Survey dan Investigasi Perencanaan Bendungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Survey dan Investigasi Perencanaan Bendungan"

Transkripsi

1 Survey dan Investigasi Perencanaan Bendungan a. Sebelum membuat desain, lebih dulu Perencana bendungan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Pembangunan bendungan disamping akan memperoleh manfaat, berarti juga akan mengundang dan menyiapkan potensi bahaya. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir bandang yang sangat dahsyat yang mengancam keselamatan jiwa dan harta benda di hilir bendungan. b. Kejadian keruntuhan bendungan dapat menimpa bendungan mana saja dan kapan saja, sehingga Perencana bendungan harus melakukan antisipasi terhadap segala kemungkinan peluang terjadinya keruntuhan bendungan. c. Pada umumnya keruntuhan bendungan dimulai dari zona atau titiktitik lemahnya, bukan pada kondisi rata-ratanya, oleh karenanya dalam penyiapan desain perlu diperhatikan lebih pada zona atau titik-titik lemah tersebut. d. Agar dapat mengetahui dan memahami sifat, perilaku dan titiktitik lemah setiap tipe bendungan, sebelum membuat desain Perencana wajib mempelajari berbagai kejadian keruntuhan bendungan, mengkaji potensi penyebab dan model keruntuhannya sehingga dalam penyiapan desain dapat mengupayakan pencegahan-- pencegahannya. e. Penyiapan desain bendungan harus dimulai dari konsep desain yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan mendetailkan bagianbagiannya, bukansebaliknya. Tubuh bendungan dan pondasinya harus ditinjau dalam satu kesatuan fungsi yang bekerja bersama-sama, tidak secara terpisah-pisah. f. Khusus untuk bendungan urugan, Karena adanya pengaruh-- pengaruh: faktor alamiah, pembebanan dan kualitas pelaksanaan yang tidak seragam atau kurang baik, maka zonazona yang ada pada bendungan urugan didalam Pelaksanaannya tidak akan selalu dapat betul-betul homogeny seperti yang diasumsikan dalam desain. Memahami hal ini, Perencana bendungan harus mengambil langkah-langkah antisipasi terhadap kekurangankekurangan yang dapat terjadi, walaupun berdasarkan perhitungan mungkin tidak diperlukan. g. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Apabila terjadi kegagalan bendungan, Semua pihak yang terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan yakni: Konsultan Perencana, Supervisi, Kontraktor dan Pengelola/ Pemilik bendungan, harus bertanggungjawab atas terjadinya kegagalan sesuai dengan bidang profesi masingmasing. 1

2 b. Dokumen-Dokumen yang Harus Disiapkan Dokumen yang harus disiapkan pada tahap desain, sekurang-- kurangnya adalah sebagai berikut: a. Laporan Kaji Ulang atas dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya b. Laporan Survei Topografi c. Laporan Investigasi Geologi dan Geoteknik d. Kriteria Desain e. Laporan Analisis Hidrologi f. Laporan Perencanaan Pendahuluan g. Laporan Pengujian Model Hidraulik h. Laporan Perhitungan Desain (Design Calculation) i. Laporan Pelaksanaan Desain/ Nota Desain (Design Note) j. Gambar Desain k. Panduan Operasi Pemeliharaan dan Pengamatan, untuk kondisi normal maupun darurat l. Spesifikasi Teknis m. Metoda Pelaksanaan Konstruksi dan Penggunaan Alat-Alat Berat n. Rencana Mutu Konstruksi (Contruction Quality Plan) o. Rencana Implementasi Proyek, termasuk dokumen tender sesuai pemaketan p. Rencana Pembebasan Tanah dan Rencana Pemindahan Penduduk q. Analisis Ekonomi dan Finansial Rinci r. Laporan Studi AMDAL c. Kriteria Dasar dan Umum Secara garis besar desain bendungan harus memenuhi kriteria dasar dan umum sebagai berikut: d. Kriteria Dasar a. aman terhadap kegagalan structural b. aman terhadap rembesan dan bocoran c. aman terhadap kegagalan hidraulik e. Kriteria Umum a. Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abutmen (bukit tumpuan) dan tepi sekeliling Waduk harus selalu stabil dalam keadaan apapun juga termasuk dalam keadaan gempa bumi selama operasi dan pemeliharaan yang kemungkinan terjadi 2

3 selama umur bendungan. Kalaupun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan. b. Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan di atas puncak bendungan, harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah cukup untuk menahan limpasan air banjir sebagai akibat gelombang. c. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan debit banjir desain dengan aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk melewatkan debit banjir desain dengan aman sesuai SNI Harus diupayakan pula agar kapasitas bangunan pelimpah tidak termasuk kapasitas bangunan pengeluaran lain. d. Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada bendungan dan pondasi yang mengakibatkan terjadinya aliran buluh, sembulan pasir, retak hidraulik dan arching. e. Lereng-lereng bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran, sekeliling waduk, saluran, tebing sungai dan lain-lain yang terkait dengan bendungan, bila perlu diadakan perkuatan lereng dan tebing, agar selalu stabil dan tidak mudah longsor sehingga dapat dioperasikan dengan aman dan andal baik dalam keadaan normal maupun darurat. f. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tipe bendungan antara lain: a. Tujuan pembangunan bendungan b. Perlindungan terhadap aliran air dari pelimpah c. Keterbatasan bangunan pengeluaran d. Masalah yang dihadapi dalam pengalihan aliran selama pelaksanaan konstruksi e. Kemudahan akses ke lokasi bendungan f. Ketersediaan tenaga kerja dan peralatan g. Faktor fisik lokasi bendungan h. Keamanan bendungan g. SURVEI DAN INVESTIGASI Ketentuan-ketentuan teknis yang lebih rinci mengenai survai investigasi yang tidak diatur dalam Pedoman Kriteria Umum ini, hendaknya mengacu pada pedoman pedoman berikut: a. Panduan Perencanaan Bendungan Urugan, Volume II, Survai dan Investigasi,Direktorat Jenderal Pengairan, b. Standar Perencanaan Irigasi, PT 02 Bagian Pengukuran, Ditjen Pengairan,

4 c. Standar Perencanaan Irigasi, PT 03 Bagian Penyelidikan Geoteknik, Ditjen Pengairan, h. Survai Topografi Semua kegiatan survai topografi harus menggunakan titik referensi yang sama, sedapat mungkin agar menggunakan titik referensi dari jaringan triangulasi. Tingkat ketelitian survai harus memenuhi standar yang berlaku. Data survai yang dibutuhkan pada setiap tahap pembangunan, antara lain: i. a. Survai topografi untuk perencanaan umum 1. Peta Daerah Pengaliran Sungai skala 1: sampai 1: Peta situasi cekungan waduk dan sekelilingnya termasuk lokasi bendungan utama, bendungan pelana, bangunan pelengkap, fasilitas penunjang, daerah galian, rencana relokasi jalan dan lain sebagainya, skala 1: : j. b. Survai topografi untuk perencanaan dasar dan perencanaan rinci 1. Peta lokasi bendungan, skala 1:500-1: Potongan memanjang dan melintang lokasi bendungan, skala 1:200-1: Potongan memanjang dan melintang bangunan pelimpah, skala 1:200-1: Peta cekungan waduk, skala 1:500-1: Potongan memanjang cekungan waduk, skala 1:200-1: Peta daerah sumber galian, skala 1:500-1:1.000 Peta Daerah Pengaliran Sungai, dapat menggunakan foto udara dan peta topografi yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, yang dapat berupa Gambar peta atau data digital. Sebelum digunakan agar dilakukan uji validitas untuk menyakinkan bahwa datanya baik dan valid digunakan. k. Investigasi Geologi dan Geoteknik Kegiatan yang perlu dilakukan, antara lain: a. Pengumpulan dan pengkajian data dan hasil studi yang telah ada b. Investigasi geologi permukaan c. Investigasi bawah permukaan d. Uji in-situ geoteknik e. Uji laboratorium f. Pengolahan hasil investigasi 4

5 Jenis, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi, harus dilakukan sesuai dengan tahapan pelaksanaan. Pelaksana investigasi (investigator) harus memiliki kemampuan: mengklasifikasi tanah dan batuan, memahami sifat Teknik dan geologi berbagai bentuk rupa bumi (lands form) terbiasa dengan metode-metode: sampling, logging, serta uji lapangan dan laboratorium untuk bendungan. l. Investigasi Geologi Permukaan Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi: a. Peta wilayah dengan skala 1: sampai 1: b. Peta semi detil lapangan skala 1: sampai 1: c. Peta detil dengan skala 1:500 sampai 1:5.000 Data yang diperoleh dari investigasi ini harus mampu memberi informasi mengenai: stratigrafi; struktur geologi; orientasi bidang diskontinyuitas seperti struktur sesar; kekar; jurus; kemiringan lapisan; jenis dan sifat batuan; hidrogeologi; daerah longsoran; lokasi sumber material timbunan dan aggregate beton. Peta geologi perlu disiapkan, pada lokasi-lokasi berikut: a. Cekungan waduk dan daerah sekitarnya, dengan skala 1:500-1:5.000 b. Lokasi bendungan utama dan pelana, bangunan pelengkap, skala 1:500-1:1.000 c. Lokasi sumber galian, skala 1:500-1:1.000 d. Lokasi lain yang dianggap perlu m.investigasi Geologi Bawah Permukaan n. a. Survai Seismik Pada desain awal: survai seismic diperlukan untuk memperkirakan kedalaman lapisan tanah dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, kondisi dan tingkat pelapukan batuan. Jalur survai, paling tidak dilakukan pada: sepanjang tapak bendungan sejajar poros bendungan, palung sungai, tumpuan kanan dan kiri, serta sepanjang bangunan pelimpah. Pada desain rinci: survai seismic diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh pada tahap desain awal. 5

6 o. b. Pemboran Pemboran diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi geologi di calon lokasi bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian. Pemboran dilakukan menggunakan "rotary core drilling" dengan diameter mata bor > 56 mm. Kedalaman pemboran di lokasi bendungan pada prinsipnya harus sampai menembus batuan dasar lebih dari 5 meter, atau secara umum paling tidak 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang pasti ditetapkan berdasarkan hasil uji seismic dan geologi setempat. Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, yang antara lain: 1. Uji penetrasi standar (SPT) pada setiap interval kedalaman 2 meter atau setiap pergantian lapisan 2. Uji permeabilitas pada setiap interval kedalaman 1,5-3 meter. Metode uji permeabilitas (uji packer bertekanan, atau open end test) disesuaikan dengan karakteristik formasi. Pada tahap desain awal: paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros bendungan masing-masing di tumpuan kanan dan kiri; 2 atau 3 lubang bor di palung sungai kecuali bila terlihat adanya singkapan batuan segar jumlah lobang bor dapat dikurangi; 1 lobang bor di bawah mercu pelimpah, dan di tempat-tempat lain yang memeriukan. Bila lembah sungai sempit dan diduga merupakan jalur struktur sesar, perlu dilakukan pemboran miring pada sisi tebing sungai menembus formasi batuan di bawah sungai. Pada desain rinci: jumlah dan lokasi pemboran tergantung pada kondisi geologi setempat, dengan mempertimbangkan titik-titik pemboran yang telah dilaksanakan pada tahap desain awal. Secara umum lokasi pemboran sama dengan jalur pemboran pada desain awal, namun Jarak titik pemboran perlu dirapatkan dengan Jarak antara masing-masing titik pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai 30 m. Inti hasil pemboran, harus disimpan dengan baik didalam peti kayu, disusun sesuai kemajuan pemboran. Diskripsi sample inti pemboran harus dicatat dalam kolom-kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat: nama pelaksana, tanggal, elevasi, diskripsi, Satuan batuan, perolehan inti, RQD, koefisien permeabilitas, SPT, air pembilas, dan lain-lain yang perlu. p. c. Terowong uji Metode ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungan besar tinggi di atas 30 meter, dimana kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahui. Terowong uji dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri dan atau kanan tergantung kondisi geologi setempat. 6

7 q. Uji In-situ Geoteknik Ada dua faktor kekuatan penting yang harus diketahui pada batuan pondasi, yaitu: kuat desak atau kuat tarik dan kuat geser. Uji kuat desak atau kuat tarik dapat dilakukan di laboratorium terhadap sample inti pemboran dan galian uji, namun evaluasi terhadap fondasi tidak dapat hanya berdasar pada uji laboratorium Karena pengaruh dari retakan dan kelembaban alamiah batuan tidak tercermin didalam hasil uji. Oleh Karena itu disamping uji laboratorium juga perlu dilakukan uji insitu pada tanah batuan asli yang langsung dilakukan pada lobang bor seperti yang telah diuraikan di atas, dan atau pada galian uji. Jenis uji in-situ yang dilakukan pada terowong atau sumuran uji antara lain: a. Uji pembebanan/ uji deformasi b. Uji in-situ geseran c. Uji cepat rambat gelombang elastis Disamping itu perlu dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan (slaking) untuk mengetahui stabilitasnya jangka panjang. r. Uji Laboratorium Ujilaboratoriumdiperlukanuntuk: a. Melakukan analisis sifat Teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan melengkapi data untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan. b. Mengetahui sifat Teknik batuan atau fragmen batuan Sebagai bahan timbunan, agregat beton dan lain sebagainya serta untuk mengevaluasi mutu bahan. Sesuai jenis material yang diuji, pekerjaan uji laboratorium dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti berikut: s. a. Uji laboratorium mekanika tanah Sample tanah yang akan diuji untuk investigasi pondasi adalah tanah asli. Lingkup uji meliputi: 1. Sifat fisik, antara lain: berat spesifik (Gs), berat isi (yn), kadar air (Wn), analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer. 2 Sifat mekanik/ Teknik antara lain: uji geser langsung (CD), konsolidasi (Cc, Cv, Es), uji triaksial: tak terdrainase dan 7

8 terkonsolidasi (consolidated undrained, CU), tak terdrainase dan tak terkonsolidasi (unconsolidated undrained, UU), (consolidated drained, CD). Uji permeabilitas, dan bila perlu uji Erodibility atau slake durability test. t. b. Uji laboratorium mekanika batuan 1. Sifat fisik: selalu: berat spesifik, berat satuan, porositas, serap lembab, permeabilitas; seringkali: modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis; stabilitas terhadap pembasahan dan penyerapan air; besarnya pengembangan (swelling) dan tekanan akibat perendaman, dll. 2. Sifat mekanik: selalu: kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), modulus deformasi (elastis), nilai poison seringkali: triaksial-konstanta kekuatan batuan (c, o), modulus deformasi, nilai poison; geseran langsung kekuatan geser, konstanta batuan: tegangan tarik Brasilian bilaperlu: tegangan tarik satu dimensi; bengkokan; daya dukung kekerasan (shore hardness); koefisien restitusi. u. Investigasi Material Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan: a. Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik, dan mekanik, sekaligus menetapkan material yang memenuhi persyaratan desain dan konstruksi. b. Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat. c. Kondisi yang berkaitan dengan penggalian, lokasi sumber yang mencakup jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dan lainlain. v. Kegiatan investigasi yang perlu dilakukan: investigasi geologi permukaan, investigasi geologi bawah permukaan untuk mendapatkan data mengenai: kualitas, jumlah, penyebaran, ketebalan endapan, jenis sifat, derajat pelapukan, pola dan bidang diskontinyuitas. 8

9 Cadangan material yang tersedia harus lebih besar 2 sampai 3 kali volume kebutuhan actual untuk konstruksi. Investigasi geologi permukaan, membutuhkan peta dasar skala 1:500 sampai 1: Investigasi bawah permukaan, diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi di bawah permukaan. Metode yang lazim: dengan pemboran inti dan survai seismic untuk lokasi material batu; pemboran auger mesin atau tangan serta puritan dan ata usumuran uji untuk lokasi material tanah. Penempatan titik pemboran sebaiknya dengan sistim grid, sedang lokasi dan jumlah puritan atau sumuran uji, ditetapkan berdasarkan persyaratan jumlah sample yang harus dipenuhi. Kebutuhan minimal mengenai jenisi nvestigasi dan uji material sesuai jenis materialnya, diuraikan pada sub-bab dan pada Tabel 3.1. w. Material Kedap Air/ Tanah Lempungan a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian 1. sumuran uji setiap interval grid m 2. uji fisik: 1 sample setiap m3 material 3. uji dinamik: 1 sample setiap m3 material b. Tahap desain rinci 1. sumuran uji atau pemboran auger setiap interval grid uj ifisik: 1 sample setiap m3 material 3. uji dinamik: 1 sample setiap m3 material x. Material Semi Kedap Air/ Tanah Pasiran a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian 1. uji fisik: 12 sample 2. uji dinamik: 12sample b. Tahap desain rinci 1. uji fisik: 12 sample, tergantung pada gradasi material y. Material Lulus Air/ Batu a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian 1. Pemboran, dilakukan biia perlu 2. Uji batuan (kecuali uji geser) 10 sample tiap jenis 3. Uji gradasi, untuk material endapan sungai b. Tahap desain rinci 9

10 1. pemboran untuk konfirmasi kualitas dan kuantitas, 1 lobang setiap m3 2. Uji batuan: 5 sample tiap jenis 3. Uji geser: 5 sample tiap jenis Tabel Error! No text of specified style in document.-1 Jenis Uji Material Bendungan Urugan Material dan Tahap Studi Uji Uji Sifat Fisik Uji Sifat Dinamis Berat spesifik Kandunga n air Analisis butiran Material Kedap Air Desa in Konst r Material Semi Kedap Air Desai n Kons tr Material Lulus Air Des ain Kon str O O O O O O O O O O O O O O O O Batas cair O O + O + + Batas plastis Kandunga n organik Uji Lapangan O O Dispersion + + Lainlain Pemadata n Indek konus Permeabili tas O O O O O + + O O O O + O + + Konsolidasi O O Geser/ triaksial B Butiran halus O O O O O O Lain-lain O Keterangan Ukuran butiran kurang dari 4,76mm 1) Untuk material lulus air, lunak, batuan berbutir halus yang cenderung retak dan slaky, harus diambil sampelnya 1) 1): sample termasuk tanah berbutir halus yang diuji pada kondisi yang tidak kering Bila mold/ cetakan yang digunakan tidak standar, ukuran maksimum butiran halus kurang dari 1/5 dia meter dalam mold, harus > 10 cm. Indeks pemadatan harus 10

11 Material dan Tahap Studi Berat spesifik & daya serap air kerikil Material Kedap Air Material Semi Kedap Air Material Lulus Air O O O Kuat tekan O O Stabilitas + + Ketahanan abrasi Kadar kelarutan total + O + + Nilai PH + + Lain-lain Keterangan ditetapkan bila: Md > 1 0, dmax<md/10 Md>10, dmax<md/10-5. Md = diameter rmold. dmax = ukuran butiran maks yang diijinkan Catatan : Konstr = Tahap konstruksi O = harus dilakukan + = dilakukan bila perlu z. Studi Gempa Syarat pokok desain bendungan tahan gempa adalah, harus mampu memberi perlindungan kepada masyarakat dan harta benda dari ancaman bahaya bendungan. Untuk memenuhi syarat pokok tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan parameter gempa yang digunakan dalam evaluasi keamanan bendungan, hal-hal sebagai berikut: 1. Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) di lokasi bendungan 11

12 2. Tingkat/ kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesai dibangun 3. Tipe bendungan 4. Kebutuhan atau persyaratan yang terkait dengan fungsi bendungan 5. Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi Disamping itu untuk penetapan gempa desain, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang diuraikan pada butir3.5.1; dan Parameter gempa untuk desain bendungan dapat ditentukan dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi gempa tersendiri. Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi bendungan tinggi dan sangat tinggi yang terletak di daerah yang memiliki kondisi geologi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang aktif, atau bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa. Bagi bendungan yang memiliki kondisi seperti tersebut, parameter gempa desainya harus ditetapkan dengan melakukan studi gempa sendiri. aa. Studi Sosial Ekonomi dan Lingkungan serta Pemindahan Penduduk Studi ini diperlukan untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, meningkatkan manfaat pembangunan bendungan, mencari masukan untuk penyusunan planning bendungan, membuat perencanaan pemindahan penduduk, menetapkan kelas bahaya bendungan yang definitif, penyusunan Rencana Tindak Darurat dan lain sebagainya. Studi ini harus mencakup daerah yang terkena Proyek dan daerah yang mendapat dampak negative adanya proyek. Setelah pembangunan bendungan selesai dan dioperasikan, hasil studi perlu dievaluasi ulang untuk menilai kembali dampak positif maupun negatef yang timbul. Tabel Error! No text of specified style in document.-2 Kondisi dan Kombinasi Beban serta Faktor Keamanan Minimum No. Kondisi Kuat Geser Tekanan Air Pori FK Tanpa Gempa FK Dengan Gempa 1. Selesai Pembangunan tergantung: 1. Jadwal pembangunan 2. Hubungan antara tekanan antara air 1. Efektif Peningkatan tekanan air pori pada timbunan dan pondasi dihitung menggunakan data lab. Dan pengawasan instrumen

13 No. Kondisi Kuat Geser Tekanan Air Pori FK Tanpa Gempa FK Dengan Gempa pori dan waktu Lereng hulu dan hilir. Dengangempa tanpa kerusakan digunakan 50% koefisien gempa desain 2. Rembesan tetap tergantung: 1Elevasi muka air normal sebelah hulu 2Elevasi hulu dan hilir Dengan gempa tanpa kerusakan digunakan 100% koefisien gempa desain. 3. Pengoperasian waduk tergantung: 1Elevasi muka air Maksimum di hulu 2Elevasi muka air minimum di hulu (dead storage). Lereng hulu harus dianalis untuk kondisi surut cepat 2. Total 1. Efektif 1. Efektif Idem hanya tanpa pengawasan instrumen Hanya pada timbunan tanpa data lab dan dengan/ tanpa pengawasan instrumen Tanpa Instrumen Dari analisis rembesan Surut cepat dan El. Muka air Normal sampai El. Muka air minimum. Lereng hulu dan hilir Surut cepat dan El. Muka air maksimum sampai El. Muka air minimum. Pengaruh gempa diambi l0% dari koef. Gempa desain

14 No. Kondisi Kuat Geser Tekanan Air Pori FK Tanpa Gempa FK Dengan Gempa 4. Luar biasa tergantung: 1Pembuntuan pada system drainase 2Surut cepat karena penggunaan air melebihi kebutuhan. 1. Efektif Surut cepat dari El. Muka air maksimum sampai El. Terendah bangunan pengeluaran. Pengaruh gempa diabaikan Surut cepat pada kondisi gawat darurat. Keterangan: Fk Faktor Keamanan Al Elevasi bb. Hal-hal yang harus ada di dalam Kriteria Desain Antara lain adalah: a. Data hidrologi dan meteorology b. Data geologi dan geoteknik c. Kriteria pemilihan tipe bendungan d. Faktor gempa bumi e. Kriteria material bendungan f. Kemiringan hulu dan hilir g. Lapisan-lapisan yang direncanakan. cc. Spesifikasi Teknik Bendungan Urugan Di dalam spesifikasi teknik harus ada penjelasan antara lain tentang: a. Desain, pengendalian dan pengawasan agar pelaksanaan bendungan dapat dilaksanakan dengan baikdan aman. b. Penggunaan material yang baik (gradasi butir, kebersihan, kekerasan batuan dan lain-lain). c. Untuk tanah lempung termasuk penjelasan tentang kadar air. d. Pengendalian dan pengawasan terhadap pemadatan material dam ketebalannya baik sebelum maupun sesudah pemadatan, serta jenis, tipe dan kapasitas peralatannya termasuk trial embankment. e. Upaya dari konsultan dan kontraktor di dalam menjaga mutu proyek jaminan keamanan, ISO 9000, ISO atau ISO terbaru. f. Metoda pelaksanaan dari kegiatan yang dominant untuk proyek termasuk jadwal waktunya. g. Sementasi. 14

15 15

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bendungan merupakan salah satu dari beberapa bangunan sipil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bendungan merupakan salah satu dari beberapa bangunan sipil yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bendungan merupakan salah satu dari beberapa bangunan sipil yang mempunyai resiko dan konsekuensi yang cukup tinggi dan merupakan satu bangunan yang sangat

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan

Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan Standar Nasional Indonesia Tata cara desain tubuh bendungan tipe urugan ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK YUKATA SUITES JALAN SUTERA BOULEVARD NO. 28 - ALAM SUTERA - TANGERANG AGUSTUS 2 0 1 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK YUKATA SUITES JALAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Semarang, maka diperlukan sarana jalan raya yang aman dan nyaman. Dengan semakin bertambahnya volume lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK Batuan merupakan syarat yang penting untuk memperkuat bangunan teknik, karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung : bangunan tanah, penutup dari dinding bangunan, dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman. Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat, termasuk teknologi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III - 1

BAB III METODOLOGI III - 1 III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Sebelum memulai perencanaan suatu waduk diperlukan adanya metodologi sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah dalam perencanaan. Adapun metodelogi penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lereng merupakan struktur geoteknik yang dapat terjadi oleh alam maupun buatan manusia. Lereng merupakan struktur yang terbuat dari material geoteknik berupa tanah

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

Metode analisis stabilitas lereng statik bendungan tipe urugan

Metode analisis stabilitas lereng statik bendungan tipe urugan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Metode analisis stabilitas lereng statik bendungan tipe urugan Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut : III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.

Lebih terperinci

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari derah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Alamin (2011), kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang sangat besar. Besaran debit yang lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan sering sekali menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bendungan adalah sebuah struktur konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air sungai sehingga terbentuk tampungan air yang disebut waduk. Bendungan pada umumnya

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tanah merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lain-lain. Tanah yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Pekerjaan pembangunan embung teknis (waduk kecil), diawali dengan survei dan investigasi secara lengkap, teliti dan aktual di lapangan, sehingga diperoleh data - data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang

Lebih terperinci

Bangunan Air. Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap

Bangunan Air. Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap Bangunan Air Dr. Eng Indradi W TA. 2012/2013 Genap Kontrak Perkuliahan Kompetensi yang diharapkan : Mampu mendefinisikan bangunan air dan menghubungkan dengan bangunan utama irigasi Mampu mengidentifikasikan

Lebih terperinci

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN PENGUJIAN LABORATORIUM KORELASI EMPIRIS DATA SONDIR DAN N-SPT ANTAR PARAMETER TANAH PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN TUJUAN Mengetahui keadaan

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) Turangan Virginia, A.E.Turangan, S.Monintja Email:virginiaturangan@gmail.com ABSTRAK Pada daerah Manado By Pass

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara. TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar

Lebih terperinci

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti Untuk Mikrozonasi Seismik Untuk Stabilitas Lereng Daerah Rawan Longsor Dalam Rangka Mengurangi Resiko Terjadinya Tanah Longsor Di Panti, Kabupaten Jember Peneliti

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB III KRITERIA DESAIN

BAB III KRITERIA DESAIN BAB III KRITERIA DESAIN 3.1 PERTIMBANGAN UMUM Dalam suatu proses desain penting untuk dipertimbangkan sejak awal bagaimana jalan baru atau jalan yang akan ditingkatkan tersebut akan dibangun dari macam

Lebih terperinci

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Bendan merupakan daerah perbukitan yang terletak di daerah Semarang Utara Propinsi Jawa Tengah arteri Tol Jatingaleh Krapyak seksi A menurut Peta Geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Kotamadya Semarang yang merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, memiliki kondisi yang cukup kompleks. Sebagai kota yang terletak di pesisir utara pulau Jawa, dahulu

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP

Kementerian Lingkungan Hidup LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 43/MENLH/10/1996 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS DI DATARAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel menuju rongga dari satu titik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Depok terletak disebelah Selatan Jakarta yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Bila dilihat dari peta Geologi Jakarta Bogor (Direktorat Jendral Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI KONDISI WILAYAH STUDI 6 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Kondisi wilayah studi dari Kali Babon meliputi kondisi morfologi Kali Babon, data debit banjir, geoteknik, kondisi Bendung Pucang

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bendung, embung ataupun bendungan merupakan bangunan air yang banyak dibangun sebagai salah satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Kondisi wilayah studi dari DAS Sengkarang meliputi : kondisi topografi, cuaca, geologi, hidrologi, geoteknik, kondisi sungai Sengkarang, kondisi sungai Meduri, kondisi sungai

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 KRITERIA KERUNTUHAN MOHR COULOMB Keruntuhan geser (shear

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGANTAR REKAYASA GEOLOGI (TA) KODE / SKS : KD / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PENGANTAR REKAYASA GEOLOGI (TA) KODE / SKS : KD / 2 SKS Minggu Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tik Referensi 1 Susunan kulit bumi : Batuan a) Batuan beku dan pembagian berdasarkan jenis kandungan mineral Dapat mengetahui susunan kulit b) Batuan sedimen; diagnesis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa

I. PENDAHULUAN. Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya daya dukung tanah dan pemampatan tanah. Daya dukung tanah lempung pada umumnya

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

M DA D F A T F A T R A TA T R A I R F I SE S W

M DA D F A T F A T R A TA T R A I R F I SE S W M. DAFTAR TARIF SEWA UNIT LABORATORIUM DAN PERALATAN NO J E N I S SATUAN HARGA KETERANGAN LABORATORIUM TANAH (GEO TEKNIK) Tidak termasuk 1 Kadar air tanah 1 kali sewa 9,900 pajak. 2 Berat jenis tanah 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Semuanya berawal dari penyelidikan tanah dan setiap lokasi yang berbeda memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Distribusi Tegangan Dalam Tanah Berbagai cara telah digunakan untuk menghitung tambahan tegangan akibat beban pondasi. Semuanya menghasilkan kesalahan bila nilai banding z/b

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Timbunan Ringan Dengan Mortar Busa Material timbunan ringan dengan Mortar busa adalah merupakan foamed embankment mortar disebut juga sebagai high-grade soil yang terdiri dari

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku tanah gambut yang berbeda menjadikan tanah gambut mempunyai keunikan karakteristik tersendiri misalnya, dalam hal sifat fisik tanah gambut mempunyai kandungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB III KOMPILASI DATA

BAB III KOMPILASI DATA BAB III KOMPILASI DATA 3.1 TINJAUAN UMUM Tanah memiliki sifat fisik (Soil Properties) dan sifat mekanik (Index Properties). Sifat - sifat fisik tanah meliputi ukuran butiran tanah, warnanya, bentuk butiran,

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG Pengertian Pondasi Adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas mendukung seluruh beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang sangat besar. Besaran debit yang lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan sering sekali menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara garis besar merupakan tanah yang memerlukan tingkat perbaikan baik dari segi struktur maupun

Lebih terperinci

Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal

Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal Konstruksi dan Bangunan Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Pada penelitian ini lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu pada Proyek Bendungan Jatigede yang direncanakan dibangun pada sungai Cimanuk sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN 1 PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN NOMOR MODUL DCE - 08 JUDUL MODUL PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK BAHAN 2 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah Selesai mengikuti modul ini, peserta dapat menjelaskan jenis-jenis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Sigar Bencah merupakan daerah perbukitan yang terletak di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah. Pada daerah ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cara Analisis Kestabilan Lereng Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia konstruksi yang semakin pesat, menjadikan banyak kegiatan pembangunan terjadi di hampir semua wilayah. Kebutuhan infrastruktur sebagai penunjang aktivitas manusia

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

(FORENSIC GEOTECHNICAL ENGINEERING) TOPIK KHUSUS CEC 715 SEMESTER GANJIL 2012/2013

(FORENSIC GEOTECHNICAL ENGINEERING) TOPIK KHUSUS CEC 715 SEMESTER GANJIL 2012/2013 GEOTEKNIK FORENSIK (FORENSIC GEOTECHNICAL ENGINEERING) TOPIK KHUSUS CEC 715 SEMESTER GANJIL 2012/2013 Dr.Eng. Agus S. Muntohar 1 Kasus Keruntuhan Struktur PROYEK KOMPLEK OLAH RAGA HAMBALANG 2 Proyek Hambalang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan jalan secara umum menggunakan perkerasan lentur atau kaku yang kedap air, sehingga pada saat musim hujan akan terdapat genangan air di permukaan

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR Hikmat NRP : 9021020 NIRM: 41077011900138 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN 25 Juni 2012 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)

Lebih terperinci

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM : ANALISIS PARAMETER KUAT GESER TANAH DENGAN GEOTEXTILE Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D 100 030 074 NIRM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Keadaan Lokasi Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah terdiri dari pemboran di empat titik yang meliputi tapak rencana bangunan. Maksud dari penyelidikan ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G. STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci