- PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 23

32 2. Tanaman Pokok a. Kapur 250 kg Rp ,- Rp ,- b. Pupuk 250 kg Rp ,- Rp ,- c. Tenaga kerja 20 OH Rp ,- Rp ,- *) Jarak tanam 5x5 meter **) Harga perkiraan (dapat berubah sewaktu-waktu) JUMLAH Rp , Pemeliharaan dan Pemantauan Biaya pemeliharaan dan pemantauan dihitung per hektar lahan untuk setiap tahun dengan rincian seperti pada tabel 5.5 di bawah ini: No Tabel 5.5 Jumlah biaya pemeliharaan per hektar lahan untuk setiap tahun Komponen Kebutuhan per Ha *) Satuan Harga Satuan **) Biaya 1. Analisa kualitas tanah 20 sampel Rp ,- Rp ,- 2. Pupuk 50 kg Rp ,- Rp ,- 3. Pestisida 25 liter Rp ,- Rp ,- 4. Tenaga kerja 15 OH Rp ,- Rp ,- *) Jarak tanam 5x5 meter **) Harga perkiraan (dapat berubah sewaktu-waktu) JUMLAH Rp ,- Sehingga apabila biaya revegetasi per hektar untuk setiap tahun di atas dihubungkan dengan luasan lahan terganggu yang akan direvegetasi setiap tahunnya, maka akan didapatkan total jumlah biaya revegetasi untuk periode tahun 2015 sampai dengan tahun PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 24

33 Jumlah seluruh biaya revegetasi per hektar lahan untuk setiap tahunnya diperincikan pada tabel 5.6 di bawah ini: Tabel 5.6 Jumlah seluruh biaya revegetasi per hektar untuk setiap tahun No. Rincian Kegiatan Biaya per Hektar 1. Penghijauan Persemaian Rp ,- Penanaman Tanaman Pokok Rp ,- 2. Pemeliharaan dan Pemantauan Rp ,- JUMLAH Rp ,- Tabel 5.7 Total jumlah seluruh biaya revegetasi Tahun 2015 s/d 2019 TAHUN BIAYA LUAS LAHAN TOTAL BIAYA (Rp.) (Ha) (Rp.) 2015 Rp ,- 0,85 Rp , Rp ,- 1,43 Rp , Rp ,- 2,82 Rp , Rp ,- 2,35 Rp , Rp ,- 1,17 Rp ,- JUMLAH 8,62 Rp ,- Perhitungan jumlah total biaya langsung untuk penetapan jaminan reklamasi PT. Trinusa Bangun Perkasa selama periode 5 tahun (2015 s/d 2019) adalah sebesar Rp ,-. Rincian perhitungannya secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini: PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 25

34 Tabel 5.8 Perhitungan jumlah biaya langsung dalam kegiatan reklamasi Tahun 2015 s/d 2019 BIAYA LANGSUNG TOTAL BIAYA TAHUN Penataan Lahan Revegetasi LANGSUNG 2015 Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp ,- JUMLAH Rp ,- PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 26

35 5.2. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah besarnya biaya yang harus dimasukan dalam perhitungan biaya reklamasi. Biaya tidak langsung dapat ditentukan antara lain seperti berikut ini: a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 5% dari biaya langsung. b. Biaya perencanaan reklamasi sebesar 3% 5% dari biaya langsung. c. Biaya administrasi sebesar 2% 3% dari biaya langsung. d. Biaya supervisi sebesar 2% 3% dari biaya langsung. Dengan menggunakan beberapa grafik, Maka biaya tidak langsung secara rinci adakah sebagai berikut: Tabel 5.9 Perhitungan jumlah biaya tidak langsung dalam kegiatan reklamasi Tahun 2015 s/d 2019 TAHUN Mobilisasi & Demobilisasi BIAYA TIDAK LANGSUNG Perencanaan Reklamasi Administrasi Supervisi TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,- J U M L A H ,- PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 27

36 5.3. Biaya Reklamasi Biaya reklamasi dihitung berdasarkan biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung. Besarnya biaya reklamasi yang harus dibayar oleh PT. Trinusa Bangun Perkasa selama periode 5 tahun (2015 s/d 2019) adalah sebesar Rp ,-. Rincian perhitungannya secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini: Tabel 5.10 Perhitungan biaya jaminan reklamasi PT. Trinusa Bangun Perkasa Tahun 2015 s/d 2019 TAHUN BIAYA LANGSUNG BIAYA TIDAK LANGSUNG JUMLAH BIAYA (Rp.) (Rp.) (Rp.) 2015 Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp , Rp ,- Rp ,- Rp ,- JUMLAH Rp ,- PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 28

37 BAB 6 KESIMPULAN Dari uraian dan penjelasan dalam Bab-Bab di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. PT. Trinusa Bangun Perkasa merupakan salah satu perusahaan penambangan batuan andesit yang telah memiliki Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor 545/Kep. 417 BPMPPT/2014 per tanggal 3 September 2014 seluas 11 Hektar yang terletak di Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. 2. Sistim penambangan yang dilakukan oleh PT. Trinusa Bangun Perkasa adalah tambang terbuka (open pit) dengan metoda contour mining. 3. Total luas lahan ternganggu pada kegiatan penambangan batuan andesit PT. Trinusa Bangun Perkasa adalah seluas ±8,62 Hektar. 4. Besarnya jaminan reklamasi yang harus dibayarkan oleh PT. Trinusa Bangun Perkasa selama periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar Rp ,- ( dua milyar tiga puluh dua juta seratus tiga puluh delapan ribu enam puluh tiga rupiah ). ---ooo--- PT. TRINUSA BANGUN PERKASA 29

38 LAMPIRAN Salinan Dokumen Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Tentang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi PT. TRINUSA BANGUN PERKASA Peta Rencana Reklamasi PT. TRINUSA BANGUN PERKASA

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR

RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR Oleh : Arif Gumilar Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Contact: 085764131445,

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perencanaan Kegiatan dan Biaya Reklamasi Penambangan Batuan Andesit di Gunung Siwaluh, Kampung Bolang, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT PENILAIAN TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PIT 2 PT. PIPIT MUTIARA JAYA DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA A.A Inung Arie Adnyano STTNAS Yogyakarta arie_adnyano@yahoo.com, ABSTRACT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Kegiatan Reklamasi pada Penambangan Kaolin di PT Aneka Kaoline Utama Desa Air Raya Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. Reklamasi. Pasca Tambang. Prosedur. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 42 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG REKLAMASI TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang :

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA D I S A M P A I K A N P A D A : K A J I A N T E K N O L O G I R E K L A M A S I L A H A N P A S C A T A M B A N G B A T U B A R A D I P R O V I N S I

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH KELOMPOK D. Muhammad Saifudin Satya Wira Nugroho Tulustia Japanesa Clarissa Christio

DISUSUN OLEH KELOMPOK D. Muhammad Saifudin Satya Wira Nugroho Tulustia Japanesa Clarissa Christio MAKALAH PERENCANAAN REKLAMASI LAHAN TAMBANG BATUAN ANDESIT PT DESIRA GUNA UTAMA DI GUNUNG SIWALUH, KAMPUNG BOLANG, DESA ARGAPURA, KECAMATAN CIGUDEG, JAWA BARAT DISUSUN OLEH KELOMPOK D Muhammad Saifudin

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Teknis Reklamasi Tambang Pasir Area Blok 4 Seluas 3 Ha di PT Bunkasarana Pratama Desa Cibinong Hilir, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.2 Undang Undang yang Mengatur Reklamasi. dan kegiatan pascatambang adalah Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

BAB III TEORI DASAR. 3.2 Undang Undang yang Mengatur Reklamasi. dan kegiatan pascatambang adalah Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang BAB III TEORI DASAR 3.1 Pengertian Reklamasi Berdasarkan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 99 Ayat 1 reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan

Lebih terperinci

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 1211 k Tahun 1995 Tentang : Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum MENTERI PERTAMBANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam deposit mineral tambang yang melimpah, seperti batubara, nikel, emas, bauksit, besi, dan sebagainya. Kegiatan penambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015 GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN BIDUP RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DAN MINERAL PENGlKUTNYA DI KECAMATAN BARADATU, BANJIT, BLAMBANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR / 94 / 2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR / 94 / 2012 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. PERSADA KAPUAS PRIMA SELUAS 4.944 HEKTAR, KAPASITAS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG DISUSUN OLEH : BAGIAN HUKUM SETDA KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA TAHUNAN RTKPL DAN RTPL

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA TAHUNAN RTKPL DAN RTPL Lampiran V Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1453 K/29/MEM/2000 LAMPRAN V KEPUTUSAN MENTER ENERG DAN SUMBER DAYA MNERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG UMUM Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai prinsip-prinsip dan tata laksana reklamasi dan pascatambang.

Lebih terperinci

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit 2011, No.23 38 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.04/MENHUT-II/2011 TANGGAL : 14 JANUARI 2011 PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI - Vegetasi Tetap (Tanaman tahunan) - Hutan Lindung

Lebih terperinci

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan http://www.djmbp.esdm.go.id/index_dbt.php Latar Belakang 1 2 3 Tujuan Cara Mengakses website Step 1 Step 2 www.themegallery.com Cara

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG A. Kondisi Lahan Bekas Tambang Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Batu

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 1 Undang- Undang Nomor 4

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Reklamasi, sistem pot, tumpang sari

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Reklamasi, sistem pot, tumpang sari PERENCANAAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS PERTAMBANGAN BAUKSIT PT ANEKA TAMBANG UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT TAYAN, KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Muhammad Buby Maretio 1, Kiki Priyo Utomo,

Lebih terperinci

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Fanny Crosby Elisabeth Wona Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Teknis Reklamasi Kuari Gamping pada Periode 5 Tahun Pertama di Perusahaan Industri Semen, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam

Lebih terperinci

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Ir. Bambang Susigit, MT KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA Contents

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI Oleh : Heru Dwi Riyanto dan Gunardjo Tjakrawarsa Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 43/MENLH/10/1996 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS DI DATARAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN DI

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI. 5538 KEUANGAN. PNBP. Tarif. Jenis. Kawasan Hutan. Pembangunan. Kementerian Kehutanan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 mor 107) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1

Lebih terperinci

RENCANA REKLAMASI DENGAN PENATAAN LAHAN PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN TANAH LIAT DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk, CILACAP, JAWA TENGAH

RENCANA REKLAMASI DENGAN PENATAAN LAHAN PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN TANAH LIAT DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk, CILACAP, JAWA TENGAH RENCANA REKLAMASI DENGAN PENATAAN LAHAN PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN TANAH LIAT DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh: Muslim Hamsah Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No.

Lebih terperinci

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI

KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 21/Kpts-II/2001 Tanggal : 31 Januari 2001 KRITERIA DAN STANDAR IJIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI No KRITERIA STANDAR

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

BAB VI POLA EKSTRAKSI AKTUAL DAN ANALISA EKONOMI PENAMBANGAN PASIR BESI

BAB VI POLA EKSTRAKSI AKTUAL DAN ANALISA EKONOMI PENAMBANGAN PASIR BESI BAB VI POLA EKSTRAKSI AKTUAL DAN ANALISA EKONOMI PENAMBANGAN PASIR BESI 6. 1 Pola Ekstraksi Aktual Pasir Besi Kabupaten Tasikmalaya Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Teknis Reklamasi pada Lahan Bekas Penambangan Lempung Tahun Ke 1 Hingga Tahun Ke 5, Di Gombong, Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Laporan Rencana Reklamasi. PT, Mandiri Agung Jaya Utama BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama

Laporan Rencana Reklamasi. PT, Mandiri Agung Jaya Utama BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama Laporan PT, Mandiri Agung Jaya Utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Status Perijinan 1.1.1Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama Alamat Perusahaan : Jalan Simponi 5, Bandung, Jawa Barat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Teknis Reklamasi Blok Tongoloka, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat Technical Of Reclamation Tongoloka Block, Sub

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai

Lebih terperinci

BAB II RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

BAB II RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BAB II 2.1. NAMA Nama rencana usaha dan/atau kegiatan dari CV. Angkasa Teknik Raya adalah rencana penambangan bahan galian batu Andesit di atas tanah seluas ±5 Ha. 2.2. LOKASI Lokasi rencana kegiatan penambangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG Maret 2012 2012-1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.56/MENHUT- II/2008 TENTANG TATA CARA PENENTUAN LUAS

Lebih terperinci

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3.

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3. GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan No. 1445, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Luas Areal Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. Pajak. Kawasan Hutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.84/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan. No.49, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.56/Menhut-II/2008 TENTANG TATA CARA PENENTUAN

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE STANDART OPERASIONAL PROCEDURE I. TUJUAN 1. Memberikan panduan standar operasional penambangan bagi kontraktor 2. Menghilangkan atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja II. SASARAN Memastikan operasional

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 07 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG PADA KEGIATAN

Lebih terperinci

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) SARI Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya sumber daya mineral. Dalam pekembangannya, telah berbagai macam teknik dan teknologi yang dipergunakan

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara:

Disampaikan pada acara: GOOD MINING PRACTICE Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perhitungan Kontribusi Penurunan Beban Pencemaran Lingkungan Sektor Pertambangan DIREKTORAT TEKNIK

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012, No.201 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai keadaan umum perusahaan sebagai tempat penelitian dan sumber data, yang meliputi gambaran umum perusahaan, potensi bahan galian, visi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi Program reklamasi dalam kegiatan pertambangan adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Pada pelaksanaan kegiatan pertambangan selalu dihadapkan

Lebih terperinci

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA PROGRAM : REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (RHL) KEGIATAN : PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM RHL PEKERJAAN : PENGADAAN BIBIT TANAMAN REBOISASI HUTAN PRODUKSI LOKASI : DESA MEBONGO KEC. SUMALATA KAB.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TATA CARA PENGAWASAN LINGKUNGAN SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BIDANG PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya

Lebih terperinci

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis IMPLIKASI KEBIJAKAN Aktivitas pertambangan khususnya tambang batubara yang menerapkan tambang terbuka menyubang kerusakan lingkungan yang sangat besar, sehingga diperlukan langkah yang tepat mulai penyusunan

Lebih terperinci

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 369/Kpts-IV/1985 TANGGAL : 7 Desember 1985 KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION KETENTUAN I : TUJUAN PENGUSAHAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Bangka yang memiliki luas daratan 1160000 ha (PPTA 1996), sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan beberapa bukit dengan perbedaan iklim yang relatif kecil (Faber

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sejahtera Alam Energy adalah salah satu perusahaan di bidang pengembangan energi panas bumi yang memiliki wilayah kerja panas bumi di Baturraden,

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci